Evaluasi Rasio Panjang Usus Dengan Panjang Tubuh Ikan
Evaluasi Rasio Panjang Usus Dengan Panjang Tubuh Ikan
TUBUH IKAN
Oleh :
Nama : Shinta Prabawati
NIM : B1J014049
Rombongan : II
Kelompok :2
Asisten : Ristiandani Riana P.
1.2 Tujuan
Tujuan praktikum acara Evaluasi Rasio Panjang Usus dengan Panjang Tubuh
Ikan adalah mengevaluasi rasio panjang usus dengan panjang tubuh untuk dapat
memprediksi katagori pakan ikan.
II. MATERI DAN CARA KERJA
2.1 Materi
Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu gunting, pinset, skalpel, bak
plastik, milimeter blok, dan kamera.
Bahan yang digunakan meliputi kertas tisu, ikan Nilem (Osteochilus vittatus),
Tawes (Barbonymus gonionotus), Mujair (Oreochromis mossambicus), Lele (Clarias
batrachus), dan Belut (Monopterus albus).
3.1 Hasil
Gambar 3.1.2 Pengukuran panjang total tubuh Ikan Belut (Monopterus albus).
Gambar 3.1.3 Pengukuran panjang usus Ikan Belut (Monopterus albus) sampel
1, 2, dan 3 dari atas ke bawah.
Gambar 3.1.4 Pengukuran panjang usus dan lambung Ikan Mujair
(Oreochromis mossambicus) sampel 1 dan 2 dari dalam ke luar.
Gambar 3.1.6 Perbadingan panjang usus dan lambung Ikan Mujair, Belut,
Tawes, Lele, dan Nilem.
3.2 Pembahasan
tubuh ikan belut sampel 1, 2, dan 3 sebesar 0,47, 0,67, dan 0,67, rasio panjang
usus+lambung terhadap panjang total tubuh ikan mujair sampel 1, 2, dan 3 senilai 7,22,
5,67, dan 5,68, serta rasio panjang usus terhadap panjang total tubuh ikan mujair
senilai 6,88, 5,36, dan 5,48. Rata-rata rasio panjang usus terhadap panjang total tubuh
ikan belut sampel 1, 2, dan 3 adalah 0,60. Rata-rata rasio panjang usus+lambung
terhadap panjang total tubuh ikan mujair sampel 1, 2, dan 3 adalah 6,19 dan rata-rata
rasio panjang usus terhadap panjang total tubuh ikan mujair sampel 1, 2, dan 3 adalah
5,91.
Data di atas menunjukkan bahwa rasio panjang usus terhadap panjang total
tubuh ikan belut lebih kecil dibandingkan dengan ikan mujair. Ikan belut berdasarkan
rasio panjang usus terhadap panjang total tubuhnya termasuk dalam golongan ikan
karnivor, hal tersebut sesuai dengan referensi bahwa ikan belut memakan cacing dan
ikan-ikan kecil yang otomatis termasuk dalam ikan karnivor. Menurut referensi,
umumnya ikan carnivora mempunyai lambung yang berbentuk seperti tabung, seperti
pada ikan belut. Ikan mujair berdasarkan rasio panjang usus terhadap panjang total
tubuhnya termasuk dalam golongan ikan herbivor akan tetapi menurut referensi, ikan
mujair termasuk dalam golongan ikan omnivor. Dilihat dari lambungnya, ikan mujair
termasuk dalam ikan omnivora karena menurut referensi, lambung pada ikan omnivora
berbentuk seperti kantung sesuai dengan lambung pada ikan mujair, sementara untuk
ikan herbivora tidak mempunyai lambung yang sebenarnya, kalaupun ada maka
merupakan lambung palsu yang merupakan penggelembungan usus bagian depan
(Alamsjah, 1974).
Pencernaan adalah proses penyederhanaan makanan melalui mekanisme fisik
dan kimiawi sehingga makanan menjadi bahan yang mudah diserap dan diedarkan ke
seluruh tubuh melalui sistem peredaran darah. Sistem pencernaan atau sistem
gastrointestin, adalah sistem organ multisel yang menerima makanan, mencernanya
menjadi energi dan nutrien, serta mengeluarkan sisa proses tersebut. Sistem
pencernaan antara satu dengan yang lainnya bisa sangat jauh berbeda (Wischnitzer,
1972).
