Asuhankeperawatanepkel2 130309102856 Phpapp01
Asuhankeperawatanepkel2 130309102856 Phpapp01
DISUSUN OLEH:
CHRISTIANTO M.
DISA NOVIANTI S.
DEVI OKTAVIA U.
NABILA ELVIRA
NURAYSIH
RICCA ANGGRAENI
RISTA SUCI R.
SRI ENDANG K.
WIDHEA ERNAWATI
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tubuh memerlukan energi untuk fungsi-fungsi organ tubuh, pergerakan tubuh,
mempertahankan suhu, fungsi enzim, pertumbuhan dan pergantian sel yang rusak.
Metabolisme merupakan semua proses biokimia pada sel tubuh. Proses
metabolisme dapat berupa anabolisme (membangun) dan katabolisme (pemecah).
Masalah nutrisi erat kaitannya dengan intake makanan dan metabolisme tubuh
serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara umm faktor yang
mempengaruhi kebutuhan nutrisi adalah faktor fisiologis untuk kebutuhan
metabolisme bassal, faktor patologis seperti adanya penyakit tertentu yang
menganggu pencernaan atau meningkatkan kebutuhn nutrisi, faktor sosio-ekonomi
seperti adanya kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi.
Pemberian Nutrisi Parenteral merupakan pemberian nutrisi berupa cairan infus
yang di masukkan ke dalam tubuh melalui darah vena baik sentral (untuk nutrisi
parenteral total) atau vena perifer (untuk nutrisi parenteral parsial). Pemberian
nutrisi melalui parenteral dilakukan pasien yang tidak dapat di penuhi kebutuhan
nutrisinya melalui oral atau enteral
Nutrisi Enteral merupakan pemberian nutrient melalui saluran cerna dengan
menggunakan sonde (tube feeding). Nutrisi enteral direkomendasikan bagi pasien-
pasien yang tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya secara volunter melalui
asupan oral. Pemberian nutrisi enteral dini (yang dimulai dalam 12 jam sampai 48
jam setelah pasien masuk ke dalam perawaatan intensif [ICU]) lebih baik
dibandingkan pemberian nutrisi parenteral.
B. Tujuan
- Menjelaskan pengertian konsep pemberian nutrisi enteral dan parenteral
- Mampu memahami asuhan keperawatan klien dengan pemberian nutrisi
parenteral dan enteral
C. Rumusan Masalah
- Apakah yang dimaksud dengan pemberian nutrisi enteral dan parenteral ?
- Bagaimana asuhan keperawatan klien dengan pemberian nutrisi enteral dan
parenteral ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. NUTRISI ENTERAL
1) Definisi
Nutrisi enteral adalah semua makanan cair yang dimasukkan kedalam tubuh
lewat saluran cerna, baik melalui mulut ataupun oral, selang nasogastrik,
maupun selang melalui lubang stomagaster atau lubang stoma jejunum.
Tujuan atau indikasi pemberian nutrisi enteral adalah untuk suplementasi,
untuk pasien yang masih dapat makan dan minum tetapi tidak dapat
mencukupi kebutuhan energi dan protein, untuk pengobatan, dan digunakan
untuk mencukupi seluruh kebutuhan zat gizi bila pasien tidak dapat makan
sama sekali.
2) Jenis Makanan / Nutrisi Enteral
a) Makanan / nutrisi enteral formula rumah sakit (blenderized): Makanan ini
dibuat dari beberapa bahan makanan yang diracik dan dibuat sendiri dengan
menggunakan blender. Konsistensi larutan, kandungan zat gizi, dan
osmolaritas dapat berubah pada setiap kali pembuatan dan dapat
terkontaminasi. Formula ini dapat diberikan melalui pipa sonde yang agak
besar, harganya relatif murah.
Contoh :
1 Makanan cair tinggi energi dan tinggi protein (susu full cream, susu
rendah laktosa, telur, glukosa, gula pasir, tepung beras, sari buah).
2 Makanan cair rendah laktosa (susu rendah laktosa, telur, gula pasir,
maizena)
3 Makanan cair tanpa susu (telur, kacang hijau, wortel, jeruk)
4 Makanan khusus (rendah protein untuk penyakit ginjal, rendah purin
untuk penyakit gout, diet diabetes)
b) Makanan / nutrisi enteral formula komersial : Formula komersial ini berupa
bubuk yang siap di cairkan atau berupa cairan yang dapat segera diberikan.
Nilai gizinya sesuai kebutuhan, konsistensi dan osmolaritasnya tetap, dan
tidak mudah terkontaminasi.
