Anda di halaman 1dari 61

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR RESIKO KEJADIAN CARPAL TUNNEL

SYNDROME PADA PEKERJA KERIPIK DI KAWASAN SENTRA


KERIPIK BANDARLAMPUNG

Oleh

GITA DEWITA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar


SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015
ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR RESIKO TERHADAP ANGKA KEJADIAN


CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEKERJA KERIPIK DI KAWASAN
BANDARLAMPUNG

Oleh

GITA DEWITA

Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan penyakit yang berhubungan dengan


pekerjaan (Work related Musculosceletal Disorders). Prevalensi tertinggi diamati
dibidang manufaktur, konstruksi, industri pelayanan pribadi, dan di sektor
perdagangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan usia, jenis
kelamin, lama kerja, masa kerja, dan IMT terkait angka kejadian CTS dan faktor yang
paling berhubungan pada CTS terhadap produsen keripik di Kawasan Sentra Keripik
Bandar Lampung.
Penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian ini
dilaksanakan di Kawasan Sentra Industri Keripik Pisang Kota Bandar Lampung di
Jalan Pagar Alam No.1, Kelurahan Segalamider, Kecamatan Kedaton, Kota Bandar
Lampung pada bulan Oktober – November 2014. Sampel terdiri dari seluruh pekerja
produksi keripik di Kawasan Sentra Keripik Bandarlampung sebanyak 57 pekerja
yang diambil secara total sampling dan kemudian dianalisis secara statistik
menggunakan uji chi-square dan regresi logistik.
Uji statistic menunjukkan sebanyak 27 responden (47,4%) mengalami Carpal Tunnel
Syndrome (CTS). IMT, usia, masa kerja, dan lama kerja mempunyai hubungan
bermakna dengan kejadian CTS sedangkan jenis kelamin tidak memiliki hubungan
yang bermakna.
Kesimpulan penelitian ini adalah IMT merupakan faktor resiko yang paling
berpengaruh terhadap kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada pekerja keripik
di Kawasan Sentra Keripik Bandarlampung dengan OR=0,33.

Kata kunci : carpal tunnel syndrome, IMT, masa kerja, lama kerja, usia
ABSTRACT

RISK FACTORS ANALYSIS OF CARPAL TUNNEL SYNDROME ON CHIPS


WORKERS IN CHIPS INDUSTRY CENTER OF BANDARLAMPUNG

by

GITA DEWITA

Carpal Tunnel Syndrome (CTS) is a work related disease (Work related


Musculosceletal Disorders) and also called Cumulative Trauma Disorder (CTD). The
highest prevalence was observed in manufacturers, construction, personal services
industry, and in the trade sector. The purpose of this study was to determine the
relation of age , gender, work duration, work periode, and BMI related to incidence of
CTS and to determine the factors which is most associated with CTS on chips
manufacturers in Bandarlampung’s Center Chips.
Method of this research is analytic survey with cross-sectional approach. The
research took place in Chips Industry Center of Bandar Lampung in Pagar Alam
Road 1, Village Segalamider, Kedaton, Bandar Lampung on October-November
2014. The population used all workers in the Chips Industry Center in Bandar
Lampung, 57 workers. The sampling method used total sampling. The statistical
analysis used chi-square and regretion logistic test.
The results of this study are total of 27 respondents (47.4%) who complained of the
Carpal Tunnel Syndrome (CTS). There is a significant relation between BMI, age of
respondent, work duration and work periode, while gender does not have significant
relation.
The conclusion of this study is IMT as a risk factor that most influence on the
incidence of Carpal Tunnel Syndrome (CTS) on chips working in the Chips Center
Industry Bandarlampung with OR=0,33.

Keywords: carpal tunnel syndrome, BMI, work duration, work periode, age.
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Metro pada tanggal 28 Juni 1993, sebagai anak tunggal.

Ayah bernama Suhiryanto dan Ibu bernama Mariana. Penulis bertempat tinggal di

RT 013 RW 004 kelurahan Tejo Agung Kecamatan Metro Timur, Kota Madya

Metro.

Penulis mengenyam Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) di TK Pertiwi Metro.

Penulis mengenyam pendidikan TK selama satu tahun, yaitu pada tahun 1998-

1999. Kemudian pada tahun 1999 melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar

Pertiwi Teladan Kota Metro hingga tahun 2005.

