Oleh :
Kelompok 1/B P2
Agung Bachtiar J3B116004
Desi Diah Lestari J3B116037
Rineka Utami J3B116117
Yahya Nuruddin Said J3B216170
Dosen :
Occy Bonanza, SP, MT
Ira Resmayasari, SS, M Par., MTHM
Asisten Dosen :
Ansyari Musoman, A.Md.
A. Latar Belakang
B. Tujuan
A. Identifikasi
J.P Chaplin yang diterjemahkan Kartini Kartono yang dikutip oleh Uttoro 2008
identifikasi adalah penentuan atau penetapan identitas seseorang atau benda. Sedangkan
menurut psikoanalis identifikasi adalah suatu proses yang dilakuakan seseorang secara tidak
sadar, atas dasar ikatan emosional dengan tokoh tertentu, sehingga ia berprilaku atau
membayangkan dirinya seakan-akan ia adalah tokoh tersebut. Berdasarkan pendapat para ahli
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa identifikasi adalah penempatan atau penentu
identitas seseorang atau benda pada suatu saat tertentu.
B. Permintaan
Permintan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu
dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan tertentu dan dalam periode tertentu.
Permintaan seseorang atau suatu masyarakat kepada suatu barang ditentukan oleh faktor-
faktor, diantaranya: harga barang itu sendiri, harga barang lain, pendapatan konsumen, cita
rasa, iklim, jumlah penduduk dan ramalan masa yang akan datang. Permintaan adalah
sejumlah barang yang dibeli atau diminta pada suatu harga dan waktu tertentu. Sedangkan
pengertian penawaran adalah sejumlah barang yang dijual atau ditawarkan pada suatu harga
dan waktu tertentu (Harjoso, 2010). Permintaan pasar adalah agregat dari permintaan
individu-individu konsumen (Tomek and Robinson, 1981). Permintaan tahun sebelumnya
mempengaruhi permintaan tahun ini sebagai akibat dari pembentukan kebiasaan (Wohlgenant
and Hahn, 1982).
C. Jasa
Zeithaml dan Bitner dalam Hurriyati (2005) berpendapat jasa pada dasarnya adalah
seluruh aktivitas ekonomi dengan output selain produk dalam pengertian fisik, dikonsumsi
dan diproduksi pada saat bersamaan, memberikan nilai tambah dan secara prinsip tidak
berwujud (intangible) bagi pembeli pertamanya. Menurut Kotler (2000) jasa ialah setiap
tindakan atau unjuk kerja yang ditawarkan oleh salah satu pihak ke pihak lain yang secara
prinsip tidak berwujud dan menyebabkan perpindahan kepemilikan apapun. Produksinya bisa
juga tidak terikat pada suatu produk.
D. Physical Healing
Praktikum identifikasi permintaan dan jasa physical healing dilaksanakan pada hari
Rabu, 27 September 2017 pukul 10.00 13.00 WIB. Lokasi praktikum di Kampus Diploma
IPB, ruang kelas CB B03. Praktikum ini dilakukan dengan durasi waktu 1x100 menit.
Kegiatan praktikum yang dilakukan dengan mencari studi literatur melalui buku atau
media internet. Alat yang digunakan untuk membantu kelancaran dan kemudahan praktikum
memiliki fungsi masing-masing sebagai berikut (Tabel 1).
Table 1. Alat dan Bahan
No. Alat-alat Fungsi
1. Alat Tulis Mencatat objek pengamatan
2. Tallysheet Mempermudah dalam pencatatan hasil
3. Note book Membuat dan menyusun laporan
4. Buku/internet Sumber Informasi
5. Printer Mencetak hasil laporan
C. Tahapan Kerja
Tahapan kerja yang dilakukan dalam praktikum Identifikasi Physical Healing, yaitu
sebagai berikut :
1. Mahasiswa bekera dengan kelompok yang telah ditentukan
2. Menentukan salah satu jenis bentuk kegiatan dalam Physical Healing
3. Studi literatur mengenai Permintaan dan Jasa Physical Healing
4. Mengidentifikasi Permintaan dan Jasa terhadap Physical Healing
5. Membuat pembahasan dari hasil identifikasi
6. Menyusun hasil praktikum ke dalam sebuah laporan lengkap dan
mempresentasikannya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Asesment Fisioterapi
Penilaian termasuk pemeriksaan terhadap individu atau kelompok, nyata atau potensial
terjadi kelemahan, keterbatasan fungsi, kecacatan atau kondisi medis lainnya melakukan
perjalanan penyakit (Mengambil Sejarah), skrening, tes khusus pengukuran dan evaluasi hasil
melalui analisis dan sintesis dalam proses pertimbangan klinis.
