Anda di halaman 1dari 16

Asha Story Cut

7 DAYS WITH
ZAEN ASHTON
The Other Side of The Cold Prince
Universe
Senja di hari Jumat

Di sore hari yang masih terik, Asha sedang


menunggu Richard. Melihat raut wajahnya yang
sudah cukup lelah itu membuatnya terlihat ingin
menerkam seseorang, ditambah lagi ia sudah
menunggu sekitar dua puluh menit.

Saat dirinya ingin menyerah dan masuk kembali


kedalam gedung sekolah, tiba-tiba suara mesin
mobil yang familiar terdengar. “Huh… Giliran mau
masuk, baru dateng.” Keluhnya.

Richard pun memarkirkan mobilnya dan keluar


untuk menghampiri gadis mungilnya yang sudah
badmood tersebut.

“Sorry sweetie pie… Dad kejebak macet tadi.”


Alasannya.

Tanpa berlama-lama lagi, Asha pun masuk kedalam


mobil dan langsung bersandar utntuk melepaskan
lelahnya. “Dad… Kalo kaya gini terus, Asha mau
dicariin supir pribadi aja. Biar ga ngerepotin dad
juga nantinya.” Ujar gadis tersebut.

Richard sebenarnya sudah merencanakan hal


tersebut, melihat seringkali ia terlambat menjemput
anak kesayangannya itu, terlebih lagi untuk 7 hari
kedepan nanti dirinya tidak bisa mengantar jemput
Asha.

Dapat dikatakan karena tuntutan pekerjaan yang


terpaksa membuatnya harus pergi keluar kota
selama seminggu nanti.

“Kamu bisa baca pikiran dad ya? Dad juga


berpikiran gitu.” Ujar Richard.

“Really?? Hmm… Kalo begitu, dad coba tanya-


tanya temen dad, ada yang punya kenalan supir ga
gitu. Kalau bisa cari 3 calon, dan nanti Asha pilih
satu yang cocok sama Asha.” Ujar gadis tersebut
dengan polos.
Richard yang mendengarnya sedikit tertawa,
pikirnya seperti mau dicarikan jodoh. “Hahaha…
kok jadi kaya looking for a date gitu.”

“Ga gitu dad maksud Asha.” Ujar nya dengan


ekspresi denial.

“Iya-iya dad paham.” Sambungnya seraya mengelus


rambut Asha dengan lembut, lalu turun ke pipi nya
dan mencubit pelan pipi yang chubby tersebut.

Richard pun menjelaskan lebih detail tentang


rencana ia akan pergi selama seminggu ke luar kota.
Asha yang mendengarnya hanya bisa mengiyakan,
karena hal tersebut tidak bisa ia tolak.

“Jadi??” Tanya Richard.

“Iya-iya Asha paham, ini buat kebaikan Asha juga


kan.” Ujarnya.

“Good girl! Thank you, sweetie pie.”


/ᐠ。ˬ。ᐟ\

Pagi yang indah di hari Sabtu

Keesokan harinya Richard mengajak salah satu


calon supir yang akan menemani Asha hari ini pergi.
Hari ini Asha berniat membeli novel di Gramedia,
dan dilanjut ke sebuah pameran di Jakarta Barat.

“Morning sweetheart, kenalin ini pak Syarif salah


satu calon supir yang akan menemani kamu pergi
hari ini.” Ujarnya.

“Pagi nona, perkenalkan saya Syarif Abdullah. Saya


akan sangat senang jika bisa membantu nona.”
Ujarnya seraya tersenyum lebar.

Asha yang melihatnya sangat ramah tersebut cukup


menyukainya, “Selamat pagi pak Syarif, mohon
bantuannya ya.” Jawabnya membalas senyuman pak
Syarif.
“Pak Syarif apakah sudah sarapan? Jika belum akan
disiapkan sarapan untuk bapak.” Ujar Richard.

“Gak usah repot-repot tuan, saya sudah sarapan tadi


sebelum kesini.” Ujarnya ramah.

Untuk calon supir yang pertama ini adalah laki-laki


berusia 55 tahun yang sudah memiliki keluarga kecil
dengan 3 buah hati. Ujar beberapa teman Richard,
beliau terkenal sangat ramah dan sopan.

