Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Di Indonesia kasus-kasus menyedihkan tentang penyakit flu burung di
berbagai media cetak maupun elektronik seakan tak henti-hentinya muncul
sepanjang tahun. Di suatu waktu pemberitaan tersebut kembali muncul dengan
yang lebih parah dan menyedihkan. Banyak masyarakat yang tidak mengetahui
informasi yang benar tentang penyakit flu burung. Ketidaktahuan masyarakat
mungkin merupakan salah satu factor yang menyebabkan penyakit flu burung tak
kunjung reda. Lebih lanjut ketidaktahuan pun menyebabkan masyarakat tidak
mau mengubah gaya hidup yang salah selama ini dan sering terlambat
melaporkannya. Hal yang paling parah adalah informasi yang salah dari pihak
yang tidak tahu tapi sok tahu,maupun pihak yang tidak mau bertanggung jawab
akan memperburuk kondisi perekonomian masyarakat karena wabah flu burung.
Kehebohan itu bertambah ketika wabah tersebut menyebabkan sejumlah
manusia juga meninggal. Pada tanggal 19 Januari 2004, pejabat WHO
mengkonfirmasikan lima warga Vietnam tewas akibat flu burung. Sementara itu
di negara Thailand sudah enam orang tewas akibat terserang flu burung, seorang
remaja berusia 6 tahun dipastikan menjadi orang Thailand pertama yang
dikonfirmasi tewas akibat wabah tersebut. Seorang Epidemiologis dari Pusat
Pengawasan Penyakit Dr. Danuta Skowronski, mengatakan bahwa 80% kasus flu
burung menyerang anak-anak dan remaja. Tingkat kematian akibat flu burung
sangat tinggi. Berdasarkan hasil penelitian atas 10 orang yang terinfeksi virus flu
burung di Vietnam, WHO menemukan bahwa dari 10 orang yang terinfeksi 8
orang yang meninggal, seorang sembuh dan seorang lagi dalam kondisi kritis.
Pada Januari 2004, di beberapa propinsi di Indonesia terutama Bali,
Botabek, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa Barat dilaporkan
adanya kasus kematian ayam ternak yang luar biasa. Awalnya kematian tersebut

1
disebabkan oleh karena virus new castle, namun konfirmasi terakhir oleh
Departemen Pertanian disebabkan oleh virus flu burung (Avian influenza (AI)).
Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit flu burung di 10 propinsi di
Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor (4,77%) dan yang paling tinggi
jumlah kematiannya adalah propinsi Jawa Barat (1.541.427 ekor).

Bila kita bandingkan dengan SARS (Severe Acute Respiratory


Syndrome) Penyakit flu burung ini lebih sedikit kasusnya hanya 25 kasus di
seluruh dunia dan yang meninggal mencapai 19 orang (CFR=76%). Sedangkan
pada penyakit SARS dari 8098 kasus yang meninggal hanya 774 orang (CFR =
9,6%).
Sebenarnya kematiaan yang sangat tinggi pada unggas karena flu
burung telah di laporkan pertama kali pada tahun 1878 dengan nama fowl
plaque(sampar ayam). Namun demikian penyakit flu burung baru di kenal secara
luas oleh masyarakat Indonesia sejak tahun 1997 ketika penyakit mewabah di
Hongkong dan menyerang ayam dan unggas peliharaan. Kemudian di susul
meninggalnya sejumlah orang yag menunjukkan gangguan pernapasan setelah
kontak dengan ayam atau burung penderita penyakit flu burung dengan
pemeriksaan yang membuktikan kematiannya di sebabkan virus influenza A
subtype H5N1.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam karya tulis ini adalah:
1. Apa penyebab penyakit flu burung?
2. Bagaimana cara penularan penyakit flu burung?
3. Bagaimana gejala penyakit flu burung?
4. Bagaimana cara mencegah penyakit flu burung?
5. Bagaimana cara pengobatan flu burung?

