Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH SISTEM PENCERNAAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


PEMBERIAN NUTRISI ENTERAL DAN
PARENTERAL

DISUSUN OLEH:

CHRISTIANTO M.
DISA NOVIANTI S.
DEVI OKTAVIA U.
NABILA ELVIRA
NURAYSIH
RICCA ANGGRAENI
RISTA SUCI R.
SRI ENDANG K.
WIDHEA ERNAWATI

FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tubuh memerlukan energi untuk fungsi-fungsi organ tubuh, pergerakan tubuh,
mempertahankan suhu, fungsi enzim, pertumbuhan dan pergantian sel yang rusak.
Metabolisme merupakan semua proses biokimia pada sel tubuh. Proses
metabolisme dapat berupa anabolisme (membangun) dan katabolisme (pemecah).
Masalah nutrisi erat kaitannya dengan intake makanan dan metabolisme tubuh
serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara umm faktor yang
mempengaruhi kebutuhan nutrisi adalah faktor fisiologis untuk kebutuhan
metabolisme bassal, faktor patologis seperti adanya penyakit tertentu yang
menganggu pencernaan atau meningkatkan kebutuhn nutrisi, faktor sosio-ekonomi
seperti adanya kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi.
Pemberian Nutrisi Parenteral merupakan pemberian nutrisi berupa cairan infus
yang di masukkan ke dalam tubuh melalui darah vena baik sentral (untuk nutrisi
parenteral total) atau vena perifer (untuk nutrisi parenteral parsial). Pemberian
nutrisi melalui parenteral dilakukan pasien yang tidak dapat di penuhi kebutuhan
nutrisinya melalui oral atau enteral
Nutrisi Enteral merupakan pemberian nutrient melalui saluran cerna dengan
menggunakan sonde (tube feeding). Nutrisi enteral direkomendasikan bagi pasien-
pasien yang tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya secara volunter melalui
asupan oral. Pemberian nutrisi enteral dini (yang dimulai dalam 12 jam sampai 48
jam setelah pasien masuk ke dalam perawaatan intensif [ICU]) lebih baik
dibandingkan pemberian nutrisi parenteral.
B. Tujuan
- Menjelaskan pengertian konsep pemberian nutrisi enteral dan parenteral
- Mampu memahami asuhan keperawatan klien dengan pemberian nutrisi
parenteral dan enteral
C. Rumusan Masalah
- Apakah yang dimaksud dengan pemberian nutrisi enteral dan parenteral ?
- Bagaimana asuhan keperawatan klien dengan pemberian nutrisi enteral dan
parenteral ?
BAB II
PEMBAHASAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PEMBERIAN NUTRISI


