Anda di halaman 1dari 2

Ramadanti Prativi

K4316051
Dalam pertemuan mata kuliah strategi pembelajaran Biologi minggu lalu dijelaskan mengenai
pendekatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran dibagi menjadi tiga jenis yaitu CTL, STEM, dan
SETS. CTL adalah pendekatan pembelajaran dengan menghadapkan siswa pada persoalan yang harus
dipecahkan atau diselesaikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang dikaitkan dengan kehidupan
sehari-hari. Ada tujuh komponen penting dalam CTL yaitu konstruktivisme (constructivism), bertanya
(questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling),
refleksi (reflection), dan penelitian sebenarnya (authentic assessment). (Wulandari, Susanti, & Sri,
2015) Sementara itu STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) adalah pendekatan
pembelajaran yang mengajak siswa berpikir komprehensif dengan pola pemecahan masalah
berdasarkan empat aspek dalam STEM agar siswa berpikir kritis dan mempunyai teknik atau desain
untuk memecahkan masalah berdasarkan matematik dan ilmu yang mereka miliki. (Wijaya, Karmila, &
Amalia, 2015) Sedangkan, SETS adalah pendekatan pembelajaran yang memadukan sains, teknologi,
dan isu-isu yang ada di masyarakat yang bertujuan menghasilkan peserta didik yang memiliki bekal
pengetahuan cukup agar nantinya mampu mengambil keputusan penting tentang problematika
masyarakat. Selain itu, juga agar mahasiswa mampu mengambil tindakan yang berhubungan dengan
keputusan yang telah dipilih.
Dalam kurikulum 2013, pembelajaran berbasis student center, sehingga sistem pembelajarannya
menggunakan sistem pembelajaran konstruktivisme yaitu pengetahuan yang diperoleh siswa harus
dikonstruk dari siswa. Contoh pembelajaran konstruktivisme adalah siswa diajak membandingkan dua
spesies hewan Ailuropoda melanoleuca dan Ursus arctos yang masih tergolong dalam satu family
Ursidae, siswa diminta mengidentifikasi ciri-ciri dari kedua spesies tersebut dan menarik kesimpulan
dari identifikasi yang telah dilakukan, misalnya berupa alasan kedua spesies tersebut dikelompokkan
dalam satu family yang sama dan lain sebagainya. Selain itu, dalam kurikulum yang berbasis student
center siswa juga dituntut untuk memiliki jiwa sosial yang tinggi (social learning), tidak individualis.
Pembelajaran berbasis student center juga menuntut anak untuk mengaitkan segala sesuatu dengan
kognisi yang mereka miliki. Dala kurikulum 2013, bukan hanya siswa yang dituntut untuk memiliki
kualifikasi tertentu, namun guru juga dituntut untuk memiliki kualifikasi tertentu. Adanya TPACK
(Technological Pedagogical Content Knowledge) mensyaratkan adanya multi interaksi antara materi,
pedagogi, dan teknologi (Mishra, dkk., 2008 dalam Sholihah & Yuliati, 2016). Oleh karena itu, TPACK
terdiri atas enam komponen pengetahuan, yaitu Technology Knowledge (TK), Content Knowledge
(CK), Pedagogical Knowledge (PK), Pedagogical Content Knowledge (PCK), Technological
Pedagogical Knowledge (TPK), dan Technological Content Knowledge (TCK). (Sholihah & Yuliati,
2016) Enam komponen pengetahuan tersebut menuntut guru untuk menguasai teknologi, pedagogi
yang mencakup menguasai teori-teori pembelajaran, perkembangan peserta didik, dan karakteristik
siswa.
Kurikulum yang semula KTSP dirubah menjadi kurikulum 2013 karena adanya pergeseran tuntutan di
dunia. Memasuki tahun di atas 2010 yang berkembang adalah abad brain capital sehingga manusia
memerlukan kualifikasi tertentu yang harus dimiliki untuk menghadapi tantangan perubahan zaman.
Skill tersebut antara lain complex communication, expert thinking, non routine analytic, dan non
routine interactive.
Selain itu, kurikulum berubah juga dikarenakan beberapa faktor yaitu jumlah penduduk yang semakin
besar, persaingan kerja yang meningkat, dan kesempatan serta tuntutan yang ada di abad 21.
Kurikulum 2013 menuntut siswa agar bisa menghasilkan suatu inovasi setelah siswa memelajari
kurikulum. Selain itu, kurikulum ini juga menuntut siswa agar dapat memahami IT dengan baik.
Adapun yang membedakan kurikulum 2013 dengan kurikulum KTSP adalah standar proses, standar
kelulusan, dan standar isi.
Selain itu, selain berbasis student center, kurikulum 2013 juga menggunakan pendekatan sainstifik
dalam pembelajaran. Pendekatan sainstifik mempunyai faktor-faktor tertentu yang harus dan wajib
Ramadanti Prativi
K4316051
dipenuhi yaitu observation, inferring, communicating, processing, classyfing, predicting, constructing
a table of data, identifying variable, constructing hypothesis, defining variable operationally, acquiring
and processing data, constructing a graph, describing relationship between variable, analyzing
investigation, designing investigation, dan experimenting. Apapun model yang digunakan dalam
pembelajaran jika menggunakan pendekatan sainstifik maka faktor-faktor tersebut wajib untuk
dipenuhi.
Proses pembelajaran di abad ini juga menuntut siswa untuk sampai di tahap puncak segitiga EPE.
Peneliti bernama Gunckel dalam penelitiannya mengungkapkan skema mengenai segitiga EPE atau
Experiences, Patterns, and Explanations.

(Kristin Gunckel, 2010)

Contoh pembelajaran yang mencapai puncak segitiga EPE adalah, di suatu kesempatan pembelajaran
guru meminta murid untuk melakukan eksperimen fotosintesis terang dan gelap. Guru meminta
sebagian murid untuk meletakkan tanaman di bawah sinar matahari yang cukup atau di luar ruangan
dan sebagian lagi diminta untuk meletakkan tanaman di dalam ruangan. Setelah itu siswa diminta untuk
mengidentifikasi perubahan yang terjadi pada tanaman tersebut selama satu minggu. Setelah itu, siswa
diminta berfikir proses apa yang menyebabkan munculnya perubahan pada tanaman tersebut. Sehingga
di akhir pelajaran akan didapatkan suatu kesimpulan berdasarkan percobaan yang dilakukan siswa.

Daftar Pustaka
Kristin Gunckel. (2010). Experiences, Patterns, and Explanations. Science and Children, 48(1), 4649.
Sholihah, M., & Yuliati, L. (2016). PERANAN TPACK TERHADAP KEMAMPUAN CALON
GURU FISIKA DALAM PEMBELAJARAN POST-PACK. Jurnal Pendidikan: Teori,
Penelitian, Dan Pengembangan, 1(2), 144153.
Wijaya, A. D., Karmila, N., & Amalia, M. R. (2015). Implementasi Pembelajaran Berbasis STEAM
(Science, Technology, Engineering, Art, Mathematics) pada Kurikulum Indonesia, (November),
8588.
Wulandari, L., Susanti, E., & Sri, K. (2015). PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING ( CTL ) UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI
POKOK SISTEM KOLOID KELAS XI IPA 2 SEMESTER GENAP SMA NEGERI
GONDANGREJO TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014, 4(1), 144150.

Anda mungkin juga menyukai