PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2. Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah membagi pekerjaan yang telah ditetapkan kepada anggota
organisasi sehingga pekerjaan terbagi ke dalam unit-unit kerja. Pembagian pekerjaan ini
disertai pendelegasian kewenangan agar masing-masing melaksanakan tugasnya dengan
tanggung jawab. Untuk mengatur urutan proses berjalalnnya arus kerja perlu dibuat ketentuan
mengenai prosedur dan hubungan kerja antar unit.
Pengorganisasian adalah penetapan struktur peran melalui penentuan berbagai aktivitas
yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan-tujuan dan bagian-bagiannya, pengelompokan
aktivitas, penugasan, pendelegasian wewenang, serta pengkoordinasian hubungan wewenang
dan informasi dalam struktur organisasi.4[4]
2[2] A. M. Kadarman, Yusuf Udaya, Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta:PT. Prenhallindo, 2001), h.
54.
3[3] Abdul Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta:Bulan Bintang, 1993), Cet. Ke-3, h.
54.
4[4] Ibid, h. 82
Langkah pokok dalam proses pengorganisasian:5[5]
Merinci seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan
Pembagian kerja ke dalam aktivitas-aktivitas secara logis dan dapat
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang
Mengelompokkan aktivitas yang sama menjadi departemen dan menyusun
skema kerja sama
Menetapkan mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan anggota dalam
kesatuan kerja
Membantu efektivitas organisasi dan mengambil langkah penyesuaian untuk
mempertahankan atau meningkatkan efektivitas.
3. Actuating (Pelaksanaan)
Penggerakan adalah upaya manajer dalam menggerakkan anggotanya untuk
melakkukan pekerjaan secara efektif dan efisien berdasarkan perencanaan dan pembagian
tugas. Untuk menggerakkan para anggotanya diperlukan tindakan motivasi, menjalin
hubungan, penyelenggaraan komunikasi, dan pengembangan atau peningkatan pelaksana.6[6]
Berikut adalah fungsi penggerakan, yaitu:7[7]
Memperngaruhi orang lain untuk mengikuti perintah atau arahan
pimpinan
Melunakkan daya resistensi pada seseorang
Membuat orang lain menyukai tugasnya sehingga dapat mengerjakan
dengan baik
Mendapaatkan dan memelihara kecintaan kepada pimpinan, tugas serta
organisasi
Menanamkan dan memupuk tanggung jawab secara penuh
4. Controling (Pengawasan)
Pengawasan dan pengendalian dilakukan agar aktivitas organisasi berjalan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan. Bila terjadi deviasi (penyimpangan), maka manajer
7[7] Adi Kadarmin dan Yusuf Udaya, Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama,
1999), h. 87-88.
segera memberikan peringatan untuk meluruskan kembali langkah-langkah agar sesuai
dengan apa yang telah direncanakan.
Pengawasan adalah upaya sistematis untuk menetapkan kinerja standar pada
perencanaan, merancang sistem umpan balik informasi, membandingkan kinerja actual
dengan standar yang telah ditentukan, menetapkan apakah terjadi penyimpangan atau tidak,
dan mengukur signifikansi penyimpangan bila terjadi penyimpangan, serta mengambil
tindakan perbaikan untuk menjamin bahwa semua sumber daya telah digunakan seefektif dan
seefisien mungkin guna mencapai tujuan organisasi.8[8]
9[9] Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Zakat dan Wakaf, (Jakarta:UI-Press, 1998), h. 68-70
1. Pola Pengumpulan Zakat (Fundraising)
Pemerintah tidak melakukan pengumpulan zakat. Melainkan hanya
berfungsi sebagai Motivator, Regulator, dan fasilitator dalam
pegumpulan zakat.
Pengumpulan zakat dilakukan oleh badan amil zakat yang dibentuk
oleh pemerintah dan lembaga amil zakat yang dibentuk oleh
masyarakat dan dikukuhkan oleh pemerintah.
Pengumpulan zakat dapat dilakukan melalui penyerahan langsung
(datang) ke Badan Amil Zakat melalui conter zakat, unit pengumpulan
zakat, pos, bank, pemotongan gaji, dan pembayaran zakat yang dapat
mengurangi penghasilan kena pajak.