b. Diagnosis Fisioterapi
Diagnosis dibuat dari pemeriksaan dan evaluasi, dan menyatakan hasil dari proses
pertimbangan / klinis berpikir, dapat pernyataan tentang gerak keadaan disfungsi, dapat
mencakup / meliputi kategori kelemahan, keterbatasan fungsi, kemampuan /
ketidakmampuan dan sindrom.
c. Fisioterapi intervensi
Perencanaan dimulai dengan pertimbangan kebutuhan intervensi dan biasanya mengarah
pada pengembangan rencana intervensi, termasuk hasil sesuai dengan target yang terukur
disetujui oleh pasien / klien, keluarga atau menteri kesehatan lainnya. Mungkin berpikir
rencana alternatif harus dirujuk ke pihak lain jika kasus ini tidak dianggap cocok untuk
fisioterapi.
Intervensi dimodifikasilkan dilaksanakan dan untuk mencapai tujuan yang telah disepakati
dan dapat mencakup penanganan manual, peningkatan gerak, peralatan fisik, alat dan
peralatan mekanik elektroterapeutik: pelatihan fungsional, tekad dan bantuan peralatan bantu,
pengajaran dan penyuluhan, dokumentasi dan koordinasi, komunikasi dan intervensi dapat
juga ditujukan untuk pencegahan kelainan (kelemahan), pembatasan fungsi, kecacatan dan
cedera, serta meningkatkan dan menjaga kesehatan, kualitas hidup, kebugaran dari segala
usia dan semua lapisan masyarakat.
2. Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang diarahkan pada individu atau
kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerakan tubuh dan fungsi
sepanjang siklus kehidupan dengan menggunakan penanganan manual, peningkatan gerak,
peralatan (fisik, elektroterapeutik dan mekanis), pelatihan fungsi, komunikasi.
Gambar 1. Fisioterapi
Sumber : http://www.sebats.com/2015/04/tempat-fisioterapi-bali.html
Fisioterapi diberikan kepada penderita penyakit yang berhubungan dengan saraf,
misalnya penyakit yang menyebabkan pola jalan salah dan otot lemah, penderita yang
mengalami gangguan pada saraf tepi, radang selaput otak, sumbatan saluran di otak, dan
lainnya. Berikut ini merupakan cara pengobatan fisoterapi berdasarkan dari jenis penyakit.
1. Exercise Therapy atau Terapi Latihan
Terapi ini bertujuan untuk mengembalikan fungsi, memberi penguatan dan
pemeliharaan gerak agar dapat kembali normal atau setidaknya mendekati kondisi normal.
Kepada anak, akan diberikan latihan memegang maupun menggerakkan tangan dan kakinya.
Setelah mampu, akan dilanjutkan dengan latihan mobilisasi, dimulai dengan berdiri,
melangkah, berjalan, lari kecil, dan seterusnya. Pada kasus patah kaki, contohnya, akan
dilakukan fisioterapi secara bertahap, kapan si anak harus sedikit menapak sampai bisa
menapak penuh.
Latihan-latihan yang diberikan bertujuan mempertahankan kekuatan otot-otot dan
kemampuan fungsionalnya dengan mempertahankan sendi-sendinya agar tidak menjadi kaku.
Hal ini dilakukan karena kaki patah yang dipasangi gips umumnya akan mengalami
pengecilan otot, sehingga kekuatannya pun berkurang. Melalui terapi yang dilakukan sambil
bermain akan kelihatan bagian mana yang mengalami penurunan fungsi.
2. Heating Therapy atau Terapi Pemanasan
Sesuai dengan namanya, terapi ini memanfaatkan kekuatan panas yang biasanya
digunakan pada kelainan kulit, otot, maupun jaringan tubuh bagian dalam lainnya.
Penggunaannya tentu saja disesuaikan dengan tingkat keluhan. Jika hanya sampai di bagian
kulit, maka pemanasannya pun hanya diperuntukkan bagi kulit saja dengan menggunakan
Infra Red Radiation (IRR) atau radiasi infra merah. Jika gangguan terjadi pada otot,
menggunakan micro diathermy atau diatermi mikro. Apabila gangguan muncul di bagian
terdalam seperti rangka tubuh, maka yang digunakan adalah short wave diathermy atau
diatermi gelombang pendek. Intinya, jenis terapi yang dilakukan akan disesuaikan dengan
hasil diagnosis.