Pada tahun 2005 penulis melanjutkan sekolah di Sekolah Menengah Pertama

Negeri 1 Kota Metro (SMPN 1 Kota Metro) hingga tahun 2008.

Pada tahun 2008 penulis melanjutkan sekolah pada Sekolah Menengah Atas

Negeri 1 Kota Metro hingga tahun 2011. Selama melanjutkan sekolah di jenjang

SMA penulis berhasil menjadi juara 1 Olimpiade UUD RI 1945 Nasional. Pada

tahun 2009-2010, penulis menjadi anggota tetap Rohani Islam (Rohis) SMAN 1

Kota Metro.

Pada tahun 2011, atas rahmat Allah SWT dan doa orang tua, penulis melanjutkan

pendidikan ke Program Studi Pendidikan Dokter (PSPD) Fakultas Kedokteran


Universitas Lampung. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah aktif di

organisasi FSI Ibnu Sina sebagai anggota bidang humas Forum Studi Ibnu Sina

(FSI Ibnu Sina) FK Universitas Lampung tahun 2012/2013.


If you can’t fly, then run. If you can’t run, then walk.
If you can’t walk, then crawl. But whatever you do, you
have to keep moving forward (Martin Luther King Jr.)

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada


kemudahan ( Al-INsyirah: 6)

This world is like a shadow: run after it and you will never
be able to catch it; turn your back against it and it has no
choice but to follow you (Ibn Al-Qayyim)
SANWACANA

Alhamdulillah,segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena

berkat rahmat dan karunia-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul “Analisis Hubungan Faktor – Faktor Resiko Terhadap

Angka Kejadian Carpal Tunnel Syndrome Pada Pekerja Keripik

Bandarlampung” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana Kedokteran di Universitas Lampung .

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto,M.S selakuRektorUniversitas

Lampung;

2. Bapak Dr. Sutyarso, M.Biomed.selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung;

3. dr. Fitria Saftarina, M. Sc, DK selaku Pembimbing Utama dan Pembimbing

Akademik atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan,ilmu, motivasi,

saran, dan kritik selama menjalani perkuliahan dan dalam proses penyelesaian

skripsi ini;
4. dr. Ety Apriliana, M.Biomed selaku Pembimbing Kedua atas kesediaannya

untuk memberikan bimbingan,ilmu, motivasi, saran, dan kritik dalam proses

penyelesaian skripsi ini;

5. dr.Khairunisa Berawi, M.Kes, AIFOselaku Penguji Utama pada ujian

skripsi;terimakasih atas masukan dan saran-saran dalam proses penyelesaian

skripsi ini;

6. dr. AgustyasTjiptaningrum, Sp. PK, dr. PutuRistimayang, Sp. PK, danmbak

Novi Nurhayati, AK

terimakasihatasbimbingannyaselamamenjadiasistendosenPatologiKlinik;

7. Seluruh staf pengajardanadministratif di Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung, terimakasihatasilmudanbantuanyang telahdiberikan;

8. Yang tercinta Bapak, Suhiryanto, SE dan Ibu, Mariana,B.Sc terima kasihatas

kasih sayang, doa yang tulus,perjuangan yang luarbiasa, kesabaran,

motivasidandukungan yang tiadahentiuntukselalumemberikan yang

terbaikdanmempercayakanbuahhatinyainiuntukmendapatkanpendidikan yang

setinggi-tingginya. InisemuakupersembahkanhanyauntukBapakdanIbu;

9. Untuk keluarga besarkuterimakasihatas doa, harapan, dan motivasinya;

10. Guru-guruku di TK Pertiwi Metro, SD Pertiwi Teladan Metro,SMPN 1 Kota

Metro,danSMAN 1 Kota Metroyang telah membimbingku;

11. Keluarga besar Bapak Effendi dan Ibu Murtijah

sertamasyarakatDesaSukarajaKecamatanRajabasaLampung

Selatan,terimakasih atas segala doa,dukungan, bantuan dan motivasinya

selama menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN)TematikUnila 2014;


12. Sahabat dan saudaraku senasib seperjuanganJihan dan Gusti Ayu terima kasih

atas kebersamaan selama menjalani perjuangan panjang ini dengan tangis,

canda, dan tawa.