2
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulis dalam penulisan karya tulis ini adalah:
1. Untuk menambah pengetahuan tentang penyakit flu burung.
2. Untuk mengetahui penyebab penyakit flu burung.
3. Untuk mengetahui tip yang aman di kala wabah penyakit flu burung
menyerang.
4. Untuk mengetahui cara penularan,pengobatan,dan pencegahan penyakit flu
burung.

D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang di peroleh penulis pada saat penyusunan karya tulis ini adalah:
Penulis menjadi lebih tahu apa penyabab penyakit flu burung, cara penulara,
pencegahan, gejala-gejala flu burung serta pengobatan penyakit flu burung.

E. METODE PENULISAN
Dalam menyusun karya tulis ini penulis menggunakan beberapa
metode.Hal ini di maksudkan untuk memperoleh teori yang di ajarkan pada buku-
buku yang berkaitan dengan penulisan karya tulis serta mencari sember-sumber
yang ada pada referensi.
Adapun dalam pengolahan data,metode yang di pakai adalah:
1. Studi Kepustakaan
Mengambil pengertian dari buku yang sudah ada denagn harapan karya tulis
ini tidak menyimpang dari pengertian yang sudah ada sebelumnya.
2. Studi internet

3
F. SISTEMATIS PENULISAN
Dalam menyusun karya tulis ini penulis membagi atas beberapa bab
dan tipe-tipe bab penulis bagi menjadi beberapa bagian.
Adapun isi dari tiap-tiap bagian tersebut adalah:
1. Bagian formalitas,terdiri dari halaman judul,halaman pengesahan, halaman
motto dan persembahan, kata pengantar dan daftar isi.
2. Bagian isi terdiri dari
BAB I Pendahuluan,meliputi: Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian. Metodologi
Penelitian, Sistematika Penulisan.
BAB II Landasan Teori, meliputi: pengertian penyakit flu burung.
Penyebab Penyakit Flu Burung, Cara Penularan, Pencegahan
Flu Burung, Gejala-Gejala Flu Burung, dan Pengobatan
Penyakit Flu Burung.
BAB III Penutup meliputi: Simpulan dan saran, adftar pustaka

4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. PENGERTIAN FLU BURUNG


Penyakit flu burung adalah penyakit yang di sebabkan oleh virus
influenza A subtype H5N1. Penyakit flu burung umumnya menyerang unggas
serta menimbulkan gejala yang ringan sampai yang berat dan fatal yaitu
menimbulkan kematian. Namun kadang-kadang unggas yang terserang penyakit
terutama unggas liar seperti itik dan burung liar tidak menunjukkan gejala klinis
tetapi dapat menyebarkannya pada hewan lain maupun manusia.
Flu burung atau avian influenza (Al) merupakan penyakit hewan
menular yang disebabkan oleh virus zoonosis (jenis penyakit yang bias menular
manusia). Patogenesis virusnya (kemampuan parasite menimbulkan penyakit
pada inangnya) bervariasi. Biasanya menimbulkan gangguan saluran pernafasan
ringan hingngga wabah merugikan yang berkaitan dengan infeksi yang bersifat
akut menyerang organ pencernaan (viserotropik) dan menyebar ke dalam tubuh
unggas melalui sirkulasi darah (pansistemik) (ir. Roni Fadilah dkk, 2013).
Unggas yang menderita flu burung dapat menularkan virus berjumlah
besar dalam kotoran(feses) maupun sekreta yang di keluarkannya. Virus flu
burung dapat bertahan hidup dalam air sampai 4 hari pada suhu 22oC dan lebih
dari 30 hari pada 0oC. Di dalam tinja unggas dan dalam tubuh unggas yang sakit,
virus dapat bertahan lebih lama, namun akan mati pada pemanasan 60oC selama
30 menit atau 90oC selama 1 menit. Virus mempunyai masa inkubasi yang
pendek yaitu antara beberapa jam sampai 3 hari, tergantung pada jumlah virus
yang masuk, rute kontak dan spesies unggas yang terserang.
H5N1 sebenarnya adalah jenis virus yang menyerang reseptor
galactose yang ada pada hidung hingga ke paru-paru pada unggas yang tidak di
temukan pada manusia, dan serangan hanya terjadi di sekitar alveoli yaitu daerah
di paru-paru di mana oksigen di sebarkan melalui darah. Oleh karena itu virus ini

5
tidak mudah di sebarkan melalui udara saat batuk atau bersin seperti layaknya
virus flu burung bias.