Hal tersebut langsung terbukti saat bertemu


dengannya langsung, mungkin faktor usia dan
family man membuat pak Syarif menjadi orang yang
bertata krama baik.

“Okay, Asha boleh siap-siap ya sayang. Untuk pak


Syarif boleh ikut saya untuk melihat mobil yang
akan dipakai.” Ujar Richard.

“Siap tuan.”
Saat Asha sedang bersiap-siap Richard pun
mendatanginya. “Baby… Dad masuk ya.”

“Iya dad…”

“Gimana sayang? Pak Syarif ramah kan, beliau buat


kamu kurang nyaman ga?” Tanya Richard seraya
duduk di ranjang Asha.

Asha yang sebelumnya sedang di depan kaca rias


jadi duduk disebelah Richard. “Ramah kok dad,
Asha juga ga merasa worried deket beliau.”
Ujarnya.

“Okay… tinggal gimana beliau bawa mobilnya


nanti.” Ujar Richard.

Setelah siap Asha pun berpamitan dengan Richard.


Sebelum berangkat, Richard pun berpesan dengan
pak Syarif untuk santai saja membawa mobilnya.

(*^-^*)
“Pertama mau kemana non?” Tanya pak Syarif.

“Ke Gramedia pak, yang di Matraman tau kan ya


pak?” Tanya Asha balik.

“Saya kurang tau kalo dari sini non, baru pertama


kali soalnya.” Ujarnya.

“Oke gapapa pak, bisa pakai google maps nanti.”


Ujar Asha.

Akhirnya mereka pun berangkat, setelah keluar


komplek pak Syarif masih tau arahnya, namun saat
sudah memasuki lampu merah dengan banyak arah
pak Syarif mulai kebingungan untuk melewati jalur
yang mana.

Saat memakai google maps juga beliau kurang


paham, yang pada akhirnya mereka sedikit menyasar
memasuki jalur satu arah. Pada akhirnya beliau
meminggirkan mobilnya dan berhenti.
“Non maaf banget kayaknya nyasar, saya kurang
mengerti kalau mengikuti google maps itu.”
Ujarnya.

“Haduh… Saya juga kurang bisa pak baca maps.


Yaudah gapapa pak nanti ikutin saja dulu kalau
sudah keluar dari jalur satu arah kita bisa tanya
orang.” Ujar Asha tidak menyalahkan pak Syarif.

Setelah akhirnya keluar dari satu jalur, pak syarif


pun menanyakan kepada perkumpulan Go-Peng
yang sedang mangkal di pinggir trotoar.

Setelah bertanya akhirnya beliau paham, dan kurang


dari tiga puluh menit mereka pun sampai di
Gramedia.

“Pak Syarif tunggu aja disini ya, saya ga lama kok.”


Ujar Asha.

Pak Syarif pun menunggu di parkiran seraya


memakan bekal soti yang diberikan oleh Richard
tadi. Setelah kurang lebih dua puluh menit Asha pun
selesai dan menghampiri pak Syarif.

Untuk kegiatan berikutnya Asha akan pergi ke


sebuah pameran yang lumayan jauh dari Gramedia
tersebut, dan benar saja mereka pun nyasar lagi.
Lagi-lagi karena pak Syarif tidak mengerti google
maps tersebut.

Asha sempat bingung mengapa ayahnya


direkomendasikan beliau, karena ternyata beliau
tidak bisa membaca google maps.

“Non maafin saya ya, jadinya nyasar lagi.” Ujar pak


Syarif

Asha tidak tega memarahinya, karena ia juga


memaklumi pak Syarif yang memang sudah
berumur.

“Gapapa pak, kita jadi jalan-jalan, hehehe.” Ujar


Asha seraya tersenyum.
Akhirnya mereka pun tiba di tempat tujuan. Pak
Syarif pun menunggu di kantin, dan mengobrol
dengan salah satu pemilik ruko makanan disitu.

Setelah selesai, pak Syarif pun diberikan oleh-oleh


berupa 5 gantungan kunci oleh Asha. Asha berpesan
gantungan kunci itu untuk anak dan istri pak Syarif,
dan ia juga bilang itu hadiah kecil-kecilan dari nya.