Terapi pemanasan biasanya diberikan bersamaan dengan jenis terapi lain. Seperti pada
terapi inhalasi untuk anak-anak dengan masalah lendir pada saluran napas, pada nyeri otot
maupun sendi. Apabilbila dikombinasikan dengan bentuk pengobatan lain tentu lebih
menguntungkan karena dosis obat yang harus diminum anak jadi lebih kecil untuk
meminimalisir efek negatifnya.
3. Electrical Stimulations Therapy atau Terapi Stimulasi Listrik
Terapi yang menggunakan aliran listrik bertenaga kecil ini cocok diterapkan pada anak
yang menderita kelemahan otot akibat patah tulang ataupun kerusakan saraf otot. Cara
penggunaannya, dengan menempelkan aliran listrik pada otot-otot untuk mengatasi rasa
nyeri. Terapi ini bertujuan untuk mempertahankan massa otot dan secara tidak langsung
merangsang regenerasi saraf.
Pada pasien anak yang menderita gangguan pernapasan, terapi ini dapat digunakan
untuk pengobatan. Efeknya, sirkulasi darah di rongga dada dan saluran pernapasan menjadi
lebih lancar, sehingga dapat membantu relaksasi serta membantu mengeluarkan lendir dari
saluran pernapasan, kemudian akan mempercepat proses penyembuhan.
4. Cold Therapy atau Terapi Dingin
Terapi dingin biasanya diberikan apabila cedera akut pada anak sehingga proses
peradangan tidak menjadi kronis. Terapi ini umumnya hanya diperuntukkan bagi otot saja,
biasanya akibat terjatuh dan mengalami memar. Terapi dingin ini berguna mengurangi
bengkak. Ketika anak terjatuh dan bagian tubuhnya ada yang benjol, orang tua sering
mengompresnya dengan air dingin. Namun terapi dingin harus dengan pengawasan ketat
karena kalau fase akutnya sudah lewat, tapi masih selalu diberi terapi, itu dapat dapat
merusak jaringan.
5. Chest Physiotherapy atau Terapi Bagian Dada
Seseorang dengan keluhan batuk-pilek biasanya mendapat chest physiotherapy yang
bermanfaat membersihkan saluran pernapasan dan memperbaiki pertukaran udara. Yang
termasuk dalam fisioterapi ini di antaranya inhalasi atau nebulizer, clapping, vibrasi dan
postural drainage.
Inhalasi yaitu memasukkan obat-obatan ke dalam saluran pernapasan melalui
penghirupan. Partikel obat dipecah terlebih dadulu dalam sebuah alat yang disebut nebulizeer
hingga menjadi molekul-molekul berbentuk uap. Uap inilah yang kemudian dihirup pasien,
sehingga obat akan langsung masuk ke saluran pernapasan. Keuntungan cara ini, dosis obat
jauh lebih kecil, dan dapat mengurangi efek samping obat.
Obat-obat inhalasi yang umum diberikan adalah obat untuk melonggarkan saluran
napas, pengencer dahak, dan NaCl sebagai pelembab saluran napas. Sedangkan lamanya
setiap inhalasi cukup sekitar 10 menit. Tindakan lanjut untuk membantu pengeluaran
lendirnya, antara lain clapping atau tepukan pada dada dan punggung. Bisa di sisi kanan, kiri,
depan dada. Tepukan dilakukan secara kontinyu dan ritmik. Sertakan pula dengan pengaturan
posisi pasien (postural drainage), semisalnya pasien ditengkurapkan dengan posisi kepala
lebih rendah dari badan, hingga lendir tersebut dapat mengalir ke cabang pernapasan utama
sekaligus lebih mudah untuk dibatukkan. Ini akan menguntungkan karena biasanya pasien tak
dapat meludah, sehingga lendir yang menyumbat saluran pernapasan sulit dikeluarkan.
Khusus pada bayi atau anak di bawah usia 2 tahun bila perlu, lakukan tindakan suction atau
penyedotan lendir dengan alat khusus lewat hidung atau mulut. Bisanya tindakan ini
dilakukan pada bayi dimana refleks batuknya belum cukup kuat untuk mengeluarkan lendir.