13. Sahabat dan saudaraku Siska, Dewi, Ica, Alin, Deby, Tiya, Atifah terima

kasih atas kebersamaan danmotivasiyang tiada henti;

14. Teman-temanku rifka, ega, neola, muflikhaterima kasih atas bantuan,

motivasi, tawa, dan canda yang mengiringi;

15. Teman-teman seperjuangan KKN SukarajaFitri, mbak Dinda, Dyah, Ema,

abang Galih, Felix, abang Erwin, Genta terima kasih atas kebersamaan,

kebahagiaan, pelajaran dan bantuan selama 40 hari saat KKN;

16. Rekan – rekan Asdos Patologi Klinik, bela, diah, nurul, novita, sakinah, ario,

gusti indra, terima kasih atas bantuan dan kerja samanya selama menjabat;

17. Rekan – rekan angkatan 2011, sertaseluruhangkatan 2002-2010 yangtak

bisadisebutkansatu per satu, terimakasih atas kebersamaan, motivasi, dan

kerja samanya selama ini;

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, Januari 2015

Penulis,

Gita Dewita
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................... i

DAFTAR TABEL ....................................................................................... iii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... v

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1


1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................... 4
1.3.1. Tujuan Umum .................................................................... 4
1.3.2. Tujuan Khusus ................................................................... 4
1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................... 5
1.5. Kerangka Pemikiran .................................................................... 6
1.5.1. Kerangka Teori .................................................................. 6
1.5.2. Kerangka Konsep ............................................................... 7
1.6. Hipotesis ....................................................................................... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Pergelangan .................................................................... 9


2.1.1. Fascia Telapak Tangan ....................................................... 9
2.1.2. Anatomi Nervus Medianus .................................................. 10
2.2. Carpal Tunnel Syndrome.................................................................. 13
2.2.1. Definisi................................. ............................. ................... 13
2.2.2. Epidemiologi . ........................................................................ 13
2.2.3. Etiologi….............................................. ................................ 15
2.2.4. Patogenesis dan Patofisiologi.......................................... ....... 18
2.2.5. Manifestasi Klinis................... ............................................. 19
2.2.6. Diagnosa ……… ................................................................. 20
2.2.7. Tata Laksana ....................................................................... 24
2.2.8. Prognosa ............................................................................. 26
2.3. Usia dan Jenis Kelamin ................................................................. 27
2.4. Masa dan Lama Kerja ................................................................... 27
2.5. Indeks Massa Tubuh (IMT) ........................................................... 28
ii

2.6. Phalen Test .................................................................................. 29

III. METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian .................................................................. 30


3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 30
3.3. Populasi dan Sampel .................................................................... 30
3.4. Identifikasi Variabel .................................................................... 31
3.4.1. Variabel Bebas .................................................................. 31
3.4.2. Variabel Terikat ................................................................ 31
3.5. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 32
3.6. Definisi Operasional .................................................................... 32
3.7. Instrumen Penelitian .................................................................... 33
3.8. Cara Pengambilan Data ............................................................... 34
3.9. Alur Penelitian............................................................................. 35
3.10. Pengolahan dan Analisis data....................................................... 36
3.10.1. Pengolahan Data ............................................................. 36
3.10.2. Analisis Statistika ............................................................ 36
3.11. Etika Penelitian ... ....................................................................... 37

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Penelitian ........................................................ 38


4.2. Hasil
4.2.1. Analisis Univariat
a. usia responden.. ................................................................ 39
b. jenis kelamin .. ................................................................. 39
c. masa kerja.. ...................................................................... 40
d. lama kerja ........................................................................ 40
e. Indeks Massa Tubuh......................................................... 41
f. Kejadian CTS .................................................................. 41
4.2.2. Analisis Bivariat
a. Hubungan usia responden dengan kejadian CTS .............. 42
b. Hubungan jenis kelamin dengan kejadian CTS ............... 43
c. Hubungan masa kerja dengan kejadian CTS ..................... 44
d. Hubungan lama kerja dengan kejadian CTS .................... 45
e. Hubungan IMT dengan kejadian CTS .............................. 45
4.2.3. Analisis Multivariat
a. Regresi Logistik ............................................................... 46
4.3. Pembahasan
4.3.1. Analisis Univariat
a. usia responden ................................................................. 48
b. jenis kelamin ................................................................... 48
c. masa kerja ........................................................................ 49
d. lama kerja ........................................................................ 50
e. Indeks Massa Tubuh......................................................... 51
f. Kejadian CTS .................................................................. 51
4.3.2. Analisis Bivariat
iii

