Anda di halaman 1dari 18

JURNAL AWAL PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI II

PENETAPAN KADAR PARASETAMOL DAN NATRIUM


DIKLOFENAK DALAM SEDIAAN JAMU DENGAN METODE
KLT-SPEKTROFOTODENSITOMETRI

OLEH:
GOLONGAN II
KELOMPOK 5

I KETUT DUANTARA (1508505051)


DEDE JERRY SARTIKA PUTRA (1508505052)
PUTU AYU INDRA APSARI SIAKA (1508505053)
NI LUH ARYSINTA DEWI (1508505055)
NI KOMANG AYU TRI SUSANTI (1508505056)

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
PENETAPAN KADAR PARASETAMOL DAN NATRIUM DIKLOFENAK
DALAM SEDIAAN JAMU DENGAN METODE KLT-
SPEKTROFOTODENSITOMETRI

I. TUJUAN
1.1 Memahami dan menerapkan prinsip Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dalam
pemisahan kandungan bahan kimia obat pada sediaan jamu.
1.2 Mampu menetapkan kadar parasetamol dan natrium diklofenak dalam sediaan
jamu dengan metode KLT-Spektrofotodensitometri.
II. DASAR TEORI
2.1 Parasetamol (C8H9NO2)
Parasetamol (Acetaminophen atau N-Acetyl–p–aminophenol N-(4-
Hydroxyphenyl) acetamide) berupa kristal putih atau terdiri dari serbuk kristal yang
memiliki berat molekul 151,2 g/mol. Parasetamol memiliki kelarutan yaitu: sedikit
larut dalam air dingin, sangat larut dalam air panas, larut dalam etanol, metanol,
dimetilformamide, etilene diklorida, aseton, dan etil asetat; sedikit larut dalam eter
dan kloroform; serta tidak larut dalam petrolium eter, pentane dan benzene (Depkes
RI, 1995). Titik didih parasetamol dalam air berkisar antara 169.0 °C-70.5 °C
(Depkes RI, 1979). Dalam larutan asam, parasetamol memiliki panjang gelombang
maksimum 245 nm (A11=668a) dan pada larutan basa, parasetamol memiliki
panjang gelombang maksimum 257 nm (A11=715a) (Moffat et al., 2011). Berikut
merupakan gambar struktur kimia dan spektrum parasetamol:

Gambar 2.1. Struktur parasetamol Gambar 2.2. Spektrum parasetamol


(Depkes RI, 1995) (Moffat et al., 2005)

1
2.2 Natrium Diklofenak (C14H10CL2NNaO2)
Natrium 2-(2-((2,6-diklorofenil) amino) fenil) asetat atau yang sering disebut
natrium diklofenak merupakan NSAID non selektif, golongan asam asetat, dan
turunan dari asam fenilasetat (Hutauruk, et al., 2014). Natrium diklofenak sedikit
larut dalam air, larut dalam alkohol, praktis tidak larut dalam kloroform dan eter,
bebas larut dalam alkohol metil. pH larutan natrium diklofenak 1 % b/v dalam
air adalah antara 7 dan 8 (Sweetman, 2009).

Natrium diklofenak memiliki spektrum serapan UV pada larutan asam encer


273 nm (A11=309b) dan pada larutan basa encer 275 nm (A11=351b) (Moffat et al,
2005). Berikut merupakan struktur kimia beserta gambar spektrum dari natrium
diklofenak.

