Lanjut ke konten
Beranda
About
Kebijakan dan prosedur harus tersedia yang mencerminkan pengelolaan unit rekam medis
dan menjadi acuan bagi staf rekam medis yang bertugas (Wijono, 2000).
1. Penerapan Prosedur
Penerapan prosedur sering menjadi hal yang sulit, meliputi 3 hal (Sabarguna, 2005) :
3) Pengawasan dan evaluasi harus secara terus-menerus dijalankan agar prosedur benar-
benar berjalan semakin baik, bukan hanya sekedar ada.
1) Prosedur secara resmi dibuat, dalam arti ada Surat Keputusan (SK) direktur
2) Ada petugas yang secara periodik bertugas mengawasi agar petugas benar-benar
berjalan
3) Ada kegiatan evaluasi tahunan bagi prosedur yang terprogram, sehingga upaya
peningkatan dapat berjalan.
1. Peningkatan Prosedur
Prosedur tidak ada yang sempurna, apalagi keadaan teknologi dan peralatan yang semakin
maju, maka tentunya prosedur harus mengikuti, maka harus diperhatikan hal-hal dibawah ini
(Sabarguna, 2005) :
Teknologi yang berubah dan semakin canggih perlu penyesuaian prosedur yang relevan dan
dapat mengikutinya.
2) Jenis peralatan
Peralatan khusus yang berbeda, tentunya perlu prosedur yang berbeda pula, maka
penyesuaian harus dilakukan.
3) Pergantian petugas
Petugas yang diganti atau petugas baru harus dilatih, jangan sampai menjadi ganjalan atau
meracuni yang lain karena ketidaktahuannya.
Prosedur yang istimewa dalam rekam medis termasuk analisa masuk dan keluar, analisa
diagram, mengumpulkan data, mengindeks penyakit dan opearasi dan asuransi serta surat-
surat.
Pada saat prosedur dalam departemen telah direncanakan dan diuji adalah penting untuk
mencatat tata kerja tersebut dalam tulisan, menggambarkan setiap langkah demi langkah
secara rinci. Beberapa pekerja harus dapat mengikuti penjelasan tertulis dan dengan
pertanyaan yang minim dalam melaksanakan setiap tata kerja, menunjang hal tersebut tidak
perlu pengetahuan teknis yang banyak adalah penting untuk menampilkan pekerjaan
(Suwarti, 1996).
1. TPPRJ
Tempat penerimaan pasien rawat jalan atau tempat pendaftaran pasien rawat jalan (TPPRJ)
disebut juga loket pendaftaran pasien rawat jalan. Fungsi atau perannya dalam pelayanan
kepada pasien adalah sebagai pemberi pelayanan akan dinilai disini. Mutu pelayanan meliputi
kecepatan, ketepatan, kelengkapan dan kejelasan informasi, kenyamanan ruang tunggu dan
lain-lain (Bambang Shofari, 2004).
Deskripsi pokok kegiatan pelayanan rekam medis di TPPRJ (Bambang Shofari, 2004) :
1) Menyiapkan formulir dan catatan serta nomor rekam medis yang diperlukan untuk
pelayanan. Formulir dan catatan yang perlu disiapkan yaitu :
a) Formulir-formulir dokumen rekam medis rawat jalan baru yang telah diberi nomor
rekam medis, yaitu formulir rekam medis yang belum berisi catatan pelayanan pasien yang
lalu.
b) Buku register pendaftaran pasien rawat jalan, yaitu buku yang berisi catatan identitas
pasien sebagai catatan pendaftaran.
c) Buku ekspedisi, yaitu buku yang digunakan untuk serah terima dokumen rekam medis
agar jelas siapa yang menerimanya.
d) KIUP (Kartu Indeks Utama Pasien), yaitu kartu indeks yang digunakan sebagai petunjuk
pencarian kembali identitas pasien.
e) KIB/KTPP (Kartu Identitas Berobat/ Kartu Tanda Pengenal Pasien), yaitu kartu
identitas pasien yang diserahkan kepada oa untuk digunakan kembali bila dating berobat lagi.
f) Tracer, yaitu kartu yang digunakan untuk petunjuk digunaknnya (keluarnya) dokumen
rekam medis dari rak filing sehingga dapat digunakan untuk peminjaman dokumen rekam
medis ke filing.
g) Buku catatacn penggunaan nomor rekam medis, yaitu buku yang berisi catatan
penggunaan nomor rekam medis.