a. Hubungan usia responden dengan kejadian CTS .............. 52


b. Hubungan jenis kelamin dengan kejadian CTS ................ 53
c. Hubungan masa kerja dengan kejadian CTS .................... 54
d. Hubungan lama kerja dengan kejadian CTS .................... 55
e. Hubungan IMT dengan kejadian CTS............................... 56
4.3.3. Analisis Multivariat ............................................................. 58

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan ....................................................................................... 62


5.2. Saran ............................................................................................. 63

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 64

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Etiologi Carpal Tunnel Syndrome ............................................................. 17


3.1. Definisi Operasional .................................................................................. 32
4.1. Distribusi frekuensi usia ........................................................................... 39
4.2. Distribusi frekuensi jenis kelamin............................................................. 39
4.3. Distribusi frekuensi masa kerja ................................................................. 40
4.4. Distribusi frekuensi lama kerja ................................................................. 41
4.5. Distribusi frekuensi IMT .......................................................................... 41
4.6. Distribusi frekuensi kejadian CTS ............................................................. 42
4.7. Hubungan usia dengan kejadian CTS ....................................................... 43
4.8. Hubungan jenis kelamin dengan kejadian CTS ......................................... 44
4.9. Hubungan masa kerja dengan kejadian CTS ............................................. 45
4.10. Hubungan lama kerja dengan kejadian CTS ............................................. 46
4.11. Hubungan IMT dengan kejadian CTS ....................................................... 47
4.12. Analisis hubungan faktor resiko dengan kejadian CTS ............................. 49
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Ethical Clearance

Lampiran 2. Lembar Keterangan Penelitian

Lampiran 3. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 4. Kuesioner Seleksi Pendahuluan

Lampiran 5. Clinical Kuesioner Diagnosis CTS

Lampiran 6. Formulir A

Lampiran 7. Formulir B

Lampiran 8. Interpretasi Data

Lampiran 9. Foto Penelitian


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Teori ........................................................................................ 7


2. Kerangka Konsep ..................................................................................... 8
3. Anatomi pergelangan tangan... ............................................................. 10
4. Anatomi Nervus Medianus... .................................................................. 12
5. Phalen’s Test... ....................................................................................... 21
6. Tinel’s Test .......................................................................................... 22
7. Alur Penelitian ...................................................................................... 35
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor industri di masa globalisasi saat ini merupakan salah satu faktor

penting dari perekeonomian suatu negara. Baik sektor industri formal dan

informal dituntut untuk menghasilkan produk yang berkualitas dengan

jumlah banyak dan memiliki efisiensi waktu dan biaya guna bersaing

dalam kemajuan globalisasi. Oleh karena itu, banyak sektor industri yang

menerapkan suatu sistem kerja tetap bagi para pekerjanya, yaitu sistem

dimana setiap pekerja ditempatkan pada satu tugas yang dilakukan secara

berulang setiap harinya. Tuntutan sistem kerja seperti ini dapat

mempengaruhi kesehatan pekerja, antara lain menyebabkan gangguan

muskuloskeletal yang berhubungan dengan pekerjaan (Work related

Musculosceletal Disorders) atau disebut juga Cumulative Trauma

Disorder (CTD). Berbagai aktivitas yang banyak menggunakan tangan

dalam waktu yang lama sering dihubungkan dengan terjadinya Carpal

Tunnel Syndrome (CTS) (Purwanti, 2011).

CTS merupakan salah satu jenis CTD yang disebabkan karena

terjebaknya saraf medianus dalam terowongan karpal pada pergelangan


2

tangan. Nervus medianus yang ada di pergelangan tangan berjalan melalui

terowongan karpal dan menginervasi kulit telapak tangan dan punggung

tangan di daerah ibu jari, telunjuk, jari tengah dan setengah sisi radial jari

manis. Pada saat berjalan melalui terowongan inilah nervus medianus

paling sering mengalami tekanan yang menyebabkan terjadinya neuropati

tekanan yang dikenal dengan istilah Sindroma Terowongan Karpal (Jagga,

et al., 2011).

