Anda di halaman 1dari 17

BAB III

TINJAUAN KASUS (ANALISA SITUASI)

A. Analisa Situasi Ruangan

1. Gambaran Umum RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda

RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda didirikan pada

tahun 1993 di atas tanah seluas 20.157 m2 yang dibiayai oleh

Kesultanan Kutai dan merupakan Rumah Sakit Jiwa.RSJD Atma

Husada Mahakam Samarinda adalah Rumah Sakit tipe A serta

sebagai tempat pendidikan yang merupakan rumah sakit rujukan

jiwa di Provinsi Kalimantan Timur. Oleh karena itu, RSJD Atma

Husada Mahakam Samarinda harus dapat meningkatkan

predikatnya dengan meningkatkan mutu dan pelayanan kesehatan

termasuk pelayanan keperawatan jiwa, Pelayanan keperawatan

jiwa ini dapat dilihat dari pelayanan yang diberikan semua perawat

disemua ruangan yang ada di RSJD Atma Husada Mahakam

Samarinda, salah satunya diruang rawat inap Punai.

2. Gambaran Ruangan Punai

Ruang Punai adalah ruang perawatan jiwa kelas III khusus

untuk pasien perempuan, dengan fasilitas 50 tempat tidur.

Terdapat 2 ruang stabilisasi, stabilisasi I dengan kapasitas 8

tempat tidur dan stabilisasi II dengan kapasitas 2 tempat tidur..

Ruang intermediate I terdiri dari 10 tempat tidur, ruang


intermediate II terdiri dari 10 tempat tidur, ruang intermediate III

terdiri dari 10 tempat tidur, ruang perawatan mandiri (GMO) terdiri

dari 5 tempat tidur.

Ruang Punai merupakan salah satu ruang perawatan inap

yang digunakan mahasiswa sebagai tempat pembelajaran praktek

manajemen keperawatan, dimana metode MPKP yang digunakan

adalah metode tim dan fungsional yang dibagi berdasarkan shift

pagi menggunakan tim sedangkan shift sore dan malam

menggunakan fungsional.

STRUKTUR ORGANISASI RUANGAN PUNAI


KEPALA BIDANG KEPERAWATAN
KASI SARANA DAN TENAGA KEPERAWATAN DOKTER RUANGAN
KASI MUTU DAN LITBANG KEPERAWATAN PSIKIATER
SPESIALIS KEP
INST.RAWAT INAP
KEPALA RUANGAN APOTEKER
AHLI GIZI
Ns. Enike Kusumawati, S.Kep REHABILITASI
PSIKOLOG
KATIM I KATIM II DOKTER GIGI
Siti Artha M, A.Md.Kep Novitania, A.md.Kep
FISIOTERAPIS
IPSRS
KESLING
PERAWAT PELAKSANA PERAWAT PELAKSANA PERLENGKAPAN

Ruth Deasy, A.Md.Kep - Bungatana, A.Md.Kep


Della Damaiyanti, A.Md.Kep - Noor Hasanah, A.Md.Kep
Siti Nurdiani, A.Md.Kep - Ns. Tiurmaida P, S.Kep
Reni Nurleni U, A.Md.Kep - Wayan Risca L, S.Kep
Enny Ayu Putri, A.Md.Kep - Masriati, S.Kep
Eka Widya Astuti, A.Md.Kep - Nur Aisyah, A.Md.Kep

Skema 3.1 Struktur Organisasi Perawat

Ruang Punai

54
3. Metode Pengkajian

Dalam melakukan pengumpulan data yang digunakan untuk

identifikasi masalah dilakukan dengan metode :

a. Observasi

Observasi dilakukan untuk memperoleh data kondisi fisik

ruangan, proses pelayanan, keadaan inventaris ruangan dan

asuhan keperawatan yang langsung dilakukan ke pasien.

b. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada Kepala Ruangan, Ketua

Tim, perawat pelaksana, untuk mengumpulkan data tentang

proses orientasi pasien dan pelayanan pasien.

c. Kuesioner

Pemberian kuesioner dilakukan kepada Kepala

Ruangan, Ketua Tim, perawat pelaksana.

d. Studi Dokumentasi

Kegiatan dilakukan untuk pengumpulan data mengenai

karakteristik pasien, ketenagaan, dokumentasi proses

keperawatan, manajemen ruangan, prosedur tetap ruangan,

dan inventaris ruangan.

e. Studi Kepustakaan

Berasal dari literatur yang memilki materi manajemen

keperawatan mencakup pengolahan sistem manajemen rumah

sakit.