2) Menanyakan kepada pasien yang dating, apakah sudah pernah berobat? Bila belum
berarti pasien baru dan bila sudah berarti pasien lama
a) Menanyakan identitas pasien secara lengkap untuk dicatat pada formulir rekam medis
pasien rawat jalan, KIB danKIUP.
b) Menyerahkan Menyerahkan KIB kepada pasien dengan pesan untuk membawa kembali
bila dating berobat berikutnya.
ii). Baca isinya ditujukan kepada dokter siapa atau diagnosisnya apa guna mengarahkan
pasien menuju ke poliklinik yang sesuai.
b) Bila membawa KIB, maka catatlah nama dan nomor rekam medisnya pada tracer untuk
dimintakan dokumen rekam medis lama ke bagian filing.
c) Bila tidak membawa KIB, maka tanyakanlah nama dan alamatnya untuk dicari di
KIUP.
d) Mencatat nama dan nomor rekam medis yang ditemukan di KIUP pada tracer untuk
dimintakan dokumen rekam medis lama ke bagian filing.
b) Mencocokkan jumlah pasien dengan jumlah pendaftaran pasien rawat jalan dengan
kasir rawat jalan.
ii). Penggunaan formulir rekam medis, untuk pengendalian penggunaan formulir rekam
medis.
iii). Merekapitilasi jumlah kunjungan pasien baru dan lama, untuk keperluan statistic rumah
sakit.
1. TPPRI
Tempat penerimaan pasien rawat inap (TPPRI) atau ruang penerimaan pasien rawat inap
(RPP) atau pusat informasi rawat inap atau pusat rumah sakit adalah salah satu bagian di
rumah sakit yang kegiatannya mengatur penerimaan dan pendaftaran pasien yang akan rawat
inap. Sistem pelayanan TPPRI berbeda antara satu yang akan dirawat inap yaitu semua pasien
rawat inap harus melalui pemeriksaan rawat jalan atau gawat darurat, atau TPPRI dapat
menerima pasien langsung selain melalui pasien dan rawat jalan dan gawat darurat (Bambang
Shofari, 2004).
Deskripsi pokok kegiatan TPPRI dalam pelayanan rekam medis (Bambang Shofari, 2004):
a) Menerima pasien bersama surat pengantar rawat inap atau admission note. Berdasar
surat tersebut, dapat diketahui jenis penyakitnya sehingga dapat diarahkan ke bangsal mana
pasien harus dirawat.
c) Menjelaskan tariff pelayanan rawat inap dan fasilitas-fasilitas yang dapat dinikmati
oleh pasien dan keluarga pasien.
d) Bersama pasien atau keluarganya menetapkan ruang dan kelas perawatan yang
diinginkan pasien dan tersedianya TT.
g) Menyediakan kelengkapan formulir rawat inap sesuai dengan jenis penyakitnya agar
dapat digunakan pelayanan klinis di unit rawat inap.
Catatan : dalam hal penerimaan pasien langsung di TPPRI, semua pasien harus dilakukan
pemeriksaan terlebih dahulu oleh tenaga medis untuk menentukan jenis penyakitnya. Dalam
pelayanan rekam medis semua pasien dianggap baru. Oleh karena itu identitas pasien dicatat
pada KIB, KIUP dan buku register pendaftaran pasien rawat inap. Selain itu, dicatat pula
identitas pasien dan keluarganya pada formulir rekam medis. Selanjutnya melakukan
kegiatan sebagai berikut :
b) Menjelaskan tarif pelayanan rawat inap dan fasilitas-fasilitas yang dapat dinikmati oleh
pasien dan keluarga pasien.
c) Bersama pasien atau keluarganya menetapkan ruang dan kelas perawatan yang
diinginkan paskien dan tersedianya TT.
e) Menyediakan kelengkapan formulir rawat inap sesuai dengan jenis penyakitnya agar
dapat digunakan pelayanan klinis di unit rawat inap.
j) Mencatat penggunakan nomor rekam medis pada buku catatan penggunakan nomor
rekam medis.
a) Setiap hari (pagi hari) mengambil SHRI dan DRM rawat inap di setiap bangsal rawat
inap untuk dicatat selanjutnya diserahkan ke fungsi assembling. Serah terima DRM
menggunakan buku ekspedisi.
b) Mencatat mutasi pasien rawat inap pada buku catatan penggunaan TT berdasarkan
SHRI dan informasi mutasi pasien rawat inap yang diperoleh setiap saat dari bangsal rawat
inap. Catatan mutasi tersebut meiputi :
i). Nama, jenis kelamin dan umur pasien serta nomor rekam medis.
v). Perpindahan pasien (pindahan dan dipindahkan) dari bangsal rawat inap satu ke yang
lain (termasuk ke ruang intensif).
i). Jumlah pasien masuk,jumlah pasien keluar hidup, jumlah pasien keluar mati.
ii). Jumlah pasien yang melalui UGD, URJ dan dating langsung.
d) Memberi informasi tentang keberadaan pasien di bangsal rawat inap kepada pengunjung
yang memerlukan.