B. PENYEBAB PENYAKIT FLU BURUNG


Virus penyebab influenza tergolong family Orthomyxoviridase. Virus
terdiri atas 3 tipe antigenic yang berbeda yaitu A, B dan C. Virus influenza A bias
terdapat pada unggas,manusia,babi,kuda dan kadang-kadang mamalia yang lain.
Sebaliknya virus influenza B dan C hanya di temukan pada manusia.
Penyakit flu burung yang di sebut pula Avian Influenza di sebabkan oleh
virus Influenza A. Virus ini merupakan virus RNA dan mempunyai aktivitas
haemaglutinin (HA) dan Neuraminidase(NA). Pembagian subtipe virus
berdasarkan permukaan antigen, permukaan haemaglutinin dan neuraminidase
yang di milikinya. Saat ini 15 jenis HA telah di kenali, mulai H1 sampai H15 dan
9 jenis NA,mulai N1 sampai N9. Di antara 15 subtipe HA, hanya H5 dan H7
yang bersifat ganas pada unggas.
Variasi antigenic virus influenza sering di temukan melalui drift shift
antigenic. Drift antigenic terjadi karena adanya perubahan struktur antigenic yang
bersifat minor pada permukaan antigen H dan atau N, sehingga shift antigenic
terjadi karena adanya perubahan yang bersifat dominan pada struktur antigenic.
Pengaturan kembali struktur genetik virus pada unggas dan manusia di perkirakan
merupakan suatu sebab timbulnya stain baru virus pada manusia yang bersifat
pandemik.

C. CARA PENULARAN
Menurut ir. Roni Fadilah dkk 2013. Mengatakan penularan dan
penyebaran virus flu burung terjadi melalui berbagai cara. Namun, semuanya
disebabkan secara mekanis, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penularan dan penyebaran virus flu burung bias terjadi dengan cara sebagai
berikut.

6
1. Unggas sehat terkena cairan atau lender yang berasal hidung, mulut, dan
mata unggas yang terserang flu burung.
2. Terjadi kontak langsung dengan unggas atau manusia secara langsung
dengan unggas atau manusia yang terkena flu burung.
3. Kotoran unggas yang terserang flu burung mongering, jika debunya terisap
unggas atau manusia akan menular unggas dan manusia yang sehat.
4. Melalui udara (aerasol), bersin, atau percikan cairan atau lender (droplet).
5. Melalui air, manusia, hewan atau peralatan yang terkontaminasi virus flu
burung.
6. Perpindahan (migrasi) unggas yang hidup atau mati,burung liar yang
berpindah dan lainya yang telah terinfeksi akan menyebarkan virus flu
burung melalui kotoran dan cairan hidungnya.

Virus flu burung subtype H5N1 dapat menular melalui udara ataupun
kontak melalui makanan, minuman dan sentuhan. Virus dapat bertahan hidup
pada suhu dingin. Bahan makanan yang di dinginkan atau di bekukan dapat
menyimpan virus.
Penularan penyakit dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung.
Penularan secara langsung adalah penularan dengan cara kontak langsung
antara hewan penderita flu burung atau hewan lain yang peka maupun manusia.
Hewan yang terinfeksi mengeluarkan virus dari saluran pernapasan,mata dan
kotoran. Jadi hewan yang peka atau manusia dapat pula mengalami penularan
secara langsung bila mengalami kontak dengan material tersebut.
Penularan secara tidak langsung dapat terjadi melalui udara yang
tercemar material atau perlengkapan peternakan,kandang, kurungan ayam,dan
lain-lain. Oleh karena itu alat-alat yang telah berhubungan dengan penderita flu
burung harus di desinfeksi. Virus penyakit flu burung mempunyai amplop,
sehingga relative sensitive bila terkena zat kimia yang mengandung lipid,
seperti deterjen. Virus pun akan rusak oleh formalin, asam encer, panas, PH

