Makalah Filsafat Sebagai Induk Ilmu
Makalah Filsafat Sebagai Induk Ilmu
PENDAHULUAN
1
hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah) (Bachtiar 2010). Pemahaman dasar tentang
filsafat dan filsafat ilmu ini akan coba penulis paparkan dalam makalah ini.
Filsafat dapat merangsang lahirnya keinginan dari temuan filosofis melalui
berbagai observasi dan eksperimen yang melahirkan ilmu-ilmu. Hasil kerja
filosofis dapat menjadi pembuka bagi lahirnya suatu ilmu, oleh karena itu filsafat
disebut juga sebagai induk ilmu (mother of science). Untuk kepentingan
perkembangan ilmu, lahir disiplin filsafat yang mengkaji ilmu pengetahuan yang
dikenal sebagai filsafat ilmu pengetahuan.
2
4. Bab IV Kesimpulan dan Rekomendasi, bab ini berisi mengenai
kesimpulan dan rekomendasi yang dihasilkan dari kajian materi ini.
3
BAB II
TINJUAN TEORI
FILSAFAT SEBAGAI INDUK ILMU
4
Adapun beberapa defenisi filsafat menurut ilmu filsafat dan filsuf barat
dan timur adalah:
1) Plato (427SM - 347SM) seorang filsuf Yunani yang termasyhur murid
Socrates dan guru Aristoteles, mengatakan: Filsafat adalah
pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan yang berminat
mencapai kebenaran yang asli).
2) Aristoteles (384 SM - 322SM) mengatakan : Filsafat adalah ilmua
pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung
ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan
estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda).
3) Marcus Tullius Cicero (106 SM - 43SM) politikus dan ahli pidato
Romawi, merumuskan: Filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu
yang mahaagung dan usaha-usaha untuk mencapainya.
4) Imanuel Kant ( 1724 1804 ) Filsafat adalah ilmu pengetahuan yange
menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya
tercakup empat persoalan.
a) Apakah yang dapat kita kerjakan? (jawabannya metafisika)
b) Apakah yang seharusnya kita kerjakan? (jawabannya Etika)
c) Sampai dimanakah harapan kita? (jawabannya Agama)
d) Apakah yang dinamakan manusia? (jawabannya Antropologi)
5) Cicero (106 43 SM ) Filsafat adalah sebagai ibu dari semua seni
( the mother of all the arts ia juga mendefinisikan filsafat sebagai ars
vitae (seni kehidupan )
6) Al-Farabi (meninggal 950M), filsuf Muslim terbesar sebelum Ibnu
Sina, mengatakan : Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam
maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.
7) Prof. Dr. Fuad Hasan, guru besar psikologi UI, menyimpulkan: Filsafat
adalah suatu ikhtiar untuk berpikir radikal, artinya mulai dari radiksnya
suatu gejala, dari akarnya suatu hal yang hendak dimasalahkan. Dan
dengan jalan penjajakan yang radikal itu filsafat berusaha untuk
sampai kepada
5
8) Drs H. Hasbullah Bakry merumuskan: ilmu filsafat adalah ilmu yang
menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan,
alam semesta dan manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan
tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai oleh akal
manusia, dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah
mencapai pengetahuan itu.
Dari pengertian-pengertian diatas kita dapat mengambil kesimpulan
bahwa: Filsafat adalah 'ilmu istimewa' yang mencoba menjawab masalah-masalah
yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa kerana masalah-masalah
tersebut di luar jangkauan ilmu pengetahuan biasa.
6
Tugas filsafat bukanlah sekadar mencerminkan semangat masa ketika kita hidup,
melainkan membimbingnya maju. Fungsi filsafat adalah kreatif, menetapkan nilai,
menetapkan tujuan, menentukan arah dan menuntun pada jalan baru. Filsafat
hendaknya mengilhamkan keyakinan kepada kita untuk menompang dunia baru,
mencetak manusia-manusia yang menjadikan penggolongan-penggolongan
berdasarkan 'nation', ras, dan keyakinan keagamaan mengabdi kepada cita mulia
kemanusiaan.
Filsafat tidak ada artinya sama sekali apabila tidak universal, baik dalam
ruang lingkupnya maupun dalam semangatnya. Studi filsafat harus membantu
orang-orang untuk membangun keyakinan keagamaan atas dasar yang matang
secara intelektual. Filsafat dapat mendukung kepercayaan keagamaan seseorang,
asal saja kepercayaan tersebut tidak bergantung pada konsepsi prailmiah yang
usang, yang sempit dan yang dogmatis. Urusan (concerns) utama agama ialah
harmoni, pengaturan, ikatan, pengabdian, perdamaian, kejujuran, pembebasan,
dan Tuhan.
Berbeda dengan pendapat Soemadi Soerjabrata, yaitu mempelajari filsafat
adalah untuk mempertajamkan pikiran, maka H. De Vos berpendapat bahwa
filsafat tidak hanya cukup diketahui, tetapi harus dipraktekkan dalam hidup
sehari-sehari. Orang mengharapkan bahwa filsafat akan memberikan kepadanya
dasar-dasar pengetahuan, yang dibutuhkan untuk hidup secara baik. Filsafat harus
mengajar manusia, bagaimana ia harus hidup secara baik. Filsafat harus mengajar
manusia, bagaimana ia harus hidup agar dapat menjadi manusia yang baik dan
bahagia.