Angka kejadian CTS di Amerika Serikat telah diperkirakan mencapai

sekitar 1-3 kasus per 1.000 orang setiap tahunnya dengan prevalensi

sekitar 50 kasus dari 1.000 orang pada populasi umum (Joseph, et al.,

2012). National Health Interview Study (NIHS) memperkirakan bahwa

prevalensi CTS yang dilaporkan sendiri diantara populasi dewasa adalah

sebesar 1,55% (2,6 juta). CTS lebih sering mengenai wanita daripada pria

dengan usia berkisar 25-64 tahun, prevalensi tertinggi pada wanita usia

>55 tahun, biasanya antara 40-60 tahun. Prevalensi CTS dalam populasi

umum telah diperkirakan 5% untuk wanita dan 0,6% untuk laki-laki.

Sindroma tersebut unilateral pada 42% kasus (29% kanan, 13% kiri) dan

58% bilateral (Gorsche, 2001). Sedangkan untuk di Indonesia, angka

kejadian CTS sampai tahun 2001 masih sangat sulit diketahui dengan pasti

karena sedikitnya data yang masuk (Lusianawaty, dkk, 2004).

Sebuah studi oleh Yves Roouelaurs, et al (2008) memberikan informasi

tentang asosiasi pekerjaan dengan CTS. Prevalensi tertinggi diamati

dibidang manufaktur (42-93% untuk kedua jenis kelamin), konstruksi

(66% untuk pria), industri pelayanan pribadi (66% untuk perempuan) dan
3

di sektor perdagangan (49% untuk perempuan). Dalam sebuah penelitian

lain yang dilakukan oleh Joon Youn Kim, et al (2004) disimpulkan bahwa

frekuensi terjadinya CTS lebih tinggi pada pekerja industri. Beberapa

faktor seperti kegiatan berulang pada tangan secara berkepanjangan,

pengerahan tenaga berlebihan, postur yang canggung atau statis, getaran,

suhu ekstrim dan stres mekanik lokal menjadi beberapa etiologi yang

diusulkan (Jagga, et al., 2011).

Sektor informal industri pembuatan kripik merupakan salah satu sektor

industri utama perekonomian terutama bagi daerah Lampung. Bagian

produksi sebagai pembuat keripik merupakan faktor risiko terjadinya CTS

akibat adanya gerakan berulang pergelangan tangan seperti fleksi, ekstensi

dan pronasi serta posisi tubuh yang tidak berubah dalam waktu 2-4 jam

setiap hari kerja (Bahrudin, 2011).

Sektor industri keripik sendiri merupakan sektor yang sedang berkembang

di daerah Lampung. Terdapat beberapa faktor resiko sesuai dengan teori

yang disebutkan dalam beberapa tulisan yang dapat menyebabkan CTS.

Keadaan inilah yang menjadi dasar penulis untuk melakukan suatu

penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor – fator risiko

terkait angka kejadian CTS pada produsen keripik di Kawasan Sentra

Keripik Bandar Lampung.


4

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan


dalam penelitian ini yaitu :

1. Berapakah prevalensi kejadian Carpal Tunnel Syndrome(CTS) pada

produsen keripik di Sentra Keripik Bandarlampung?

2. Bagaimanakah hubungan faktor risiko IMT, jenis kelamin, usia, masa

kerja dan lama kerja dengan kejadian Carpal Tunnel Syndrome di

Sentra Keripik Bandarlampung ?

3. Faktor resiko manakah yang paling berperan dengan angka kejadian

Carpal Tunnel Syndrome di Sentra Keripik Bandarlampung?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor risiko yang berperan dalam kejadian Carpal

Tunnel Syndrome di Sentra Keripik Bandar Lampung.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui angka kejadian Carpal Tunnel Syndrome pada

produsen keripik di Kawasan Sentra Keripik Bandar Lampung.

2. Mengetahui hubungan IMT dengan kejadian Carpal Tunnel

Syndrome.
5

3. Mengetahui hubungan usia dengan kejadian Carpal Tunnel

Syndrome.