ENTERAL

A. NUTRISI ENTERAL
1) Definisi
Nutrisi enteral adalah semua makanan cair yang dimasukkan kedalam tubuh
lewat saluran cerna, baik melalui mulut ataupun oral, selang nasogastrik,
maupun selang melalui lubang stomagaster atau lubang stoma jejunum.
Tujuan atau indikasi pemberian nutrisi enteral adalah untuk suplementasi,
untuk pasien yang masih dapat makan dan minum tetapi tidak dapat
mencukupi kebutuhan energi dan protein, untuk pengobatan, dan digunakan
untuk mencukupi seluruh kebutuhan zat gizi bila pasien tidak dapat makan
sama sekali.
2) Jenis Makanan / Nutrisi Enteral
a) Makanan / nutrisi enteral formula rumah sakit (blenderized): Makanan ini
dibuat dari beberapa bahan makanan yang diracik dan dibuat sendiri dengan
menggunakan blender. Konsistensi larutan, kandungan zat gizi, dan
osmolaritas dapat berubah pada setiap kali pembuatan dan dapat
terkontaminasi. Formula ini dapat diberikan melalui pipa sonde yang agak
besar, harganya relatif murah.
Contoh :
1 Makanan cair tinggi energi dan tinggi protein (susu full cream, susu
rendah laktosa, telur, glukosa, gula pasir, tepung beras, sari buah).
2 Makanan cair rendah laktosa (susu rendah laktosa, telur, gula pasir,
maizena)
3 Makanan cair tanpa susu (telur, kacang hijau, wortel, jeruk)
4 Makanan khusus (rendah protein untuk penyakit ginjal, rendah purin
untuk penyakit gout, diet diabetes)
b) Makanan / nutrisi enteral formula komersial : Formula komersial ini berupa
bubuk yang siap di cairkan atau berupa cairan yang dapat segera diberikan.
Nilai gizinya sesuai kebutuhan, konsistensi dan osmolaritasnya tetap, dan
tidak mudah terkontaminasi.
Contoh :
1 Polimerik : mengandung protein utuh untuk pasien dengan fungsi
saluran gastrointestinal normal atau hampir normal (panenteral,
fresubin)
2 Pradigesti : diet dibuat dengan formula khusus dalam bentuk susu
elementar yang mengandung asam amino dan lemak yang langsung
diserap usus untuk pasien dengan gangguan fungsi saluran
gastrointestinal (pepti 2000)
3 Diet enteral khusus untuk sirosis (aminolebane EN, falkamin), diabetes
(diabetasol), gagal ginjal (nefrisol), tinggi protein (peptisol)
4 Diet enteral tinggi serat (indovita)
3) Sistem Pemberian Nutrisi Enteral dan Alatnya
Nutrisi enteral dapat diberikan langsung melalui mulut (oral) atau melalui
selang makanan bila pasien tak dapat makan atau tidak boleh per oral. Selang
makanan yang ada yaitu:
a) Selang nasogastrik
1. Selang nasogsatrik biasa yang terbuat dari plastic, karet, dan polietilen.
Ukuran selang ini bermacam-macam tergantung kebutuhan. Selang ini
hanya tahan dipakai maksimal 7 hari.
2. Selang nasogastrik yang terbuat dari polivinil. Selang ini berukuran 7
french, kecil sekali dapat mencegah terjadinya aspirasi pneumonia
makanan dan tidak terlalu mengganggu pernapasan atau kenyamanan
pasien. Selang ini tahan dipakai maksimal 14 hari.
3. Selang nasogastrik yang terbuat dari silicon. Ukuran selang ini
bermacam-macam tergantung kebutuhan. Selang ini maksimal 6 minggu.
4. Selang nasogastrik yang terbuat dari poliuretan. Selang ini berukuran 7
french dan dapat dipakai selama 6 bulan.
b) Selang Nasoduodenal / nasojejunal.
Ukuran selang ini bermacam-macam namun lebih panjang daripada selang
nasogastrik.
c) Selang dan set untuk gastrotomi atau jejunostomi. Alat yang rutin dipakai
untuk pasien yang tidak dapat makan per oral atau terdapat obstruksi
esophagus / gaster.
4). Nutrisi Enteral Pada Beberapa Penyakit
a) Nutrisi Enteral pada penyakit saluran cerna.
Bila usus berfungsi baik, lebih baik diberikan nutrisi enteral
dibandingkan parenteral. Nutrisi enteral per oral diberikan bila makanan
masih dapat melalui mulut dan esophagus. Nutrisi enteral per selang
makanan diberikan bila makanan tak dapat diberikan melalui mulut dan
esofagus atau melalui gastrostomi esofagus atau melalui jejunostomi.
Nutrisi enteral sangat penting untuk saluran cerna karena dapat mencegah
atrofivili usus serta tetap menjaga kelangsungan fungsi usus enterosit, dan
kolonosit.
Pada penyakit saluran cerna direkomendasikan masukan enteral dengan
sumber energi asam amino atau peptida, sumber karbohidrat glukosa
polimer, sumber lemak trigliseril.
b) Nutrisi Enteral pada Pasien Kanker
Penggunaan saluran gastroinstestinal yang utuh bagi pemberian nutrisi
merupakan pilihan pertama pada pemberian nutrisi pasien kanker. Pasien
kanker yang akan mendapat suplementasi enteral dapat diberikan melalui
salah satu dari 3 jalur pemberian yang umum, yaitu oral nasoenterik atau
enterik.
c) Nutrisi Enteral pada Pasien Geriatri
Pasien geriatric (berusia 60 tahun atau lebih) lebih sering mengalami
malnutrisi, karena itu nutrisi merupakan hal yang penting diperhatikan
dalam pengobatan pasien tersebut. Kebutuhan kalori energy disesuaikan
dengan berat badan ideal dengan rumus yang ada.
d) Nutrisi Enteral pada Penyakit Ginjal
Pada pasien penyakit ginjal akut, harus diberikan diet bebas protein atau
rendah protein, mengandung energy kalori atau gula. Pada pasien penyakit
ginjal kronik tidak terkomplikasi, untuk mencegah uremia, protein yang
diberikan dalam bentuk protein nilai biologi tinggi (asam amino esensial)
20g per hari.
Pada pasien gagal ginjal kronik tidak terkomplikasi (termasuk yang
menjalani dialisis) kebutuhan energi tidak berbeda dengan orang dewasa
normal. Keseimbangan nitrogen netral dicapai dengan pemasukan nutrisi
yang mengandung asam amino esensisal 0,55-0,60 gram / kg BB/hari dan
kalori energi 35 kkal/Kg BB/ hari.
Pada pasien gagal ginjal kronik dan katabolic berat kebutuhan kalori energi
dan nitrogen lebih tinggi, tidak berbeda dengan pasien yang tidak menderita
gagal ginjal. Pada pasien gagal ginjal dengan hiperkalemia atau
hipofosfatemia dilakukan pembatasan kalium atau diberikan fosfor. Pada
pasien gagal ginjal dengan hipomagnesemia perlu diberikan magnesium
dan pada kalsemia diberikan kalsium.
5). Kelebihan Pemasukan nutrisi enteral dibanding parenteral
a) Fungsi saluran cerna lebih terpelihara
b) Mengurangi insidens translokasi bakteri dari usus
c) Massa mukosa usus dapat dipertahankan dan dipelihara
d) Lebih banyak insulin yang dilepaskan, sehingga dapat memicu
anabolisme
e) Biaya lebih murah
f) Lebih aman/komplikasi lebih sedikit
6). Komplikasi dengan pemberian nutrisi enteral
a) Infeksi nasokomial dari kintaminasi bakteri pada makanan
b) Nausea, distensi abdomen dan rasa tidak enak
c) Regurgitasi atau muntah
d) Aspirasi pulmoner
e) Diare
f) Pseudo-obstruksi intestinal
g) Interaksi dengan pengobatan enteral
h) Hiperglikemia
B. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1) Aktivitas/istirahat
Tanda : Penurunan otot(temporal, interkostal, gastoknemius, dorsum tangan);
ekstrimitas kurus, otot flaksid, penurunan toleransi aktivitas.
2) Sirkulasi
Tanda : Takikardia, bradikardia, diaphoresis, sianosis
3) Eliminasi
Gejala : Diare atau konstipasi; flatuensi berkenaan dengan masukan makanan.
Tanda : Distensi abdomen/peningkatan lingkar perut, asites;nyeri tekan pada
palpasi. Feses mungkin lunak, keras berlemak, atau warna seperti tanah liat
4) Makanan/cairan
Gejala : Penurunan BB 10 % atau lebih dari BB dalam 6 bulan sebelumnya.
Masalah dengan menelan, mengunya, tersedak, atau produksi saliva.
Perubahan pada rasa makanan; anoreksia, mual, muntah; ketidakadekuatan
masukan oral (puasa) selama 7-10 hari, penggunaan jangka panjang dari
dektrosa 5 % secara intravena.\
Tanda : BB aktual (diukur) dibandingkan dengan BB umum atau sebelum
sakit kurang dari 90 % BB ideal untuk tinggi, jenis kelamin, usia atau sama
dengan atau lebih besar dari 120% dari berat badan ideal. Bising usus
menurun, hiperaktivitas, atau tidak ada. Bibir kering, pecah, kemerahan ,
bengkak; stomatitis sudut bibir. Mebran mukosa kering, pucat, merah,
bengkak.
5) Neurosensori
Tanda : letargi, apatis, gelisah, peka rangsang, disorientasi, koma. Refleks
menelan mungkin menurun/tidak ada.
6) Pernapasan
Tanda : peningkatan frekuensi pernapasan , disres pernapasan. Dispnea,
peningkatan produksi sputum. Bunyi napas: krekels (defisiensi protein akibat
perpindahan cairan)
7) Keamanan
Gejala : adanya program terapi radiasi (enteritis radiasi)
Tanda : rambut mungkin rapuh, kasar. Alopesia, penurunan pigmentasi. Kulit
kering, kasar. Mata cekung, menonjol, kering, dan konjungtiva pucat. Kuku
mungkin rapuh, tipis, datar, bentuk seperti sendok
8) Seksualitas
Gejala : kehilangan libido. Amenorea
9) Penyuluhan /pembelajaran
Riwayat kondisi yang menyebabkan kehilangan protein berlarut-larut,
misalnya malabsopsi atau sidrom usus pendek dengan peningkatan diare,
pankreatitis akut, dialysis renal, fistula, luka basah, cedera termal.
Adanya faktor-faktor yang diketahui mengubah kebutuhan nutrisi/peningkatan
kebutuhan energi misal kegagalan tunggal, atau multi organ; sepsis; demam;
trauma; penggunaan steroid.
Penyakit berasal dari psikiatri misalnya anoreksia nervosa/bulimia

C. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN


Berdasarkan pada semua data pengkajian, Diagnosa keperawatan
utamadapatmencangkup yang berikut.
1. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan
masukan nutrien yang tidak adekuat.
Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil: BB normal, Klien tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan
nutrisi
a. kaji fungsi gastrointestinal dan toleransi pada pemberian makan enteral,
catat bising usus, keluhan mual muntah, ketidaknyamanan abdomen.
Rasional : karena pergantian protein dari mukosa GI terjadi kira kira
setiap 3 hari, saluran GI berisiko tinggi pada disfungsi dini dan atropi dari
penyakit dan mall nutrisi
b. Dokumentasikan masukan oral selama 24 jam, riwayat makanan, jumlah
kalori dengan tepat.
Rasional : Mengidentifikasi ketidakseimbangan kebutuhan nutrisi dan
masukan aktual.
c. Timbang berat badan setiap hari dan bandingkan dengan berat badan saat
penerimaan.
Rasional : Membuat data dasar, membantu memantau keefektifan aturan
terapeutik, dan menyadarkan perawat terhadap ketidaktepatan penurunan
atau penambahan berat badan.
d. Periksa residu daster bila pemberian makan bolus dilakukan, dan bila
diindikasikan; tunda pemberian makan atau kembalikan aspirat
perprotokol untuk tipe atau kecepatan pemberian makan yang digunakan
bila residu lebih besar dari kadar yang ditentukan sebelumnya.
Rasional: Pelambatan pengosongan lambung disebabkan oleh proses
penyakit khusus contohnya ileus paralitik atau pembedahan.
e. Pertahankan patensi selang pemberian makan enteral dengan membilas
dengan air hangat sesuai indikasi.
Rasional : formula enteral mengandung protein yang menghambat selang
pemberian makan yang memerlukan pembuangan/ penggantian selang.
2. Kekurangan Volume Cairan b.d ketidakmampuan mendapatkan ataumencerna
cairan
Tujuan : kebutuhan cairan terpenuhi, intake adekuat
Kriteria Hasil : Menunjukkan membran mukosa atau kulit lembab, TTV
stabil, haluaran urinarius adekuat, bebas edema dan penurunan berat badan
berlebihan, penambahan berat badan tidak tepat.
Intervensi :
a. Catat masukan dan haluan, hitung keseimbangan cairan. Ukur berat jenis
urin.
Rasional : kehilangan urin berlebihan dapat menunjukkan terjadinya
HHNC, berta jenis adalah indikator hidrasi dan fungsi renal.
b. Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.
Rasional: Penambahan berat badan cepat (menunjukkan retensi cairan)
dapat mempredisposisikan atau menimbulkan GJK atau edema pulmonal.
Penambahan lebih besar dari 0,5 lb/hari menunjukkan retensi cairan dan
bukan massa lemak tubuh.
c. Berikan air tambahan atau bilas selang sesuai indikasi.
Rasional : Dengan formula kalori lebih tinggi tambahan air dilakukan
untuk mencegah dehidrasi/HHNC.
d. Kolaborasikan dengan tim medis dengan pemeriksaan laboratorium
misalnya : kalium atau fosfoserum.
Rasional : Hipokalemia atau fosfatemia dapat terjadi karena perpindahan
intraseluler selama pemberian makan awal dan menurunkan funsi jantung
bila tidak diatasi.
e. Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium mis: kalium/fosfor, HT,
albumin serum.
Rasional : Menunjukkan hidrasi atau volume sirkulasi. Albumin serum,
hipoalbuminemia atau penurunan tekanan osmotik koloid menimbulkan
ruang ketiga cairan atau edema.
3. Kelelahan b.d penurunan produksi energi metabolik, peningkatanenergi
(status hipemetabolik, proses penyembuhan).
Tujuan : aktivitas fisik klien meningkat dan tidak menunjukkan tanda tanda
kelelahan
Kriteria Hasil : Pasien dapat mendemonstrasikan peningkatan aktifitas
fisikyang dapat diukur. Pasien melaporkan peningkatan rasa sejahtera atau
tingkat energi.
Intervensi :
a. Pantau renson fisiologis terhadap aktifitaas, misalnya perubahan tekanan
darah, frekuensi jantung atau pernapasan.
Rasional : Toleransi sangat bervariasi tergantung pada tahap proses
penyakit, status nutrisi dan keseimbangan cairan.
b. Berikan ROM aktif dan pasif pada pasien yang terbaring di tempat tidur.
Rasional : Perkembangan massa otot sehat tergantung pada ketentuan baik
latihan isotonik dan isometrik.
c. Bantu dalam perawatan diri sesuai kebutuhan.
Rasional : Kelemahan membuat kebutuhn perawatan diri hampir tidak
mungkin diselesaikan oleh pasien.
d. Dorong pasien untuk melakukan melakukan aktifitas ringan misalnya,
perawatan diri, bangun dai kursi, duduk, berjalan. Peningkatan tingkat
aktifitas sesuai indikasi.
Rasional : Meningkatkan kekuatan atau stamina dan memungkinkan pasien
menjadi lebih aktif tanpa kelelahan.
e. Rencanakan perawatn untuk memungkinkan periode istirahat. Jadwalkan
atifitas untuk periode bila pasien mempunyai banyak energi. Libatkan
pasien atau orang terdekat dalam perencanaan jadwal.
Rasional : Periode istirahat yang sering diperlukan memperbaiki atau
menghemat energi. Perencanaan akan memungkinkan pasien aktif selama
waktu dimana tingkat energi lebih tinggi, yang dapat menghemat perasaan
sejahtera dan rasa kontrol.