Filsafat dapat digambarkan sebagai disiplin akademik yang berhubungan
dengan beberapa bidang kehidupan seperti alam, agama, ketuhanan, etika,
priologi, ilmu dan pemhamahan tentang kebenaran dari dunia. Maka oleh sebab
itu terdapat cabang- cabang filsafat yang menjadi topic-topik yang dikaji di dalam
filsafat diantaranya:
1. Epistemologi, yaitu menyoroti dari sudut sebab pertama, gejala
pengetahuan dan kesadaran manusia.
7
2. Kritik ilmu, adalah cabang filsafat yang menyibukkan diri dengan
teori pembagian ilmu, metode yang digunakan dalam ilmu, tentang
dasar kepastian dan jenis keterangan yang diberikan yang tidak
termasuk bidang ilmu pengetahuan melainkan merupakan tugas
filsafat.
3. Ontologi, sering disebut metafisika umum atau filsafat pertama
adalah filsafat tentang seluruh kenyataan atau segala sesuatu sejauh
itu ada.
4. Teologi Metafisik, membicarakan filsafat ke-Tuhan-an atau Logos
(ilmu) tentang theos (Tuhan) menurut ajaran dan kepercayaan.
5. Kosmologi, membicarakan tentang kosmos atau alam semesta hal
ihwal dan evolusinya. Filsuf yang berperan antara lain Pitagoras,
plato dan ptolemeus.
6. Antropologi, berkaitan dengan filsafat manusia mempelajari manusia
sebagai manusia, menguraikan apa atau siapa manusia menurut
adanya yang terdalam, sejauh bisa diketahui mulai dengan akal
budinya yang murni.
7. Etika, atau filsafat moral adalah bidang filsafat yang mempelajari
tindakan manusia. Etika dibedakan dari semua cabang filsafat lain
karena tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan bagaimana
manusia seharusnya bertindak dalam kaitannya dengan tujuan
hidupnya.
8. Estetika, sering juga disebut filsafat keindahan (seni), adalah cabang
filsafat yang berbicara tentang pengalaman, bentuknya hakikat
keindahan yang bersifat jasmani dan rohani.
9. Sejarah filsafat, sejarah filsafat adalah cabang filsafat yang
mengajarkan jawaban para pemikir besar, tema yang dianggap paling
penting dalam periode tertentu, dan aliran besar yang menguasai
pemikiran selama satu zaman atau suatu bagian dunia tertentu.
8
manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu
memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian
ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Ilmu Dalam bahasa Inggris disebut Science, dari bahasa Latin yang berasal dari
kata Scientia (pengetahuan) atau Scire (mengetahui). Sedangkan dalam bahasa
Yunania dalah Episteme (pengetahuan). Dalam kamus Bahasa Indonesia, ilmu
adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang tersusun secara bersistem menuru
tmetode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala
tertentu dibidang itu (KamusBahasaIndonesia, 1998)
Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan
meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam
manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu
memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian
ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan
pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik
diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.
Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir
lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya.
Definisi ilmu bergantung pada cara kerja indra masing-masing individu
dalam menyerap pengetahuan dan juga cara berpikir setiap individu dalam
memproses pengetahuan yang diperolehnya. Selain itu, definisi ilmu bisa
berlandaskan aktifitas yang dilakukan ilmu itu sendiri.
Ilmu berasal dari bahasa Arab alima, yalamu yang berarti tahu atau
mengetahui. Pengertian ilmu yang terdapat dalam kamus Bahasa Indonesia
adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut
metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu
(Admojo, 1998). Mulyadhi Kartanegara mengatakan ilmu adalah any organized
knowledge. Ilmu dan sains menurutnya tidak berbeda, terutama sebelum abad ke-
19, tetapi setelah itu sains lebih terbatas pada bidang-bidang fisik atau inderawi,
sedangkan ilmu melampauinya pada bidang-bidang non fisik, seperti metafisika.
9
Dalam Ensiklopedia Indonesia, kita temukan pengertian sebagai berikut:
Ilmu adalah suatu sistem dari berbagai pengetahuan yang masing-masing
sesuatu lapangan pengalaman tertentu, yang disusun sedemikian rupa
menurut asas-asas tertentu, hingga menjadi kesatuan. Suatu sistem dari
berbagai pengetahuan yang masing-masing didapatkan sebagai hasil
pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan secara teliti dengan memakai
metode-metode tertentu.
10
ilmu menandakan adanya satu keseluruhan ide yang mengacu kepada objek atau
alam objek yang sama saling berkaitan secara logis.
Setiap ilmu bersumber di dalam kesatuan objeknya. Ilmu akan memuat
sendiri hipotesis-hipotesis dan teori-teori yang sepenuhnya belum dimantapkan.
Oleh karena itu, ilmu membutuhkan metodologi, sebab dan kaitan logis.Ilmu
memerlukan pengamatan dan kerangka berpikir metodik serta tertata rapi. Alat
bantu metodologis yang penting dalam konteks ilmu adalah terminology ilmiah.
Sejalan dengan perkembangan zaman, meningkatnya kebutuhan hidup
manusia, dan semakin berkembangnya kehidupan modern maka semakin terasalah
kebutuhan untuk menjawab segala tantangan yang dihadapi manusia. Dalam
keadaan yang demikian, lahirlah apa yang disebut ilmu-ilmu pengetahuan khusus.
