Anda di halaman 1dari 3

Pemurniaan......

Rekristalisasi adalah teknik pemurnian suatu zat padat dari campuran atau
pengotornya yang dilakukan dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah
dilarutkan dalam pelarut (solven) yang sesuai atau cocok. Ada beberapa syarat agar suatu
pelarut dapat digunakan dalam proses kristalisasi yaitu memberikan perbedaan daya larut
yang cukup besar antara zat yang dimurnikan dengan zat pengotor, tidak meninggalkan zat
pengotor pada kristal, dan mudah dipisahkan dari kristalnya. Dalam kasus pemurnian garam
NaCl dengan teknik rekristalisasi pelarut (solven) yang digunakan adalah air. Prinsip dasar
dari rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang akan dimurnikan dengan
kelarutan zat pencampur atau pencemarnya. Larutan yang terbentuk dipisahkan satu sama
lain, kemudian larutan zat yang diinginkan dikristalkan dengan cara menjenuhkannya
(mencapai kondidi supersaturasi atau larutan lewat jenuh). Secara toritis ada 4 metoda untuk
menciptakan supersaturasi dengan mengubah temperatur, menguapkan olvens, reaksi kimia,
dan mengubah komposisi solven (Agustina, 2013).
Peristiwa rekristalisasi berhubungan dengan reaksi pengendapan. Endapan merupakan
zat yang memisah dari satu fase padat dan keluar ke dalam larutannya. Endapan terbentuk
jika larutan bersifat terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan suatu endapan
merupakan konsentrasi molal dari larutan jenuhnya. Kelarutan bergantung dari suhu, tekanan,
konsentrasi bahan lain yang terkandung dalam larutan dan komposisi pelarutnya (Svehla,
1985).
Pengotor yang ada pada kristal terdiri dari dua katagori, yaitu pengotor yang ada pada
permukaan kristal dan pengotor yang ada di dalam kristal. Pengotor yang ada pada permukaa
n Kristal berasal dari larutan induk yang terbawa pada permukaan kristal pada saat proses
pemisahan padatan dari larutan induknya (retentionliquid). Pengotor pada permukaan
kristalini dapat dipisahkan hanya dengan pencucian. Cairan yang digunakan untuk mencuci
harus mempunyai sifat dapat melarutkan pengotor tetapi tidak melarutkan padatan kristal.
Salah satu cairan yang memenuhi sifat diatas adalah larutan jenuh dari bahan kristal yang
akan dicuci, namun dapa juga dipakai pelarut pada umumnya yang memenuhi krteria
tersebut. Adapun pengotor yang berada di dalam kristal tidak dapat dihilangkan dengan cara
pencucian. Salah satu cara untuk menghilangkan pengotor yang ada di dalam kristal adalah
dengan jalan rekristalisasi, yaitu dengan melarutkan kristal tersebut kemudian
mengkristalkannya kembali. Salah satu kelebihan proses kristalisasi dibandingkan dengan
proses pemisahan yang lain adalah bahwa pengotorhanya bisa terbawa dalam kristal jika
terorientasi secara bagus dalam kisi Kristal (Puguh, 2003).
Kemudahan suatu endapan dapat disaring dan dicuci tergantung sebagian besar pada
struktur morfologi endapan, yaitu bentuk dan ukuran-ukuran kristalnya. Semakin besar
kristal-kristal yang terbentuk selama berlangsungnya pengendapan, makin mudah mereka
dapat disaring dan mungkin sekali (meski tak harus) makin cepat kristal-kristal itu akan turun
keluar dari larutan, yang lagi-lagi akan membantu penyaringan. Bentuk kristal juga penting.
Struktur yang sederhana seperti kubus, oktahedron, atau jarum-jarum, sangat
menguntungkan, karena mudah dicuci setelah disaring. Kristal dengan struktur yang lebih
kompleks, yang mengandung lekuk-lekuk dan lubang-lubang, akan menahan cairan induk
(mother liquid), bahkan setelah dicuci dengan seksama. Endapan yang terdiri dari kristal-
kristal, pemisahan kuantitatif lebih kecil kemungkinannya bisa tercapai (Svehla, 1979).
Kristal adalah benda padat yang mempunyai permukaan-permukaan datar. Banyak zat
padat seperti garam, kuarsa, dan salju ada dalam bentuk-bentuk yang jelas simetris, telah
lama para ilmuwan menduga bahwa atom, ion ataupun molekul zat padat ini juga tersusun
secara simetris. Penampilan luar suatu partikel Kristal besar tidak menentukan penataan
partikel. Bila suatu zat dalam keadaan cair atau larutan mengkristal, kristal dapat terbentuk
dengan tumbuh lebih ke satu arah daripada ke lain arah. Kristal-kristal itu akan turun keluar
dari larutan yang berfungsi membantu penyaringan (Syabatini, 2010).