55
4. Gambaran Pengumpulan Data Ruang Punai

a. Pasien

Ruang Punai adalah ruang rawat inap kelas III yang

memberikan pelayanan rawat inap bagi pasien perempuan dan

terdapat tujuh masalah keperawatan jiwa yang terdapat di

ruang Punai dalam 1 tahun terakhir ini yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.1
Masalah Keperawatan Jiwa di Ruang Punai
RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda tahun 2017

No Diagnosis Persentase

1 Halusinasi 83,1%

2 Defisit Perawatan Diri 6,2%

3 Perilaku Kekerasan 3,1%

4 Menarik Diri 1,4%

5 Harga diri rendah 3,7%

6 Waham 3,1%

Jumlah 100%

Sumber: Rekam Medik Ruangan Punai pada bulan Januari Juli


Tahun 2017

b. Ketenagaan

Keberhasilan rumah sakit dalam memberikan pelayanan

kesehatan salah satu indikatornya ditentukan oleh pemberian

asuhan keperawatan yang berkualitas. Asuhan keperawatan

yang berkualitas memerlukan SDM yang sesuai dengan

kualitas yang tinggi dan profesional sesuai dengan tugas dan

56
fungsinya. Upaya untuk mempertahankan profesionalisme

perawat bisa dilaksanakan dengan Pendidikan Perawatan

Berkelanjutan (PBP) sesuai standar PPNI. Menurut PPNI 2001,

tingkat kemampuan diharapkan dikuasai oleh perawat sesuai

dengan kemampuan berdasarkan pendidikan dan pelatihan

yang dimiliki yang terbagi menjadi PK I, PK II, PK III dan PK

IV.Tingkat kemampuan yang harus dimiliki perawat pada setiap

jenjang.

Senada yang telah dilakukan oleh pihak Rumah Sakit,

Rumah sakit berupaya mengembangkan sistem peningkatan

jenjang karir perawat seperti : memberikan kebebasan pada

pegawainya khususnya perawat (PNS maupun honorer) untuk

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Untuk

pegawai yang berstatus honorer bergantung pada

kebijaksanaan RS, pegawai boleh melanjutkan pendidikan

dengan syarat telah aktif bekerja minimal dua tahun. Selain itu

banyaknya tempat pendidikan di kota Samarinda yang

menyediakan program transfer memberikan kemudahan untuk

dapat melanjutkan pendidikan tanpa mengorbankan

pekerjaannya. Perbedaan penghasilan antara lulusan sarjana

dengan diploma membuat pegawai di RSJD Atma Husada

Mahakam termotivasi untuk melanjutkan tingkat pendidikan

yang lebih tinggi.

57
Hal tersebut di atas sejalan dengan keputusan

Kementerian PAN-RB bahwa pemberian tunjangan tambahan

penghasilan (insentif) kepada pegawai negeri sipil (PNS)

disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan kinerja pegawai.

Khususnya di Kalimantan Timur, hal ini telah berjalan sesuai

dengan keputusan tersebut sehingga penghasilan antara

pegawai lulusan sarjana dengan diploma terdapat perbedaan

yang jelas.

Tabel 3.2
Ketenagaan Keperawatan Di Ruang Punai RSJD Atma Husada
Mahakam Samarinda

No Klasifikasi pendidikan Jumlah


1 S1 keperawatan + Ners 2
2 S1 keperawatan 1
3 D III keperawatan 12
Jumlah 15

Tabel 3.3
Ketenagaan Non Keperawatan Di Ruang Punai
RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda

No Jabatan Jumlah

1 Psikiater 1 orang

2 Dokter ruangan 1 orang

3 Psikolog 1 orang

58
c. Rata-rata Penggunaan Tempat Tidur (BOR)

Dari hasil pengumpulan data pada tanggal 27

November 2017 didapatkan :