Gambar 2. 3. Struktur Kimia Natrium Gambar 2. 4. Spektrum Natrium


Diklofenak (Pandey, 2013) Diklofenak (Moffat et al., 2005)

2.3 Jamu
Jamu ialah obat tradisional yang berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan, hewan
dan mineral dan atau sediaan galeniknya atau campuran dari bahan-bahan tersebut
yang dipergunakan dalam upaya pengobatan berdasarkan pengalaman
(Tjokronegoro dan Baziad, 1993). Obat tradisional dilarang menggunakan bahan
kimia hasil isolasi atau sintetik berkhasiat obat, narkotika atau psikotropika dan
hewan atau tumbuhan yang dilindungi (BPOM RI, 2006). Salah satu produk obat
tradisional yang banyak diminati oleh masyarakat adalah jamu pegel linu. Jamu
pegel linu digunakan untuk menghilangkan pegel linu, nyeri otot dan tulang,
memperlancar peredaran darah, memperkuat daya tahan tubuh dan menghilangkan
sakit seluruh badan (Wahyuni dan Tanti, 2004)

2
2.4 KLT-Spektrofotodensitometri
Kromatografi Lapis Tipis merupakan teknik pemisahan campuran yang
didasarkan pada perbedaan kecepatan perambatan suatu komponen dalam medium
tertentu yang banyak digunakan untuk tujuan analisis karena dalam pelaksanaannya
lebih mudah dan lebih murah dibandingkan dengan kromatografi kolom, selain itu
peralatannya juga lebih sederhana (Gandjar dan Rohman, 2007).
Identifikasi suatu senyawa dilakukan dengan cara membandingkan nilai Rf
analit dengan nilai Rf senyawa standar. Parameter kualitatif pada KLT yang
digunakan untuk identifikasi senyawa adalah nilai Rf dan perubahan warna yang
terjadi setelah disemprot dengan pereaksi semprot (Basset dkk., 1994). Nilai Rf
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.

jarak yang ditempuh zat terlarut


Rf =
jarak yang ditempuh pelarut

Analisis kuantitatif komponen senyawa yang telah dipisah pada lempeng lapisan
tipis umumnya dilakukan dengan pengukuran rapatan (fotodensitas) dan luas
bercak, yakni dengan fotodensitometri (Basset dkk., 1994). Densitometri digunakan
untuk mendukung analisis kuantitatif suatu senyawa (Reich and Blatter, 2003).
Prinsip kerja spektrofotodensitometri berdasarkan interaksi antara radiasi
elektromagnetik dari sinar UV-Vis dengan analit yang merupakan noda pada plat.
Radiasi elektromagnetik yang datang pada plat diabsorbsi oleh analit, ditransmisi
atau diteruskan jika plat yang digunakan transparan (Sherma dan Fried, 1994).
Densitometri lebih dititikberatkan untuk analisis kuantitatif analit-analit dengan
kadar yang sangat kecil yang perlu dilakukan pemisahan terlebih dahulu dengan
KLT. Analis dapat bekerja dengan densitometri pada jangkauan panjang
gelombang 190 s/d 800 nm. Pada umumnya yang paling sering digunakan adalah
mode absorbsi dengan menggunakan sinar UV pada λ 190-300 nm (Sherma dan
Fried, 1994). Densitometer memiliki sumber cahaya, monokromator untuk memilih
panjang gelombang yang cocok. sistem untuk memfokuskan sinar pada lempeng,
pengganda foton dan rekorder (Gandjar dan Rohman, 2007).

3
III. ALAT DAN BAHAN
3.1 Alat
a. Plat KLT silika GF254
b. Pipet kapiler 2 μL
c. Spektrofotodensitometer (CAMAG TLC Scanner)
d. Neraca analitik
e. Corong
f. Pipet volume
g. Bulbfiller
h. Labu ukur 5 mL dan 10 mL
i. Pipet ukur 10 mL
j. Botol vial
k. Beaker glass
l. Kertas saring
m. Mortir
n. Stamper
o. Gelas ukur
p. Tabung sentrifugasi
q. Chamber
r. Alat sentrifugasi
s. Oven
3.2 Bahan
a. Jamu
b. Tablet parasetamol
c. Tablet natrium diklofenak
d. Metanol
e. Asam asetat glasial
f. Etil asetat
g. Toluena