Momentum pemisahan antara filsafat dengan ilmu pengetahuan khusus itu
bermula disekitar Abad Pertengahan, pada saat lahirnya Zaman Renaissance
(misalnya Ilmu Fisika dan Ilmu Matematika).
Bentuk ilmu yang lain (Ilmu Pengetahuan) bertujuan membantu manusia
dalam mempermudah pelaksanaan kehidupannya atau untuk mensejahterakan
manusia. Disegi lain, dapat pula bertujuan menyusahkan atau menghancurkan
manusia, apabila ilmu dan teknologi itu dipergunakan untuk tujuan perang dengan
menciptakan senjata mutakhir
Ada tiga dasar ilmu yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi. Dasar
ontologi ilmu mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh panca
indera manusia. Jadi masih dalam jangkauan pengalaman manusia atau bersifat
empiris. Objek empiris dapat berupa objek material seperti ide-ide, nilai-nilai,
tumbuhan, binatang, batu-batuan dan manusia itu sendiri.
Ontologi merupakan salah satu objek lapangan penelitian kefilsafatan yang
paling kuno. Untuk memberi arti tentang suatu objek ilmu ada beberapa asumsi
yang perlu diperhatikan yaitu asumsi pertama adalah suatu objek bisa
dikelompokkan berdasarkan kesamaan bentuk, sifat (substansi), struktur atau
komparasi dan kuantitatif asumsi. Asumsi kedua adalah kelestarian relatif artinya
ilmu tidak mengalami perubahan dalam periode tertentu (dalam waktu singkat).
11
Asumsi ketiga yaitu determinasi artinya ilmu menganut pola tertentu atau tidak
terjadi secara kebetulan (Supriyanto, 2003).
Epistemologi atau teori pengetahuan yaitu cabang filsafat yang berurusan
dengan hakikat dan ruang lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan
dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pertanyaan mengenai pengetahuan
yang dimiliki.
Sebagian ciri yang patut mendapat perhatian dalam epistemologi
perkembangan ilmu pada masa modern adalah munculnya pandangan baru
mengenai ilmu pengetahuan. Pandangan itu merupakan kritik terhadap pandangan
Aristoteles, yaitu bahwa ilmu pengetahuan sempurna tak boleh mencari untung,
namun harus bersikap kontemplatif, diganti dengan pandangan bahwa ilmu
pengetahuan justru harus mencari untung, artinya dipakai untuk memperkuat
kemampuan manusia di bumi ini (Bakhtiar, 2005).
Dasar aksiologi berarti sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan
dari pengetahuan yang diperoleh, seberapa besar sumbangan ilmu bagi kebutuhan
umat manusia. Dasar aksiologi ini merupakan sesuatu yang paling penting bagi
manusia karena dengan ilmu segala keperluan dan kebutuhan manusia menjadi
terpenuhi secara lebih cepat dan lebih mudah.
Berdasarkan aksiologi, ilmu terlihat jelas bahwa permasalahan yang utama
adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia
untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang
nilai dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika. Etika
mengandung dua arti yaitu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap
perbuatan manusia dan merupakan suatu predikat yang dipakai untuk
membedakan hal-hal, perbuatan-perbuatan atau manusia-manusia lainnya.
Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang
dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena disekelilingnya.
12
Secara umum dapat dikatakan bahwa sejak perang dunia ke 2, yang telah
menghancurkan kehidupan manusia, para Ilmuwan makin menyadari bahwa
perkembangan ilmu dan pencapaiannya telah mengakibatkan banyak penderitaan
manusia , ini tidak terlepas dari pengembangan ilmu dan teknologi yang tidak
dilandasi oleh nilai-nilai moral serta komitmen etis dan agamis pada nasib
manusia , padahal Albert Einstein pada tahun 1938 dalam pesannya pada
Mahasiswa California Institute of Technology mengatakan Perhatian kepada
manusia itu sendiri dan nasibnya harus selalu merupakan perhatian pada masalah
besar yang tak kunjung terpecahkan dari pengaturan kerja dan pemerataan benda,
agar buah ciptaan dari pemikiran kita akan merupakan berkah dan bukan kutukan
terhadap kemanusiaan (Jujun S Suriasumantri, 1999 : 249 ).
Akan tetapi penjatuhan bom di Hirosima dan Nagasaki tahun 1945
menunjukan bahwa perkembangan iptek telah mengakibatkan kesengsaraan
manusia , meski disadari tidak semua hasil pencapaian iptek demikian, namun
hal itu telah mencoreng ilmu dan menyimpang dari pesan Albert Einstein,
sehingga hal itu telah menimbulkan keprihatinan filosof tentang arah kemajuan
peradaban manusia sebagai akibat perkembangan ilmu (Iptek) .
Untuk itu nampaknya para filosof dan ilmuan perlu merenungi apa yang
dikemukakan Harold H Titus dalam bukunya Living Issues in Pilosophy (1959),
beliau mengutif beberapa pendapat cendikiawan seperti Northrop yang
mengatakan it would seem that the more civilized we become , the more
incapable of maintaining civilization we are, demikian juga pernyataan Lewis
Mumford yang berbicara tentang the invisible breakdown in our civiliozation :
erosion of value, the dissipation of human purpose, the denial of any dictinction
between good and bad, right or wrong, the reversion to sub human conduct
(Harold H Titus, 1959 : 3)
Ungkapan tersebut di atas hanya untuk menunjukan bahwa memasuki
dasawarsa 1960-an kecenderungan mempertanyakan manfaat ilmu menjadi hal
yang penting, sehingga pada periode ini (1960-1970) dimensi aksiologis menjadi
perhatian para filosof, hal ini tak lain untuk meniupkan ruh etis dan agamis pada
ilmu, agar pemanfaatannya dapat menjadi berkah bagi manusia dan
13
kemanusiaan , sehingga telaah pada fakta empiris berkembang ke pencarian
makna dibaliknya atau seperti yang dikemukakan oleh Prof. Dr. H. Ismaun, M.Pd
(2000 : 131) dari telaah positivistik ke telaah meta-science yang dimulai sejak
tahun 1965.