Tabel 3.4
Perhitungan BOR Tanggal 27 November2017

No Shift Punai BOR

1 Pagi 41 41/50x100%=82%

2 Sore 41 41/50x100%=82%

3 Malam 41 41/50x100%=82%

d. Tingkat Ketergantungan Klien

Tabel 3.5
Tingkat Ketergantungan Klien Di Ruang Punai
RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda

No Tingkat ketergantungan pasien Frekuensi %

1 Self care 3 7%

2 Partial care 38 93%

3 Total care 0 0%

Jumlah 41 Orang 100 %

e. Jumlah Kebutuhan Tenaga Perawat

Penetapan jumlah tenaga keperawatan adalah suatu proses

membuat perencanaan untuk menentukan berapa banyak dan

dengan kriteria tenaga yang seperti apa pada suatu ruangan

tiap shiftnya. Beberapa ahli telah mengembangkan beberapa

formula untuk menetapkan jumlah tenaga tersebut.Formula

juga dapat digunakan untuk menilai dan membandingkan

59
apakah tenaga yang ada saat ini sesuai, kurang atau berlebih.

Formula tersebut antara lain :

Tabel 3.6
Jumlah Kebutuhan Tenaga Perawat Di Ruang Punai
RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda Dengan Jumlah Pasien 41
Orang Pada Tanggal 27 November2017

Tingkat Jumlah Jumlah Kebutuhan Tenaga


Ketergan- Pasien
B
Tungan
Pagi Sore Malam
e
SELF 3 orang 3x0.17=0.51 3x0.14=0.42 3x0.07=0.21
r

PARSIAL
d 38 orang 38x0.27=10 38 x 0.15=6 38 x0.10=4

a
TOTAL 0 orang 0x0.36= 0 0x0.30=0 0x0.20=0

s
Jumlah 41 orang 10,51 6,42 4.21

a 11 orang 6 orang 4 orang

r
Perawat 11 + 6 + 4 = 21 orang
Yang
Dibutuhkan
k

Berdasarkan hasil perhitungan maka rata-rata perawat untuk

dinas yaitu:

Pagi : 11 Orang

Sore : 6 Orang

Malam : 4 Orang

Jumlah perawat yang dibutuhkan = 11+6+4 = 21 orang

Menurut Rumus Gilles

Tenaga Keperawatan = A x B x 365


(365-c) x Jam Kerja/ Hari
60
Ket :
A = Jam Efektif/24 Jam
B = (BOR x Jumlah TT)
C = Jumlah Hari Libur

Menentukan jumlah jam keperawatan yang dibutuhkan klien

perhari:

1. Keperawatan Langsung

Ketergantungan 3 x 2 Jam 6 Jam


Minimal

Ketergantungan 38 x3 Jam 114 Jam


Parsial

Ketergantungan Total 0x6 Jam 0 Jam

Jumlah 120 jam

2. Keperawatan tidak langsung 41 orang klien:

= 41 x 1 jam= 41 Jam

3. Pendidikan Kesehatan 41 orang klien:

= 41 x 0.25 = 10 jam

Total jam keperawatan keseluruhan per klien per hari

= 120 /41 klien

= 2,9 Jam

= 3 Jam

Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan pada

ruangan :

1. Jumlah tenaga yang dibutuhkan setiap unit =

3 x (82 % x50 )x365= 44895


(365-120)x 8 = 1960
61
= 22 orang

2. Untuk cadangan 22 x 20%= 4,4 = 4 orang. Tenaga yang

dibutuhkan keseluruhan 22 + 6 = 28 Orang

3. Kebutuhan tenaga perawat sebanyak 28 orang + Karu 1 orang

menjadi 29 orang, jadi kebutuhan tenaga keperawatan menurut

Gilles sebanyak 29 orang perawat

Tabel 3.7

Hasil Perhitungan Tenaga Perawat Di Ruang Punai

RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda

Metode Hasil Yang Ada Analisis


Gilles 29 15 Tidak Seimbang

Berdasarkan skala Gillies (2006) didapatkan hasil

perhitungan tenaga perawat di ruang Punai seharusnya 29

orang, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil

perhitungan dengan perawat yang ada tidak sesuai dengan

kebutuhan pasien. Namun hal ini hanya sebagai perhitungan

simulasi saja dalam kebutuhan tenaga perawat.