Contoh :
1 Polimerik : mengandung protein utuh untuk pasien dengan fungsi
saluran gastrointestinal normal atau hampir normal (panenteral,
fresubin)
2 Pradigesti : diet dibuat dengan formula khusus dalam bentuk susu
elementar yang mengandung asam amino dan lemak yang langsung
diserap usus untuk pasien dengan gangguan fungsi saluran
gastrointestinal (pepti 2000)
3 Diet enteral khusus untuk sirosis (aminolebane EN, falkamin), diabetes
(diabetasol), gagal ginjal (nefrisol), tinggi protein (peptisol)
4 Diet enteral tinggi serat (indovita)
3) Sistem Pemberian Nutrisi Enteral dan Alatnya
Nutrisi enteral dapat diberikan langsung melalui mulut (oral) atau melalui
selang makanan bila pasien tak dapat makan atau tidak boleh per oral. Selang
makanan yang ada yaitu:
a) Selang nasogastrik
1. Selang nasogsatrik biasa yang terbuat dari plastic, karet, dan polietilen.
Ukuran selang ini bermacam-macam tergantung kebutuhan. Selang ini
hanya tahan dipakai maksimal 7 hari.
2. Selang nasogastrik yang terbuat dari polivinil. Selang ini berukuran 7
french, kecil sekali dapat mencegah terjadinya aspirasi pneumonia
makanan dan tidak terlalu mengganggu pernapasan atau kenyamanan
pasien. Selang ini tahan dipakai maksimal 14 hari.
3. Selang nasogastrik yang terbuat dari silicon. Ukuran selang ini
bermacam-macam tergantung kebutuhan. Selang ini maksimal 6 minggu.
4. Selang nasogastrik yang terbuat dari poliuretan. Selang ini berukuran 7
french dan dapat dipakai selama 6 bulan.
b) Selang Nasoduodenal / nasojejunal.
Ukuran selang ini bermacam-macam namun lebih panjang daripada selang
nasogastrik.
c) Selang dan set untuk gastrotomi atau jejunostomi. Alat yang rutin dipakai
untuk pasien yang tidak dapat makan per oral atau terdapat obstruksi
esophagus / gaster.
4). Nutrisi Enteral Pada Beberapa Penyakit
a) Nutrisi Enteral pada penyakit saluran cerna.
Bila usus berfungsi baik, lebih baik diberikan nutrisi enteral
dibandingkan parenteral. Nutrisi enteral per oral diberikan bila makanan
masih dapat melalui mulut dan esophagus. Nutrisi enteral per selang
makanan diberikan bila makanan tak dapat diberikan melalui mulut dan
esofagus atau melalui gastrostomi esofagus atau melalui jejunostomi.
Nutrisi enteral sangat penting untuk saluran cerna karena dapat mencegah
atrofivili usus serta tetap menjaga kelangsungan fungsi usus enterosit, dan
kolonosit.
Pada penyakit saluran cerna direkomendasikan masukan enteral dengan
sumber energi asam amino atau peptida, sumber karbohidrat glukosa
polimer, sumber lemak trigliseril.
b) Nutrisi Enteral pada Pasien Kanker
Penggunaan saluran gastroinstestinal yang utuh bagi pemberian nutrisi
merupakan pilihan pertama pada pemberian nutrisi pasien kanker. Pasien
kanker yang akan mendapat suplementasi enteral dapat diberikan melalui
salah satu dari 3 jalur pemberian yang umum, yaitu oral nasoenterik atau
enterik.
c) Nutrisi Enteral pada Pasien Geriatri
Pasien geriatric (berusia 60 tahun atau lebih) lebih sering mengalami
malnutrisi, karena itu nutrisi merupakan hal yang penting diperhatikan
dalam pengobatan pasien tersebut. Kebutuhan kalori energy disesuaikan
dengan berat badan ideal dengan rumus yang ada.
d) Nutrisi Enteral pada Penyakit Ginjal
Pada pasien penyakit ginjal akut, harus diberikan diet bebas protein atau
rendah protein, mengandung energy kalori atau gula. Pada pasien penyakit
ginjal kronik tidak terkomplikasi, untuk mencegah uremia, protein yang
diberikan dalam bentuk protein nilai biologi tinggi (asam amino esensial)
20g per hari.
Pada pasien gagal ginjal kronik tidak terkomplikasi (termasuk yang
menjalani dialisis) kebutuhan energi tidak berbeda dengan orang dewasa
normal. Keseimbangan nitrogen netral dicapai dengan pemasukan nutrisi
yang mengandung asam amino esensisal 0,55-0,60 gram / kg BB/hari dan
kalori energi 35 kkal/Kg BB/ hari.
Pada pasien gagal ginjal kronik dan katabolic berat kebutuhan kalori energi
dan nitrogen lebih tinggi, tidak berbeda dengan pasien yang tidak menderita
gagal ginjal. Pada pasien gagal ginjal dengan hiperkalemia atau
hipofosfatemia dilakukan pembatasan kalium atau diberikan fosfor. Pada
pasien gagal ginjal dengan hipomagnesemia perlu diberikan magnesium
dan pada kalsemia diberikan kalsium.