7
yang terlalu tinggi dan kekeringan sehingga bahan-bahan kimia tadi bisa di
gunakan untuk melakukan desinfeksi kandang maupun peralatan
peternakanyang telah terkontaminasi virus flu burung.
Secara garis besar cara-cara penularan flu burung yang di sebabkan
oleh virus H5N1 adalah sebagai berikut:
1. Bersentuhan langsung dengan unggas yang sakit atau produk dari unggas
yang sakit tersebut akan membuat Anda tertular.
2. Media lain untuk menularkan penyakit flu burung ini adalah lingkungan
sekitar.
3. Penularan flu burung juga dapat terjadi dengan perantara manusia.
Penularan flu burung dengan melewati produk dari ternak unggas. Sebagian
orang memilih mengkonsumsi produk unggas mentah atau tidak masak
sempurna.Fillet ayam, telur mentah dan beragam produk mentah unggas
dapat menjadi media penularan virus H5N1 pada pengkonsumsinya. Virus
flu burung ini akan mati apabila produk unggas tersebut di masak secara
sempurna. Mengkonsumsi daging setengah matang dan telur setengah
matang.
4. masih berpeluang terjangkit virus flu burung, jika unggas yang di potong
sudah terjangkit oleh virus ini.

D. GEJALA FLU BURUNG


1. Gejala pada manusia
Masa inkubasi virus adalah 1-7 hari di mana setelah itu muncul gejala-
gejala seseorang terkena flu burung adalah dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Timbulnya ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut).
b. Timbulnya demam tinggi (>38oC).
c. Sakit tenggorokan secara tiba-tiba.
d. Batuk,mengeluarkan ingus, nyeri otot.
e. Sakit kepala.

8
f. Lemas mendadak.
g. Timbunya radang paru-paru(pneumonia) yang bila tidak mendapatkan
penanganan tepat dapat menyebabakan kematian.
Mengingat gejala flu burung mirip dengan flu biasa maka tidak ada
yang membedakan flu burung dengan flu biasa. Jika ada penderita yang batuk,
pilek dan demam yang tidak kunjung turun, maka di sarankan untuk segera
mengunjungi dokter atau rumah sakit terdekat. Namun gejala yang di turunkan
oleh virus H5N1 ini berbeda-beda di mana ada kasus seseorang anak laki-laki
yang mengalami diare parah dan di ikuti dengan koma panjang tanpa mengalami
gejala-gejala seperti influenza.

2. Gejala pada unggas


Penyakit flu burung di tularkan baik ke sesama unggas maupun
spesies lainnya dan manusia melalui kotoran burung. Satu tetesan sekresi dari
burung yang terinfeksi mengandung virus yang dapat membunuh 1 juta
burung. Virus ini kemudian menempel di berbagai media seperti sarana
transportasi ternak, peralatan kandang yang tercemar, pekerja di peternakan
dan burung-burung liar.
Gejala klinis yang dapat di temukan pada unggas yang terinfeksi flu
burung adalah sebagai berikut:
a. Mengalami gangguan pernapasan seperti batuk, bersin dan ngorok.
b. Jengger kebiruan.
c. Peradangan pada sinus atau lubang hidung.
d. Pembengkakan di daerah kepala dan muka.
e. Kerontokan bulu.
f. Mengeluarkan leleran dari mata secara berlebihan.
g. Terjadinya gangguan produksi telur dan cangkak telur lembek.
h. Tingkat kematian tinggi,sering terjadi kematian secara mendadak.

9
i. Kaki berwarna kemerah-merahan seperti di keroki dan jika di buka terdapat
pendarahan.
j. Gangguan syaraf yang di tandai unggas membentur-benturkan kepala serta
gangguan keseimbangan,seperti berdiri dan berjalan sempoyongan.