4
IV. PROSEDUR KERJA
4.1. Pembuatan Larutan Stok Parasetamol 1000 ng/µL
a. Perhitungan
Diketahui : Konsentrasi larutan stok parasetamol = 1 mg/mL
= 1000 ng/ µL
Volume yang dibuat = 10 mL
Ditanya : Massa parasetamol = .........?
1 mg x mg
Jawab : =
1 mL 10 mL

x = 10 mg
b. Cara kerja :
Ditimbang sebanyak 10 mg serbuk parasetamol baku, dimasukkan ke dalam
beaker glass dan ditambahkan metanol secukupnya hingga larut. Larutan
dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL, kemudian ditambahkan metanol
sampai tanda batas lanu ukur dan digojog hingga homogen. Larutan stok
parasetamol ditempatkan pada botol vial dan diberikan label “Stok
Parasetamol 1 mg/mL”.

4.2. Pembuatan Larutan Stok Natrium Diklofenak 1000 ng/µL


a. Perhitungan
Diketahui : Konsentrasi larutan stok natrium diklofenak = 1 mg/mL
= 1000 ng/ µL
Volume yang dibuat = 10 mL
Ditanya : Massa parasetamol = .........?
1mg x mg
Jawab : =
1 mL 10 mL
x = 10 mg
b. Cara kerja :
Ditimbang 10 mg serbuk natrium diklofenak baku, dimasukkan ke dalam
beaker glass dan ditambahkan metanol secukupnya hingga larut. Larutan
dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL, kemudian ditambahkan metanol

5
sampai tanda batas lanu ukur dan digojog hingga homogen. Larutan stok
natrium diklofenak ditempatkan pada botol vial dan diberikan label “Stok Na-
Diklofenak 1 mg/mL”.
4.3 Pembuatan Larutan Seri Parasetamol dan Natrium Diklofenak
4.3.1 Pembuatan Larutan Seri 50 ng/μL
a. Perhitungan
Diketahui : Kosentrasi larutan stok = 1 mg/mL
= 1000 ng/μL
Konsentrasi larutan seri = 50 ng/μL
Volume larutan seri = 5 mL
= 5000 μL
Ditanya : Volume larutan stok yang dipipet = …?
Jawab : M1.V1 = M2.V2
1000 ng/μL . V1 = 50 ng/μL . 5000 μL
50 ng/μL . 5000 μL
V1 =
1000 ng/μL
V1 = 250 μL = 0,25 mL
b. Cara Kerja
Dipipet masing-masing 0,25 mL larutan stok parasetamol 1 mg/mL dan
larutan standar natrium diklofenak 1 mg/mL. Kedua larutan dimasukkan ke
dalam labu ukur 5 mL, ditambahkan metanol hingga tanda batas labu ukur
kemudian digojog hingga homogen, ditempatkan pada botol vial dan diberi
label “Seri I”.
4.3.2 Pembuatan Larutan Seri 250 ng/μL
a. Perhitungan
Diketahui : Kosentrasi larutan stok = 1 mg/mL
= 1000 ng/μL
Konsentrasi larutan seri = 250 ng/μL
Volume larutan seri = 5 mL
= 5000 μL
Ditanya : Volume larutan stok yang dipipet = …?

6
Jawab : M1.V1 = M2.V2
1000 ng/μL . V1 = 250 ng/μL . 5000 μL
250 ng/μL . 5000 μL
V1 =
1000 ng/μL
V1 = 1250 μL = 1,25 mL
b. Cara Kerja
Dipipet masing-masing 1,25 mL larutan stok parasetamol 1 mg/mL dan
larutan stok natrium diklofenak 1 mg/mL. Kedua larutan dimasukkan ke
dalam labu ukur 5 mL, ditambahkan metanol hingga tanda batas labu ukur
kemudian digojog hingga homogen, ditempatkan pada botol vial dan diberi
label “Seri II”.
4.3.3.Pembuatan Larutan Seri 500 ng/μL
a. Perhitungan
Diketahui : Kosentrasi larutan stok = 1 mg/mL
= 1000 ng/μL
Konsentrasi larutan seri = 500 ng/μL
Volume larutan seri = 5 mL
= 5000 μL
Ditanya : Volume larutan stok yang dipipet = …?
Jawab : M1.V1 = M2.V2
1000 ng/μL . V1 = 500 ng/μL . 5000 μL
500 ng/μL . 5000 μL
V1 =
1000 ng/μL
V1 = 2500 μL = 2,5 mL