f. Rujuk pada terapi fisik atau okupasi.
Rasional : Latihan dan harian terprogram dan aktifitas membantu pasien
mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan tonus otot dan
meningkatkan rasa sejahtera.
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
b.d keterbatasan informasi.
Tujuan : Pasien dan keluarga pasien dapat memahami mengenai
kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan
Kriteria Hasil : Klien dan keluarga klien dapat mengungkapkan pemahaman
tentang proses kondisi atau penyakit dan kebutuhan nutrisi individu.
Intervensi :
a. Diskusikan alasan penggunaan dukungan nutrisi parenteral atau enteral.
Rasional : Pasien dan keluarga pasien dapat megalami ansietas mengenai
ketidakmampuan untuk makan dan tidak memahami nilai nutrisi dari NTP
yang diberikan atau pemberian makan per selang.
b. Berikan waktu yang adekuat untuk penyuluhan pasien atau orang terdekat
bila pasien pulang ke rumah dengan makan enteral atau parenteral.
Dokumentasikan pemahaman pasien atau orang terdekat dan kemamuan
atau kompetensi untuk memberikan terapi yang aman dirumah.
Rasional : Secara umum 3-4 cukup untuk pasien atau orang terdekat
beradaptasi dengan makan per selang. Terapi parenteral lebih rumit dan
memerlukan seminggu atau lebih untuk pasien atau orang terdekat merasa
siap menjalani manjemen di rumah dan memerlukan evaluasi.
c. Diskusikan penanganan penyimpangan persiapan yang tepat dari larutan
nutrisi atau makanan yang di blender, juga diskusikan teknik aseptik atau
bersih untuk perawatan sisi pemasangan dan pengguanaan balutan.
Rasional : Menurunkan resiko komplikasi metabolik dan infeksi.
d. Tinjau ulang penggunaan atau perawatan alat pendukung nutrisi.
Rasional : Pemahan pasien atau orang terdekat dan kerjasama adalah kunci
untuk pemasangan aman dan pemeliharaan alat akses dukungan nutrisi
serta pencegahan komplikasi.
e. Tinjau kewaspadaan khusus tergantung pada tipe pemberian makan
misalnya pemeriksaan penempatan selang untuk pemberian makan enteral.
Rasional : Meningkatkan keamanan perawatan diri dan menurunkan resiko
komplikasi.
5. Resiko tinggi terhadap Aspirasi berhubungan dengan adanya selang GI,
pemberian makan selang bolus, pemberian obat-obatan, peningkatan tekanan
intragastrik, perlambatan pengosongan lambung
Tujuan: tidak terjadinya aspirasi dan mengurangi resiko terkena
Kriteria Hasil : mempertahankan bersihan jalan napas, bebas dari tanda
aspirasi
Intervensi
a. Perhtahankan kepala tempat tidur meningkat 30-45 derajat selama
pemberian makandan sedikitnya 1 jam setelah pemberian makan.
Rasional : aspirasi formula enteral mengiritasi parenkim paru dan dapat
mengakibatkan pneumonia dan penurunan pernafasan.
b. Perhatikan karakteristik sputum atau aspirat trakea. Selidiki perkembangan
dispnea, batuk, takipnea, sianosis. Auskultasi bunyi napas.
Rasional : adanya formula dalam sekresi trakea atau tanda / gejala yang
menunjukkan distress pernapasan menunjukkan aspirasi.
c. Perhatikan indikator intoleran selang NG misalnya tak adanya refleks
gangguan resiko tinggi aspirasi. Sering melepaskan selang makan NG.
Rasional: memerlukan timbangan badan dalam memasang selang makan
(misal: gastrotomi, jejunostomi) untuk keamanan pasien dan konsistensi
pemberian formula enteral.
d. Kolaborasi dalam meninjau ulang sinar x abdomen bila dilakukan
Rasional : memastikan selang makan gastrik memerlukan sinar x.
6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penempatan selang makan
gastrostomi
Tujuan : pasien tidak mengalami tanda infeksi
Kriteria Hasil : tidak mengalami demam atau menggigil
Intervensi :
a. Pertahankan manipulasi sitem pemberian makanan enteral minimum dan
cuci tangan sebelum membuka sistem
Rasional : kontaminasi sentuhan pemberian perawatan selama pemberian
formula enteral terbukti penyebab kontaminasi fomula
b. Ganti lubang hidung untuk pemasangan selang pada pemberian makan NG
jangka panjang
Rasional : menurunkan resiko trauma atau infeksi jaringan paranasal
c. Berikan perhatian setiap hari pada pemasangan selang makan per abdomen
Rasional: sekresi GI yang bocor melalui atau di sekitar selang gastrostomi
dapat menyebabkan kerusakan kulit cukup berat yang memerlukan
pelepasan selang makanan
d. Simpan di lemari es formula enteral sebelum dicampurkan dan digunakan,
buang formula yang telah digunakan setelah 24 jam
Rasional: formula enteral mudah menyebabkan pertumbuhan bakteri dan
dapat terkontaminasi selama penyimpanan
e. Kolaborasi: secara aseptik siapkan larutan formula enteral untuk
pemberian
Rasional: formula enteral harus dicampurkan dalam lingkungan bersih di
department diet atau armasi meskipun dengan tambahan formula
kaleng/modular
f. Kolaborasi: berikan antibiotik sesuai indikasi
Rasional: dapat diberikan dengan profilaktik atau untuk organisme yang
teridentiifikasi secara khusus.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PEMBERIAN NUTRISI
PARENTERAL TOTAL