1. Assembling
Bagian assembling yaitu salah satu bagian di unit rekam medis. Peran dan fungsi assembling
dalam pelayaan rekam medis yaitu sebagai perakit formulir rekam medis, peneliti isi data
rekam medis, pengendali DRM tidak lengkap, pengendali penggunaan nomor rekam medis
dan formulir rekam medis (Bambang Shofari, 2004).
Deskripsi pokok kegiatan assembling dalam pelayanan rekam medis (Bambang Shofari,
2004) :
a) Menerima SHRJ, SHGD, SHRI beserta DRM rawat jalan, gawat darurat dan rawat
inap setiap hari.
b) Mencocokkan jumlah DRM dengan jumlah pasien yang tercatat pada sensus harian
masing-masing.
1) Merakit kembali formulir rekam medis bersamaan dengan itu melakukan kegiatan
penelitian terhadap kelengkapan data rekam medis pada setiap lembar formulir rekam medis
sensus dengan kasusnya, misalnya bila pada formuilr masuk-keluar pasien dijumpai :
iii). Ada bayi lahir maka harus ada laporan persalinan, laporan bayi lahir dan indertitas bayi
lahir.
iv). Penyakit yang harus ditegakkan dengan pemerikasaan laboratorium, rontgen, maka harus
ada laporan hasil pemeriksaannya.
i). Kertas kecil untuk mencatat data yang tidak lengkap kemudian ditempelkan pada
halaman depan folder DRM.
Tanggal diterimanya
DRM
Nomor rekam medis
Nama pasien
Umur/tanggal lahir
pasien
Alamat pasien
Tanggal masuk pasien
Tanggal keluar pasien
Lama dirawat
Keadaan keluar pasien
(sembuh/meninggal/
dirujuk/aps)
Diagnosa utama
Diagnosa kedua, kegitan
dan setersunya
Diagnosa komplikasi
Tindakan medis/operasi
Sebab kematian
Dokter yang merawat
Ruang/bangsal perawatan
Kelas perawatan
Peserta askes/non askes
Ketidaklengkapan data
rekam medis
ii). Dengan menggunakan buku ekspedisi, menyerahkan DRM tidak lengkap kepada unit
pencatat untuk diteruskan kepada petugas yang bertanggungjawabterhadap kelengkapa isi
data rekam medis yang bersangkutan untuk dilengkapi.
iii). Menyimpan KK berdasarkan isi data rekam medis yang bersangkutan untuk dilengkapi.
iv). Mengambil kembali DRM tidak lengkap pada 2×24 jam setelah waktu penyerahannya.
a) Mengalokasikan nomor rekam medis TPPRJ, UGD dan kamar bersalin (untuk bayi baru
lahir), bila TPPRI menerima pasien langsung juga diberi alokasi nomor rekam medis.
b) Mengendalikan penggunaan nomor rekam medis agar tidak terjadi duplikasi dengan
melakukan pencatatan penggunaannya ke dalam buku catatan penggunaan nomor rekam
medis oleh unit pwngguna tersebut.
Bagian koding dan indeksing (K/I) adalah salah satu bagian dalam unit rekam medis. Dalam
melaksanakan tugas pokoknya bagian ini memerlukan alat bantu meliputi :
1) Buku ICD revisi ke 10 volume 1, volume 2 dan volume 3 untuk memastikan kode
penyakit dan masalah kesehatan.
3) Buku ID-O untuk memastikan kode penyakit kanker (kode ini dikhususkan untuk
rumah sakit yang ditunjuk sebagai rumah sakit dengan pelayanan khusus kanker).
5) Kamus bahasa Inggris untuk menemukan arti istilah-istilah dalam bahasa Inggris.
6) Daftar kode ICD revisi ke 10 yang dibuat sendiri oleh bagian ini berdasarkan penyakit
dan operasi yang sering dirulis oleh para dokter setelah dilakukan kolaborasi atau konsultasi
dengan dokter-dokteryang bersangkutan.
Peran dan fungsinya sebagai pencatat dan peneliti kode penyakit dan diagnose yang ditulis
dokter, kode operasi atau tindakan medis yang ditulis dokter atau petugas kesehatan lainnya,
kode sebab kematian dari sebab kematian yang ditetapkan dokter. Serta mencatat dan
menyimpan indeks penyakit, operasi atau tindakan medis, sebab kematian dan indeks dokter
dan penyedia informasi nomor-nomor rekam medis yang memiliki jenis penyakit, operasi
atau tindakan medis sebab kematian yang sama berdasarkan indeks yang bersangkutan untuk
berbagai keperluan (missal audit medis, audit kematian dan audit keperawatan), serta
pembuat laporan penyakit dan laporan kematian berdasarkan indeks penyakit, operasi dan
sebab kematian (Bambang Shofari, 2004).