5). Kelebihan Pemasukan nutrisi enteral dibanding parenteral
a) Fungsi saluran cerna lebih terpelihara
b) Mengurangi insidens translokasi bakteri dari usus
c) Massa mukosa usus dapat dipertahankan dan dipelihara
d) Lebih banyak insulin yang dilepaskan, sehingga dapat memicu
anabolisme
e) Biaya lebih murah
f) Lebih aman/komplikasi lebih sedikit
6). Komplikasi dengan pemberian nutrisi enteral
a) Infeksi nasokomial dari kintaminasi bakteri pada makanan
b) Nausea, distensi abdomen dan rasa tidak enak
c) Regurgitasi atau muntah
d) Aspirasi pulmoner
e) Diare
f) Pseudo-obstruksi intestinal
g) Interaksi dengan pengobatan enteral
h) Hiperglikemia
B. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1) Aktivitas/istirahat
Tanda : Penurunan otot(temporal, interkostal, gastoknemius, dorsum tangan);
ekstrimitas kurus, otot flaksid, penurunan toleransi aktivitas.
2) Sirkulasi
Tanda : Takikardia, bradikardia, diaphoresis, sianosis
3) Eliminasi
Gejala : Diare atau konstipasi; flatuensi berkenaan dengan masukan makanan.
Tanda : Distensi abdomen/peningkatan lingkar perut, asites;nyeri tekan pada
palpasi. Feses mungkin lunak, keras berlemak, atau warna seperti tanah liat
4) Makanan/cairan
Gejala : Penurunan BB 10 % atau lebih dari BB dalam 6 bulan sebelumnya.
Masalah dengan menelan, mengunya, tersedak, atau produksi saliva.
Perubahan pada rasa makanan; anoreksia, mual, muntah; ketidakadekuatan
masukan oral (puasa) selama 7-10 hari, penggunaan jangka panjang dari
dektrosa 5 % secara intravena.\
Tanda : BB aktual (diukur) dibandingkan dengan BB umum atau sebelum
sakit kurang dari 90 % BB ideal untuk tinggi, jenis kelamin, usia atau sama
dengan atau lebih besar dari 120% dari berat badan ideal. Bising usus
menurun, hiperaktivitas, atau tidak ada. Bibir kering, pecah, kemerahan ,
bengkak; stomatitis sudut bibir. Mebran mukosa kering, pucat, merah,
bengkak.
5) Neurosensori
Tanda : letargi, apatis, gelisah, peka rangsang, disorientasi, koma. Refleks
menelan mungkin menurun/tidak ada.
6) Pernapasan
Tanda : peningkatan frekuensi pernapasan , disres pernapasan. Dispnea,
peningkatan produksi sputum. Bunyi napas: krekels (defisiensi protein akibat
perpindahan cairan)
7) Keamanan
Gejala : adanya program terapi radiasi (enteritis radiasi)
Tanda : rambut mungkin rapuh, kasar. Alopesia, penurunan pigmentasi. Kulit
kering, kasar. Mata cekung, menonjol, kering, dan konjungtiva pucat. Kuku
mungkin rapuh, tipis, datar, bentuk seperti sendok
8) Seksualitas
Gejala : kehilangan libido. Amenorea
9) Penyuluhan /pembelajaran
Riwayat kondisi yang menyebabkan kehilangan protein berlarut-larut,
misalnya malabsopsi atau sidrom usus pendek dengan peningkatan diare,
pankreatitis akut, dialysis renal, fistula, luka basah, cedera termal.
Adanya faktor-faktor yang diketahui mengubah kebutuhan nutrisi/peningkatan
kebutuhan energi misal kegagalan tunggal, atau multi organ; sepsis; demam;
trauma; penggunaan steroid.
Penyakit berasal dari psikiatri misalnya anoreksia nervosa/bulimia
4. Risiko intoleran aktivitas berhubungan dengan takut bahwa kateter akan berubah
posisi atau tersumbat.
a. memberikan penyuluhan dan pertimbangan perwatan di rumah sakit dan kaji
pengetahuan pasien
Rasional : untuk mencegah ansietas dan memberikan informasi kepada pasien dan
keluarga
b. berikan posisi semifowler
Rasional : agar tidak terjadi perubahan posisi atau mencegah tersumbatnya selang
kateter dan melindungi pasien dari cedera selama aktivitas.
c. ajarkan pasien dalam melakukan aktivitas perawatan diri
Rasional : memudahkan pasien dalam beraktivitas dan meningkatkan
kekuatan/stamina dan memungkinkan pasien menjadi lebih aktif tanpa kelelahan.
d. berikan latihan rentang gerak pasif/aktif
Rasional : latihan isotonik dan isometrik
e. Rencanakan perawatan untuk memungkinkan periode istirahat.
Rasional : pasien aktif selama waktu dimana tingkat energi lebih tinggi,yang
dapat menghemat perasaan sejahtera dan rasa kontrol.
DAFTAR PUSTAKA