Anda di halaman 1dari 4

Kesimpulan

1. Solvency Ratio
Hasil anaslisis Solvency ratio menunjukkan bahwa insolvable karena rasio < 100%.
Sehingga tahun 2011 sampai tahun 2013 mengalami penurunan kemampuan
perusahaan dalam melunasi utang jangka panjangnya dan kemampuan pendanaan dari
shareholder mengalami penurunan. Perusahaan cenderung melakukan roll-over
dengan melunasi utang lama dan membuat utang baru.

2. Underwriting Ratio
Pada tahun 2011 sampai 2013 mengalami kenaikan yang signifikan dan hasil rasio >
1. Sehingga, rasio ini menunjukan tingkat hasil underwriting yang dapat diperoleh
perusahaan serta mengukur tingkat keuntungan dari usaha murni asuransi. Rasio
Underwriting, memiliki batas minimum sebesar 48%. Semakin tinggi semakin baik
keadaan tingkat hasil underwriting dari usaha murni asuransi. Underwriting yang baik
membantu perusahaan asuransi untuk tetap bersaing dan memiliki kondisi keuangan
yang kuat di mana laba suatu perusahaan asuransi terutama ditentukan oleh
pengendalian, pengeluaran, penetapan harga produk yang tepat dan pelaksaaan
penilaian yang logis dalam melakukan underwriting.

3. Investment to Technical Ratio

Investment-reserve ratio adalah rasio yang menukur kecukupan dana untuk memenuhi
kewajiban aktuaria. Pada tahun 2011 dan 2012, rasio mengalami penurunan sehingga
perusahaan tidak dapat mengukur secara tepat pengelolaan resiko
keuangan. Sedangkan pada tahun 2012 dan 2013, rasio mengalami kenaikan sehingga
perusahaan dapat mengukur pengelolaan resiko keuangan secara tepat.

4. Premium Stability Ratio


Pada tahun 2011 sampai dengan 2013 rasio berfluktuasi, sehingga kenaikan atau
penurunan yang tajam pada volume premi netto memberikan indikasi kurangnya
tingkat kestabilan kegiatan usaha koperasi perusahaan dan kondisi perusahaan kurang
baik.
5. Technical Reserves
Technical reserves (TR) adalah rasio yang mengukur kecukupan premi dalam
pembentukan cadangan teknis untuk memenuhi kewajiban jangka panjang. Technical
Reserves tahun 2013 mengalami penurunan signifikan dibanding dengan tahun 2012.
Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka panjang berkurang.

6. Risk Based Capital

Ketentuan minimum tingkat solvabilitas sebesar 120% artinya apabila seluruh


nasabah mengajukan klaim maka perusahaan asuransi dapat memenuhi seluruh
kewajibannya dan masih mempunyai cadangan sebesar 20 %. Namun rasio
perusahaan mengalami penurunan setiap tahunnya dan < 120%, sehingga resiko yang
dihadapi semakin besar.

7. Own Retention Ratio

Perusahaan dalam keadaan baik karena telah melewati standar minimum


perasuransian yaitu sebesar 33%.

8. Operating Ratio

Dalam 3 tahun, rasio > 15% sehingga rasio melebihi batas kewajaran biaya
operasional. Hal ini disebabkan karena biaya operasi mengalami kenaikan, sehingga
kinerja pun kurang baik. Jadi, setiap tahun perusahaan mengalami kenaikan yang
signifikan terhadap rasio operasional sehingga biaya operasional meningkat dan
kinerja perusahaan kurang baik.
ANALISIS KINERJA KEUANGAN ASURANSI

PT. ASURANSI JIWA TUGU MANDIRI

Kelompok :1

Kelas : AAU

Anggota :

 AGUNG KURNIAWAN (1214210011)


 AHMAD HIRZAN PRATAMA(1214210012)
 ARDITA P.S (1214210033)
 AYUNING TYAS LEO BETTY (1214210046)
 FATHIA TSANIFA (1214210111)
 FITRIA SIWI HENDRAWATI (1214210122)
 FAISAL S. (1214210103)
 GABBY SONIA INDIRA S. (1214210126)
 HANIFAH (1214210131)

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS PANCASILA

JAKARTA SELATAN

2016

Anda mungkin juga menyukai