A. PARENTERAL NUTRITION (PN)


1) Pengertian
Pada saat terjadi gangguan intestinal secara partial ataupun total dan
dukungan nutrisis melalui oral maupun enteral tube feeding (ETF) tidak dapat
dilaksanakan, PN dapat menjadi alternatif akhir bagi pemenuhan nutrisi
pasien (Stratton & smith). Parenteral nutrition merupakan metode pemberian
nutrisi secara intra vena dan dapat dipilih bila status perubahan metabolik atau
bila abnormalitas mekanik atau fungsi dari saluran GI tidak dapat menerima
pemberian makanan secara interal (Doenges, 2003)
Pada umumnya PN hanya digunakan selama beberapa hari atau
minggu. Namun pada kondisi tertentu, penggunaan PN dalam jangka waktu
lama juga dapat dilakukan. PN adalah bentuk dukungan nutrisi yang khusus
yaitu pemberian nutrient melalui rute intravena.
Tujuannya tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan energi basal dan
pemeliharaan kerja organ, tetapi jg menambah nutrisi untuk kondisi tertentu,
seperti keadaan stress (sakit berat, troma), untuk perkembangan dan
pertumbuhan. Terapi nutrisi parenteral di bagi menjadi 2 kategori:
a) Terapi nutrisi parenteral parsial (supportive atau suplemen) di berikan bila:
i. Dalam waktu 5 sampai 7 hari, pasien diharapkan mampu menerima
nutrisi enteral kembali.
ii. Masih ada nutrisi enteral yang dapat diterima pasien. PN parsial ini
diberikan dengan indikasi relative.
iii. Terapi nutrisi parenteral total , diberikan jika batasan jumlah kalori
ataupun batasan waktu tidak terpenuhi. PN total ini diberikan atas
indikasi absolut.
2) Indikasi
Secara umum PN di indikasikan pada pasien yang mengalami kesulitan
mencukupi kebutuhan nutrisi untuk waktu tertentu.Tanpa bantuan nutrisi,
tubuh memenuhi kebutuhan energi basal rata rata 25 kkal /kg BB / hari. Jika
cadangan habis, kebutuhan glukosa selanjutnya dipenuhi melalui proses
gluconeogenesis, antara lain dengan lipolysis dan proteolysis 125-150 g/hari.
Puasa lebih dari 24 jam menghabiskan glukosa darah (20 g), cadangan
glikogen di hati (70 g) dan otot (400 g). Sedangkan cadangan energi lainnya,
lemak (12.000 g) dan protein (6.000 g) habis dalam waktu kira-kira 60 hari.
Keadaan yang memerlukan PN adalah sebagai berikut:
a) Pasien tidak dapat makan (obstruksi saluran pencernaan seperti stiktur atau
keganasan esophagus, atau gangguan absorbsi makanan).
b) Pasien tidak boleh makan (seperti fistula intestinal dan pangkreatitis).
c) Pasien tidak mau makan (akibat pemberian kemoterapi).

