Anda di halaman 1dari 14

Kebijakan Pajak Pertambangan Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2009 Tentang Pajak Pertambangan Mineral Bukan Logam dan Batuan

Dibuat Oleh :

Nama : MUHAMMAD RIFQI PAMBUDI

NIM : 140710101456

Kelas : Hukum Pertambangan Kelas A

KEKHUSUSAN AGRARIA FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS JEMBER

1.1. LATAR BELAKANG


Pertambangan adalah yakni sebuah sumber daya alam yang
bersifat penting atau dalam bahasa lainnya adalah potensial yang
dimana bisa dipergunakan sebagai devisa untuk sumber-sumber
pembangunan nasional. Dalam pelaksaan dari aktifitas penambangan,
biasanya para penambang melakukan cara-cara seperti cara
pembukaan hutan, selanjutnya adalah pengikisan lapisan tanah-tanah
yang ada dan pengerukan tanah dan penimbunan tanah kembali. Dalam
melakukan penambangan terdapat berbagai dampak-dampaknya,
yakni dampak dari kegiatan atau aktifitas pengoperasian tambang yang
pada akhirnya akan memengaruhi kesuburan tanah-tanah yang ada
disekitarnya yang sebagaimana tanah-tanah tersebut memiliki fungsi
sebagai media atau perantara pertumbuhan tanaman yang berada di
tanah tersebut.
Dengan melakukan pertambangan dalam jumlah besar atau
tidak teratur maka akan mengakibatkan atau merosotnya kesuburan
tanah-tanah tersebut yang diakibatkan karena terkelupasnya lapisan
tanah oleh aktifitas-aktifitas atau kegiatan-kegiatan pertambangan
yang dilakukan penambang secara tidak teratur dan terlalu
mengekploitasi lahan atau tanah yang ada. Pada zaman milenium ini
diabad ke-21 yang semua kegiatan manusia sudah menggunakan
teknologi-teknologi canggih, termasuk juga didalamnya industri-
industri pertambangan juga ikut terus berkembang pesat yang
mengikuti perkembangan teknologi pada jaman sekarang, yang dimana
mencakup seluruh wilayah-wilayah di inonesia itu sendiri.
Adanya industri-industri pertambangan dapat memberikan
pengaruh atau dampak yang sangat besar kepada kondisi perkonomian
masyarakat di negara indonesia, dan selain masyarakat-masyarakat
yang terkena dari dampak-dampak industri pertambangan termasuk
juga yang terkena dampak didalamnya adalah daerah-daerah tempat
adanya industri-industri pertamngan tersebut. Namun demikian
seperti yang terjadi di lapangan, kegiatan-kegiatan pertamngan apabila
tidak diurus atau tidak dikontrol atau juga tidak dilaksanakan secara
benar dan tepat akan membuat atau menimbulkan dampak-dampak
yang negatif atau tidak baik terhadap lingkungan disekitarnya
terutama gangguan keseimbangan permukaan tanah yang tidak
teratur. Akibat lain dari adanya kegiatan-kegiatan dalam industri
pertambangan yakni adalah antara lain, tingginya tingkat dari dampak
erosi yang akan terjadi dan selain itu dapat menurunnya kemampuan
dalam melakukan peresapan air dalam tanah itu sendiri dan akan
mengakibatkan penurunan dari produktifitas tanah disekitaran lahan
tersebut yang digunakan sebagai aktifitas pertambangan oleh industri
tersebut dan akan terjadi pemadatan tanah, sedimentasi secara besar-
besaran, selain itu akan terjadi gerakan tanah atau pergeseran tanah
yang dapat mengakibatkan longsornya tanah tersebut yang dapat
menimbulkan masalah baru dimasyarakat, selain itu juga akan
mengganggu keberlangsungan kehidupan dan kelestarian dari flora
dan fauna dan juga terganggunya kesehatan masyarakat sekitaranb
industri tersebut dan juga terganggunya keamanan penduduk serta
akan menimbulkan perubalan iklim bersifat mikro.
Kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari untuk melakukan
kegiatan-kegiatan rehabilitasi pada tanah-tanah atau lahan-lahan
rehabilitasi yang rusak akibat dari aktitas-aktifitas pertambangan yang
dilakukan secara tidak teratur ini disebabkan oleh hal-hal yakni kondisi
lahan yang tidak mengun tungkan antara lain yakni adalah kurangnya
unsur hara pada tanah tersebut yang khususnya seperti NPK,
kurangnya air pada tanah tersebut, dan kandungan-kandungan lain
seperti logam berat yang sangat tinggi pada lahan itu sendiri. Oelh
karena itu untuk emnunjang keberhasilan dalam merehabilitasi lahan-
lahan yang rusak tersebut maka diadakanlah berbagai upaya-upaya
yakni seperti perbaikan lahan pra tanam pada lahan tersebut, selain itu
melakukan pemilihan jenis lahan yang cocok, dan juga melakukan
aplikasi silvikultur yang benar pada lahan tersebut dan selain itu
