Peranan Apoteker Farmasi Rumah Sakit tergantung dari bobot fungsi rumah sakit. Peranan
Apoteker Farmasi Rumah Sakit adalah :
Apoteker sebagai pimpinan Farmasi Rumah Sakit harus mampu mengelola Farmasi Rumah Sakit
secara keseluruhan dan bertanggung jawab dalam administrasi, manajemen perencanaan serta
kebijakan Farmasi Rumah Sakit secara terpadu, anggaran biaya, kontrol persediaan,
pemeliharaan catatan dan pembuatan laporan untuk pimpinan Rumah Sakit.
Perencanaan pengadaan kebutuhan perbekalan farmasi memerlukan kajian yang cermat, tepat
dan teliti berdasarkan pada stok yang ada serta dilakukan pengkajian obat yang akan diadakan
sesuai formularium. Apoteker harus mempunyai kemampuan administrasi dan manajerial dalam
mengelolah data kebutuhan obat yang kemudian diatuangkan ke dalam rencana operasional yang
digunakan dalam anggaran serta berkonsultasi dengan Panitia Farmasi dan Terapi (PFT).
Pengaturan obat langsung dilakukan dan dikelolah di bawah pengawasan dan tanggung jawab
Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Hal ini perlu karena pentingnya pengaturan dan pengendalian
stok dan untuk mempersiapkan laporan dibuat pola sistem dan prosedur kerja serta administrasi
yang sesuai dan memenuhi syarat.
Distribusi obat untuk pasien rawat jalan dan rawat inap dilaksanakan oleh Apotek Farmasi
Rumah Sakit
Apoteker melakukan kontrol kualitas obat galenika, analitik, biologis, mikrobiologis, fisika, dan
kimia.
sumber : http://www.kedaiobat.co.cc/
Dari peraturan perundang-undangan tersebut Peran dan Fungsi Apoteker di Apotik yang melayani
langsung pasien adalah sebagai :
- PELAYAN
- MANAJER
Sebagai Pelayan sesuai dengan standar pelayanan yang sudah ditetapkan adalah :
1. Melayani resep dan non resep.
2. Promosi dan edukasi.
3. Pelayanan residensial ( home care ).
Sebagai manajer :
- Mengelola sumber daya ( resources ) di Apotik secara efektif dan efisien.
- Membuat prosedur tetap untuk masing – masing pelayanan.
Faktanya di Apotik yang melakukan pelayanan obat atas resep dokter pelayanan informasi obat adalah
asisten apoteker atau pegawai apotik yang hanya lulusan smu saja, karena Apoteker tidak datang tiap
hari di Apotik melainkan sebulan hanya 1 kali datang ke Apotik dan itu pun hanya beberapa jam.
Umumnya sebagian besar apoteker bukanlah sebagai Pemilik Sarana apotek ( PSA ). Mereka bekerja
hanya sebagai penanggung jawab, selebihnya yang berperan aktif adalah PSA. Sehingga bekerja di
apotek bukan sebagai pekerjaan pokok tetapi pekerjaan sambilan. Waktu kerja mereka lebih difokuskan
dan dicurahkan untuk pekerjaan pokoknya. Maka tak heran bila seorang apoteker bisa bekerja di
beberapa tempat atau berwiraswasta. Jam kerja di apotek biasa mereka lakukan setelah waktu kerja
pokok mereka selesai
Banyak sekali apoteker yang belum secara utuh menjalankan fungsinya sehingga mengakibatkan
masyarakat awam ( pasien ) kurang mengenal profesi Apoteker, bahkan oleh para tenaga kesehatan
farmasis/Apoteker masih dipandang sebelah mata. Sementara itu di dalam rumah sakit apoteker masih
sedikit atau tidak banyak yang melakukan tugasnya secara utuh kerena kebanyakan rumah sakit masih
tenaga apoteker masih sedikit atau di satu rumah sakit hanya ada 1 atau beberapa saja apotekernya dan
tidak banyak. Dengan sedikitnya apoteker di rumah sakit, maka apoteker tidak bisa mendampingi pasien
dalam penggunaan obat yang baik.
3. TANGGAPAN
Menurut saya bila para farmasis di Indonesia masih tetap mempertahankan sikap dan tingkah lakunya
yang sekarang dalam menjalankan keprofesiannya saya yakin, sampai kapanpun keprofesian apoteker
akan makin tersisih dalam dunia kesehatan. Apalagi dengan posisi kepala BPOM yang saat ini diduduki
oleh dokter, bila para farmasis apoteker masih merasa nyaman dengan keadaan yang sekarang maka
apoteker tidak akan memperoleh eksistensinya di dunia kesehatan. Meskipun dalam hal ini peran para
birokrat yang duduk di pemerintahan juga merupakan pengaruh utama mengapa sampai kursi kepala
BPOM tersebut bisa sampai diduduki oleh dokter.