4. Mengetahui hubungan jenis kelamin dengan kejadian Carpal

Tunnel Syndrome.

5. Mengetahui hubungan masa kerja dengan kejadian Carpal Tunnel

Syndrome.

6. Mengetahui hubungan lama kerja dengan kejadian Carpal Tunnel

Syndrome.

7. Mengetahui faktor resiko yang paling berperan dalam kejadian

Carpal Tunnel Syndrome

1.4. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

a. Bagi peneliti, memperoleh pengetahuan tentang risiko kesehatan kerja

dan mampu menerapkan ilmu yang telah didapat tersebut.

b. Bagi masyarakat, sebagai masukan sehingga dapat mengambil

tindakan yang sesuai untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan

kerja.

c. Bagi institusi, untuk menambah kepustakaan dan sebagai bahan acuan

untuk melakukan penelitian selanjutnya.


6

1.5. Kerangka Pemikiran

1.5.1. Kerangka Teori

Carpal Tunnel Syndrome adalah neuropati tekanan pada saraf

medianus dalam terowongan karpal di pergelangan tangan. Dalam

sebuah studi dari Belanda, prevalensi kejadian CTS pada rentang

usia 25-74 tahun wanita dari populasi umum adalah 9,2% sedangkan

pada pria hanya berkisar 0,6% (Thomson JF, et al., 2008).

Lusianawaty dkk (2004) mengemukakan masa kerja sebelum

terjadinya CTS minimal berkisar antara 1-4 tahun dengan waktu

rata-rata 2 tahun. Suherman B, dkk (2012) mengemukakan proporsi

CTS lebih banyak ditemukan pada pekerja yang memiliki lama kerja

4-8 jam dibandingkan dengan pekerja yang memiliki waktu lama

kerja ≤4 jam per harinya (Suherman, dkk, 2012). Pekerja dengan

IMT minimal 25 lebih memungkinkan terkena CTS. American

Obessity Association menemukan bahwa 70% dari penderita obesitas

memiliki kelebihan berat badan. Setiap peningkatan nilai IMT 8%

resiko CTS meningkat (Bahrudin, 2011).


7

Faktor Pekerjaan:

1. Gerakan repetitif
2. Tekanan pada otot Penekana terhadap nervus
3. getaran medianus

Faktor Pejamu:
Keluhan : Parestesia, nyeri
1. Umur
2. Tingkat pendidikan malam hari, bengka,
kelemahan gerak jari
3. Jenis kelamin
4. IMT
5. Merokok
6. Olahraga
7. Lama kerja
8. Masa kerja Carpal Tunnel Syndrome
9. Kebiasaan lain

Gambar 5. Kerangka teori ( AAOS, 2008; Davis, 2005).

1.5.2. Kerangka Konsep

Berdasarkan teori yang telah dijabarkan di atas, maka kerangka

konsep dalam penelitian ini adalah :


8

Jenis kelamin

Usia

Carpal Tunnel
IMT Syndrome

Lama kerja

Masa kerja

Variabel Independent Variabel Dependent

Gambar 6. Kerangka konsep

1.6. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka dapat diturunkan suatu

hipotesis bahwa:

a. Terdapat hubungan antara IMT, usia, jenis kelamin, masa kerja dan

lama kerja pada kejadian Carpal Tunnel Syndrome di Kawasan

Sentra Keripik Bandarlampung.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Pergelangan Tangan

2.1.1. Fascia Telapak Tangan

Fascia telapak tangan adalah sinambung dengan fascia punggung

tangan ke arah proksimal sinambung dengan fascia lengan bawah.

Pada tonjolan – tonjolan thenar dan hypothenar fascia palmaris ini

bersifat tipis, tetapi bagian tengahnya bersifat tebal dengan

dibentuknya aponeurosis palmaris yang berwujud sebagai lempeng

jaringan ikat berserabut, dan pada jari – jari tangan dengan

membentuk vagina fibrosa digitimanus. Aponeurosis palmaris, bagian

fascia tangan dalam yang kuat dan berbatas jelas, menutupi jaringan

lunak dan tendo otot – otot fleksor panjang. Bagian proksimal

aponeurosis palmaris bersinambungan dengan retinaculum flexorum

dan tendo musculus palmaris longus. Bagian distal aponeurosis

palmaris membentuk empat pita digital yang memanjang dan melekat

pada basis phalangis proximalis dan membaur dengan vagina fibrosa

digiti manus (Moore, 2002).