adalah penggunaan pupuk-pupuk biologis yang adanya fungsi mikoriza
arbus kula yang juga perlu dilakukan pada lahan tersebut. Sebagaimana
yang terjadi pada kasus sengketa yang dibahas didalam tugas ini adalah
tentang kebijakan pertambangan dibali yang dimana menggunakan
Perda tentang Pertambangan Mineral Bukan Logam dan Batuan.
Seperti yang terdapat pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009 tentang pasjak daerah pajak mineral bukan logam dan batuan
yakni adalah pajak atas suatu kegiatan pengambilan mineral bukan
logam dan batuan yang baik berasal dari sumber alam di dalam
maupun di permukaan bumi yang digunakan untuk pemanfaatan.
Mineral bukan logam dan batuan adalah berisi sebagaimana yang
dimaksud didalam peraturan perundang-undangan di bidang mineral
dan batubara.
1.2. DISKUSI
Pajak mineral bukan logam dan batuan adalah suatu pajak yang
dikenakan atas kegiatan dari suatu pengambilan mineral yang dimana
mineral tersebut bukanlah sebuah logam dan juga batuan, yang mana
baik itu dari sumber alam di dalam dan ataupun dari sumber luar yakni
permukaan bumi yang dimanfaatkan fungsinya. Selain itu maksud atau
pengertian dari mineral bukan logam dan batuan yakni adalah mineral
yang bukan logam dan juga batuan sebagaimana yang diatur di dalam
peraturan perundang-undangan dibidang mineral dan batubara.
Dasar hukum dari pajak mineral yang bukan logam dan batuan
ini yakni adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Yang berlandaskan
atau yang tertera pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28
Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah pada pasal 57
adalah objek dari pada mineral bukan logam dan juga bukan termasuk
batuan adalah kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan
yang meliputi sebagai berikut yakni asbes, batu tulis, batu setengah
pemata, batu kapur, batu apung, batu permata, bentonit, dolomit,
feldspar, garam batu, grafit, andersit, gips, kalsit, dan juga mineral-
mineral lain yang bukan termasuk dari logam ataupun batuan lainnya
dengan diatur pada peraaturan perundang-undangan.
Pada pasal 57 ayat 2 juga diatur yakni pengecualian dari mana suatu
objek pajak mineral yang bukan termasuk dari jenis logfam dan juga
bukan termasuk dari jenis batuan sebagaimana yang dimaksud dan
duijelaskan pada ayat 1 yakni adalah:
1. Kegiatan atau aktifitas pengerukkan dan pengambilan mineral yang
bukan termasuk dari golongan logam dan juga bukan termasuk
dario golongan batuan yang secra nyatanya tidak bisa dimanfaatkan
dan dipergunakan secara komersial, contohnya adalah kegiatan
pengambilan tanah-tanah untuk dipergunakan sebagai aktifuitas
rumah tangga, penanaman tiang listrik dan kabel telepon, dan juga
pipa dari air ataupun pipa dari gas.
2. Aktifitas pengambilan atau pengerukkan mineral yang bukan
termasuk golongan logam dan juga bukan termasuk golongan
batuan yang merupakan bagian dari aktifitas pertambangan lainnya
yang secara langsung tidak dapat di manfaatkan secara komersial
atau dapat dipergunakan secara umum pada masyarakat luas.
3. Aktifitas pengambilan mineral yang bukan termasuk bagian dari
logam dan juga bukan termasuk bagian dari batuan lainnya yang
telah ditetapkan dalam peraturan daerah.
Pada aturan yang tertera pada pasal 59 dimana mengatur tentang
pengaturan pemberian pajak kepada orang pribadi atau pun kepada
suatu badan atau lembaga dsari adanya aktifitas pertambangan yakni
adalah sebagai berikut:
1. Dasar dari pemberian pajak mineral yang dimana bukan termasuk
bagian logam dan bagian batuan alah sebuah nilai jual hasil
pengambilan mineral yang bukan logam dan batuan itu.
2. Nilai jual pun dihitung dan diperkirakan dengan cara memindahkan
dan mengaalihkan tonase atau isian dari hasil pendapatan
pengambilan yang bukan bagian logam dan buakan bagian batuan
alah dengan cara mengambil nilai pasarnya dan atau harga yang
paling standart dario masing masing jenis mineral yang bukan
termasuk logam dan juga bukan termasuk dari jenis batuan
tersebut.
3. Nuilai pasar untuk tiap-tiap jenis dari mineral yang bukan termasuk
bagian dari logam dan juga bukan termasuk bagian dari batuan
ditetapkan secara periodik yang berdasarkan peraturan walikota
sesuai dengan harga rata rata yang telah berlaku dimasing- masing
atau di tiap tiap wilayah kotanya.1