Kondisi kondisi berikut yang sering diberikan TPN :


a) Disfungsional GI , misalnya penyakit peradangan usus, sindroma usus
pendek, pangkreatitis, colitis, fistula, enteritis radiasi, ileus, diare
berkepanjangan, obstruksi usus, atau karsinoma lambung.
b) Gagal hepatic.
c) Keadaan hipermetabolik, misalnya sepsis, luka bakar yang berat, fraktur
tulang panjang, peritonitis.
d) Anoreksia sekunder terhadap kondisi medis pasien, misalnya gagal ginjal.
e) Hyperemesis berat selama kehamilan.
f) Candida GI berat pada pasien AIDS.
g) Trauma multisystem.
3) Kontraindikasi
a) Pasien 24 jam paska bedah yang masih dalam Ebb phase, masa dimana
kadar hormone stress masih tinggi. Sel-sel resisten terhadap insulin dan
kadar gula darah meningkat. Pada fase ini cukup diberikan cairan elektrolit
dan dextosa 5%. Jika keadaan sudah tenang yaitu demam, nyeri, renjatan,
dan gagal nafas sudah dapat di atasi, krisis metabolism sudah lewat, maka
PN dapat diberikan dengan lancar dan bermanfaat. Makin berat kondisi
pasien, makin lambat dosis PN total (dosis penuh) dapat dimulai. Sebelum
keadaan tenang tercapai, PN total hanya menambahkan stress bagi tubuh
pasien. Fase tenang ini ditandai dengan menurunnya kadar kortisol,
katekolamin, dan glucagon.
b) Pasien gagal napas (pO2 < 80 dan pCO2 > 50) kecuali dengan respirator.
Pada pemberian PN penuh, metabolism karbohidrat akan meningkatkan
produksi CO2 dan berakibat memperberat gagal napasnya.
c) Pasien renjatan dengan kekurangan cairan ekstraseluler.
d) Pasien penyakit terminal, dengan pertimbangan cost-benefit
4). Komplikasi dalam pemberian nutrisi parenteral adalah:
a) Komplikasi teknis yang berkaitan dengan pemasangan kateter seperti
pneumotoraks, ruptura atau penetrasi arteri subklavia, emboli udara, dan
tromboemboli
b) Komplikasi Infeksi yang ditandai oleh demam, hipotensi, oliguria, dan
kemunduran keadaan umum.
c) Komplikasi metabolik yang berkaitan dengan gangguan keseimbangan
glukosa, asam-basa, dan elektrolit se[erti hiper/hipoglikemia,
hiper/hipikalemia.
B. NUTRISI PARENTERAL TOTAL (TPN)
1) Pengertian
Nutrisi parenteral total adalah suatu terapi kompleks yang dilakukan untuk
memenuhi keperluan nutrisi pasien melalui rute intraven. Larutan yang
digunakan dalam terapi ini adalah larutan hiperosmolar (konsentrasi tinggi).
Pemberian teraoi nutrisi parenteral total yang bertujuan untuk memberikan
kalori yang cukup besar yang terdiri dari protein, lipid, karbohidrat, vitamin,
dan mineral. Keberhasilan terapi ini bergantung pada jenis makanan yang
diresepkan, penangganan kateter intravena, perawatan luka insisi, penangganan
komplikasi akibat terapi. Terapi ini hanya digunakan apabila asupan makanan
secara enteral tidak memadai atau merupakan kontrakindikasi. TPN tidak
diberikan pada pasien yang pencernaan dapat berfungsi selama 7-10 hari, pasien
yang masih dapat mencerna makanan dengan baik, dan pada pasien yang
mengalami stres atau trauma. (Mubarak & Chahyati,66,2007)
2) Indikasi
a) Yang asupan kuran untuk mempertahankan status anabolis misalnya pasien
dengan luka bakar berat, malnutrisi, sindrom usus pendek, AIDS, sepsis,
kanker.
b) Pasien yang tidak mampu mencerna makanan secara oral atau dengan selang
misalnya pasien dengan ileus paraklitik, penyakit chohn dengan obstruksi.
c) Pasien yang menolak mencerna makanan nutrient secara adekuat misalnya
pada pasien anoreksia nervosa, lansia pascaoperatif.
d) Pasien yang tidak boleh makanan peroral atau dengan selang misalnya pada
lansia dengan pankreatitits akut.
e) Pasien yang memerlukan dukungan nutrisi praoperatif dan pascaoperatif
secara terus menerus misalnya pada pasien disertai pembedahan usus.
Kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi kebutuhan pasien terhadap nutrisi
parental ototal mencakup berat badan kurang dari 10% tidak mampu makan
oral atau minum dalam 7 hari oascaoperatif dan situasi hipermetabilik seperti
pada infeksi berat disertai demam.
3) Penatalaksanaan
Perawat pendukung nutrisi, ahli nutrisi, atau dokter menentukan kebutuhan
pasien akan TPN dengan evaluasi criteria tertentu: derajat penurunan berat
badan, keseimbangan nitrogen, jumlah kehilangan otot dan total massa tubuh
kurus, sera ketidakmampuan pasien untuk mentoleransi pencernaan makanan
melalui saluran GI. Idealnya, perawat pendukung nutrisi, ahli farmasi, ahli
nutrisi, dan dokter berkolaborasi untuk menentukan formula khusus yang
diperlukan.
Larutan TPN diberikan dengan perlahan dan secara bertahap ditingkatkan
setiap hari dengan kecepatan yang diinginkan dan sesuai toleransi cairan dan
glukosa pasien. Respons pasien terhadap terapi TPN dan nilai laboratorium
dipantau terus menerus oleh tim pendukung nutrisi. Standing order dilakukan
untuk penimbangan berat badan pasien, mendapatkan jumlah darah lengkap,
jumlah trombosit, masa protrombin, elektrolit, magnesium, dan glukosa ujung
jari. Pada kebanyakan rumah sakit, larutan TPN diresepkan oleh dokter dalam
bentuk pesanan nutrisi parenteral harian. Formulasi larutan TPN harus dihitung
dengan cermat untuk memenuhi kebutuhan pasien secara lengkap.
4) Metode Pemberian
Berbagai metode dan rute digunakan untuk memberikan larutan NPT pada
praktuk klinis:perifer, sentral, dan atrial. Metode ini tergantung pada kondisi
pasien dan lamanya antisipasi terapi.
a) Perifer
Larutan NPT digunakan sebagai masukan suplemen per oral bila larutan yang
digunakan kurang hipertonik dibanding larutan yang digunakan untuk NPT.
Konsentrasi dekstrosa diatas 10% tidak boleh diberikan melalui vena perifer
karena dapat mengiritasi intma vena kecil (dinding paling dalam). Lamanya
terapi NPP kurang dari 2 minggu.
b) Sentral
Karena larutan NPT mempunyai lima atau enam kali konsentrasi darah dan
melebihi tekanan osmotic kira-kira 2000 mOsm/1 .maka larutan ini
