bromoform (CHBr3) dan kloroform (CHCl3). Istilah umum untuk menyebut CHX3
ialah haloform, maka reaksi ini sering disebut sebagai reaksi haloform. Karena
berguna untuk maksud uji. Namun reaksi antara suatu metil keton dengan setiap
halogen tersebut membentuk suatu metode pengubahan metol keton ini menjadi asam
gas klor dengan alkena hanya berlangsung pada suhu tinggi dan bantuan sinar.
Sedangkan pada suhu rendah atau tanpa sinar, maka reaksi tidak berlangsung (Svehla,
1979).
R H + Cl2 R Cl + HCl
Reaksi di atas dinamakan reaksi klorinasi, apabila yang digunakan adalah gas
reaksi klorinasi metana dengan menggunakan gas klor yang berlebih, dapat dihasilkan
Kloroform merupakan obat anastetik tertua, berupa cairan dengan bau spesifik,
anastetiknya amat kuat. Tetapi karena terlalu toksik bagi hati dan jantung kini
Selain itu kloroform juga mudah berubah menjadi fosgen yang sangat toksik yang
terjadi di bawah pengaruh cahaya dan oksigen yang terjadi dengan pembentukan
protein dan lipid tidak jenuh dan menyebabkan peroksidasi lipid. Membran sub sel
sangat kaya akan lipid seperti itu, akibatnya bersifat sangat rentan. Perubahan kimia
awal honeostatis Ca2+ sel hati.Keadaan ini dapat menyebabkan kematian sel hati
(Mycek, 1991).
Yang terutama toksik adalah senyawa yang dapat membentuk radikal bebas
kemungkinan besar terutama disebabkan oleh reaksi radikal dengan banyak asam
lemak tak jenuh. Di samping terbentuk hidrokarbon terhalogenasi dengan satu atom
halogen yang lebih sedikit (misaknya dari karbon teraklorida terbentuk kloroform)
maka terbentuk pula radikal asam lemak dengan ikatan rangkap terkonjugasi. Dengan
Dalam reaksi redoks selalu harus ada oksidator dan reduktor bersam-sama
sebab bila salah satu bertambah bilangan oksidasinya (melepaskan electron), maka
harus ada yang menangkap elektron itu (turun bilangan oksidasinya). Jadi tidak
mungkin ada oksidator saja ataupun hanya reduktor saja. Dengan kata lain, dalam
reaksi redoks pasti ditemukan unsur yang naik BO dan unsur lain yang turun BO pada
waktu yang bersamaan. Dalam reaksi disproporsionasi kedua unsur tersebut sama,
bahkan mempunyai BO sama pula, akan tetapi disatu pihak mengalami kenaikan BO,
dilain pihak secara bersamaan juga mengalami penurunan BO (Tim Dosen TPB,
2002).
Semua unsur dalam keadaan tidak stabil kecuali gas mulia, karena unsur-unsur
tersebut berproses untuk mencapai keadaan yang stabil sebagaimana gas mulia.
Kestabilan masing masing unsur dapat dicapai melalui interaksi dan pembentukan
ikatan dengan unsur lain, baik sebagai homo atomik maupun sebagai hetero atomik
bahkan dapat membentuk poliatomik yang stabil seperti pada makromolekul atau
ataupun benda-benda yang selanjutnya menyusun dan menjadi bagian dari alam
semesta. Ikatan kimia dapat terjadi akibat adanya interaksi elektronik, dalam berbagai
wujud dan mekanisme. Sehubungan dengan itu maka dikenal beberapa jenis ikatan
antara lain ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi, ikatan hydrogen dan ikatan
Interaksi antara ion-ion Na+ dan ion Cl- kemudian menghasilkan pasangan ion
NA+Cl- yang mempunyai energy potensial yang lebih rendah bila dibandingkan
Contoh di atas menggambarkan pembentukan pasangan ion dalam keadaan gas dari
atom-atom dalam keadaan bebas. Pada proses ini perbubahan energy menyangkut
pembentukan anion) dan energy interaksi coloumb antara kedua jenis ion tersebut.
