Daun Senna
Daun Senna
Tujuan Praktikum
Mampu melakukan pemurnian antrakuinon dalam fraksi eter ekstrak metanol
daun senna (Cassia acutifolia L.)
Mampu melakukan pembuatan lempeng lapis tipis preparatif.
Mampu melakukan identifikasi antrakuinon hasil isolasi dengan Uji
Borntrager, Kromatografi Lapis Tipis, serta penentuan spektra ultraviolet.
1
II. 3. Skema pembuatan lempeng lapis tipis preparatif
dituang
Lempeng + Suspensi
2
II. 4. Skema identifikasi antrakuinon
dilarutkan
dieluasi
Vial
3
Vial
-diambil sedikit nodanya
-dilarutkan dalam benzena
dikocok
Lapisan ammonia warna merah
(+antrakuinon)
Penentuan spektra UV
Uji KLT
Sampel
Kromatogram
4
III. Hasil dan Pembahasan
1. Perhitungan Rf Antrakuinon Kromatografi Lapis Tipis Preparatif
Lempeng I
Rf Pita I = 12,3 / 15,3 = 0,80
Rf Pita II = 14,2 / 15,3 = 0,93
Pita II
Pita I
Pita II
Pita I
5
Lempeng II
Rf Pita I = 12,4 / 15,1 = 0,82
Rf Pita II = 14,1 / 15,1 = 0,93
Pita II
Pita I
Pita II
Pita I
6
Lempeng III
Rf Pita I = 8,7 / 13,3 = 0,65
Rf Pita II = 11,8 / 13,3 = 0,88
Pita II
Pita I
Pita II
Pita I
7
Lempeng IV
Rf Pita I = 8,7 / 13,5 = 0,64
Rf Pita II = 11,8 / 13,5 = 0,87
Pita II
Pita I
Pita II
Pita I
8
2. Perhitungan Rf Antrakuinon hasil Kromatografi Lapis Tipis
Romawi I dan II menunjukkan noda
Huruf a dan b menunjukkan lempeng
I a = noda 1 pada lempeng 1 dan 2
I b = noda 1 pada lempeng 3 dan 4
II a = noda 2 pada lempeng 1 dan 2
II b = noda 2 pada lempeng 3 dan 4 II a II b
Ia Ib
Noda I a
Rf = 6 / 7,9 = 0,76
Noda I b
Rf = 6 / 7,9 = 0,76
Noda II a
Rf = 7,2 / 7,9 = 0,91
Noda II b
Rf = 7,2 / 7,9 = 0,91
3. Uji Borntrager
Ia II a Ib II b
9
4. Penentuan Spektra Ultraviolet
Sampel I a
Sampel I a + NaOH
Sampel I b
10
Sampel I b + NaOH
Sampel II a
Sampel II a + NaOH
11
Sampel II b
Sampel II b + NaOH
12
PEMBAHASAN
Kuinon adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar seperti kromofor
pada benzokuinon, yang terdiri atas dua gugus karbonil yang berkonjugasi dengan dua
ikatan rangkap karbo-karbon. Untuk tujuan identifikasi kuinon dapat dibagi atas empat
kelompok yaitu : benzokuinon, naftokuinon, antrakuinon dan kuinon isoprenoid. Tiga
kelompok pertama biasanya terhidroksilasi dan bersifat fenol serta mungkin terdapat dalam
bentuk gabungan dengan gula sebagai glikosida atau dalam bentuk kuinol (Harborne,
1987).
Bentuk senyawa antrakuinon dalam tumbuhan masih rumit karena prazat aslinya
mudah terurai oleh enzim atau cara ekstraksi yang tidak sesuai, sehingga laporan mengenai
adanya antrakuinon bebas harus dipertimbangkan dengan hati-hati. Banyak antrakuinon
yang terdapat sebagai glikosida dengan bagian gula terikat dengan salah satu gugus
hidroksil fenolik (Robinson, 1995).
Salah satu metode pemisahan yang memerlukan pembiayaan paling murah dan
memakai peralatan paling dasar ialah kromatografi lapis tipis preparatif (KLTP). Pada
KLTP, cuplikan yang akan dipisahkan ditotolkan berupa pita dengan tidak merusak lapisan
penjerap. Pelat KLTP dapat dibuat sendiri atau dibeli dengan sudah terlapisi penjerap
(biasanya disebut pelat siap pakai atau pelat pra lapis). Ukuran pelat biasanya 20 x 20 cm
atau 20 x 40 cm.