1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009


Selain itu diatur pun juga mengenai tarif atau harga suatu pajak nya
yakni adalah:
1. Tarif pajak mirenal yang bukan termasuk bagtian dari logam dan
juga bukan termasuk bagian dari batuan adalah ditetapkan atau
diambil batasan sebesar dua puluh lima persen atau 25 %.
2. Besaran pokok disini pada pajak p[okjok dasri mineral yang bukan
termasuk bagian dari logam dan bukan juga termasuk bagian dari
batuan adalah yakni yang terutang dihitung dimulai dengan cara
mengalikan tarif atau patokan harga dengan dasar dari peraturan
tentang pengenaaan pajak teresebut yang juga telah diatur didalam
peraturan walikotanya.
Masa pajaknya adalah memiliki jangka waktu selama satu bulan
kalender, dan juga cara penghitungan suatu beban pajak tersebut
adalah dengan cara, Pajak = tarif pajak dikalikan (X) dengan dasar dari
pengenaan atau pembebanan pajak tersebut.
Alokasi pajak mineral yang bukan termasuk dari bagian logam dan
juga bukan termasuk dari bagian batuan yang diatur dengan Undang-
Undang No. 34 Tahun 2000 Tentang pajak daerah dan retribusi daerah
besarnya dalah yang terdapat atau yang berada dalam pasal 2A yakni
adalah
a. Hasil dari penerimaan pajak dalam bentukj pajak kendaraan diatas
air dan bea balik nama dari kendaraam tersebut yang berjenis
kendaraan bermotor ataupun berjenis kendaraan di atas air
diberikan kepada daerah dan kota paling sedikit adalah tiga puluh
persen atau 30%
b. Hasil dari penerimaan pajak bahan bakar kendaraan berjen is
kendaraan bermotor diserah kan kepada daerah dan atau kabupaten
dan kota pqaling sedikit tujuh puluh persen atau 70%.
c. Hasil dari penerimaan pajak pengambilan dan pemanfaatan air
bawah tanajh dan air permukaan diserahkan kepada daerah
kabupaten dan atau kota yang bersangkutan sebesar tujuh puluh
persen atau 70%.
d. Hasil dari penerimaan pajak kabupaten sebagaimana dimaksud
dalam pasal 2 ayat 2 dan ayat 4 Undang-Undang No. 34 Tahun 2000
diperuntukkan paling sedikit sepuluh persen atau 10% didalam
wilayah dan desa dari daerah atau kabupaten yang bersangkutan.