2. Pola Pendistribusian Zakat (Distribution)
Pengertian Pola
Pola adalah gambaran yang dipakai untuk contoh. Pola adalah bentuk yang dipakai
sebagai acuan atau dasar membuat/melaksanakan sesuatu yang dapat menguntungkan
manusia.
Pola pendistribusian zakat adalah bentuk penyaluran dana zakat dari muzzaki kepada
mustahik dengan melalui amil.
Macam-macam Pola Pendistribusian Zakat
Kalau kita melihat pengelolan zakat pada masa Rasulullah SAW dan para sahabat
kemudian di plikasikan pada kondisi sekarang . Kita dapati bahwa penyaluran zakat dapat
dibedakan menjadi dua bentuk, yakni bantuan sesaat (pola tradisonal/konsumtif) dan
pemberdayaan (pola kontemporer/produktif.
1. Pola Tradisional/Konsumtif (Bantuan Sesaat) yaitu penyaluran batuan dana zakat
diberikan langsung kepada mustahik.
2. Pola Kontemporer/Produktif (Bantuan Pemberdayaan)
Pola produktif adalah pola penyaluran dana zakat kepada mustahik yang ada dipinjamkan
oleh amil untuk kepentingan aktifitas suatu usaha/bisnis.
3. Pola Pendayagunaan Zakat
Pengertian Pola dan Pendayagunaan
Pola dalam kamus besar bahasa Indonesi artinya sistem, cara kerja, bentuk
(struktur) yang tetap. Sedangkan Pendayagunaan adalah pengusahaan agar mampu
mendatangkan hasil atau pengusahaan (tenaga dan sebagainya) agar mampu menjalankan
tugas dengan baik.
Pola pendayagunaan zakat adalah cara atau sistem distribusi dan alokasi dana zakat
berdasarkan tuntutan perkembangan zaman dan sesuai dengan cita dan rasa syariat, pesan
dan kesan ajaran Islam.
Sasaran Pendayagunaan Zakat (Empowering).
Allah SWT menetapkan delapan golongan mustahik (asnaf Mustahik). Terdiri dari
fakir, miskin, amil, muallaf, riqob, ghorimin, fisabilillah, dan ibnu sabil.
klasifikasi golongan mustahik dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu :
kelompok permanen dan kelompok temporer.
1). kelompok pemanen : fakir, miskin, amil, dan muallaf. Empat golongan mustahik
ini diasumsikan akan selalu ada di wilayah kerja organisasi pengelolaan zakat dan karena itu
penyaluran dana kepada mereka akan terus menerus atau dalam waktu lama walaupun secara
individu penerima berganti-ganti.
2). Kelompok temporer : riqob, ghorimin, fisabilillah dan ibnu sabil. Empat golongan
mustahik kini diasumsikan tidak selalu ada di wilayah kerja suatu organisasi pengelolaan
zakat
PENUTUP
A. Kesimpulan
Zakat merupakan ibadah yang memiliki dua sisi. Pada satu sisi zakat merupakan
ibadah yang berfungsi sebagai penyucian terhadap harta dan diri pemiliknya, pada sisi lain
zakat mengandung makna sosial yang tinggi. Dengan semakin luasnya objek zakat dengan
jenis usaha yang sangat variatif di bidang pertanian, perindustrian, peternakan dan profesi
semakin besar peluang untuk penggalangan dana dari sektor zakat. Akan tetapi kesuksesan
dalam penggalangan dana saja tidak akan mencapai sasaran, jika pendayagunaan dana zakat
tidak dikelola secara profesional.
Manajemen pendayagunaan zakat berarti membahas usaha yang saling berkaitan
dalam menciptakan tujuan tertentu dari penggunaan hasil zakat secara baik, tepat dan terarah,
sesuai dengan tujuan zakat itu disyariatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Adi Kadarmin dan Yusuf Udaya, Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta:Gramedia Pustaka
Utama, 1999)
Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Zakat dan Wakaf, (Jakarta:UI-Press, 1998)
Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA, Manajemen Pendayagunaan Zakat dan Wakaf,