Mereka pun akhirnya pulang, anehnya pak Syarif


langsung tahu arah jalan pulang tanpa menggunakan
google maps. Entah-entah beliau ini ingatannya
cukup kuat, jadi untuk arah pulang ini mereka tidak
lagi menyasar.

Setelah sampai rumah Asha pun mengucapkan


terimaksih dan berpamitan dengan pak Syarif.
“Terimakasih ya pak untuk hari ini sudah membantu
saya.” Ujarnya seraya tersenyum.

“Saya juga berterima kasih sama non Asha, maaf


jika saya merepotkan non Asha atau menyusahkan
non. Saya gapapa kalo ga dipilih non untuk jadi
supir non, karena saya paham akan kekurangan saya.
Tapi untuk hari ini saya cukup senang bisa
membantu non Asha.” Ujarnya jujur seraya
tersnyum tulus.

Asha pun mengatakan bahwa pak Syarif sudah


membantunya dengan baik, dan berharap hubungan
mereka tidak berakhir begitu saja. Terlebih lagi
Richard juga mengucapkan agar pak syarif tidak
sungkan jika ingin meminta tolong kepadanya.

Perpisahan mereka cukup dramatis dan


mengharukan, pak Syarif yang sangat ramah dan
santun tersebut dengan Richard dan Asha yang baik
hati membuat hubungan mereka semakin hangat.

Malam harinya

“Ada kejadian apa tadi sayang sampe pak Syarif jadi


ga percaya diri seperti itu?” Tanya Richard.
“Pak Syarif ternyata gabisa baca google maps dad.”
Jawab Asha.

Richard pun langsung paham mengapa anak


kesayangannya tersebut jadi ragu dengan pak Syarif.
Ia pun memutuskan untuk memanggil calon nya
yang kedua esok hari.

( ̄o ̄) . z Z

Hari Minggu yang cerah

Asha sudah bersama calon supir keduanya sekarang,


ia berniat untuk pergi ke mall membeli skincare.
Saat diperjalanan, supir tersebut mengajak Asha
mengobrol.

“Asha right? Btw how old are you?” Tanya nya.

Asha cukup kaget dengan pertanyaan itu, terlebih


lagi nada bicaranya cukup creepy menurut Asha.

“Eighteen”. Jawab Asha.


“Hmm… you look kinda hot for your age.” Ujarnya.

“Pardon?” Gumam Asha cukup kaget.

“Hahaha. No offense nona.” Ujar nya.

Untuk supir kali ini yaitu laki-laki berusia 25 tahun


yang dimana ia merupakan mahasiswa disalah satu
universitas. Dari caranya mengobrol dengan Asha
dapat dipastikan laki-laki ini termasuk laki-laki
redflag.

“Sorry, bisa fokus nyetir aja ga mas?” Tanya Asha.

“Hahaha, Okay…”

Akhirnya cukup hening sebentar, namun tidak lama


laki-laki tersebut mulai berbicara lagi.

“Owh iya kita belum kenalan secara resmi tadi. Gue


Revan.” Ujarnya.

“Okay…” Jawab Asha singkat.


“I like your name, it’s pretty cute tho.” Sambungnya.

“Thanks i guess…” Ujar Asha sudah malas


menanggapi.

Dalam hati Asha ia sudah tidak tahan lagi


mendengar ocehan Revan tersebut, menurutnya ini
sangat berbanding terbalik dari pak Syarif kemarin.
Walau sekarang ini Revan ahli dalam membaca
google maps, ia tetap tidak suka dengan personality
nya.

“Biasanya kalo weekend gini emang suka jalan ya?”


Tanyanya lagi.

“Not really. Kalo lagi mood aja.” Jawab Asha.

“Kalo liat dari jawabannya berarti belum punya


pacar, right?” Sambungnya.

Asha yang mendengarnya sudah cukup kesal,


untungnya mall tujuannya sudah berada di depan ia
pun langsung mengalihkan pembicaraan.
“Sorry, nanti turunin aku di pintu masuk aja ya.”
Ujar Asha langsung membereskan tasnya.

“Dan buat mas nya gausah nunggu. Karna aku


bakalan lama disini.” Ujarnya lalu menutup pintu
dan bergegas pergi.

“O-okay… Mrs…”

(•ˋ _ ˊ•)

Anda mungkin juga menyukai