Pada dasarnya sistem pencernaan makanan dalam tubuh dibagi menjadi 3
bagian, yaitu proses penghancuran makanan yang terjadi dalam mulut hingga
lambung.Selanjutnya adalah proses penyerapan sari sari makanan yang terjadi di
dalam usus. Kemudian proses pengeluaran sisa sisa makanan melalui anus (Moyle
& Cech, 1988).
Ikan merupakan hewan vertebrata yang hidup di air, baik air laut maupun air
tawar. Sistem pencernaan pada ikan tentu saja berbeda dengan hewan darat lainnya,
mengingat habitatnya yang berbeda. Secara umum alat-alat pencernaan ikan meliputi,
rongga mulut, pangkal tenggorokan (faring), kerongkongan (esofagus), lambung, usus,
dan anus. Ikan juga mempunyai kelenjar pencernaan yaitu hati (Wischnitzer, 1972).
Secara umum, mekanisme pencernaan makanan pada ikan, yakni pertama-
tama makanan masuk ke dalam rongga mulut. Gigi ikan dijumpai pada rahang atas
sedangkan pada rahang bawah terdapat lidah. Ikan juga mempunyai kelenjar ludah.
Setelah melewati mulut makanan bergerak melewati pangkal tenggorokan dan
kerongkongan menuju lambung. Lambung ikan berukuran agak besar untuk
menampung makanan. Selanjutnya makanan bergerak menuju usus dan terjadi proses
penyarapan sari sari makanan. Sisa sari sari makanan kemudian dikeluarkan melalui
anus (Affandi et al., 1992).
Seperti yang telah disebutkan di atas, ikan mempunyai kelenjar pencernaan.
Kelenjar pencernaan pada ikan tidak berperan mencerna makanan tetapi memproduksi
enzim yang membantu proses pencernaan makanan pada ikan. Kelenjar pencernaan
ikan meliputi:
a. Hati
Hati ikan terletak pada bagian depan rongga dada dan dikelilingi oleh usus.
Hati ikan berwarna merah kecoklatan-coklatan.
b. Kantong empedu
Kantong empedu ikan terletak pada bagian depan hati dan berguna untuk
menyimpan cairan empedu. Kantong empedu ikan berwarna kehijau-hijauan dan
mempunyai saluran yang menghubungkan kantong empedu dengan usus. Cairan
empedu pada ikan memiliki manfaat untuk mencerna lemak. Ikan tidak
mempunyai pankreas (Affandi et al., 1992).
Berdasarkan jenis makanannya ikan dibedakan menjadi ikan herbivora,
omnivora, dan karnivora. Ikan herbivora merupakan golongan ikan yang memakan
bahan tumbuhan yang hidup di air atau di dalam lumpur, misal alga, hifa jamur, alga
biru. Ikan golongan ini tidak mempunyai gigi dan mempunyai tapis insang yang
lembut sehingga dapat menyaring fitoplankton. Ikan ini tidak mempunyai lambung
yang benar yaitu bagian usus yang mempunyai jaringan otot yang kuat, mengekskresi
asam, mudah mengembang, dan terdapat di bagian muka alat pencerna makanannya.
Bentuk usus ikan golongan ini panjang berliku-liku dan dindingnya tipis (Lagler et al.,
1977).
Saluran pencernaan ikan karnivora lebih pendek dari saluran ikan herbivora
karena daging yang dimakan memiliki dinding sel tipis berupa selaput sehingga lebih
mudah dicerna. Saluran pencernaan pada ikan karnivora hanya sepanjang tubuh saja
sedangkan pada ikan herbivora dapat mencapai tiga kali panjang tubuhnya. Lambung
ikan karnivora membesar dan berdinding tebal yang kuat mirip dengan ampel pada
ayam (Lagler et al., 1977).
Ikan omnivora merupakan golongan ikan yang memakan bahan makanan yang
berasal dari binatang dan tumbuhan. Ikan golongan ini mempunyai sistem pencernaan
antara bentuk herbivora dan karnivora. Menentukan jenis makanan ikan tertentu secara
langsung tidaklah mudah, karena usus ikan kadang-kadang kosong. Namun,
pengamatan terhadap panjang usus dan hubungannya dengan panjang badan dapat
membantu untuk mengetahui jenis bahan makanan yang dimakannya. Ikan herbivora,
umumnya memiliki usus yang panjangnya 4-10 kali panjang badannya. Ikan predator
memiliki panjang usus yang lebih pendek atau sama panjang dengan badannya (Lagler
et al., 1977).