10

Sebuah sekat jaringan ikat medial yang menyusup ke dalam tepi medial

aponeurosis palmaris untuk mencapai os metacarpal V medial terhadap

sekat ini terdapat kompartemen hypothenar yang berisi otot-otot

hypothenar. Sesuai dengan ini, sebuah sekat jaringan ikat lateral meluas

ke dalam dari tepi lateral aponeurosis palmaris untuk melekat pada os

metacarpal I. Sebelah lateral sekat tersebut terdapat kompartemen

thenar yang berisi oto-otot thenar. Antara kompartemen hypothenar dan

kompartemen thenar terdapat kompartemen tengah yang berisi otot-otot

fleksor serta sarung uratnya, musculi lumbrucales, pembuluh darah dan

saraf digital. Bidang otot terdalam pada telapak tangan dibentuk oleh

kompartemen aduktor yang berisi musculus adductor pollicis (Moore,

2002).

Gambar 3. Anatomi Pergelangan Tangan (Moore, 2002)

2.1.2. Anatomi Nervus medianus

Nervus medianus adalah salah satu saraf lengan bawah yang merupakan

saraf utama kompartemen anterior. Nervus ini berasal dari dua radiks yaitu
11

radiks lateralis dan radiks medialis. Radiks lateralis adalah lanjutan dari

fusciculus lateralis yang menerima serabut dari C6 dan C7 sedangkan

radiks medialis adalah lanjutan dari fasciculus medialis yang menerima

serabut dari C8 dan T1. Radiks lateralis dan radiks medialis bergabung

membentuk nervus medianus di sebelah lateral arteri axillaris (Moore,

2013).

Nervus medianus memersarafi otot – otot fleksor di lengan bawah, kecuali

m. Flexor carpi ulnaris, bagian ulnar m. Flexor digitorum dan lima otot

tangan. Nervus medianus memasuki fossa cubitalis medial dari arteri

brachialis, melintas antara caput m. Pronator tere, turun antara m. Flexor

digitorum superficialis dan m. Flexor digitorum profundus dan terletak di

dekat retinaculum flexorum sewaktu melalui canalis carpi untuk sampai di

tangan (Moore, 2013).

Canalis carpi berukuran hampir sebesar ruas jari jempol dan terletak di

bagian distal lekukan dalam pergelangan tangan dan berlanjut ke lengan

bawah di regio cubiti sekitar 3cm. Sembilan ruas tendon fleksor dan

n.medianus berjalan di dalam canalis carpi yang dikelilingi dan dibentuk

oleh tiga sisi dari tulang – tulang carpal. Di bagian proksimal tulang karpal

bersendi dengan bagian distal tulang radius dan tulang ulna, sedangkan

bagian distal bersendi dengan metacarpal (Pecina,et al., 2001).

Pada canalis carpi, N. Medianus mungkin bercabang menjadi komponen

radial dan ulnar. Komponen radial dari N. Medianus akan menjadi cabang

sensorik pada permukaan palmar jari-jari pertama dan kedua dan cabang
12

motorik m. abductor pollicis brevis, m. opponens pollicis, dan bagian atas

dari m. flexor pollicis brevis (Pecina, et al., 2001).

Komponen ulnaris dari N. Medianus memberikan cabang sensorik ke

permukaan jari kedua, ketiga dan sisi radial jari keempat. Selain itu, saraf

median dapat memersarafi permukaan dorsal jari kedua, ketiga, dan

keempat bagian distal sendi interphalangeal proksimal (Pecina, et al.,

2001).

N. Medianus terdiri dari serat sensorik 94% dan hanya 6% serat motorik

pada canalis carpi. Namun, cabang motorik menyajikan banyak variasi

anatomi yang menciptakan variabilitas patologi yang besar dalam kasus

Capal Tunnel Syndrome (AAOS, 2008).