Kalkon (1,3-difenil-2propen-1-on) merupakan senyawa yang mengandung dua cincin


aril yang terhubung dengan keton , tak jenuh (Solomon dan Lee, 2012). Kalkon adalah
intermediet penting dalam sintesis organik (Ameta et al., 2011). Gugus kalkon merupakan
struktur umum pada tanaman yang memiliki kandungan metabolit sekunder flavonoid
(Solomon dan Lee, 2012).
Kalkon dapat disintesis melalui kondensasi Claisen-Schmidt dari aldehid dan keton
aromatik dengan menggunakan katalisator berupa asam atau basa yang diikuti oleh reaksi
dehidrasi. Katalis asam yang biasa digunakan antara lain HCl dan SOCl2 (Jayapal dan
Sreedhar, 2010) sedangkan katalis basa yang biasa digunakan adalah NaOH (Choudhary dan
Juyal, 2011). Kalkon memiliki gugus etilen keto (-CO-CH=CH-) yang reaktif. Gugus tersebut
menyebabkan kalkon memiliki aktivitas biologis yang bermacam-macam (Jayapal dan
Sreedhar, 2010).

Daftar Pustaka

Agustina , Leokrist. (2013). Rekristalisasi Garam Rakyat dari Daerah Demak untuk Mencapai
SNI Garam Industri.Jurnal Teknologi Kimia Dan Industri. Vol. 2, No.4.Universitas
Diponegoro. Semarang. Diakses tanggal 8 Desember 2014
Ameta K.L, Rathore N.S, Kumar B. 2011. Synthesis Of Some Novel Chalcones And Their
Facile One-Pot Conversion To 2-Aminobenzene-1,3- Dicarbonitriles Using
Malononitrile. Analele Universitii din Bucuresti 20(1): 15.

Choudhary, A.N., V.Juyal. Synthesis of chalcone and their derivates as antimicrobial agents.
2011. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences 3(3): 125-128.

Jayapal, M.R., N.Y Sreedhar. 2010. Anhydrous K2CO3 as Catalyst For The Synthesis Of
Chalcones Under Microwave Irradiation. Journal of Pharmaceutical Science and
Research 2(10): 21.

Puguh, Setyopratomo. (2003). Studi Eksperimental Pemurnian Garam NaCl dengan


CaraRekristalisasi. Universitas Surabaya
Solomon V.R, Lee H. 2012. Anti-Breast Cancer Activity of Heteroaryl Chalcone Derivatives.
Biomedicine &Pharmacotherapy 66: 213.

Svehla, S. 1985. Buku Ajar Vogel: Analisis Anorganik Kuantitatif Makro dan
Semimikro. Jilid I. PT Kalman Media Pusaka. Jakarta.
Svehla. 1979. Buku Ajar Vogel : Analisi Anorganik Kuntitatif Makro dan Semimikro. Jakarta
: PT Kalman Media Pusaka.
Syabatini, Annisa. 2010. Pemurnian Bahan secara Rekristalisasi. Banjarmasin : Universitas
Lambung Mangkurat.

Anda mungkin juga menyukai