berbahaya untuk intima perifer. Kerenanyan untuk mencegah flebitis dan
komplikasi vena lainnya larutan ini diberikan ke dalam sistem sirkulasi
melalui kateter yang di masukan ke dalam oembuluh darah besar beraliran
tinggi (sering vena subklavia). Larutan pekat kemudian diencerkan dengan
sangat cepat sampai ke tingkat isotonik oleh darah di dalam pembuluh ini.
c) Atrial
Dua alat yang digunakan untuk terapi IV jangka panjang di rumah adalah:
i. Kateter atrial kanan eksternal ini dipasang melalui pembedahan.
Kateter ini dijahit di bawah kulit pada vena subklavia.
ii. Lubang subkutan ujung kateter dilekatkan pada serambi kecil yang
ditempatkan di kantung subkutan baik di dinding dada anterior atau
pada lengan.
C. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1) Aktivitas/istirahat
Tanda : Penurunan otot(temporal, interkostal, gastoknemius, dorsum tangan);
ekstrimitas kurus, otot flaksid, penurunan toleransi aktivitas.
2) Sirkulasi
Tanda : Takikardia, bradikardia, diaphoresis, sianosis
3) Eliminasi
Gejala : Diare atau konstipasi; flatuensi berkenaan dengan masukan makanan.
Tanda : Distensi abdomen/peningkatan lingkar perut, asites;nyeri tekan pada
palpasi. Feses mungkin lunak, keras berlemak, atau warna seperti tanah liat
4) Makanan/cairan
Gejala : Penurunan BB 10 % atau lebih dari BB dalam 6 bulan sebelumnya.
Masalah dengan menelan, mengunya, tersedak, atau produksi saliva.
Perubahan pada rasa makanan; anoreksia, mual, muntah; ketidakadekuatan
masukan oral (puasa) selama 7-10 hari, penggunaan jangka panjang dari
dektrosa 5 % secara intravena.\
Tanda : BB aktual (diukur) dibandingkan dengan BB umum atau sebelum
sakit kurang dari 90 % BB ideal untuk tinggi, jenis kelamin, usia atau sama
dengan atau lebih besar dari 120% dari berat badan ideal. Bising usus
menurun, hiperaktivitas, atau tidak ada. Bibir kering, pecah, kemerahan ,
bengkak; stomatitis sudut bibir. Mebran mukosa kering, pucat, merah,
bengkak.
5) Neurosensori
Tanda : letargi, apatis, gelisah, peka rangsang, disorientasi, koma. Refleks
menelan mungkin menurun/tidak ada.
6) Pernapasan
Tanda : peningkatan frekuensi pernapasan , disres pernapasan. Dispnea,
peningkatan produksi sputum. Bunyi napas: krekels (defisiensi protein akibat
perpindahan cairan)
7) Keamanan
Gejala : adanya program terapi radiasi (enteritis radiasi)
Tanda : rambut mungkin rapuh, kasar. Alopesia, penurunan pigmentasi. Kulit
kering, kasar. Mata cekung, menonjol, kering, dan konjungtiva pucat. Kuku
mungkin rapuh, tipis, datar, bentuk seperti sendok
8) Seksualitas
Gejala : kehilangan libido. Amenorea
9) Penyuluhan /pembelajaran
Riwayat kondisi yang menyebabkan kehilangan protein berlarut-larut,
misalnya malabsopsi atau sidrom usus pendek dengan peningkatan diare,
pankreatitis akut, dialysis renal, fistula, luka basah, cedera termal.
Adanya faktor-faktor yang diketahui mengubah kebutuhan nutrisi/peningkatan
kebutuhan energi misal kegagalan tunggal, atau multi organ; sepsis; demam;
trauma; penggunaan steroid.
D. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Perubahan Nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan masukan
nutrien yang tidak adekuat.
a. Observasi ketepatan waktu penggantungan dari larutan parenteral per protokol.
Rasional : Keefektifan dari vitamin IV menurun setelah 24 jam
b. Pantau gula atau aseton urin atau glukosa tusuk jari per protokol.
Rasional : Kandungan glukosa tinggi dari larutan dapat menimbulkan kelelahan
pankreas, memerlukan penggunaan suplemen insulin untuk mencegah HHNC.
c. Tindakan : kaji status nutrisi secara kontinu, selama perawatan setiap hari
Rasional :mempertahankan nutrisi yang optimal
d. Tindakan : mengukur BB 2-3 kali seminggu
Rasional : untuk mengetahui penurunan dan penambahan BB
e. Tindakan : Kolaborasi dengan tim nutrisionist
Rasional : untuk menentukan pemberian nutrisi yang tepat.
f. Tindakan : berikan larutan nutrisi pada kecepatan yang di anjurkan melalui IV
sesuai kebutuhan.
Rasional : dukung nutrisi pasien pada perkiraan kebutuhan kalori dan protein.
2. Risiko Infeksi berhubungan dengan kontaminasi sisi kateter atau jalur infus.
a. Pertahankan manipulasi sitem pemberian makanan enteral minimum dan cuci
tangan sebelum membuka sistem
Rasional : kontaminasi sentuhan pemberian perawatan selama pemberian formula
enteral terbukti penyebab kontaminasi fomula
b. Ganti lubang hidung untuk pemasangan selang pada pemberian makan NG jangka
panjang
Rasional : menurunkan resiko trauma atau infeksi jaringan paranasal
c. Berikan perhatian setiap hari pada pemasangan selang makan per abdomen
Rasional : sekresi GI yang bocor melalui atau di sekitar selang gastrostomi dapat
menyebabkan kerusakan kulit cukup berat yang memerlukan pelepasan selang
makanan
d. Simpan di lemari es formula enteral sebelum dicampurkan dan digunakan, buang
formula yang telah digunakan setelah 24 jam
Rasional: formula enteral mudah menyebabkan pertumbuhan bakteri dan dapat
terkontaminasi selama penyimpanan
e. Kolaborasi: secara aseptik siapkan larutan formula enteral untuk pemberian
Rasional : formula enteral harus dicampurkan dalam lingkungan bersih di
department diet atau armasi meskipun dengan tambahan formula kaleng/modular
f. Kolaborasi: berikan antibiotik sesuai indikasi
Rasional : dapat diberikan dengan profilaktik atau untuk organisme yang
teridentiifikasi secara khusus.
g. pertahankan balutan secara aseptik di atas sisi pemasangan kateter.
Rasional : mencegah terjadinya infeksi dan melindungi sisi kateter dari sumber
kontaminasi
h. berikan posisi semifowler
Rasional : untuk mencegah kateter berubah posisi
i. mempertahankan lingkungan aseptik optimal selama pemasangan kateter
Rasional : mencegah terjadinya sepsi
j. pantau suhu dan glukosa
Rasional : mencegah terjadinya indikasi dini dari kemungkinan sepsis akibat
kateter.