b. Cara Kerja
Dipipet masing-masing 2,5 mL larutan stok parasetamol 1 mg/mL dan
larutan standar natrium diklofenak 1 mg/mL. Kedua larutan dimasukkan ke
dalam labu ukur 5 mL, ditambahkan metanol hingga tanda batas labu ukur
kemudian digojog hingga homogen, ditempatkan pada botol vial dan diberi
label “Seri III”.

7
4.3.4 Jumlah Penotolan Larutan Standar
Kadar larutan standar yang diinginkan pada plat KLT dibuat berseri
dengan kadar 250 ng, 500 ng, 1000 ng, sehingga jumlah penotolannya adalah
sebagai berikut.
Kandungan Parasetamol
Totolan Larutan Penotolan dan Natrium Diklofenak
(ng)
1 Seri 1 50 ng/µL sebanyak 2 µL 100
2 Seri 2 50 ng/µL sebanyak 6 µL 300
3 Seri 3 250 ng/µL sebanyak 2 µL 500
4 Seri 4 500 ng/µL sebanyak 2 µL 1000
5 Seri 5 500 ng/µL sebanyak 4 µL 2000

Konsentrasi Penotolan Parasetamol dan Natrium Diklofenak


Diketahui : Bobot Parasetamol = 500 mg
Bobot natrium diklofenak = 75 mg
Bobot jamu pegal linu =7g
Voume parasetamol = 10 mL
Volume natrium diklofenak = 10 mL
Bobot pengambilan campuran = 500 mg
Ditanya : Berapa konsentrasi parasetamol dalam sampel =…..?
Berapa konsentrasi natrium diklofenak dalam sampel =…..?
Jawab : Bobot Keseluruhan Campuran = 7000 mg + 500 mg + 75 mg
= 7575 mg
500 mg
Parasetamol = x 500 mg
7575 mL
= 33,003 mg
Parasetamol dalam 10 mL etanol = 33,003 mg/10 mL
= 3,3003 mg/mL
= 3300,3 ng/μL

8
Konsentrasi Parasetamol :
C1 x V1 = C2 x V2
3311 ng/μL x 1000 μL = C2 x 6000 μL
3311ng/μLx1000µL
C2 =
6000 µL
= 551,83 ng/μL
Konsentrasi Parasetamol dalam 2 μL pipet kapiler :
551,83 ng/μL x 2 μL = 1103,66 ng/μL
75 mg
Natrium Diklofenak = x 500 mg
7575 mg
= 4,9504 mg
Na Diklofenak dalam 10 mL etanol = 4,9504 mg/10 mL
= 0,49504 mg/mL
= 495,04 ng/μL
Konsentrasi Na Diklofenak :
C1 x V1 = C2 x V2
495,04 ng x 1000 μL = C2 x 6000 μL
495,04 ng x 1000 μL
C2 =
6000 µL
= 82,507 ng/μL
Konsentrasi Na Diklofenak dalam 2 μL pipet kapiler :
82,507 ng/μL x 2 μL = 165,14 ng/μL
4.4 Ekstraksi dan Pembuatan Larutan Sampel Parasetamol dan Natrium
Diklofenak dari Sediaan Jamu
Digerus 1 tablet Parasetamol 500 mg dan 2 tablet natrium diklofenak 50 mg,
dicampurkan dengan 1 sachet serbuk jamu (7 gram) hingga homogen. Sampel jamu
disimulasi mengandung bahan kimia obat berupa parasetamol dan natrium
diklofenak. Campuran serbuk yang telah homogen kemudian ditimbang untuk
mengetahui bobot campuran. Ditimbang 500 mg campuran sebanyak tiga kali dan
dilarutkan masing-masing 500 mg campuran dengan 10 mL metanol dalam beaker
glass, kemudian dimasukkan ke dalam tabung sentrifugasi. Larutan kemudian