6. Hydro Therapy atau Aquatik Therapy
Terapi dengan air berguna bagi anek yang mengalami gangguan, terutama gangguan
gerak akibat spastisitas, misal pada anak CP (Cerebral Palsy). Sedangkan pada anak yang
terlambat berjalan, tentu saja sebelum diterapi mereka akan dievaluasi dulu baik dari usia,
tingkat kemampuan, maupun tingkat kesulitan yang dialami. Untuk dapat berjalan, anak tentu
saja melalui berbagai tahapan yang dimulai dengan tengkurap, duduk, merangkak sampai
berdiri. Biasanya anak tidak akan langsung diajarkan berjalan bila tahap sebelumnya belum
mampu ia lakukan.
Pada anak yang mengalami kesulitan bergerak karena spastisitas atau kekakuan, ketika
di air, umumnya dia akan lebih mudah bergerak. Dengan demikian diharapkan spastisitas
anak akan berkurang mengingat adanya bantuan berupa dorongan air yang sifatnya bisa
melenturkan gerak tubuh. Meskipun tidak semua anak dengan gangguan tersebut dapat
diberikan hidro terapi air, tapi terapi ini bisa dijadikan sebagai salah satu alternatif.
7. Orthopedhic dan Rheumathoid Arthritis
Fisioterapi ortopedik ini dilakukan untuk mengatasi gangguan tulang dan otot akibat
patah tulang, post fracture (retak), artritis sendi, keseleo, atau terkilir. Umumnya ditujukan
untuk kalangan dewasa karena kasusnya jarang sekali terjadi pada anak. Pada bayi, terapi
ortopedik ini akan dipakai jika ia mengalami proses pemendekan otot leher (lehernya jadi
miring) akibat pembengkakan otot leher yang membuat ototnya tertarik ke satu arah.
Fiosioterapi ini dilakukan dalam bentuk latihan-latihan gerakan, pijat, dan peregangan. Bisa
juga dibarengi dengan ultrasound (gelombang suara berfrekuensi lebih tinggi dari yang dapat
didengar manusia) dan pemanasan untuk melepaskan perlengketan atau gumpalan di leher.
Fisioterapi ini dapat diterapkan sejak bayi berusia 2 minggu.
Fisioterapi rheumathoid arthritis dilakukan pada anak dengan keluhan kaki bengkak
atau mengalami gangguan sendi. Untuk mengurangi rasa nyeri, terapi dingin diberikan saat
akut dan selanjutnya diberikan terapi panas dengan electrical stimulations therapy. Ini bisa
dilakukan pada anak usia 4-5 tahun, tergantung pada bagian mana terserangnya
Beberapa kondisi pasien yang bisa dibantu dengan perawatan fisioterapi berdasarkan sistem
tubuh, dibedakan menjadi empat:
1. Neurologi
Beberapa kondisi terkait neurologi atau sistem syaraf adalah stroke, multiple sclerosis,
dan penyakti Parkinson. Gangguan syaraf akibat penyakit-penyakit tersebut bisa mengganggu
fungsi tubuh, seperti susah bicara, susah berjalan, dan menurunnya kinerja tangan.
2. Neuromusculoskeletal
Kondisi yang diakibatkan oleh gangguan neuromusculoskeletal atau gangguan otot
pada kerangka tubuh antara lain saat ada sakit pinggang belakang, nyeri otot, cedera karena
olahraga, dan arthritis.
3. Kardiovaskular
Gangguan sistem kardiovaskular yang bisa dibantu dengan fisioterapi adalah penyakit
jantung kronis dan rehabilitasi pascaserangan jantung. Dengan fisioterapi, kondisi pasien
akan lebih berkualitas karena diberikan dukungan fisik dan emosi.
4. Respirasi
Asma, penyakit paru obstruktif kronis, dan cystic fibrosis (kista fibrosis) adalah
beberapa penyakit terkait sistem pernapasan yang bisa diringankan melalui fisioterapi. Para
fisioterapis akan memberikan serangkaian metode mengenai bagaimana cara tubuh bernapas
lebih baik dan bagaimana mengontrol gejala-gejala seperti batuk-batuk dan kesulitan
bernapas.