E. CARA MENCEGAH FLU BURUNG


Pencegahan dan pengendalian avian influenza dipeternakan sekala
kecil adalah agar unggas yang dipelihara baik untuk kebutuhan rumah tangga
maupun hobi, tidak tertular virus avian influenza, selain itu bertujuan agar unggas
yang dipelihara tidak menjadi sumber penyebab penyakit flu burung.
Di Indonesia, salah satu factor yang tidak terkendalinya penyakit flu
burung adalah diduga akibat banyaknya unggas yang dipelihara disekitar
pemukiman (backyard farm) sehingga menjadi sumber penularan virus flu burung
di lingkungan.
Berdasarkan peraturan Mentri Pertanian tersebut, persyaratan
masyarakat yang memelihara atau yang pernah memelihara unggas di pemukiman
sebagai berikut.
1 Masyarakat yang memelihara unggas
a. Menggunakan lahan yang letaknya terpisah dari pemukiman sehingga
kotoran dan limbah yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan.
b. Tidak membiarkan unggas berkeliaran bebas (sebaiknya
dikandangkan)
c. Menempatkan kandang atau sangkar secara terpisah dari rumah
(tempat tinggal). Sirkulasi udara (ventilasi) harus baik.
d. Memisahkan unggas yang berlainan jenis, seperti ayam, burung, itik,
angsa atau jenis unggas lainnya.
e. Segera membersihkan sisia pakan dan air minum agar tidak
mengundang burung-burung liar.

10
f. Membersihkan kandang dan peralatan kandang setiap hari serrta
menyemprot menggunakan disinfektan secara berkala.
g. Menjaga kandang dan alas kandang agar tetap kering.
h. Menggunakan penutup mulut dan hidug (masker) serta sarung tangan
pada saat merawat unggas.
i. Segera mencuci tangan dan kaki (alas kaki) menggunakan sabun atau
antiseptik setelah menangani unggas peliharaan.
j. Memisahkan unggas yang baru datang selama tujuh hari.
k. Menghindari kontak dengan unggas. (Menurut ir. Roni dkk 2013)

Pencegahan flu burung pada hewan dapat di lakukan dengan 3 jalan


yaitu dengan peningkatan biosekuriti, pemberian vaksinisasi dan depopulasi
serta stamping out.
1. Biosekuriti
Biosekuriti adalah cara menangani ternak secara higenis.Caranya
meliputi semua tindakan yang merupakan pertahanan pertama untuk
mengendalikan wabah dengan mencegah semua kemungkinan kontak atau
penularan dengan peternakan yang tertular dan penyebaran
penyakit.Tindakannya meliputi:
a. Memberi lalu lintas orang atau pekerja dan kendaraan yang keluar masuk
lokasi peternakan.
b. Para pekerja dan semua orang yang ada di lokasi peternakan harus dalam
keadaan sehat.
c. Untuk keamanan petugas maupun unggas, para pekerja dan semua
orang yang ada di lokasi peternakan harus menggunakan pakaian
pelindung,kacamata, masker, sepatu pelindung dan harus menggunakan
tindakan desinfeksi serta sanitasi.
d. Mencegah kontak antara unggas dengan burung liar atau burung air, tikus,
lalat dan hewan lainnya.

11
2. Vaksinisasi
Vaksinisasi merupakan program pengebalan dengan memasukkan
virus flu burung yang sudah di lemahkan atau di matikan.Tujuannya adalah
merangsang tubuh membentuk antibody untuk melawan virus flu burung
apabila suatu saat menyerang.
Vaksin flu burung memang cukup sehat untuk hewan sehat, tetapi jika
sudah terlanjur sakit sebaiknya jangan di vaksin karena keamanannya tidak bisa
di jamin. Pemilik sebaiknya melakukan program vaksinisasi secara rutin dan
yidak usah menunggu ada ayam yang sakit baru di vaksin karena antibody
untuk melawan flu burung tidak langsung timbul seketika. Pada umumnya
unggas akan membentuk antibody 2 minggu setelah di vaksin. Jadi jika
menunggu ayam yang sakit maka akan terlambat dan mungkin menimbulkan
bahaya pada ayam atau unggas sakit yang di vaksin flu burung.
3. Depopulasi
Pemusnahan selektif (depopulasi) adakah suatu tindakan mengurangi
populasi unggas yang menjadi sumber penularan penyakit. Tindakan ini di
lanjutkan dengan prosedur disposal. Disposal adalah prosedur untuk melakukan
pembakaran dan penguburan terhadap bangkai unggas, telur, kotoran(feses),
bulu, alas kandang, pupuk dan pakan ternak yang tercemar serta bahan dan
peralatan lain yang tercemar, tetapi tidak dapat di desinfeksi secara sfektif.
4. Stamping Out
Stamping out adalah tindakan pemusnahan secara menyeluruh yaitu
memusnahkan seluruh unggas yang sakit maupun sehat pada peternakan tertular
dan semua unggas yang berada dalam radius 1 km dari peternakan tertular.