62
f. Sarana dan Prasarana Ruang Punai

Tabel 3.8
Daftar Inventaris Alat Rumah Tangga Ruang Punai
RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda

Baik
No Nama alat Jumlah Keterangan
Baik Rusak

1. Meja 8 8 0

2. Meja makan pasien 3 3 0

3. Kursi stenlistil 7 7 0

4. Kursi kerja 3 1 2 Tidak


Berfungsi

5. Kursi makan panjang 4 4 0

6. Jam dinding 1 1 0

7. Kalkulator 1 1 0

8. AC 20 20 1 Tidak
Berfungsi

9. Papan tulis 2 2 0

10. Pemadaman kebakaran 4 4 1 Tidak


Berfungsi

11. Telepon 1 1 0

12. Tempat tidur besi + alas 77 77 0


papan

13. Tandose listrik 1 1 0

14. Kipas angina 5 3 2 Tidak


Berfungsi

15. Jam dinding 8 8 0

16. Papan Struktur organisasi 1 1 0

17. Telepon kabel 2 2 0

18. Kasur 50 50 0

19. CCTV lengkap 3 3 0

20. Dispenser 3 3 0

21. Kulkas 2 pintu 2 2 0

63
22. TV 5 5 0

23. Locker (Lemari Pasien) 6 5 1 Tidak


Berfungsi

24. Kasur matras 10 10 0

25. Rak piring 1 1 0

26. Printer 1 1 0

27. Sofa 1 1 0

28. Troli line stenlis pakaian 1 0 1 Tidak


Berfungsi

Tabel 3.9
Daftar Inventaris Alat Kesehatan Ruang Punai
RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda
Baik
No Nama alat Jumlah Keterangan
Baik Rusak
1. Tabung Oxygen 2 38 0
2. Regulator 2 43 0
3. Lampu Tindakan 1 1 1
4. Gunting Verban 1 12 0
5. Tensimeter (Air Raksa ) 4 3 1
6. Stetoskop 3 1 0
7. Bak Instrumen (Seng 1 11 0
Putih)
8. Mangkok Tertutup 1 3 1 Tidak
Stenlistil Berfungsi
9. Stekpan 1 9 0
10. Tiang Infus 1 4 1 Tidak
Berfungsi
11. Heating Set 1 2 0
12. Buli-buli panas 1 1 0
13. Buli-buli Dingin 1 45 0
14. Senter 2 5 0
15. Tong Spatel 5 8 0
16. Tempat Korentang 2 1 0
17. Korentang 1 2 0

64
18. Lemari Obat Besi Pintu 9
Kaca
19. Minor Sugeri 1
20. Timbangan Badan 1

Tabel 3.10
Daftar Inventaris Alat Rumah Tangga Ruang Pasien
Unit Kerja Ruang Punai RSJD. Atma Husada Mahakam

RUANG
Nama
No
Alat Inter Stabil Stabil Mandiri Bilas
Inter 2 Inter 3
1 1 2 GMO
1. 0 0 0 0 0 7 0
Bantal
2. 0 0 0 0 0 0 0
Selimut
3. Taplak 0 0 0 0 0 0 0
Meja
4. 2 2 2 1 2 2 2
Ventilasi
5. Pintu 1 1 1 1 1 1 1
Kamar
6. 8 7 7 0 0 3 0
Seprei
7. Sarung 0 0 0 0 0 8 0
Bantal
8. 1 1 1 1 1 1 1
Pintu Wc
9. 1 1 1 1 1 1 2
Gayung
10 0 0 0 0 0 0 0
Cermin
11 10 10 10 10 2 8 0
Bed
12 2 2 2 2 2 2 0
Cctv

Sesuai dengan ketentuan umum PP no 6 tahun 2000 perjan

adalah badan usaha milik negara (BUMN) sebagaimana diatur dalam

UU no 9 tahun 1969 dimana seluruh modalnya oleh pemerintah dan

merupakan kekayaan negara yang tidak dipisahkan serta tidak terbagi

atas saham-saham, jadi rumah sakit perjan tetap merupakan aset dari

65
Depkes. Pengelolaan RS perjan dilakukan oleh direksi serta dibentuk

dewan pengawas untuk melakukan pengawasan (Djoyo Sugito, 2002).