Untuk PSA (Pemilik Sarana Apotik) sebagai pemilik modal utama diharapkan untuk memberikan
kesempatan dan peluang bagi apoteker untuk mengoptimalkan peran dan fungsinya, khususnya dalam
menyampaikan informasi obat kepada masyarakat. Karena keberhasilan strategis bisnis apapun yang
dijalankan sangat ditentukan apabila setelah mendapat informasi obat dalam diri pasien tumbuh
kepuasan dan keyakinan akan sembuh. Apoteker harus konsisten dengan profesinya dan mampu
melakukan kerja yang benar-benar profesional di apotik, tanpa pamrih, bukan seperti apoteker amatiran
yang selama ini dilakoni oleh kebanyak teman sejawat kita (seperti apoteker yg kerja rangkap itu) .
Apotek Profesi akan selalu kokoh walau diterjang oleh badai apapun termasuk badai Globalisasi.
Apoteker harus mempunyai rasa percaya diri dan keyakinan yang kuat , tidak boleh lemah dan
menyerah dengan sedikit saja persaingan yang tidak sehat dalam kancah perperangan bisnis obat.
Dan sebaiknya di sebuah rumah sakit harus ada tenaga apoteker yang lumayan banyak atau minimal tiap
poliklinik di rumah sakit memiliki 1 apoteker sehingga apoteker bisa melakukan tugasnya dengan baik
dan sesuai perannya di rumah sakit. Apoteker juga harus sering banyak komunikasi dengan dokter dan
tenaga kesehatan lain tentang ilmu kesehatan, pengobatan dan lain – lain, karena dengan itu apoteker
bisa dikatakan ada dan tidak dipandang sebelah mata oleh tenaga kesehatan lain.
Oleh :
Rachmawati 050601037
Perencanaan perbekalan farmasi adalah salah satu fungsi yang menentukan dalam proses
pengadaan perbekalan farmasi di rumah sakit.
Tujuan perbekalan farmasi untuk menetapkan jenis dan jumlah perbekalan farmasi sesuai
dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
1. Pemilihan
Fungsi pemilihan adalah untuk menentukan apakah perbekalan farmasi benar-benar di perlukan
sesuai dengan jumlah pasien/kunjungan dan pola penyakit dirumah sakit.
a. Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin dengan cara menghindari kesamaan Janis
b. Hindari penggunaan obat kombinasi, kecuali jika obat kombinasi mempunyai efek yang lebih
baik di banding obat tunggal
c. Apabila jenis obat banyak, maka kita memilih berdasarkan obat pilihan (drug of choice) dari
penyakit yang prevalensinya tinggi
Pemilihan obat di Rumah Sakit Stroke Nasional merujuk kepada Daftar Obat Essensial Nasional
(DOEN) sesuai dengan kelas type B yang di dapat oleh rumah sakit ini, Formularium RS,
Formularium jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin, Daftar Plafon Harga Obat(DPHO)
Askes dan jaminan social Tenaga Kerja (Jamsostek). Sedangkan pemilihan alat kesehatan di
rumah sakit ini berdasarkan dari data pemakaian oleh pemakai, standar ISO, daftar harga alat,
daftar alat kesehatan yang dikeluarkan oleh Dirjen Binfar dan Alkes, serta spesifikasi yang
ditetapkan oleh rumah sakit
Kompilasi penggunaan
1. Jumlah penggunaan tiap jenis perbekalan farmasi pada masing-masing unit pelayanan
2. Persentase penggunaan tiap jenis perbekalan farmasi terhadap total penggunaan setahun
seluruh unit pelayanan
3. Penggunaan rata-rata untuk setiap jenis perbekalan farmasi
4. Perhitungan kebutuhan
1. Metoda konsumsi
Perhitungan kebutuhan dengan metode konsumsi didasarkan pada riel konsumsi perbekalan
farmasi periode yang lalu, dengan berbagai penyesuaian dan koreksi. Untuk rumah sakit stroke
nasional mengunakan metode konsumsi.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam rangka menghitung jumlah perbekalan farmasi yang
dibutuhkan:
2. Metoda morbiditas/epidemiologi
Metode epidemiologi merupakan salah satu metode perencanaan berdasarkan pola kunjungan
kasus penyakit.
Langkah-langkahnya adalah :
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan obat di rumah sakit yang telah
direncanakan dan disetujui.