Natrium klorida biasanya ditemukan sebagai Kristal zat padat, dimana dalam kisi
Kristal tiap-tiap ion Na+ dikelilingi oleh enam ion Cl- dan tiap-tiap ion Cl- dikelilingi
oleh enam ion Na+ yang lain. Kekuatan ikatan ini dapat ditunjukkan dengan energi
kisi (U) yang didefenisikan sebagai jumlah energy yang dilepaskan bila satu senyawa
terbentuk dari ion-ionnya dalam keadaan gas berarti pembentukan NaCl (padat) dari
Reaksi antara metana dengan klor cukup menarik dikaji lebih lanjut, karena
reaksi tersebut merupakan metode kimiawi yang cukup akurat. Campuran hasil reaksi
yang diperoleh dari reaksi yang diperoleh dari klorinasi metana dapat dipisahkan
antara satu dengan yang lainnya yang dapat diidentifikasi, karena kesemuanya
mempunyai titik didih yang berbeda. Sebagaimana yang terlihat pada metana yang
mengalami kloronisasi, menunjukkan nbahwa 1,2,3 dan 4 atom hydrogen dari metana
diganti oleh atom-atom klor secara beruntun dan menghasilkan senyawa klorometana
masing senyawa dapat dibuat dari berbagai cara dengan menggunakan beberapa
penggabungan ion, dimana bila bilangan oksidasi (valensi) spesi-spesi yang bereaksi
tidaklah berubah. Namun terdapat sejumlah dalam dimana keadaan oksidasi berubah,
yang disertai dengan pertukaran electron antara pereaksi. Ini disebut reaksi oksidasi-
oksigen diambil oleh suatu zat. Maka reduksi dianggap sebagai proses dimana
sangat kaya akan lipid sperti itu, akibatnya bersifat sangat rentan. Perubahan kimia
gangguan awal homeostatis Ca2+ sel hati. Keadaan ini dapat menyebabkan kematian
1. Mempunyai titik didih yang lebih tinggi daripada alkane asalnya. Suhu rendah
berwujud gas, suku tengah berwujud cair dan padat untuk suhu yang lebih tinggi.
2. Sukar larut dalam air dan mudah larut dalam pelarut organic.
1. Alat
Digunakan dalam
memisahkan
lebih komponen
yang sulit di
1. Alat destilasi 2
pisahkan karena
komponen
komponennya
yang konstan)
Memindahkan
lain.
Mengukur Volume
larutan
3 Gelas ukur 1
Sebagai wadah
Untuk mengaduk
larutan sampai
5 Batang 1
pengaduk
homogen
Memanaskan
6 Penangas 2 Larutan
Untuk menimbang
Kaporit
- Meninbang 10 Gram
- Menggerus sampai halus dan hasil
gerusan di masukkan ke dalam labu
dasar datar.
- Menambahkan air sedikit demi
sedikitsampai 250 ml sambil di goyang-
goyang sampai terbentuk suspense yang
sempurna
- Menambahkan Aseton sedikit demi
sedikit
- Mendiamkan beberapa menit sampai
larutan dingin
- Memasukkan pada suhu 40 -50 selama
- 10 menit.
- Mendinginkan labu yang berisi
kloroform
- Mendestilasi hasil refluks dan
menampung destilat yang keluar.
M
60
-
F. Hasil Pengamatan
No Perlakuan Hasil Pengamatan
1. Menimbang 10 gram kaporit
2. Menggerus sampai halus dan hasil
gerusan di masukkan ke dalam labu
dasar datar
3. Menambahkan air sedikit demi Larutan berbentuk suspense
sedikitsampai 250 ml sambil di goyang- yang sempurna dan warna
goyang sampai terbentuk suspense yang larutan putih.
sempurna
Dalam praktikum ini, proses destilasi yang kami uji cobakan mengalami
kesalahan dengan keluarnya busa dari campuran melewati konsendor hingga ke luar
dan tertampung pada wadah penampungan destilat. Seharusnya destilat yang harus
didapatkan adalah murni dengan tidak adanya suatu campuran lain yang masuk.