Gambar 2. Sakit yang harus di Fisioterapi
Sumber : http://www.ziare.com/viata-sanatoasa/durere/durerile-de-spate-ce-pot-indica-ele-si-cand-sa-mergi-la-
medic-1125683
Fisioterapi bisa dilakukan untuk mencegah penyakit tidak harus menunggu sakit, sebab
fisioterapi dapat meningkatkan aktivitas fisik Anda. Selain itu, fisioterapi juga membantu
masalah kesehatan yang menyerang bagian tubuh diantaranya sebagai berikut:
1. Tulang, sendi, dan jaringan halus, seperti sakit punggung, sakit leher, sakit pundak dan
cedera.
2. Sistem saraf atau otak, seperti permasalahan pada gerakan yang mengakibatkan stroke,
multiple sclerosis, atau Parkinson.
3. Jantung dan sirkulasi, permasalahan yang perlu disembuhkan setelah terkena serangan
jantung.
Gambar 4. Pemanasan
Sumber : https://artikelfisioterapi.wordpress.com/2014/04/24/mengapa-fisioterapi-dibutuhkan/
Seorang terapis haruslah orang yang sudah berpengalaman dan terlatih. Biasanya
fisioterapis ini dilakukan oleh seseorang yang merupakan bagian dari tim multi-disiplin
berbagai bidang kesehatan seperti yang bekerja di rumah sakit yang berarti memang sudah
biasa mengangani hal yang berkaitan dengan fisoterapis dan sudah sangat paham tentang
bagaimana cara mengobati serta merawat orang yang bermasalah dengan fungsi tubuh nya.
Untuk menjadi fisioterapis atau ahli fisioterapi, seseorang harus lulus pendidikan formal
fisioterapi. Fisioterapis sendiri diberikan kewenangan tertulis untuk melakukan tindakan
fisioterapi atas dasar keilmuan dan kompetensi yang dimilikinya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Seorang fisioterapis juga sangat di butuhkan untuk
bidang olahraga seperti ada atlet yang terkena cidera saat berlatih dan fungsi dari fisioterapis
nya adalah untuk mempercepat masa penyembuhan dari atlet supaya bisa cepat untuk berlatih
kembali.
Cara untuk mempercepat proses penyembuhan yaitu dengan melakukan gerakan dan
latihan, Gerakan tersebut telah disesuaikan dengan saran latihan dan aktivitas fisik. Selain itu,
latihan direkomendasikan untuk meningkatkan kesehatan dan mobilitas secara keseluruhan.
Fisioterapis biasanya merekomendasikan gerakan dan latihan untuk membantu meningkatkan
mobilitas dan fungsi, seperti:
Latihan yang dirancang untuk mengubah gerakan dan kekuatan pada bagian tubuh tertentu
hal ini sebaiknya dilakukan secara rutin dan berulang dengan waktu yang telah diatur.
Aktivitas yang melibatkan gerakan keseluruhan tubuh seperti berenang dan berjalan
aktivitas ini dapat membantu penyembuhan pascaoperasi atau cedera yang mempengaruhi
mobilitas.
Latihan di air hangat dan dangkal air dipercaya dapat membuat otot dan sendi relaks. Air
juga dapat memberikan perlawanan untuk membantu menguatkan secara bertahap.
Saran dan latihan membantu Anda meningkatkan akivitas fisik saran akan diberikan untuk
kepentingan dalam membuat tubuh tetap aktif dengan cara yang aman.
Alat bantu mobilitas, seperti kruk atau tongkat, disediakan untuk membantu pergerakan
tubuh.
Fisioterapi adalah proses merehabilitasi seseorang agar terhindar dari cacat fisik
melalui serangkaian penilaian, diagnosis, perlakuan, dan aktivitas pencegahan. Tujuan dari
dilakukannya fisioterapi adalah mengembalikan fungsi tubuh setelah terkena penyakit atau
cedera. Jika tubuh menderita penyakit atau cedera permanen, maka fisioterapi dapat
diprioritaskan untuk mengurangi dampaknya. Fisioterapi bisa dilakukan pada saat pasien
mengalami Neurologi, Neuromusculoskeletal, Kardiovaskular, Respirasi. Tempat untuk
fisioterapi bisa dilakukan baik di indoor seperti rumah sakit atau klinik fisioterapi maupun
outdoor yang lebih ke praktik untuk menghidupkan sel-sel yang telah mati. Proses
penyembuhan nantinya akan dibantu oleh seorang terapis fisioterapi. Dalam proses
penyembuhan pasien harus mengatur pola hidup yang lebih baik untuk mempercepat proses
penyembuhan karena tujuan utama fisioterapi adalah untuk mengembalikan fungsi tubuh
kembali normal.
DAFTAR PUSTAKA