Tujuan pengadaan adalah : mendapatkan perbekalan farmasi dengan harga yang layak, dengan
mutu yang baik, pengiriman yang tepat waktu, proses berjalan lanca dan tidak butuh tenaga dan
waktu berlebih.
Penerimaan barang :
Barang diterima oleh panitia penerima dan panitia penerima melakukan pemeriksaan
apakah sesuai dengan pemesanan, memeriksa tanggal expire date, jumlah, adakah
kerusakan atau tidak.
Jika barang sudah dinyatakan sesuai maka barang akan masuk gudang dengan
pencantuman tanda terima.
Untuk obat-obat ASKES, barang langsung dibawa ke gudang dengan menyertai
fakturnya.
Jika barang tidak sesuai atau mengalami kerusakan ataupun tanggal expire date terlalu
dekat maka dilakukan retur
Pencatatan :
Pencatatan dilakukan di buku Barang Masuk dan dicatat dikartu stok. Pencatatan juga
dilakukan dengan menggunakan system komputerisasi.
Penyimpanan :
Penyimpanan dilakukan pada gudang dengan mengelompokkan obat-obat berdasarkan
jenisnya. Obat tablet diletakkan bersamaan dengan obat-obat tablet. Begitu juga halnya
obat-obatan dalam bentuk larutan dan injeksi serta alat-alat kesehatan. Penyusunan obat-
obatan hendaklah berdasarkan alphabet. Dan penyimpanan obat harus merujuk kepada
farmakope.
Distribusi :
Pengeluaran barang ditulis di daftar mutasi barang dan dilakukan pencatatan di kartu stok dan
secara komputerisasi.
Pelaporan :
Pelaporan dilakukan setiap bulan yang dibuat oleh kepala gudang dan disetujui oleh
apoteker.
Opini
Index
Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit
Penulis: Oleh: Mahfudz, S.Far., Apt. Apoteker Pengelola Apotek di Bateng
edisi: 23/May/2009 wib
Rumah Sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya
kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat.
Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif),
dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu
dan berkesinambungan (Siregar dan Amalia, 2004).
Rumah sakit mempunyai peranan yang penting untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Di Indonesia rumah sakit merupakan rujukan pelayanan kesehatan untuk
puskesmas terutama upaya penyembuhan dan pemulihan. Mutu pelayanan di rumah sakit
sangat dipengaruhui oleh kualitas dan jumlah tenaga kesehatan yang dimiliki rumah sakit
tersebut.
Pengalaman saya ketika mendampingi opname istri di salah satu rumah sakit yang berada
di Pulau Bangka sangat memprihatinkan, pengelolaan obat yang telah diresepkan dan
sudah diambil dari apotek tidak optimal, bahkan karena istri saya PNS kebutuhan akan
obat atau alat kesehatan digelembungkan.
Obat yang dibeli di luar ASKES pun tidak dikembalikan setelah pasien keluar dari rumah
sakit. Memang ini oknum tetapi ini semua dapat diperbaiki dengan cara meresepkan obat
dan pemberian obat secara UDD/ODD (Unit Dose Dispensing/One Daily Dose) atau
memperbaiki sistem yang ada.
Saya juga sering mendengar obat-obatan kosong walaupun obat ini adalah obat yang
dasar atau penyakit umum terjadi seperti malaria, ini menyebabkan kerugian pada pasien
dan juga rumah sakit yang menyebabkan pemasukan berkurang.
Berbicara tentang instalasi farmasi tidak bisa lepas dari apoteker sebagai kepala instalasi
farmasi. Peran seorang apoteker dalam mendukung pelayanan kesehatan di rumah sakit
dibagi menjadi dua, yaitu manajerial dan fungsional.
Pelayanan kefarmasian akan berjalan baik bila didukung SDM yang berkualitas dan
potensial. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/Menkes/SK/XI2004 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit menyatakan bahwa
pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi pada pelayanan pasien,
penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi
semua lapisan masyarakat.
Farmasi rumah sakit adalah seluruh aspek kefarmasian yang diperlukan di suatu rumah
sakit. Jadi, Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu bagian/unit I divisi atau
fasilitas di rumah sakit, tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian
yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri.
Adapun tugas pokok pelayanan farmasi menurut keputusan menteri kesehatan adalah:
1. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal.
2. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional berdasarkan prosedur
kefarmasian dan kode etik profesi.
3. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE).
4. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa dan evaluasi untuk meningkatkan mutu
pelayanan farmasi.
5. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.
6. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi.
7. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi.
8. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formularium rumah
sakit.