9
disentrifugasi selama 10 menit pada kecepatan 2000 rpm. Selanjutnya campuran
serbuk dengan metanol yang telah disentrifugasi, disaring menggunakan kertas
saring. Filtrat kemudian diencerkan dengan perbandingan filtrat dengan metanol
adalah 1 : 5. Filtrat yang telah diencerkan tersebut merupakan larutan sampel 1, 2,
dan 3 yang siap ditotolkan pada plat KLT. Sampel ditotolkan masing-masing 2 μL
untuk setiap sampel.

4.5 Pembuatan Fase Gerak


Fase gerak yang digunakan adalah toluene : etil asetat : asam asetat dengan
perbandingan 6,5 : 3,5 : 0,02 v/v/v (Kulkarni et al., 2012).
a. Perhitungan
Diketahui : Volume fase gerak = 10 mL
Ditanya : Volume toluena, etil asetat, asam asetat = ...?
6,5
Jawab : Toluena = x 10 mL
6,5 + 3,5 + 0,02
= 6,5 mL
3,5
Etil asetat = x 10 mL
6,5 + 3,5 + 0,02
= 3,5 mL
0,02
Asam asetat = x 10 mL
6,5 + 3,5 + 0,02
= 0,02 mL
b. Prosedur kerja :
Dipipet toluena sebanyak 6,5 mL, etil asetat 3,5 mL, dan asam asetat
sebanyak 0,02 mL. Ketiga larutan tersebut dimasukkan ke dalam labu ukur
10 mL dan digojog hingga homogen.

4.6 Pemisahan dan Penetapan Kadar Parasetamol dan Natrium Diklofenak


dengan Metode KLT-Spektrofotodensitometri
Disiapkan fase diam yaitu plat KLT silika 60F 254 dengan ukuran 10 cm x 10
cm. Dilakukan pencucian plat dengan metanol sebanyak 10 mL. Selanjutnya plat

10
diaktivasi menggunakan oven pada suhu 120°C selama 10 menit. Kemudian
dilakukan penjenuhan chamber dengan menggunakan fase gerak toluena : etil asetat
: asam asetat glasial (6,5 : 3,5 : 0,02 v/v/v) sebanyak 10 mL. Larutan seri konsentrasi
parasetamol, natrium diklofenak dan larutan sampel ditotolkan ke plat dengan pipet
kapiler 2 µL berdasarkan dengan konsentrasi yang ditentukan. Setelah ditotolkan,
dengan larutan seri konsentrasi parasetamol, natrium diklofenak dan larutan sampel
plat tersebut dielusi dalam chamber yang telah dijenuhkan fase gerak etil asetat :
asam asetat glasial (6,5 : 3,5 : 0,02 v/v/v). Plat tersebut dikeringkan dan diangin-
anginkan selama 10 menit. Plat yang telah kering dianalisis menggunakan
spektrofotodensitometer. Dilakukan scanning serapan senyawa pada panjang
gelombang 245 nm (panjang gelombang maksimum parasetamol) dan 273 nm
(Panjang gelombang maksimum natrium diklofenak). Dilakukan identifikasi
terhadap puncak senyawa parasetamol dan natrium diklofenak untuk mengetahui
Rf parasetamol dan natrium diklofenak. Dengan menggunakan AUC yang
diperoleh, dibuat kurva kalibrasi untuk masing-masing senyawa (parasetamol dan
natrium diklofenak) dan dihitung kadar parasetamol dan natrium diklofenak
menggunakan persamaan regresi linier dari kurva kalibrasi. Selain itu, dilakukan
pula penghitungan beberapa parameter validasi metode seperti linearitas
(persamaan regresi), akurasi (% recovery), presisi (standar deviasi dan standar
deviasi relatif), LOD, LOQ.