Deskripsi pokok kegiatan K/I dalam pelayanan rekam medis (Bambang Shofari, 2004) :
2) Meneliti dan mencatat kode penyakit, operasi atau tindakan medis, sebab kematian
pada KK dan lembar formulir rekam medis yang tertulis diagnosis penyakit, jenis operasi
atau tindakan medis dan sebab kematian.
3) Menyusun atau membuat daftar kode penyakit sebagai alat bantukode penyakit.
4) Mencatat data dan informasi rekam medis ke dalam formulir indeks penyakit, operasi
atau tindakan medis, sebab kematian dan indeks dokter.
5) Menyimpan indeks penyaki, operasi atau tindakan medis, sebab kematian dan dokter
sesuai urutan abjad dengan cara :
b) Tunjuk silang yaitu selain indeks disimpan berdasarkan diagnosis utama sesuai urutan
abjad, bila dijumpai diagnosis komplikasi atau dilakukan tindakan operasi, maka diagnosis
komplikasinya atau tindakannya diindeks pada indeks yang sesuai. Untuk mengetahui bahwa
diantara diagnosis tama dan komplikasi tersebut ada kaitannya sedang indeksnya disimpan
secara terpisah maka pada kolom tunjuk silang ditulis kode ICD atau ICOPIMnya.
7) Bila diminta untuk menyiapkan nomor rekam medis dengan penyakit, operasi atau
tindakan medis, sebab kematian yang sama untuk keperluan tertentu, kegiatannya :
a) Mencari jenis penyakit atau operasi atau sebab kematian yang diminta kemudian
mencatat nomor rekam medis dan nama pasien sesuai kurun waktu yang diminta.
8) Menyediakan indeks penyakit, operasi, sebab kematian dan indeks dokter untuk
keperluan tertentu, misalnya laporan morbiditas penyakit tertentu, laporan sebab kematian
tertentu, laporan jenis operasi tertentu.
9) Menyusun laporan jumlah dan jenis penyakit, operasi dan sebab kematian menurut
golongan umur pada periode tertentu berdasarkan indeks.
1. Filing
Bagian filing merupakan salah satu bagian dalam unit rekam medis. Peran dan fungsi dalam
pelayanan rekam medis yaitu sebagai penyimpan DRM, penyedia DRM untuk berbagai
keperluan, pelindung arsip-arsip DRM terhadap kerahasiaan isi data rekam medis dan
pelindung arsip-arsip DRM terhadapan bahayan kerusakan fisik, kimiawi dan biologi
(Bambang Shofari, 2004).
Deskriipsi pokok kegiatan filing dalam pelayanan rekam medis (Bambang Shofari, 2004) :
1) Menerima KK dan DRM yang sudah lengkap dan sudh diberi kode dari fingsi K/I.
2) Menyimpan DRM yang sudah lengkap ke dalam rak penyimpanan sesuai dengan
metode yang digunakan dan sesuai dengan kode warna pada nomor rekam medisnya.
b) Mencari nomor rekam medis sesuai dengan permintaan pada tracer tersebut.
5) Mencatat penggunaan DRM pada buku catatan penggunaan DRM (bon pinjam DRM).
6) Menandatangani dan meminta tanda tangan enerima DRM pada buku catatan
penggunaan DRM.
7) Melakukan penyisiran untuk mengembalikan DRM yang salah letak dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
a) Mencatat kode warna pada kelompok nomor atau section pada rak filing.
b) Bila dijumpai ada nomor atau warna yang tidak sesuai, DRM diambil kemudian
dikembalikan pada letak yang sesuai.
a) Mencatat nomor-nomor rekam medis yang sudah waktunya retensi sesuai dengan
ketentuan jadwal retensi. Data tersebut diperoleh dari KIUP, bila belum menggunakan KIUP
dapat pula diperoleh dari buku register pendaftaran pasien rajal dan ranap.
b) Menulis pada tracer dengan keterangan bahwa DRm tersebut diretensi dan dimpan
pada rak DRm inaktif.
a) Mengambil DRM inaktif yang sudah saatnya dapat dimusnahkan (disimpan dalam
keadaan inaktif minimal selama 2 tahun dihitung dari saat disimpan sebagai inaktif).
f) Menjadikan satu lembar-lembar formulir rekam medis yang akan dilestarikan tersebut
sesuai nama pasien yang bersangkutan dalam satu folder.
h) Menyimpan lembar formulir rekam medis yang akan dilestarikan sesuai dengan urutan
abjad nama pasien.
i) Membakar DRM yang dimusnahkan dengan incinerator atau mencacah kertas dengan
mesin pencacah.
10) Menghitung tingkat penggunaan DRM per bulan atau per triwulan.
11) Menghitung kebandelan terhadap pencatatan kelengkapan isi DRM perbulan, dengan
rumus :