Namun, dari hasil destilat pada wadah penampungan tersebut, kita tetap bisa
mendapatkan sedikit kloroform yang diambil sekitar 1mL. Selanjutnya kloroform
tersebut ditambahkan air yang mengahasilkan 2 lapisan cairan dengan kloroform
berada dibawahnya. Maka dari kesalahan ini, proses pembuatan kloroform hanya
dapat dilakukan sampai pada tahap pencucian dengan air saja.
Dalam prosedur yang seharusnya dilakukan pada tahap selanjutnya adalah
proses pencucian dengan CaCl2 anhidrat yang berfungsi untuk mengikat air yang
masih terdapat dalam kloroform. Kemudian pada proses akhir dalam pembuatan
kloroform yaitu menimbang kloroform yang telah terbentuk. Namun, prosedur-
prosedur ini tidak kami lakukan karena kesalahan diatas. Hipotesa dari kesalahan
yang terjadi dalam praktikum ini adalah pertama terletak pada konsistensi suhu yang
digunakan pada proses destilasi, sebaiknya suhu harus berada dalam keadaan stabil
dan benar-benar dijaga karena tidak boleh melewati dari titik didihnya. Yang kedua
adalah pada alat destilasi yang digunakan. Untuk praktikum ini, kami menggunakan
alat yang kondensor dengan labu destilatnya mempunyai jarak yang lebih rendah.
Sebaiknya jarak dari kondensor dan labu destilat yang digunakan harus lebih tinggi,
karena agar uap ataupun busa yang dikeluarkan dari labu destilat tidak mudah meluap
bahkan tidak boleh melewati kondensor. Ketiga, bahan yang kita gunakan dalam
praktikum telah mengalami perubahan karena sudah teoksidasi dalam penyimpanan
waktu yang lama. Dari kesalahan-kesalahan tersebut, praktikum pembuatan
kloroform dapat dikatakan berhasil karena masih mampu menghasilkan kloroform
yang dapat diidentifikasi walaupun sedikit, dan juga dapat dikatakan tidak berhasil
karena prosedur pengerjaannya tidak dilakukan sampai tahap akhir.
Sebagai tambahan, untuk memperoleh kloroform yang murni, perlu dilakukan
proses destilasi kembali larutan yang diperoleh, dengan memanaskan labu destilasi
yang berisi larutan tersebut pada penangas air. Selama destilasi berlangsung, destilat
yang keluar pada suhu 600C ditampung. Ini menunjukkan bahwa titik didih dari
senyawa yang diperoleh berkisar pada 600C. Setelah proses destilasi selesai,
dilanjutkan dengan memeriksa indeks bias destilat yang diperoleh dengan
menggunakan alat refraktor untuk memastikan nilai kemurnian kloroform yang
dihasilkan tersebut. Untuk indeks bias kloroform murni berdasarkan literatur yaitu
1,487. Jika diperoleh kloroform yang tidak murni, maka perlu dilakukan proses
pemurnian dengan cara mendestilasi kembali sampai diperoleh kloroform (CHCl3)
yang murni.
H. Kesimpulan
Berdasarkan Hasil percobaan ini dapat di simpulkan:
1. Pada proses pembuatan kloroform meliputi langkah-langkah reaksi, destilasi,
pencucian, pemisahan, dan penimbangan.
2. Bahan dasar pembuatan klorofrom yaitu kaporit, alkohol, dan aquadest.
3. Hasil dari praktikum kali ini dapat dikatakan berhasil karena kloroform yang
diinginkan terbentuk walaupun hanya 1 ml
DAFTAR PUSTAKA
Svehla, 1979, Buku Ajar Vogel: Analisis Anorganik Kuantitatif Makro dan
Semimikro, PT Kalman Media Pusaka, Jakarta
Keenan, Charles W. dkk., 1992, Kimia Untuk Universitas Jilid 2, Erlangga. Jakarta.
Riawan, S. 1990. Kimia Organik Edisi 1. Binarupa : Jakarta
Tjay, Tan Hoan. 2002. Obat-obat Penting. PT. Elex Media Komputindo : Jakarta
Tim Dosen TPB. 2002. Kimia Dasar II. TPB Universitas Hasanuddin Makassar