Anda di halaman 1dari 13

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ahli sosiologi berpendapat bahwa dalam semua masyarakat memiliki

ketidaksamaan di berbagai bidang. Misalnya dalam bidang ekonomi, sebagian

anggota masyarakat memiliki kekayaan yang berlimpah dan kesejahteraan hidup

yang terjamin, sedangkan sebagian lainnya dalam keadaan miskin dan tidak

sejahtera. Pada bidang politik sebagian orang memiliki kekuasaan dan sebagian

lainnya dikuasai, dalam bidang pendidikan sebagian orang ada yang mengenyam

pendidikan sampai ke tingkat yang paling tinggi dan sebagian lainnya ada yang

sama sekali tidak pernah mengenyam pendidikan1. Inilah realitas sosial dalam

masyarakat, yang dapat ditangkap oleh pemerintah dan daya pikir manusia.

Perbedaan anggota masyarakat ini, seperti telah dikatakan terdahulu, dinamakan

stratifikasi sosial (sosial stratification), lalu bagaimana pandangan pendidikan

Islam terhadap stratifikasi sosial tersebut?. Pentingnya pendidikan Islam

merupakan kata kunci untuk setiap manusia agar ia mendapatkan ilmu. Hanya

dengan pendidikanlah ilmu akan didapat dan diserap dengan baik. Tak heran bila

kini pemerintah mewajibkan program belajar 9 tahun agar masyarakat menjadi

pandai dan beradab. Pendidikan Islam juga merupakan metode pendekatan yang

sesuai dengan fitrah manusia yang memiliki fase tahapan dalam pertumbuhan.

Pendidikan Islam dapat mengubah masyarakat jahiliyah menjadi umat terbaik


1
Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), h.177.

1
2

disebabkan pendidikan Islam mempunyai kelebihan, pendidikan Islam juga

mempunyai ciri pembentukan pemahaman Islam yang utuh dan menyeluruh,

pemeliharaan apa yang telah dipelajarinya, pengembangan atas ilmu yang

diperolehnya dan agar tetap pada rel Syariah. Hasil dari pendidikan Islam akan

membentuk jiwa yang tenang, akal yang cerdas dan fisik yang kuat serta banyak

beramal.

Nilai Islam ditanamkan dalam individu membutuhkan tahpan-tahapan

selanjutnya dikembangkan kepada pemberdayaan di segala sektor kehidupan

manusia. Potensi yang dikembangkan kemudian diarahkan kepada pengaktualan

potensi dengan memasuki berbagai bidang kehidupan. Sedemikian pentingnya

ilmu, maka tidak heran orang-orang yang berilmu mendapat posisi yang tinggi

baik di sisi Allah maupun manusia sebagaimana Firman Allah dalam al-Quran

surat al-Mujadilah ayat 11


...

Terjemahnya:
.Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan2.

Ayat di atas menjelaskan bahwa orang yang berilmu dengan orang yang

tidak berilmu dibedakan derajatnya oleh Allah swt., namun apakah derajat yang

dimaksud di sini adalah stratifikasi sosial? Seperti yang dikemukakan terdahulu.

2
Departemen Agama RI, al-Quran dan Terjemahannya, (Al-Madinah al-Munawwarat,
Mujamma, Khadim al- Haramayin al-Syarifain al- Malik Fadh li Thibaat al-Mushaf al- Syarif,
1429 H), h. 910.
3

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dapat

diidentifikasi sebagai berikut:

1. Apa pengertian Stratifikasi sosial dan proses terjadinya

2. Faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya stratifikasi sosial

3. Ada berapa jenis stratifikasi sosial

4. Bagaimana pandangan pendidikan Islam terhadap stratifikasi sosial


4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan proses terjadinya Stratifikasi Sosial

Stratifikasi sosial merupakan sebuah pengelompokan masyarakat unuk

membedakan antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lainnya, sejumlah

ahli sosiologi mengemukakan definisi stratifikasi sosial sebagai berikut:

1. Menurut Mosaca : stratifikasi sosial adalah pembedaan anggota masyarakat

berdasarkan status yang dimilikinya.

2. Menurut Max Weber : Stratifikasi sosial merupakan penggolongan orang-

orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu atas lapisan-lapisan

hierarki menurut dimensi kekuasaan, privilese, dan prestise.