V. SKEMA KERJA
5.1 Pembuatan Larutan Standar Parasetamol 1000 ng/uL

Ditimbang 10 mg serbuk parasetamol baku lalu dimasukkan ke dalam


beaker glass dan ditambahkan metanol secukupnya hingga larut.

Larutan dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL lalu ditambahkan metanol


hingga tanda batas dan digojog hingga homogen. Larutan kemudian
ditempatkan pada botol vial dan diberi label “Stok Parasetamol 1 mg/mL”.

11
5.2 Pembuatan Larutan Standar Natrium Diklofenak 1000 ng/uL

Ditimbang 10 mg serbuk Natrium Diklofenak baku lalu dimasukkan ke


dalam beaker glass dan ditambahkan metanol secukupnya hingga larut .

Larutan dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL lalu ditambahkan metanol


hingga tanda batas dan digojog hingga homogen. Larutan kemudian
ditempatkan pada botol vial dan diberi label “Stok Na-Diklofenak 1 mg/mL”.

5.3 Pembuatan Larutan Seri Parasetamol dan Natrium Diklofenak


5.3.1 Pembuatan Seri I (50 ng/uL)

Diambil masing-masing sebanyak 0,25 mL larutan stok parasetamol


1 mg/mL dan natrium diklofenak 1 mg/mL menggunakan pipet ukur dan
dimasukkan ke dalam labu ukur 5 mL.

Ditambahkan metanol hingga tanda batas dan digojog hingga homogen.


V.
Larutan kemudian dimasukkan ke dalam botol vial dan diberi label “Seri I”.

5.3.2 Pembuatan Seri II (250 ng/uL)

Diambil masing-masing sebanyak 1,25 mL larutan stok parasetamol


1 mg/mL dan natrium diklofenak 1 mg/mL menggunakan pipet ukur dan
dimasukkan ke dalam labu ukur 5 mL.

Ditambahkan metanol hingga tanda batas dan digojog hingga homogen.


Larutan kemudian dimasukkan ke dalam botol vial dan diberi label “Seri
II”.

5.3.3 Pembuatan Seri III (500 ng/uL)

Diambil masing-masing sebanyak 2,5 mL larutan stok parasetamol


1 mg/mL dan natrium diklofenak 1 mg/mL menggunakan pipet ukur dan
dimasukkan ke dalam labu ukur 5 mL.

12
Ditambahkan metanol hingga tanda batas dan digojog hingga homogen.
Larutan kemudian dimasukkan ke dalam botol vial dan diberi label “Seri
II”.

5.4 Pembuatan Larutan Sampel

Serbuk jamu pegal linu ditimbang 7g kemudian serbuk tersebut dimasukkan


ke dalam beaker glass.

Digerus tablet parasetamol kemudian ditimbang 500 mg dan dilakukan hal


yang sama dengan 2 tablet natrium diklofenak kemudian ditimbang
sebanyak 75 mg.

Ketiga serbuk tersebut dicampur hingga terbentuk campuran jamu dan


bahan kimia obat yang homogen.

Campuran serbuk kemudian ditimbang kembali 500 mg sebanyak tiga kali


dan dilarutkan masing-masing dengan 10 mL metanol dalam beaker glass.

Dimasukkan ke dalam tabung sentrifugasi dan disentrifugasi selama 10


menit pada kecepatan 2000 rpm lalu di saring menggunakan kertas saring.

Filtrat kemudian diencerkan dengan perbandingan filtrat dengan metanol


(1:5).

Filtrat yang telah diencerkan merupakan larutan sampel 1,2, dan 3 yang siap
ditotolkan pada plat KLT.