Selanjutnya yang tertera pada pasal 2B adalah yakni sebagai berikut:

a. Dalam hal penerimaan pajak kabupaten dan kota di dalam suatu


daerah atau profinsi difokuskan atau terkonsentrasikan pada
sejumlah kecil daerah yakni dari daerah kabupaten atau pun daerah
kota tersebut.
b. Di dalam hal objek dari objek pajak tersebutlah di dalam satu
profinsi yang bersifat lintas daerah atau lintah daerah kabupaten
atau lintas daerah kota, dimana gubernur atau walikota tersebut
berwenang untuk merealokasikan atau memindahkan hasil dari
pada penerimaan pajak tersebut yang dimana diserahkan kepada
daerah dari kabupaten ataupuin daerah dari kota tersebut atau
yang bersangkutan.
c. Realokasi atau pemindahannya sebagaimana yang dimaksud di
dalam ayat 1 dan ayat 2 undang-undang no. 34 tahun 2000 dimana
dilaksanakan oleh gubernur atau pun walikota atas dasar
kesepakatan yang dicapai antar daerah darti kabupaten atau daerah
dari kota yang terkait dengan persetujuan dewan perwakilan rakyat
daerah dari kabupatemn tersebut ataupun dari kota yang
bersangkutan.2

Hal ini menjelaskan bahwasannya alokasi dari pajak mineraal yang


bukan dari dalam bagian logam dan bukan juga bagian batuan itu
termasuk pajak pengambilan bahan galian golongan C yang dimana

2 Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000


ditetapkan dengan keputrusan setiap kepala atau pemimpin daerag
masing-masing tempat pengambilan atau pengerukan bahan galian
golongan c tersebut bisa saja hasilnya berbeda-beda besarnya dari
peng alokasian hasil suatu pajak mineral yang bukan logam ataupun
yang bukan batuan ini kepada provinsi dan kepada kepala dari daerah
daerah tersebut.

Salah satu contoh kasus dalam lingkung korupsi pajak minewral


yang bukan logam dan batuan adalah berada dikabupaten sumedang-
jawa barat yang dilakukan oleh oknum PNS. Dimana kejaksaan negeri
sumedang telah menetapkan PNS dinas pendapatan kab. Sumedang
sebagai tersangka dengan kasus korupsi pajak galian c tahun 2010-
2014. Daerah kaki gunung dari tampomas terkenal dengan pasirnya,
namun dengean pengelolaan pajak- pajak yang seharusnya diberikan
kepasda pemerintah, ternytata malah di slewengkan oleh seorang
oknum pos di lingkungan dispenda kab. Sumedang itu sendiri.

Selama beberapa tahun belakangan ini pajak dari galian tambang


pasir yang ada dan masuk ke kas daerah sumedang tersebut tidak bisa
sebanding dengan hasil pengerukan atau pengambilan pasir dari
tempatnya yakni di kaki gunung tampomas kabupaten sumedang
tersebut. Bahkan yang lebih memprihatinkan selama tiga tahun
terakhir ini pendapatan pajak mineral non logam dan non batuan
tersebut terus menurun atau merosot.

Pendapatan dari hasil pajak pengambilan pasir pada daerah tanah


di kaki gunung tampomas tersebut sangat jauh sekali dari perhitungan
pajak kasar dengan puluhan bahkan ratusan truck yang datang setiap
harinya yang mengangkut pasir dari tempat pengambilannya dikaki
gunung tampo mas. Menurut dadan dengan pajak sebanyak dua puluh
lima persen tersebut atau 25% perkubik itu selama setahun
pendapatan dari sektor pajak pengambilan mineral yang bukan logam
dan bukan juga termasuk batuan di daerah pengerukan dikaki gunung
tampo mas dapat menghasilkan sebanyak rp. 2 milyar rupiah atau rp.
2.000.000.000 bahkan bisa lebih dari perhitungan tersebut. Untuk itu
supaya tidak terjadi kegiatan-kegiatan yang tidak diinginkan atau
supaya tidak diselewengkan oleh oknum oknum y6ang membuat
pendapatan daerah tersebut dirugikan hingga milyaran rupiah
banyaknya maka dari itu lah diterapkan sistem self-assesmenty yang
dimana untuk sistem pembayaran dan juga sistem penyyetoran pajak
mineral yang bukan termasuk bagian dari logam dan juga bukan
termasuk dari bagian bqatuan itu pengusaha sendirei lah yang
menghitung sendiri berapa pajak yang harus disetorkan berdasarkan
kegiatan pengambilan tanah mineral yang bukan termasuk golongan
logam dan juga bukan termasuk golongan batuan ini sehingga setelah
pengusaha tersebut menghitung total pajaknya langsung dapat
diarahkan ke arah dimana setorannya dapat dimasaukkan langsung ke
dalam kas daerah tersebut dan berikut termasuk bukti-bukti dari
dokumen pendukungnya, jadi tidak ada lagi aktifitas aktifitas dari
oknum- oknmu yang menyelewengkan pajak dari hasil pengambilan
atau penggalian tanah tersebut, jadi itu lah fungsi dari sistem self-
assesment, ungkap dadan.