13
kedudukannya telah diketahui dikerok dari plat kemudian dilarutkan dengan pelarut polar
(sekitar 5 ml pelarut untuk 1 g penjerap) (Hostettmann, dkk., 1995; Adnan, 1997).
Pada praktikum yang telah praktikan lakukan, karena lempeng satu dan lempeng
dua memberikan nilai Rf yang mirip pada pita nomor satu, maka pita satu dari lempeng
satu dan pita satu dari lempeng dua digabung, lalu dimasukkan ke dalam vial yang sama.
Hal yang sama dilakukan untuk pita nomor dua dari lempeng satu dan lempeng dua.
Sedangkan untuk lempeng nomor tiga dan empat, memiliki nilai Rf yang berbeda dengan
lempeng nomor satu dan dua. Pita nomor satu dari lempeng tiga dan lempeng empat
memberikan hasil Rf yang mirip, sehingga pita satu dapat dikerok dan digabung ke dalam
vial yang sama. Hal yang sama dilakukan untuk pita nomor dua dari lempeng tiga dan
lempeng empat.
Isolat yang didapat dari hasil KLTP diidentifikasi dan dilakukan uji borntrager.
Isolat dilarutkan dalam benzena kemudian ditambahkan dengan larutan ammonia lalu
dikocok. Lapisan ammonia akan menunjukkan warna merah dimana antrakuinon yang
ditambah dengan basa akan memberikan warna merah karena memiliki gugus hidroksi
benzene (fenolik). Identifikasi dilanjutkan dengan melakukan KLT, digunakan eluen yang
sama dengan eluen untuk KLTP yaitu n-propanol : etil asetat : air (40 : 40 : 30). Setelah
noda ditotol pada lempeng KLT, noda diamati pada UV λ 254 nm. Jika senyawa yang
diteliti mengandung ikatan rangkap terkonjugasi atau cincin aromatik, noda akan tampak
14
gelap dengan latar belakang bersinar pada UV λ 254 nm. Pada UV 365 nm (diamati setelah
lempeng dieluasi), noda yang sama akan tampak berpendar.
Lempeng KLT yang telah diamati pada UV λ 254 nm dilakukan eluasi dengan
eluen yang sudah disiapkan. Kromatogram hasil eluasi disemprot dengan penampak noda
KOH 5% dalam metanol, lalu noda diamati di bawah sinar UV λ 365 nm. Noda tidak
teramati dengan jelas di bawah sinar UV λ 365 nm tetapi memberikan noda berwarna
merah setelah disemprot dengan KOH. Hal ini berarti isolat positif mengandung
antrakuinon.
Berdasarkan data yang didapat dari spektrofotometer uv-vis, dapat dilihat terjadi
pergeseran merah / efek batokromik (pergeseran pita serapan ke panjang gelombang yang
lebih besar) setelah penambahan NaOH. Hal ini dapat terjadi karena antrakuinon dan
turunannya dapat memiliki gugus kromofor seperti C = C, karbonil dan benzena yang
mengabsorpsi pada λ 220 – 350 nm dan gugus –OH, –OR, –NH2, dan –NR2, yang
mengabsorpsi pada λ mendekati 400 nm sehingga λ yang didapatkan berkisar antara
rentang tersebut.
15
KESIMPULAN
Fraksi eter ekstrak metanol daun senna (Cassia acutifolia L.) positif mengandung
antrakuinon berdasarkan uji borntrager, KLT, dan penentuan spektra UV.
Penambahan NaOH pada isolat yang diamati pada spektrofotometer memberikan
efek batokromik pada serapan spektrum uv.
Antrakuinon dapat bereaksi dengan penambahan basa dan menghasilkan warna
merah (uji borntrager).
Antrakuinon yang didapat dari fraksi eter ekstrak metanol daun senna (Cassia
acutifolia L.) belum murni.
DAFTAR PUSTAKA
Septyaningsih, Dyah. 2010. Isolasi dan Identifikasi Komponen Utama Ekstrak Biji Buah
Merah (Pandanus conoideus Lamk.). Fakultas Matematika dan IPA, Universitas Sebelas
Maret.
16