Memasuki tahun 1970-an , pencarian makna ilmu mulai berkembang
khususnya di kalangan pemikir muslim , bahkan pada dasawarsa ini lahir gerakan
islamisasi ilmu, hal ini tidak terlepas dari sikap apologetik umat islam terhadap
kemajuan barat, sampai-sampai ada ide untuk melakukan sekularisasi, seperti
yang dilontarkan oleh Nurcholis Majid pada tahun 1974 yang kemudian banyak
mendapat reaksi keras dari pemikir-pemikir Islam seperti dari Prof. H.M Rasyidi
dan Endang Saifudin Anshori.
Mulai awal tahun 1980-an, makin banyak karya cendekiawan muslim yang
berbicara tentang integrasi ilmu dan agama atau islamisasi ilmu, seperti terlihat
dari berbagai karya mereka yang mencakup variasi ilmu seperti karya Ilyas Ba
Yunus tentang Sosiologi Islam, serta karya-karya dibidang ekonomi, seperti karya
Syed Haider Naqvi Etika dan Ilmu Ekonomi, karya Umar Chapra Al Quran,
menuju sistem moneter yang adil, dan karya-karya lainnya , yang pada intinya
semua itu merupakan upaya penulisnya untuk menjadikan ilmu-ilmu tersebut
mempunyai landasan nilai islam.
Memasuki tahun 1990-an , khususnya di Indosesia perbincangan filsafat
diramaikan dengan wacana post modernisme, sebagai suatu kritik terhadap
modernisme yang berbasis positivisme yang sering mengklaim universalitas ilmu,
juga diskursus post modernisme memasuki kajian-kajian agama.
Post modernisme yang sering dihubungkan dengan Michael Foccault dan
Derrida dengan beberapa konsep/paradigma yang kontradiktif dengan
modernisme seperti dekonstruksi, desentralisasi, nihilisme dsb, yang pada
dasarnya ingin menempatkan narasi-narasi kecil ketimbang narasi-narasi besar,
namun post modernisme mendapat kritik keras dari Ernest Gellner dalam
bukunya Post modernism, Reason and Religion yang terbit pada tahun1992. Dia
menyatakan bahwa post modernisme akan menjurus pada relativisme dan untuk
14
itu dia mengajukan konsep fundamentalisme rasionalis, karena rasionalitas
merupakan standar yang berlaku lintas budaya.
gerakan meniupkan nilai-nilai agama pada ilmu makin berkembang,
bahkan untuk Indonesia disambut hangat oleh ulama dan masyarakat terlihat dari
berdirinya BMI, yang pada dasarnya hal ini tidak terlepas dari gerakan islamisasi
ilmu, khususnya dalam bidang ilmu ekonomi.
Dan pada periode ini pula teknologi informasi sangat luar biasa , berakibat
pada makin pluralnya perbincangan/diskursus filsafat, sehingga sulit menentukan
diskursus mana yang paling menonjol, hal ini mungkin sesuai dengan apa yang
digambarkan oleh Alvin Tofler sebagai The third Wave, dimana informasi makin
cepat memasuki berbagai belahan dunia yang pada gilirannya akan
mengakibatkan kejutan-kejutan budaya tak terkecuali bidang pemikiran filsafat.
Meskipun nampaknya prkembangan Filsafat dasn ilmu erat kaitan dengan
dimensi axiologi atau nilai-nilai pemanfaatan ilmu, namun dalam
perkembangannya keadaan tersebut telah juga mendorong para akhli untuk lebih
mencermati apa sebenarnya ilmu itu atau apa hakekat ilmu, mengingat dimensi
ontologis sebenarnya punya kaitan dengan dimensi-dimensi lainnya seperti
ontologi dan epistemologi, sehingga dua dimensi yang terakhir pun mendapat
evaluasi ulang dan pengkajian yang serius.
tonggak penting dalam bidang kajian ilmu dalam filsafat ilmu diantaranya
terbitnya Buku The Structure of Scientific Revolution yang ditulis oleh Thomas S
Kuhn, yang untuk pertama kalinya terbit tahun 1962, buku ini merupakan sebuah
karya yang monumental mengenai perkembangan sejarah dan filsafat sains,
dimana didalamnya paradigma menjadi konsep sentral, disamping konsep
sains/ilmu normal. Dalam pandangan Kuhn ilmu pengetahuan tidak hanya
pengumpulan fakta untuk membuktikan suatu teori, sebab selalu ada anomali
yang dapat mematahkan teori yang telah dominan.