Untuk memulai pelayanan farmasi rumah sakit dibutuhkan sumber daya manusia yang
memadai baik secara kualitas maupun kuantitas. Pelatihan untuk merubah pradigma
pelayanan farmasi merupakan suatu keharusan. Apoteker merupakan ahli di bidang
kefarmasian dan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan efektifitas pelayanan
pengobatan yang rasional, oleh karena itu seorang apoteker harus mempunyai wawasan,
pengetahuan, keterampilan yang luas dan mampu mengikuti perkembangan di bidang
kefarmasian di rumah sakit.
Gak kerasa, kuliah profesi apoteker yang saya jalani sudah hampir selesai. Pada semester 2
kemarin, saya dan kawan-kawan lainnya di program peminatan PPM (Produksi dan Pemastian
Mutu) mendapatkan mata kuliah Pelayanan Farmasi. Hmm, agak sedikit awkward karena saya
yang berbasis Teknologi harus mengenal lebih dalam mengenai Pelayanan. Namun, sebagai
seorang apoteker tentunya harus bisa menjalani keduanya baik Teknologi maupun Pelayanan
Dalam mata kuliah 3 SKS ini, pelayanan farmasi yang diajarkan lebih dititikberatkan pada
pelayanan farmasi di rumah sakit. Saya menjadi banyak tahu mengenai serba-serbi rumah sakit.
Hayoo..siapa yang belum tau tentang rumah sakit? Yapp! Singkatnya, rumah sakit adalah tempat
dimana orang sakit dirawat. Menurut UU RI no.4 tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit
adalah institusi pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Dari definisi tersebut, yang dimaksud dengan
pelayanan kesehatan secara paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi:
Untuk memenuhi semua aspek pelayanan kesehatan secara paripurna tersebut, diperlukan juga
pelayanan farmasi yang memadai sebagai salah satu pelayanan kesehatan. Pelayanan farmasi di
rumah sakit dijalankan oleh suatu unit di rumah sakit yang disebut dengan Instalasi Farmasi
Rumah Sakit (IFRS), di unit ini lah seorang apoteker dapat melaksanakan kegiatan
keprofesiannya. IFRS mempunyai fungsi non klinis (produk) berupa penyiapan produk obat, dan
fungsi klinis yang memerlukan koordinasi antar profesi kesehatan lain dalam hal pemberian
pelayanan kesehatan. Dalam pelaksanaan fungsi klinis tersebut, apoteker sebagai bagian dari
IFRS akan berkoordinasi dengan profesi kesehatan lain, seperti dokter, perawat, dll.
Selain IFRS, apoteker juga dapat berperan penting dalam PFT (Panitia Farmasi dan Terapi)
yang merupakan suatu kelompok penasehat dari staf medik dan bertindak sebagai garis
komunikasi organisasi antara staf medik dan IFRS yang mempunyai tugas utama berupa
perumus kebijakan prosedur berkaitan dengan obat dan terapi, serta sebagai pemberi
rekomendasi dan merancang program edukasi bagi profesi kesehatan yang terlibat dalam
pelayanan pasien.
Salah satu kebijakan yang dibuat oleh PFT adalah pemilihan jenis obat yang digunakan untuk
pengobatan pasien, yang disusun dalam suatu dokumen yang disebut dengan formularium.
Dalam proses penyusunan formularium, seluruh staf medik dapat memberikan rekomendasi
mengenai obat yang akan dimasukkan dalam formularium. Tugas PFT tidak hanya berhenti
sampai disitu, PFT juga mempunyai kewajiban untuk terus mengevaluasi dan merevisi
formularium yang ada sesuai dengan kebutuhan pengobatan pasien serta perkembangan obat
yang tersedia di pasaran.
Sebenarnya masih banyak lagi yang saya dapatkan dari mata kuliah ini, seperti sistem distribusi
obat di rumah sakit, pelaksanaan pelayanan farmasi dengan konsep patient safety,
pharmacovigillance, EPO (Evaluasi Penggunaan Obat), dll. Yang kesemuanya tidak lepas dari
peran apoteker. Namun, tidak lupa, bahwa dalam pelaksanaannya apoteker juga harus
berkoordinasi dengan profesi kesehatan lain.
Saya suka dengan mata kuliah ini, karena dari mata kuliah ini wawasan saya akan peran apoteker
di rumah sakit semakin bertambah. Saya juga semakin mengerti akan pentingnya koordinasi
seorang apoteker dengan profesi kesehatan lain dalam hal mewujudkan pelayanan farmasi yang
memadai bagi pasien rumah sakit.
Setelah mata kuliah ini, saya jadi semakin tertarik untuk mendalami profesi apoteker di rumah
sakit. Bagaimana dengan kamu?