13
5.5 Pembuatan fase gerak
Dipipet toluena sebanyak 6,5 mL, etil asetat dipipet sebanyak 7 mL, asam
asetat dipipet sebanyak 0,02 mL.

Ketiga larutan tersebut dimasukkan ke dalam labu ukur. Labu ukur


digojog hingga larutan homogen.

5.6 Penetapan Kadar Parasetamol dan Natrium Diklofenak dengan Metode KLT
Spektrofotodensitometri

Penetapan kadar parasetamol dan natrium diklofenak menggunakan plat


KLT Aluminium Silika Gel 60 F254berukuran 10 cm × 10 cm.

Dilakukan pencucian plat dengan menggunakan metanol dan diaktivasi


pada suhu 120oC selama 10 menit.

Chamber dijenuhkan menggunakan fase gerak toluena :etila setat : asam


asetat glasial (6,5 : 3,5 : 0,02 v/v/v) sebanyak 10 mL.

Ditotolkan larutan seri masing-masing sebanyak 2 µL berdasarkan


konsentrasi yang ditentukan kemudian larutan sampel plat tersebut dielusi
dalam chamber yang telah dijenuhkan dengan fase gerak.

Plat dikeringkan dengan cara diangin – anginkan selama 10 menit lalu


dianalisis dengan menggunakan spektrofotodensitometer.

Plat dimasukkan kedalam CAMAG TLC- SCANNER 3, kemudian discan


dengan panjang gelombang 234 dan panjang gelombang 273 nm.

14
Dlakukan identifikasi terhadap puncak senyawa parasetamol dan nartrium
diklofenak untuk mengetahui Rf dan di analisis kadar parasetamol dan
natrium diklofenak menggunakan persamaan regresi linier.

Dilakukan penghitungan beberapa parameter validasi metode seperti


linearitas (persamaan regresi), akurasi (% recovery), presisi (stansar deviasi
dan standar deviasi relative), LOD, dan LOQ.

15
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2006. Tentang Obat
Tradisional Mengandung Bahan Kimia Obat. KH.00.01.1.5116

Basset, J., R.C. Denney, G.H. Jeffrey dan J. Mendham. 1994. Buku Ajar Vogel
Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.

Gandjar, I. G. dan A. Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Hutauruk, T., A. Rosita, dan I. Oktavianawati. 2014. Sintesis Asam 2-(2-(n-(2,6-


diklorofenil)-4 fluorobenzamida) fenil) asetat sebagai Kandidat Obat
Penghambat COX (siklooksigenase). e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol.2,
No. 2. Kalimantan: Universitas Jember.

Kulkarni, M. B., P. B. Dange, dan S. G. Walode. 2012. Stability indicating thin-


layer chromatographic determination of chlorzoxazone, diclofenac sodium
and paracetamol as bulk drug: Application to forced degradation study.
Pelagia Research Library Der Pharmacia Sinica. Vol. 3(6):643-652

Moffat, C. A., M. D. Osselton, dan B. Widdop. 2005. Clarke’s Analysis of Drugs


and Poisons. Great Britain: Pharmaceutical Press.

Pandey, G. 2013. Spectrophotometric Methods for Estimation of Diclofenac


Sodium in Tablets. International Journal of Biomedical and Advance
Research. 04 (02), 77-82.
Reich, E. and A. Blatter. 2003. Modern TLC: A Key Technique of Identification
and Quality Control of Botanical and Dietary Supplements. Journal of
Planar Chromatography-Modern TLC (18) : 37 – 37.

Sherma, J. and B. Fried. 1994. Handbook of Thin-Layer Chromatography, 3rd


Edition. New York: Marcel Dekker Inc.

Sweetman, S.C. 2009. Martindale: The Complete Drug Reference, Thirty-sixth


edition. London: Pharmaceutical Press.

Anda mungkin juga menyukai