Pencapaian-pencapaian manusia dalam bidang pemikiran ilmiah telah
menghasilkan teori-teori, kemudian teori-teori terspesifikasikan berdasarkan
karakteristik tertentu ke dalam suatu Ilmu. Ilmu (teori) tersebut kemudian
dikembangkan , diuji sehingga menjadi mapan dan menjadi dasar bagi riset-riset
15
selanjutnya , maka Ilmu (sains) tersebut menjadi sains normal yaitu riset yang
dengan teguh berdasar atas suatu pencapaian ilmiah yang lalu, pencapaian yang
oleh masyarakat ilmiah tertentu pada suatu ketika dinyatakan sebagai pemberi
fundasi bagi praktek riset selanjutnya ( Thomas S Kuhn, 2000 :10 ) .
Pencapaian pemikiran ilmiah tersebut dan terbentuknya sains yang normal
kemudian menjadi paradigma, yang berarti apa yang dimiliki bersama oleh
anggota suatu masyarakat sains dan sebaliknya masyarakat sains terdiri atas orang
yang memiliki suatu paradigma tertentu (Thomas S Kuhn, 2000 : 171). Paradigma
dari sains yang normal kemudian mendorong riset normal yang cenderung sedikit
sekali ditujukan untuk menghasilkan penemuan baru yang konseptual atau yang
hebat (Thomas S Kuhn, 2000 : 134). Keadaan Ini berakibat pada sains yang
normal, kegunaannya sangat bermanfaat dan bersifat kumulatif. Teori yang
memperoleh pengakuan sosial akan menjadi paradigma, dan kondisi ini
merupakan periode ilmu normal. Kemajuan ilmu berawal dari perjuangan
kompetisi berbagai teori untuk mendapat pengakuan intersubjektif dari suatu
masyarakat ilmu. Dalam periode sain normal ilmu hanyalah merupakan
pembenaran-pembenaran sesuai dengan asumsi-asumsi paaradigma yang dianut
masyarakat tersebut, ini tidak lain dikarenakan paradigma yang berlaku telah
menjadi patokan bagi ilmu untuk melakukan penelitian, memecahkan masalah,
atau bahkan menyeleksi masalah-masalah yang layak dibicarakan dan dikaji
Akan tetapi didalam perkembangan selanjutnya ilmuwan banyak
menemukan hal-hal baru yang sering mengejutkan, semua ini diawali dengan
kesadaran akan anomali atas prediksi-prediksi paradigma sains normal, kemudian
pandangan yang anomali ini dikembangkan sampai akhirnya ditemukan
paradigma baru yang mana perubahan ini sering sangat revolusioner
16
BAB III
Dahulu pada mulanya filsafat meliputi semua ilmu yang ada pada
zamanya: politik, ekonomi, hukum, seni, dan sebagainya. Akan tetapi lama
kelamaan dengan intensifnya usaha-usaha yang bersifat empiris dan eksperimental
terciptalah satu persatu ilmu yang khusus memecahkan satu bidang masalah.
Sehingga terwujudlah berbagai ilmu pengetahuan yang mendasarkan
penyelidikannya secara empiris dan eksperimental dan terlepaslah dari filsafat
17
sebagai induknya. Tetapi dengan munculnya ilmu-ilmu tidak berarti telah
lenyaplah eksistensi filsafat dan fungsinya. Filsafat masih tetap eksis dan
mempunyai fungsi sendiri yang tidak dapat digantikan oleh ilmu pengetahuan.
Garapan filsafat berbeda dengan garapan ilmu pengtahuan dan masing-masing
dibutuhkan. Dalam kenyataan, setiap ilmu membutuhkan filsafatnya. Ada ilmu
hukum ada pula filsafat hukum, ada ilmu pendidikan ada pula filsafat pendidikan.
Ditinjau dari segi historis, hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan
mengalami perkembangan yang sangat menyolok. Pada permulaan sejarah filsafat
di Yunani, philosophia meliputi hampir seluruh pemikiran teoritis. Tetapi dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dikemudian hari, ternyata juga kita lihat adanya
kecenderungan yang lain. Filsafat Yunani Kuno yang tadinya merupakan suatu
kesatuan kemudian menjadi terpecah-pecah (Bertens, 1987, Nuchelmans, 1982).
18
perilakunya. Untuk mengatasi masalah-masalah, manusia membutuhkan
kesadaran dalam memahami lingkungannya. Di sinilah ilmu-ilmu membantu
manusia mensistematisasikan apa yang diketahui manusia dan mengorganisasikan
proses pencariannya.
Pada abad modern ini, ilmu-ilmu pengetahuan telah merasuki setiap sudut
kehidupan manusia. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena ilmu-ilmu pengetahuan
banyak membantu manusia mengatasi berbagai masalah kehidupan. Prasetya T.
W. dalam artikelnya yang berjudul Anarkisme dalam Ilmu Pengetahuan Paul
Karl Feyerabend mengungkapkan bahwa ada dua alasan mengapa ilmu
pengetahuan menjadi begitu unggul. Pertama, karena ilmu pengetahuan
mempunyai metode yang benar untuk mencapai hasil-hasilnya. Kedua, karena ada
hasil-hasil yang dapat diajukan sebagai bukti keunggulan ilmu pengetahuan. Dua
alasan yang diungkapkan Prasetya tersebut, dengan jelas menunjukkan bahwa
ilmu pengetahuan memainkan peranan yang cukup penting dalam kehidupan umat
manusia.
Akan tetapi, ada pula tokoh yang justru anti terhadap ilmu pengetahuan.
Salah satu tokoh yang cukup terkenal dalam hal ini adalah Paul Karl Feyerabend.