Gambar 3.1

Alur Masuk Ruang Punai RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda

Alur pasien masuk RSJD Atma Husada Alur pasien masuk R. Punai

PASIEN Masuk dari IGD


atau UPIP

Diantar oleh keluarga, Dinsos Masuk ruang


atau Satpol PP Stabilisasi I

Masuk ruang
Masuk dari IGD/UPIP/Poli Intermediate I,II, III

Usulkan ruang tenang


Pengurusan Jaminan

Rawat Jalan
Rawat inap/Rawat Jalan

Pulang

Standar adalah suatu tingkat kinerja yang secara umum

dikenal sebagai sesuatu yang dapat diterima, adekuat,

memuaskan dan digunakan sebagai tolak ukur atau titik acuan

yang digunakan sebagai pembanding (Marr dan Biebing, 2001).


66
Menurut Asrul Azwar (1994) standar menunjukkan pada tingkat

ideal tercapai yang diinginkan, diukur dalam bentuk minimal

dan maksimal, penyimpangan masih dalam batas atas yang

dibenarkan toleransi.

Menurut Nursalam (2011) standar merupakan pernyataan

yang absah, model yang disusun berdasarkan wewenang,

kebiasaan atau kesepakatan mengenai apa yang memadai dan

sesuai, dapat diterima dengan layak. Standar praktik

keperawatan adalah norma atau penegasan tentang mutu

pekerjaan seorang perawat yang dianggap baik, tepat, dan

benar, yang dirumuskan sebagai pedoman pemberian asuhan

keperawatan serta sebagai tolok ukur dalam penilaian

penampilan kerja seorang perawat (Nursalam, 2011).

g. Man

Berdasarkan hasil wawancara dan pembagian angket

tentang ketenagaan kepada 8 orang tenaga keperawatan

diperoleh data sebagai berikut :

1) 2 orang (25,5%) menyatakan bahwa selalu membaca SPO

tentang identifikasi pasien dengan resiko perilaku

kekerasan, 6 orang (74,5%) yang menyatakan kadang-

kadang membaca SPO tentang identifikasi pasien dengan

resiko perilaku kekerasan.

2) 4 orang (50%) menyatakan selalu memahami SPO tentang

67
identifikasi pasien dengan resiko perilaku kekerasan (RPK),

4 orang (50%) menyatakan sering memahami SPO tentang

identifikasi pasien dengan resiko perilaku kekerasan (RPK).

3) 7 orang (83,3%) menyatakan selalu melaksanakan SPO

identifikasi pasien dengan perilaku kekerasan 1 orang

(16,7%) menyatakan kadang-kadang melaksanakan SPO

identifikasi pasien dengan perilaku kekerasan.

4) 6 orang (75%) menyatakan beban kerja non keperawatan

meningkat.

5) Sesuai dengan hasil observasi sebanyak 65,2% jumlah

perawat tidak sebanding dengan jumlah pasien.

6) Perawat ruangan sebanyak 100% wanita.

7) 2 orang (25%) perawat ruangan yang menyebutkan nama

pasien sebelum pemberian obat.

8) 2 orang (25%) perawat belum menjelaskan tujuan dan

proses tindakan pemberian obat.

h. Material

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara tenaga

keperawatan Ruang Punai tentang material diperoleh data

sebavai berikut:

1) 5 orang (65,2%) menyatakan belum ada penggunaan baju

resiko berupa baju dengan lebel garis berwarna hitam

depan di bagian depan dan belakang.

68
2) 8 orang (100%) pendistribusian obat kepada pasien di

ruangan belum optimal karena tidak tersedianya DEPO

Ruangan.

3) Belum tersedianya hand wash di ruang makan pasien.

4) Belum tersedianya wash tofl di ruang makan pasien.

i. Methode

Berdasarkan hasil observasi mahasiswa manajemen

diperoleh data sebagai berikut :

1) Tersedianya SPO identifikasi pasien resiko perilaku

kekerasan di RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda.

2) Tersedianya SPO identifikasi pasien sebelum pemberian

obat di RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda.

3) Pelaksanaan cuci tangan sebelum dan sesudah makan di

kamar mandi pasien

j. Money

Faktor Money tidak dikaji karena Ruang Punai tida terlibat

dalam penyusunan Rencana Anggaran dan Belanja Rumah

Sakit.

69

Anda mungkin juga menyukai