3. Menurut Pitirim A. Sorokin : Stratifikasi sosial merupakan pembedaan

penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas yang tersusun secara

bertingkat3. Dari apa yang dikemukakan oleh para ahli di atas dapat

disimpulkan bahwa stratifikasi sosial adalah pengelompokan anggota

masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial secara bertingkat berdasarkan

status yang dimilikinya.

Proses terjadinya stratifikasi sosial yaitu seperti di bawah ini:

1. Terjadinya secara otomatis

Dapat terjadi karena faktor yang sudah ada sejak seseorang lahir, atau

proses ini bias terjadi karena pertumbuhan masyarakat. Seseorang yang

3
Fritz Hotman S. Damanik, Sosiologi, Klaten: ( PT Intan Pariwara, 2009), h. 6.

4
5

menempati lapisan tertentu bukan atas kesengajaan yang dibuat oleh

masyarakat atau dirinya sendiri akan tetapi terjadi secara otomatis seperti

misalnya keturunan.

2. Terjadi secara sengaja

Stratifikasi sosial dapat terjadi dengan sengaja dengan maksud untuk

tujuan atau kepentingan bersama. Sistem ini ditentukan dengan adanya

wewenang dan juga kekuasaan yang diberikan oleh seseorang atau organisasi.

Misalnya seperti diberikan oleh partai politik, perusahaan tempat bekerja,

pemerintahan, dan lain-lain.

B. Faktor-faktor penyebab terjadinya Stratifikasi Sosial

Di dalam masyarakat dasar-dasar pembentukan stratifikasi sosial dilihat

dari empat hal. Pertama, dilihat dari ukuran kekayaan. Kekayaan (materi atau

kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan anggota masyarakat ke dalam

lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa memiliki kekayaan paling banyak

mana ia akan termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial, demikian

pula sebaliknya, yang tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan ke dalam

lapisan yang rendah.

Kedua, dilihat dari ukuran kekuasaan dan wewenang. Dalam hal ini jika

seseorang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar maka, ia akan

menempati lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang

bersangkutan. Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab

orang yang kaya dalam masyarakat biasanya dapat menguasai orang-orang lain
6

yang tidak kaya, atau sebaliknya, kekuasaan dan wewenang dapat mendatangkan

kekayaan.

Ketiga, dilihat dari ukuran kehormatan. Di sini ukuran kehormatan tidak

dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang-orang yang

disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas dari sistem pelapisan sosial

masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat tradisional,

biasanya mereka sangat menghormati orang-orang yang banyak jasanya kepada

masyarakat, para orang tua ataupun orang-orang yang berprilaku dan berbudi

luhur.

Keempat, dilihat dari ukuran ilmu pengetahuan. Ukuran ilmu pengetahuan

sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang menghargai ilmu

pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan akan

menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang

bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelar-

gelar akademik (kesarjanaan), atau profesi yang disandang oleh seseorang,

misalnya dokter, insinyur, doktorandus, doktor ataupun gelar profesional seperti

profesor. Namun sering timbul akibat-akibat negatif dari kondisi ini jika gelar-

gelar yang disandang tersebut lebih dinilai tinggi daripada ilmu yang dikuasainya,

sehingga banyak orang yang berusaha dengan cara-cara yang tidak benar untuk

memperoleh gelar kesarjanaan, misalnya dengan membeli skripsi, menyuap,

ijazah palsu dan seterusnya.


7

C. Jenis Stratifikasi Sosial

1. Stratifikasi Sosial tertutup

Yang dimaksud dengan stratifikasi yaitu stratifikasi yang di mana pada

setiap anggota masyarakat tidak bias pindah ke tingkat sosial yang lebih

tinggi atau ke tingkat sosial yang lebih rendah. Seperti contohnya pada sistem

kasta pada suatu Negara atau pada suatu daerah yang di mana terdapat

golongan darah biru dan golongan masyarakat biasa.

2. Stratifikasi sosial terbuka

Yang dimaksud dengan stratifikasi sosial terbuka yaitu suatu sistem

stratifikasi yang di mana pada setiap anggota masyarakat bias berpindah-

pindah dari satu tingkatan ke tingkatan lainnya. Seperti contohnya pada

tingkatan dunia pendidikan, jabatan pekerjaan, kekuasaan dan lain-lain.

Seseorang yang tadinya biasa-biasa saja dapat mengubah nasib dan tingkat

sosialnya menjadi lebih baik atau lebih tinggi lagi, disebabkan seseorang

tersebut berusaha keras untuk dapat mengubah nasibnya lebih baik lagi

dengan cara sekolah yang tinggi dan memiliki banyak kemampuan sehingga

dia mendapat kedudukan yang baik dalam pekerjaan serta menerima upah

yang tinggi.