Sikap anti ilmu pengetahuannya ini, tidak berarti anti terhadap ilmu pengetahuan
itu sendiri, tetapi anti terhadap kekuasaan ilmu pengetahuan yang kerap kali
melampaui maksud utamanya. Feyerabend menegaskan bahwa ilmu-ilmu
pengetahuan tidak menggunguli bidang-bidang dan bentuk-bentuk pengetahuan
lain. Menurutnya, ilmu-ilmu pengetahuan menjadi lebih unggul karena
propaganda dari para ilmuan dan adanya tolak ukur institusional yang diberi
wewenang untuk memutuskannya.
Sekalipun ada berbagai kontradiksi tentang keunggulan ilmu pengetahuan,
tidak dapat disangkal bahwa ilmu pengetahuan sesungguhnya memberikan
pengaruh yang besar dalam kehidupan masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari
peranan ilmu pengetahuan dalam membantu manusia mengatasi masalah-masalah
hidupnya, walaupun kadang-kadang ilmu pengetahuan dapat pula menciptakan
masalah-masalah baru.
19
Meskipun demikian, pada kenyataannya peranan ilmu pengetahuan dalam
membantu manusia mengatasi masalah kehidupannya sesungguhnya terbatas.
Seperti yang telah diungkapkan pada bagian pendahuluan, keterbatasan itu
terletak pada cara kerja ilmu-ilmu pengetahuan yang hanya membatasi diri pada
tujuan atau bidang tertentu. Karena pembatasan itu, ilmu pengetahuan tidak dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang keseluruhan manusia. Untuk mengatasi
masalah ini, ilmu-ilmu pengetahuan membutuhkan filsafat. Dalam hal inilah
filsafat menjadi hal yang penting.
C.Verhaak dan R.Haryono Imam dalam bukunya yang berjudul Filsafat
Ilmu Pengetahuan: Telaah Atas Cara Kerja Ilmu-ilmu, menjelaskan dua penilaian
filsafat atas kebenaran ilmu-ilmu. Pertama, filsafat ikut menilai apa yang dianggap
tepat dan benar dalam ilmu-ilmu. Apa yang dianggap tepat dalam ilmu-ilmu
berpulang pada ilmu-ilmu itu sendiri. Dalam hal ini filsafat tidak ikut campur
dalam bidang-bidang ilmu itu. Akan tetapi, mengenai apa kiranya kebenaran itu,
ilmu-ilmu pengetahuan tidak dapat menjawabnya karena masalah ini tidak
termasuk bidang ilmu mereka. Hal-hal yang berhubungan dengan ada tidaknya
kebenaran dan tentang apa itu kebenaran dibahas dan dijelaskan oleh filsafat.
Kedua, filsafat memberi penilaian tentang sumbangan ilmu-ilmu pada
perkembangan pengetahuan manusia guna mencapai kebenaran.
Dari dua penilaian filsafat atas kebenaran ilmu-ilmu di atas, dapat dillihat
bahwa ilmu-ilmu pengetahuan (ilmu-ilmu pasti) tidak langsung berkecimpung
dalam usaha manusia menuju kebenaran. Usaha ilmu-ilmu itu lebih merupakan
suatu sumbangan agar pengetahuan itu sendiri semakin mendekati kebenaran.
Filsafatlah yang secara langsung berperan dalam usaha manusia untuk mencari
kebenaran. Di dalam filsafat, berbagai pertanyaan yang berhubungan dengan
kebenaran dikumpulkan dan diolah demi menemukan jawaban yang memadai.
Pertanggungjawaban rasional pada hakikatnya berarti bahwa setiap
langkah harus terbuka terhadap segala pertanyaan dan sangkalan, serta harus
dipertahankan secara argumentatif dengan argumen-argumen yang objektif. Hal
ini berarti bahwa kalau ada yang mempertanyakan atau menyangkal klaim
20
kebenaran suatu pemikiran, pertanyaan dan sangkalan itu dapat dijawab dengan
argumentasi atau alasan-alasan yang masuk akal dan dapat dimengerti.
Dari berbagai penjelasan di atas, tampak jelas bahwa filsafat selalu
mengarah pada pencarian akan kebenaran. Pencarian itu dapat dilakukan dengan
menilai ilmu-ilmu pengetahuan yang ada secara kritis sambil berusaha
menemukan jawaban yang benar. Tentu saja penilaian itu harus dilakukan dengan
langkah-langkah yang teliti dan dapat dipertanggungjawabkan secara rasional.
Penilaian dan jawaban yang diberikan filsafat sendiri, senantiasa harus terbuka
terhadap berbagai kritikan dan masukan sebagai bahan evaluasi demi mencapai
kebenaran yang dicari.
Membangun ilmu pengetahuan diperlukan konsistensi yang terus
berpegang pada paradigma yang membentuknya. Kearifan memperbaiki
paradigma ilmu pengetahuan nampaknya sangat diperlukan agar ilmu
pengetahuan seiring dengan tantangan zaman, karena ilmu pengetahuan tidak
hidup dengan dirinya sendiri, tetapi harus mempunyai manfaat kepada kehidupan
dunia
Hampir semua kemampuan pemikiran (thought) manusia didominasi oleh
pendekatan filsafat. Pengetahuan manusia yang dihasilkan melalui proses berpikir
selalu digunakannya untuk menyingkap tabir ketidaktahuan dan mencari solusi
masalah kehidupan.antara ilmu Pengetahuan dan ilmu Filsafat ada persamaan dan
perbedaannya.Ilmu Pengetahuan bersifat Posterior kesimpulannya ditarik setelah
melakukan pengujian-pengujian secara berulang-ulang sedangkan Filsafat bersifat
priori kesimpulannya ditarik tanpa pengujian,sebab Filsafat tidak mengharuskan
adanya data empiris seperti yang dimiliki ilmu karena Filsafat bersifat
Spekulatif.Disamping adanya perbedaan antara ilmu dengan filsafat ada sejumlah
persamaan yaitu sama-sama mencari kebenaran.