3. Risiko kelebihan atau kekurangan volume cairan berhubungan dengan kecepatan


infus.
a. pompa infus pada NPT
Rasional : untuk mempertahankan keakuratan dan kecepatan yang diresepkan
b. berikan asupan dan haluaran di catat setiap 8 jam
Rasional : agar ketidakseimbangan cairan dapat terdeteksi
c. timbang BB 2-3 kali seminggu
Rasional : pasien akan menunjukkan baik penurunan ataupun penambahan BB.
g. Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk memantau status glukosa darah.
Rasional : untuk mengurangi diuresis dan kehilangan cairan yang berlebihan.
h. kaji tanda klinis dehidrasi
Rasional : deteksi dini dan intervensi dapat mencegah kekambuhan atau kelebhan
fluktuasi pada keseimbangan cairan.

4. Risiko intoleran aktivitas berhubungan dengan takut bahwa kateter akan berubah
posisi atau tersumbat.
a. memberikan penyuluhan dan pertimbangan perwatan di rumah sakit dan kaji
pengetahuan pasien
Rasional : untuk mencegah ansietas dan memberikan informasi kepada pasien dan
keluarga
b. berikan posisi semifowler
Rasional : agar tidak terjadi perubahan posisi atau mencegah tersumbatnya selang
kateter dan melindungi pasien dari cedera selama aktivitas.
c. ajarkan pasien dalam melakukan aktivitas perawatan diri
Rasional : memudahkan pasien dalam beraktivitas dan meningkatkan
kekuatan/stamina dan memungkinkan pasien menjadi lebih aktif tanpa kelelahan.
d. berikan latihan rentang gerak pasif/aktif
Rasional : latihan isotonik dan isometrik
e. Rencanakan perawatan untuk memungkinkan periode istirahat.
Rasional : pasien aktif selama waktu dimana tingkat energi lebih tinggi,yang
dapat menghemat perasaan sejahtera dan rasa kontrol.
DAFTAR PUSTAKA

Bare, Smeltzer. Keperawatan Medikal Bedah Volume 2. 2002. Jakarta. EGC.


Doenges, Marilyn E. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. 2000. Jakarta. EGC.
Hartono, Andry. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit, Ed. 2. Jakarta: EGC.
Schwartz. Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah Edisi 6. 2000. Jakarta. EGC.

Anda mungkin juga menyukai