3. Stratifikasi sosial campuran

Stratifikasi sosial campuran adalah gabungan dari stratifikasi sistem

terbuka dan tertutup, di mana masyarakat tersebut tidak dapat untuk pindah

ke lapisan lebih atas, namun di sisi lain dapat melakukan mobilitas vertikal

dengan status yang sama. Contohnya: seorang Bali berkasta brahmana


8

mempunyai kedudukan terhormat di Bali, Namun apabila ia pindah ke

daerah lain menjadi buruh, ia memperoleh kedudukan rendah. Maka ia harus

menyesuaikan diri dengan aturan kelompok masyarakat di daerah tersebut.4

D. Stratifikasi Sosial menurut pandangan Pendidikan Islam

Kehadiran Islam ke tengah-tengah masyarakat Jahiliyah dengan membawa

syari'ah (sistem hukum) yang sempurna sehingga mampu mengatur relasi yang

adil dan egaliter antar individu manusia dalam masyarakat. Secara prinsip,

kemunculan Nabi Muhammad saw. dengan membawa ajaran-ajaran egaliter,

dapat dinilai sebagai sebuah perubahan sosial terhadap kejahiliyahan yang sedang

terjadi di dalam masyarakat, terutama sistem hukumnya, dengan wahyu dan

petunjuk dari Allah Swt. Sebagai konsekuensi dari sebuah transformasi

(perubahan) sosial, hukum Islam berposisi sebagai hukum yang berbeda dan

merombak hukum jahiliyyah. Strata sosial yang terjadi pada saat itu sangat

timpang. Perbudakan merajalela, kaum wanita ternista moralitas berada di titik

nadir, dan yang berlaku adalah hukum rimba homo homini lupus.

Kedatangan Islam pada awalnya memberikan penekanan utama pada

prinsip monoteisme, tertib moral, dan keadilan sosial ekonomi. Prinsip-prinsip

inilah yang membuat geram pemuka Quraisy karena menganggap prinsip-prinsip

itu mengancam eksistensi mereka. Penekanan Muhammad pada keadilan ekonomi

jelas membuat tersinggung kelompok Oligarki yang menguasai perekonomian

Mekkah. Larangan riba jelas mengancam stabilitas mereka. Larangan riba jelas

bertentangan dengan budaya mereka yang merentekan uang dan barang hingga

4
Didin saripudin, interpretasi sosiologis dalam pendidikan. (Bandung : Karya Putra
Darwati, 2010), h. 47.
9

berlipat ganda. Tidak tanggung-tanggung jika piutang mereka tidak dibayar

mereka akan menjadi budak si pemberi piutang.

Dalam pandangannya juga Islam memandang bahwa, semua manusia

adalah ciptaan Allah. Semua mempunyai kedudukan yang sama di hadapan-Nya.

Yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa.

Allah swt. Berfirman dalam surat al-Hujurat ayat 13.

Terjemahnya:

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-


laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.5

Dalam hal beribadah pun Islam tidak pernah membedakan antara si kaya

dan si miskin, si tua dan si muda dan lain sebagainya, itu yang ada di dalam

agama Islam, tetapi di dalam masyarakat Islam stratifikasi sosial tetap ada demi

keteraturan suatu wilayah tersebut untuk pembagian kerja menurut proporsi

mereka masing-masing. Umat Islam diperintahkan untuk menghormati orang yang

mempunyai keutamaan, apakah itu kekuasaan, ilmu, kekayaan, dan kehormatan,

bila semua itu dalam konteks ketakwaan. Penguasa yang adil sangat dimuliakan

dalam Islam. Kita harus taat padanya. Orang yang berilmu ('alim) sangat

dimuliakan dalam Islam. Kita harus menghormatinya. Orang kaya yang

5
Op.cit, h. 847.
10

dermawan, mempunyai kedudukan yang mulia dalam Islam. Kita harus

menghormatinya.