21
3.3 Perkembangan ilmu dapat diidentifikasikan ke dalam beberapa periode
berikut:
Di zaman dinasti Xia (2205-1766 SM) dikenal dengan nama Gui Cang
(kembali ke kegaiban). Lalu di masa dinasti Zhou (1066-221 SM) populer dengan
sebutan Zhou Yi (kitab perubahan dari dinasti Zhou), dan akhirnya, kini dikenal
sebagai Yi jing (dibaca: i Ching), yang secara harfiyah berati kitab tentang
perubahan.
22
e. Kemampuan meramal suatu peristiwa atas dasar peristiwa-peristiwa
sebelumnya yang pernah terjadi. Misalnya gerhana bulan dan matahari.
Pada zaman ini dianggap sebagai zaman keemasan yang memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
Tokoh atau ilmuwan masa yunani kuno antara lain: Thales, yang
mempelajari astronomi dan topik-topik pengetahuan termasuk fisika. Dan
sebagian sarjana mengakuinya pula sebagai ilmuwan pertama di dunia. Thales
mempertanyakan asal mula, sifat dasar dan struktur komposisi alam, yang
menurutnya semuanya berasal dari air sebagai materi daasar kosmis. Pytagoras
(572-497 SM) adalah seorang ahli matematika yang lebih terkenal Dalailny dalam
geometri yang menetapkan a2 + b2 = c2. 13. Dan mendirikan aliran filsafat
Pythagorianisme yang mengemukakan sebuah ajaran metafisis bahwa bilangan
merupakan intisari dari semua benda maupun dasar pokok dari sifat-sifat benda.
Tokoh lainnya yaitu Demokritus (460-370 SM) yang menegaskan bahwa realitas
terdiri dari banyak unsur yang disebutnya dengan atom. Pandangan Demokritus
ini merupakan cikal bakal perkembangan ilmu fisika, kimia dan biologi. Plato
(428-348 SM) yang berpendapat bahwa geometri sebagai pengetahuan rasional
23
berdasarkan akal murni menjadi kunci ke arah ilmu pengetahuan serta bagian
pemahaman mengenai sifat dasar dari kenyataan yang terakhir. Geometri
merupakan suatu ilmu yang dengan akal murni membuktikan proporsi-proporsi
abstrak mengenai hal-hal yang abstrak. Begitu pentingnya geometri bagi filsafat
menurut Plato sehingga konon pintu gerbang akademi Plato tertulis janganlah
orang masuk ke sini jika ia tidak mengetahui geometri. Aristoteles (384-322 SM)
yang berpendapat bahwa filasafat dan ilmu tergolong sebagai pengetahuan
rasional, yakni pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran atau rasio manusia,
yang dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu: Praktike (pengetahuan praktis),
Poietike (pengetahuan produktif) dan theoretike (pengetahuan teoritis). Adapun
Theoritike dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu: Mathematike (pengetahuan
matematika), Phisike (pengetahuan fisika) dan Prote philosophia (filsafat
pertama).
Bani Umayyah sebagai salah satu contohnya telah menemukan suatu cara
pengamatan astronomi pada abad 7 Masehi, yaitu sekitar 8 abad sebelum Galileo
24
Galilei dan Copernicus. Sedangkan kebudayaan Islam yang menaklukkan Persia
abd 8 Masehi telah mendirikan sekolah kedokteran di Jundishapur. Pada zaman
keemasan kebudayaan Islam dilakukan penerjemahan berbagai karya Yunani dan
bahkan Kholifah Al Makmun telah mendirikan Rumah kebajikan (House
Wisdom) pada abad 9 Masehi. Itu artinya bahwa perjalanan peradaban islam
sudah jauh lebih dulu terbentuk dibandingkan peradaban Barat.
Pada zaman pertengahan ini, Eropa berada dalam masa tidur panjang
akibat pengaruh dogma-dogma agama sedangkan kebudayaan Islam di zaman
dinasti Abbasiyah berada pada puncak keemasannya. Ali Kettani menengarahi
kemajuan umat Islam pada masa itu lantaran didukung semangat sebagai berikut:
a. Universalism
b. Tolerance
c. International Character of the market.
d. Respect for science and scintist.
e. The Islam nature of both the end and means of science.
25
dalam arti setiap temuan dihargai secara layak sebagai hasil jerih payah atas usaha
seseorang atau sekelompok orang. The Islam nature of both the end and means of
science artinya, sarana dan tujuan iptek haruslah terkait dengan nilai-nilai agama
artinya, setiap kegiatan ilmiah tidak boleh bebas nilai, apalagi nilai agama. Sebab
ilmuan yang melepaskan diri dari nilai-nilai agama akan terperangkap pada
arogansi intelektual, dan menjadikan perkembangan iptek yang depersonalisasi
dan dehumanisasi.
