Anda di halaman 1dari 3

Aku Bukan Penghianat

“ Teganya kau menghianatiku, sayang “ , Rintih perempuan itu menciptakan kepiluan. Seraut
wajah yang tak mampu menyembunyikan kepedihan dan luka di hati. Raungan kendaraan dan hiruk
pikuk jalanan tak bisa menghilangkan kehampaan dan kesendiriannya. Betapa ingin ia menjerit namun
yang keluar dari mulutnya hanya serupa desisan .

“ Kita kemana , bu Risna ?”, Tanya lelaki paruh baya sambil memegang kemudi mobil jazz merah
itu. “ Eee... lurus saja “, Jawabnya tergagap. Lelaki itu menggaruk kepala kebingungan, karena itu
adalah jawaban sama dari pertanyaan yang sama untuk kelima kalinya setelah keluar dari gedung SMA
tadi. Ada rasa iba timbul di hati sopir itu, Sebab selama sepuluh tahun bekerja di ibu Risna, baru kali ini
dia melihat majikannya begitu sedih dan terluka persisnya satu jam setelah keluar dari sekolah itu. Ibu
Risna yang dikenal selama ini adalah perempuan yang cerdas, ceria, rendah hati dan ibu yang baik bagi
anaknya. Sukses dalam karir dan parasnya yang cantik membuat hidupnya nyaris sempurna.

“ Berhenti di sini… , Pak Taufik “, lirihnya nyaris tak terdengar. Pak Taufik sang sopir spontan
menghentikan laju kendaraan persis di depan sebuah gedung yang tak lain merupakan Rumah Tahanan.
Ia bergegas membuka pintu mobil sambil menyimpan tanya dalam hati. Bu Risna turun dari mobil dan
menyeret langkah , tertatih menuju koridor paling paling ujung tempat penjenguk penghuni rutan
mendaftar. “ Mau jenguk siapa, Bu ?” tanya seorang sipir. “ Rasya Adi Putra , “ Jawabnya singkat.

“ Baiklah ,Bu…, ibu tunggu di sini, akan saya panggilkan, “ ujar pria itu sambil berlalu. Sepuluh menit
kemudian Sipir itu muncul bersama seorang pemuda bertubuh tinggi, kulit putih dan berwajah tampan.
Tubuh Ibu Risna bergetar nyaris menggigil melihat kemunculan pemuda itu. Isaknya makin terdengar.

“ Kamu tega, nak …, Kenapa harus kamu, nak… “ desis Bu Risna sambil mengambil tempat
duduk. Pemuda yang bernama Rasya juga ikut duduk di depannya sambil menunduk tak sanggup
menatap perempuan cantik di depannya. “ Maafkan Rasya , bu …” Tangis pemuda itupun pecah seraya
meraih dan mencium tangan ibunya. Ibu Risna tenggelam dalam sedu sedannya. “ Ibu tidak mengerti
kenapa kau menghianati ibu , sayang… “. Selama ini ibu berusaha menjadi ibu yang baik buat mu, …”.
Apa kurangnya ibu , nak “ . Maafkan Rasya , bu, … Rasya tidak salah,… Rasya dijebak. “ Ibu harus percaya
sama Rasya,.. bahwa Rasya masih tetap anak ibu, “. Tapi bagaimana bisa kau di jebak, Polisi
menemukanmu dalam posisi memegang botol minuman dan bungkusan shabu itu “. “ Selama ini ibu
sangat bangga padamu, karena selalu mempersembahkan prestasi yang baik di sekolahmu, tapi kenapa
malam perayaan ulang tahun sekolahmu justru menghancurkanmu , nak…” Dunia ibu seakan berakhir
mendengar khabar kau di tahan karena kedapatan mabuk di sekolah.

“ Sungguh bu,… demi Allah, Rasya tidak melakukan seperti yang dituduhkan. Malam itu Rasya ke
kantin sekolah untuk membeli minuman coca cola. Sekembalinya Rasya dari kantin , Rasya melihat
teman – teman Rasya sedang berkumpul di dalam kelas. Raya mengira mereka sedang merapatkan
sesuatu terkait dengan kegiatan malam itu. Tapi ternyata mereka sedang minum alkohol . Rasya hendak
keluar ketika seorang teman Rasya yang bernama prass menghalangi Rasya dan memaksa Rasya
memegang botol minuman dan sebuah bungkusan. Rasya terlambat menyadari ketika polisi datang dan
menahan kami semua,…”

“ Bagaimana ibu bisa mempercayaimu, nak ?” lirih ibu Risna. “ Ibu adalah orang yang paling
mengenal Rasya, seharusnya kepercayaan ibu tidak goyah terhadapku. Jangankan minuman keras
minum kopi saja Rasya tidak bisa , Ibu kan tahu itu”. Seminggu lagi Rasya akan menjalani tes urine. Itu
akan membuktikan kalau Rasya tidak bersalah “.

“ Baiklah nak,… ibu percaya padamu. Besok ibu akan datang lagi menjengukmu sambil
membawa pengacara”. Ujar bu Risna dengan mata berbinar. Ia segera berdiri seraya memeluk anaknya
dengan erat. Kekalutan dan kekusutan hatinya kini telah terurai setelah mendengar penjelasannya
anaknya

Seminggu kemudian Ibu dan seorang pemuda yang tak lain adalah anaknya berjalan
bergandengan keluar dari Rumah tahanan.Dari tes urine yang dilakukan ternyata hasilnya negatif
sekaligus membuktikan bahwa Rasya tidak bersalah.

“ Kita kemana , bu ?” tanya pak Taufik sang sopir seraya membukakan pintu mobil. “ Ke
Restoran , Pak.. Hari ini saya akan traktir bapak “. Jawabnya sumringah. Pak taufik tertawa girang
sekaligus bersyukur karena keceriaan majikannya telah kembali.

T A M A T

Pesan Moral : Dalam Bergaul Hendaklah dengan orang orang yang baik karena itu akan turut
membuat kiata menjadi baik.

Anda mungkin juga menyukai