Berikut perbedaan alat pencernaan ikan herbivora dan ikan karnivora :
1. Ikan herbivora mempunyai gigi yang tumpul dan halus sedangkan ikan karnivora
mempunyai gigi yang runcing.
2. Ikan herbivora tidak memiliki lambung dan usus bagian depan ikan herbivora
membesar menyerupai bentuk lambung sedangkan pada ikan karnivora
lambungnya memanjang.
3. Ikan herbivora mempunyai usus yang lebih panjang dari panjang tubuhnya
sedangkan ikan karnivora ususnya lebih pendek dari panjang tubuhnya.
4. Ikan herbivora mempunyai tapis insang yang panjang dan rapat sedangkan ikan
karnivora mempunyai tapis insang yang pendek dan tidak rapat (Chiasson, 1980).
Perbandingan antara ikan herbivora, karnivora dan omnivora yaitu dilihat dari
panjang usus masing masing kelompok ikan tersebut. Seperti pada ikan herbivora,
panjang usus lebih panjang dari panjang tubuh pada ikan tersebut. Ikan karnivora
memiliki panjang usus lebih pendek dari panjang tubuh ikan tersebut. Ikan omnivore
memiliki panjang usus berada di antara panjang usus ikan karnivora dengan ikan
herbivora (Chiasson, 1980).
Panjang usus ikan yang berbeda berhubungan erat dengan jenis makanan. Usus
yang sangat panjang pada ikan herbivora merupakan kompensasi terhadap kondisi
makanan yang kadar seratnya tinggi dan keadaan villinya yarig relatif rendah.
Makanan ikan herbivora mangandung banyak serat sehingga rnemeriukan pencernaan
yang lebih lama. Pencernaan yang larna membutuhkan tempat pencernaan (saluran
pencernaan) yang panjang. Sementara ikan karnivora memiliki usus yang pendek.
Dengan demikian panjang usus merupakan suatu bukti bahwa dalam usus terjadi
proses pencernaan makanan, jika tidak terjadi proses pencernaan makanan maka
panjang usus ikan herbivora maupun karnivora seharusnya sama (Andy & Bin, 1987).
Ikan omnivora memiliki lambung dengan menyerupai bentuk kantung dan usus
sedang 5-6 kali panjang tubuh, sedangkan karnifora memiliki lambung yang agak
besar dan memanjang besar dengan usus yang pendek, dan ikan herbivora memiliki
lambung pendek, kecil dan hampir tidak ada tetapi memiliki usus yang sangat panjang
sehingga dapat beberapa kali lebih panjang dari tubuh ikan (Chiasson, 1980).
Gastrointestinal (GI) mikrobiota dalam dua spesies ikan, Mujair (Oreochromis
mossambicus) (Peters) dan Oreochromis niloticus (Linnaeus) dievaluasi dalam
penelitian ini. Pengamatan melalui SEM mendeteksi adanya bakteri berbentuk batang
atau bulat berasosiasi dengan lendir dan melekat erat pada mukosa usus. Koloni ragi
yang berbeda juga diamati baik dalam lipatan usus (mikrovili) atau dengan mukosa.
Pemeriksaan mikrobiologi di berbagai daerah di saluran pencernaan mengungkapkan
bahwa populasi bakteri heterotrofik yang maksimal di daerah hindgut di kedua spesies.
Selanjutnya, proteolitik, populasi bakteri amilolitik dan selulolitik juga terdeteksi
berlimpah dalam saluran GI. Di antara wilayah yang berbeda dari saluran pencernaan,
komunitas bakteri yang memproduksi protease dan selulase yang maksimal di daerah
hindgut; namun, bagian amylolytic yang tertinggi berada di daerah foregut di kedua
spesies ikan yang dipelajari (Sarkar & Koushik, 2013).
IV. KESIMPULAN
Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu
Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Alamsjah, Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan. Departemen
Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Andy Omar & S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Ichthyologi. Jurusan Perikanan
Universitas Hasanuddin, Ujungpandang.
Chiasson, R. 1980. Laboratory Anatomy of the Perch. Third edition. WM. C. Brown
Company Publishers, Dubuque, Iowa.
Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. 1977. Ichthyology.
Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York.
Moyle, P.B. and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology. Second
edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.
Wischnitzer, S. 1972. Atlas and Dissection Guide for Comparative Anatomy. Second
edition. W. H. Freeman and Company, San Francisco