Tanda lain dari keemasan Islam (Golden Age) adalah kemajuan pesat ilmu
dengan memperkenalkan sistim desimal. Filsuf muslim Al Khawaruzmi yang
mengembangkan trigonometri dengan memperkenalkan teori sinus dan cosinus,
tangent dan cotangent. Ilmu Fisika menampilkan Fisikus asal Baghdad Musa Ibnu
Syakir dan putranya Muhammad, Ahmad dan Hasan yang mengarang kitab Al
Hiyal yang menggambarkan hukum-hukum mekanik dan stabilitas. Ibnu Al
Haytham (965-1039 M) yang mengarang kitab Al-Manadhir, yang membuktikan
hukum refraksi cahaya.
26
Diet, farmakologi dan lain-lain. Buku medis lainya ditulis oleh Ali Ibnu Abbas Al
ahwazi (940 M) Al Kitab Al Maliki tentang teori dan praktik medis. Ibnu Siena
juga mengarang buku teks tentang medis yang berjudul Al Qanun, yang menjadi
buku standar selama 500 tahun dalam dunia Islam dan Eropa. Ibnu Siena juga
meneliti tentang masalah anatomi, kesehatan anak, gynaesology.
27
mengelilingi matahari. Teorinya ini disebut Heliloisme dimana matahari adalah
pusat jagat raya bukan bumi sebagaimana dikemukakan oleh Ptolomeus yang
diperkuat oleh Gereja. Ilmuwan lainnya pada periode ini adalah Kepler dan
Gelileo Gelilei. Langkah-langkah yang dilakukan Galileo dalam bidang ini
menanamkan pengaruh kuat bagi perkembangan ilmu pengetahuan modern,
karena menunjukkan beberapa hal seperti: pengamatan (observasi), penyingkiran
(eliminasi) segala hal yang tidak termasuk dalam peristiwa yang diamati.
Idealisasi, penyusunan teori secara spekulatif ats peristiwa tersebut, peramalan
(prediction), pengukuran (measurement), dan percobaan (experiment) untuk
menguji teori yang didasarkan pada ramalan matematik.
28
berfikir dalam ilmu pengetahuan modern. Langkah-langkah descrates adalah
sebagai berikut:
a. Tidak menerima apapun sebagai hal yang benar kecuali kalau diyakini
sendiri bahwa itu memang benar.
b. Memilah-milah masalah menjadi bagian-bagian terkecil untuk
mempermudah permasalahan.
c. Berfikir runtut mulai dari hal yang sederhana sedikit demi sedikit untuk
sampai ke hal yang paling rumit.
d. Perincian yang lengkap dan pemeriksaan yang menyeluruh diperlukan
supaya tidak ada yang terlupakan.
29
Disamping teori tentang fisika, teori alam semesta dan lain-lain, maka
zaman kontemporer ini ditandai dengan penemuan berbagai teknologi canggih.
Teknologi komunikasi dan informasi termasuk salah satu yang mengalami
kemajuan yang sangat pesat. Mulai dari penemuan computer, berbagai satelit
komunikasi, internet dan lain sebagainya. Mobilitas manusia yang sangat tinggi
saat ini merupakan pengaruh teknologi komunikasi dan informasi. Dalam
pertengahan abad ini, dapat pula disaksikan lahirnya serangkaian ilmu antar
disiplin misalnya ilmu perilaku (behavioral science) yang menggabungkan ilmu
psikologi dengan berbagai cabang ilmu sosial seperti sosiologi , antropologi untuk
menelaah tingkah laku manusia. Contoh lain ilmu antar disiplin ialah Anatomi
Sosial manusiawi (Human Social anatomy) yang memadukan anatomi, ilmu fosil,
antropologi Ragawi, dan Etopologi studi tentang pola perilaku organisme)
30
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
4.1. Kesimpulan
Filsafat yang sering disebut sebagai induk ilmu pengetahuan (mother of
science) dapat menjadi pembuka dan sekaligus ilmu pamungkas keilmuan yang
tidak dapat diselesaikan oleh ilmu. Filsafat dapat merangsang lahirnya sejumlah
keinginan dari temuan filosofis melalui berbagai observasi dan eksperimen yang
melahirkan berbagai pencabangan ilmu.
Realitas juga menunjukan bahwa hampir tidak ada satu cabang ilmu yang
lepas dari filsafat atau serendahnya tidak terkait dengan persoalan filsafat. Bahkan
untuk kepentingan perkembangan ilmu itu sendiri, lahir suatu disiplin filsafat
untuk mengkaji ilmu pengetahuan, pada apa yang disebut sebagai filsafat
pengetahuan, yang kemudian berkembang lagi yang melahirkan salah satu cabang
yang disebut sebagai filsafat ilmu.
Dengan demikian filsafat merupakan ilmu yang mempelajari dengan
sungguh-sungguh hakekat kebenaran segala sesuatu. Dengan bantuan filsafat,
manusia berusaha menangkap makna, hakekat, hikmah dari setiap pemikran,
realitas dan kejadian. Filsafat mengantarkan manusia untuk lebih jernih, mendasar
dan bijaksana dalam berfikir, bersikap, berkata, berbuat dan mengambil
kesimpulan.
31
DAFTAR PUSTAKA
Anshari, Endang Saifuddin. Ilmu, Filsafat dan Agama Surabaya: PT Bina Ilmu.
1987.
http://mohismaiel.blogspot.com/2013/06/pemahaman-dasar-filsafat-dan-
filsafat_8869.html
http://kereta-sains.blogspot.com/2011/06/filsafat-induk-segala-ilmu.html
http://andriwiranata76.blogspot.com/
32