Orang yang berjasa kepada masyarakat, mempunyai kedudukan yang

mulia dalam Islam. Kita harus menghormatinya. Itu artinya adanya stratifikasi

sosial dalam masyarakat merupakan hal yang wajar. Karena anggota masyarakat

mempunyai perbedaan kelebihan. Penghormatan kepada orang yang mempunyai

kelebihan, dalam konteks ketakwaan, juga diperintahkan dalam Islam. Jika strata

itu dalam konteks kasta, seperti kasta di India, yang menetapkan kasta tertentu

lebih tinggi kedudukannya dan ada beberapa aturan yang membeda-bedakan antar

kasta, hal tersebut tidak sesuai dengan ajaran Islam.


11

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Stratifikasi sosial adalah pelapisan, pembedaan penduduk atau masyarakat ke

dalam kelas-kelas secara bertingkat sesuai dengan status yang dimilikinya

Perwujudannya adalah adanya kelas-kelas tinggi dan kelas yang rendah.

2. Faktor yang mempengaruhi terjadinya stratifikasi sosial adalah: kekayaan,

siapa yang memiliki kekayaan paling banyak maka dia akan menempati

stratifikasi paling tinggi, kekuasaan dan wewenang, jika seseorang memiliki

kewenangan paling besar maka dia akan menempat posisi stratifikasi paling

tinggi, kehormatan, siapa yang paling disegani atau paling dihormati maka

dia akan menempati stratifikasi sosial paling tinggi, ilmu pengetahuan siapa

yang paling menguasai ilmu pengetahuan maka dialah yang menempati

lapisan sosial paling tinggi.

3. Jenis stratifikasi sosial ada tiga macam yaitu: Stratifikasi Sosial tertutup

yakni setiap anggota masyarakat tidak biasa pindah ke tingkat sosial yang

lebih tinggi atau lebih rendah, Stratifikasi sosial terbuka yakni satu sistem

stratifikasi sosial di mana anggota masyarakat bisa berpindah dari satu

tingkatan ke tingkatan yang lain, Stratifikasi sosial campuran adalah

gabungan dari stratifikasi sistem terbuka dan tertutup, di mana masyarakat

tersebut tidak dapat untuk pindah ke lapisan lebih atas, namun di sisi lain

dapat melakukan mobilitas vertikal.

11
12

4. Pendidikan Islam memandang bahwa, semua manusia adalah ciptaan Allah

swt. Semua mempunyai kedudukan yang sama di hadapan-Nya. Yang paling

mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa,umat Islam diperintahkan

untuk menghormati orang yang mempunyai keutamaan, apakah itu

kekuasaan, ilmu, kekayaan, dan kehormatan, bila semua itu dalam

konteks ketakwaan. Penguasa yang adil sangat dimuliakan dalam Islam. Kita

harus taat padanya. Orang kaya yang dermawan, mempunyai kedudukan yang

mulia dalam Islam. Kita harus menghormatinya. Orang yang berjasa kepada

masyarakat, mempunyai kedudukan yang mulia dalam Islam. Kita harus

menghormatinya. Itu artinya adanya stratifikasi sosial dalam masyarakat

merupakan hal yang wajar. Karena anggota masyarakat mempunyai

perbedaan kelebihan. Penghormatan kepada orang yang mempunyai

kelebihan, dalam konteks ketakwaan, juga diperintahkan dalam Islam. Jika

strata itu dalam konteks kasta, seperti kasta di India, yang menetapkan kasta

tertentu lebih tinggi kedudukannya dan ada beberapa aturan yang membeda-

bedakan antar kasta, hal tersebut tidak sesuai dengan ajaran Islam.

B. Saran-saran

Disadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak

terdapat kekeliruan dan kekurangan karena keterbatasan pengetahuan oleh karena

itu saran, tanggapan dan pendapat dari teman sangat diharapkan untuk perbaikan,

demikian pula arahan dan bimbingan dari Bapak Dosen sangat dibutuhkan sebagai

penyempurnaan makalah ini.


13

DAFTAR PUSTAKA

Damanik, Fritz Hotman S., Sosiologi, Klaten: PT Intan Pariwara, 2009.

Departemen Agama RI, al-Quran dan Terjemahannya, Al-Madinah al-


Munawwarat, Mujamma, Khadim al- Haramayin al-Syarifain al- Malik
Fadh li Thibaat al-Mushaf al- Syarif, 1429 H.

Idi, Abdullah, Sosiologi Pendidikan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2013.

Maliki, Zainuddin, Sosiologi Pendidikan, Yogyakarta: Gajah Mada University


Press, 2010.

Saripuddin, Didin, interpretasi sosiologis dalam pendidikan. Karya Putra Darwati,


2010.

13

Anda mungkin juga menyukai