Selain itu juga pembahasan tentang bagaimana cara untuk


pembayaran pajak selain dengan self-assesment itu adalah sebagai
berikut yakni adalah;

1. Walikota menentukan waktu atau tanggal dari jatuh temponya


suatu kegiatan pembayaran tersebut dan juga kegiatan penyetoran
pajak yang terutang paling lama 30 hari atau tiga puluh hari kerja
setelah atau dimulai dari waktu dimana mulainya terutang pajak
tersebut.
2. Wajib bayar pajak mineral yang bukan termasuk logam dan juga
bukan termasuk batuan tersebut secara sendiri menggunakan
SPTPD
3. SKPDKB, SKPDKBT, SPTPD, surat keputusan pembetulan, surat
keputusan keberatan dan juga putusan banding yang dapat
menyebabkan bertambahnya jumlah pajak mineral yang bukan
termasuk bagian dari logam dan juga bukan termasuk bagian dari
batuan tersebut yang pajak tersebut harus dibayarkan yakn i yang
merupakan dasar dari pada penagihan pajak dan juga harus
melunasi atau di lunasi dalam waktu yang ditentukan yakni adalah
jangka waktunya selama 1 bulan, atau satu bulan dimulai sejak
tanggal diterbitkannya surat tersebut.
4. Pembayaran pajak mineral yang bukan termasuk bagian dari logam
dan juga bukan termasuk bagian dari batuan adalah harus
dilakukan secara sekaligus dan juga harus lunas dengan
menggunkana SSPD di kas daerah-daerah masing-masing tempat
penguasaha tersebut melakukan galiannya itu.
5. Apabila pembayaran pajak mineral yang bukan termasuk bagian
dari logam atau Non logam dan juga bagian mineral yang bukan
termasuk bagian dari batuan ini dapat dilakukan di tempat lain yang
telah ditunjuk atau yang telah diatur sebelumnya, selanjutnya
penerimaan pajak mineral non logam dan juga pajak mineral yang
bukan bagian darti batuan tersebut harus segera disetor pada kas
daerah-daerah masing-masing dalam jangka waktu paling lama
1x24 atau harus di setorkan dalam waktu paling lama selama satu
kali dua puluh empat jam atau dalam jangka waku yang telah
ditentukan sebelumnya oleh masing-masing pihak atau telah
ditentukan oleh walikota, gubernur ataupun pejabat dimasing-
masing daerah tersebut yang telah ditunjuk.3