12
F. PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG FLU BURUNG
1. Prevalensi nasional Pernah Mendengar Flu Burung adalah 64,7%. Sebanyak
14 provinsi mempunyai prevalensi Pernah Mendengar Flu Burung dibawah
prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Selatan,
Lampung, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Tengah, DI Yogyakarta, Bali, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur,
Sulawesi Utara, dan Sulawesi Tengah.

2. Prevalensi nasional Berpengetahuan Benar Tentang Flu Burung (diantara


penduduk yang pernah mendengar Flu Burung) adalah 78,7%. Sebanyak 17
provinsi mempunyai prevalensi Berpengetahuan Benar Tentang Flu Burung
(diantara penduduk yang pernah mendengar Flu Burung) dibawah prevalensi
nasional, yaitu Sumatera Barat, Riau, Bangka Belitung, Jawa Barat, DI
Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi
Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua. (Data RIKESDAS
tahun 2007)

G. CARA PENGOBATAN FLU BURUNG


Jenis obat penanggulangan infeksi flu burung ada 2, pertama adalah obat
seperti amantadine dan rimantadine yaitu ion channel (M2) blocker, yang
menghalangi aktivitas ion chanel dari virus flu jenis A sehingga aliran ion
hydrogen dapat di blok dan virus tidak dapat berkembang biak. Jenis obat yang
kedua adalah Neurimidase (NA) inhibitor, seperti zanamivir dan oseltamivir
dengan protein NAnya yang berfungsi melepaskan virus yang bereplikasi di
dalam sel sehingga virus tidak dapat keluar dari dalam sel. Virus ini nantinya
akan menempel di permukaan sel saja dan tidak akan pindah ke sel lain.

13
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Dari pembahasan yang penulis paparkan di atas, maka penulis dapat
mengambil simpulan sebagai berikut:
1. Penyakit flu burung merupakan penyakit yang di sebabkan oleh virus
influenza A subtype H5N1.
2. Pasien perlu mengetahui gejala-gejala flu burung.
3. Cara penularan flu burung ada 2 yaitu dengan cara lansung dan dengan cara
tidak langsung.
4. Pencegahan flu burung pada hewan dapat di lakukan dengan 3 cara yaitu
dengan peningkatan biosekuriti, pemberian vaksinisasi, dan depopulasi serta
stamping out.
5. Jenis obat penanggulangan infeksi flu burung ada 2 yaitu amantadine atau
rimantadine dan neurimidase.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas,penulis mempunyai beberapa saran di


antaranya yaitu:
1. Agar para pembaca dapat mengetahui lebih dalam tentang penyakit flu
burung.
2. Lebih baik mencegah dari pada mengobati dan kesehatan lebih berharga dari
pada kekayaan.
3. Di harapkan manusia bisa mensyukuri nikmat yang telah di berikan Allah
SWT yang berupa kesehatan dan keselamatan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Roni Fadilah. ( 2013 ) Mencegah Dan Menegndalikan Flu Burung Pada Itik Dan
Ayam, Jakarta Agromedia.

Yuliarti,Nurheti. (2006 ).Menyingkap Rahasia Penyakit Flu Burung.Yogyakarta:Andi

Admin. (2009 ). Penyakit Flu Burung ,(Online),(http://fluburung.org/pengobatan-flu-


burung.asp/,diakses 30 maret 2016)

15

Anda mungkin juga menyukai