3 http://dlh.balikpapan.go.id/content/69/perhitungan-pajak-mineral-bukan-logam-dan-batuan
1.3. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pajak mineral yang bukan termassuk dari logam atau non logam
dan juga bbukan termasuk dari bagian batuan adalah pajak yang
dimana atas kegiatan dari pengerukannya atau pengambilan
tanahnya mengambil mineral yang bukan logam dan juga bukan
batuan baik itu bereasal dari sumber daya alam di dalam tanah
atau pun baik itu juga berasal dari sumber daya lama yang ada
di permukaan bumi yang bertujuan untuk dimanfaatkan.\
2. Objek pajak mineral yang bukan logam atau non logam dan juga
bukan batuan atau non batuan itu adalah pengambilan beberapa
bentuk dari jenis mineral yang bukan termasuk bagian dari
logam dan juga bukan bagian dari batuan itu sendiri.
3. Tarif pajak yang dimana pajak mineral yang bukan termasuk
logam dan bukan juga termasuk batuan telah ditetapkan paling
tinggi sebesar dua puluh lima persen atau 25% yang terdapat
pada Pasal 60 Undnag- Undang Nomor 28 Tahun 2009
tyentrang pajak daerah dan retribusi tanah.
4. Perhitun gan dari tarip pajak mineral yang bukan termasuk
bagian dari logam dsan bukan juga termasuk bagian dari batuan
ini adalah:
Pajak MBLB = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan, dasar pengenaan
disini maksutnya adalah nilai jual hasil pengambilan mineral
yang bukan bagian dari logam dan juga bukan bagian dari
batuan.
5. Hasil penerimaan pajak kabupaten sebagaimana yang dimaksud
dan telah diatur pada psal 2 ayat 2 dan ayat 4 Undang Udang
Nomor 34 Tahun 2000 diperuntukkan paling sedikit adalah
10% atau sepuluh persen bagi wilayah atau didesa di daerah-
daerah tersebut atau didaerah masing-masing kabupaten yang
bersangkutan itu.
6. Walikota menentukan waktu atau tanggal dari jatuh temponya
suatu kegiatan pembayaran tersebut dan juga kegiatan
penyetoran pajak yang terutang paling lama 30 hari atau tiga
puluh hari kerja setelah atau dimulai dari waktu dimana
mulainya terutang pajak tersebut.
7. SKPDKB, SKPDKBT, SPTPD, surat keputusan pembetulan, surat
keputusan keberatan dan juga putusan banding yang dapat
menyebabkan bertambahnya jumlah pajak mineral yang bukan
termasuk bagian dari logam dan juga bukan termasuk bagian
dari batuan tersebut yang pajak tersebut harus dibayarkan yakn
i yang merupakan dasar dari pada penagihan pajak dan juga
harus melunasi atau di lunasi dalam waktu yang ditentukan
yakni adalah jangka waktunya selama 1 bulan, atau satu bulan
dimulai sejak tanggal diterbitkannya surat tersebut.
8. Pembayaran pajak mineral yang bukan termasuk bagian dari
logam dan juga bukan termasuk bagian dari batuan adalah
harus dilakukan secara sekaligus dan juga harus lunas dengan
menggunkana SSPD di kas daerah-daerah masing-masing
tempat penguasaha tersebut melakukan galiannya itu.
9. Apabila pembayaran pajak mineral yang bukan termasuk bagian
dari logam atau Non logam dan juga bagian mineral yang bukan
termasuk bagian dari batuan ini dapat dilakukan di tempat lain
yang telah ditunjuk atau yang telah diatur sebelumnya,
selanjutnya penerimaan pajak mineral non logam dan juga pajak
mineral yang bukan bagian darti batuan tersebut harus segera
disetor pada kas daerah-daerah masing-masing dalam jangka
waktu paling lama 1x24 atau harus di setorkan dalam waktu
paling lama selama satu kali dua puluh empat jam atau dalam
jangka waku yang telah ditentukan sebelumnya oleh masing-
masing pihak atau telah ditentukan oleh walikota, gubernur
ataupun pejabat dimasing-masing daerah tersebut yang telah
ditunjuk.

B. Saran
Wajib pajak minerral yang bukan termasuk bagian dari logam
atau non logam dan bukan juga termasuk bagian dari batuan ini
wajib melakukan atau wajib melaporkan kepada bupati atau
walikota atau pihak yang berwajib tentang adanya kegiatan atau
aktifitas disekitar lahan tempat melakukan pengambilan tanah atau
lahan yang dislahgunakan oleh oknum oknum yang melanggar
hukum dan peraturan yang ada dan mengatur tentang pajak
mineral yang bukan termasuk bagian dari logam dan juga bukan
termasuk bagian dari batuan yang dimana setiap kepalaa daerah
tempat pengambilan bahan galian C harus menyetujui kegiatan
pengambilan bahan galian C dengan memperhatikan point-point
yakni tidak memberikan dampak ekonomi yang negatif,
memperhatikan aspek keadlian dan kemampuan masyarakat,
menjaga kelestarian dari lingkungan disekitarnya dan harus bisa
menerapkan sistem self-assesment atau dengan cara menghitung
sendirei berapa pajak yang didaptkan oleh pengusaha itu sendiri
agar tidak diselewengkan oleh pihak yang tidak jelas.

Anda mungkin juga menyukai