Gambar 4. Anatomi nervus medianus (Huldani,2013)


13

2.2. Carpal Tunnel Syndrom (CTS)

2.2.1. Definisi

CTS merupakan neuropati tekanan atau cerutan terhadap nervus

medianus di dalam terowongan karpal pada pergelangan tangan,

tepatnya di bawah fleksor retinakulum. Sindroma ini juga disebut

dengan nama acroparesthesia. CTS spontan pertama kali dilaporkan

oleh Pierre Marie dan C.Foix pada taboo 1913. Istilah CTS

diperkenalkan oleh Moersch pada tabun 1938 (Campbell, 2012).

Menurut Aroori (2008), CTS merupakan neuropati tekanan saraf

medianus dalam terowongan karpal di pergelangan tangan dengan

kejadian yang paling sering, bersifat kronik dan ditandai dengan nyeri

tangan pada malam hari, parestesia jari-jari yang mendapat inervasi

dari saraf medianus, kelemahan dan atrofi otot thenar. CTS ini

merupakan salah satu gangguan pada lengan tangan karena adanya

penyempitan di terowongan karpal, baik karena edema fasia pada

terowongan atau karena kelainan pada tulang – tulang kecil tangan

sehingga terjadi penekanan pada nervus medianus (Viera, 2003).

2.2.2. Epidemiologi

CTS adalah salah satu gangguan saraf yang umum terjadi. Angka

kejadian CTS di Amerika Serikat telah diperkirakan sekitar 1-3 kasus

per 1.000 orang setiap tahunnya dengan prevalensi sekitar 50 kasus

dari 1.000 orang pada populasi umum (Joseph, et al., 2012).


14

National Health Interview Study (NIHS) mencatat bahwa CTS lebih

sering mengenai wanita daripada pria dengan rentang usia berkisar

antara 25-64 tahun, prevalensi tertinggi pada wanita usia >55 tahun,

biasanya antara 40-60 tahun. Prevalensi CTS dalam populasi umum

telah diperkirakan 5% untuk wanita dan 0,6% untuk laki-laki. Dalam

penelitiannya, Tana, et al (2004), menyimpulkan bahwa jumlah

tenaga kerja dengan CTS dibeberapa perusahaan garmen di Jakarta

sebanyak 20,3% responden dengan besar gerakan biomekanik

berulang sesaat yang tinggi pada tangan pergelangan tangan kanan

74,1% dan pada tangan kiri 65,5% (Tana, et al., 2004).

Jagga, et al (2011) meneliti bahwa pekerjaan yang beresiko tinggi

mengalami CTS adalah :

1. Pekerja yang terpapar getaran

2. Pekerja perakitan

3. Pengolahan makanan & buruh pabrik makanan beku

4. Pekerja Toko

5. Pekerja Industri, dan

6. Pekerja tekstil

7. Pengguna komputer
15

2.2.3. Etiologi

Terdapat beberapa kunci co-morbiditas atau human factor yang

berpotensi meningkatkan risiko CTS. Pertimbangan utama meliputi

usia lanjut, jenis kelamin perempuan dan adanya diabetes dan

obesitas. Faktor risiko lain termasuk kehamilan, pekerjaan yang

spesifik, cedera karena gerakan berulang dan kumulatif, sejarah

keluarga yang kuat, gangguan medis tertentu seperti hipotiroidisme,

penyakit autoimun, penyakit rematologi, arthritis, penyakit ginjal,

trauma, predisposisi anatomi di pergelangan tangan dan tangan,

penyakit menular dan penyalahgunaan zat (AAOS, 2008).

CTS juga mempunyai etiologi, antara lain:

1. Herediter: neuropati herediter yang cenderung menjadi pressure.

2. Trauma: dislokasi, fraktur atau hematom pada lengan

bawah, pergelangan tangan dan tangan.

3. lnfeksi: tenosinovicis, tuberkulosis, dan sarkoidosis.

4. Metabolik: arniloidosis, gout.

5. Endokrin: akromegali, terapi estrogen atau androgen, diabetes

mellitus, hipotiroidisme, kehamilan.

6. Neoplasma: kista ganglion, lipoma, infiltrasi metastase,

myeloma.

7. Penyakit kolagen vascular: artritis reurnatoid, polimialgia


16

reumatika, skleroderma, lupus eriternarosus sisternik.

8. Degeneratif: osteoartritis.

9. 'Iatrogenik: pungsi arteri radialis, pemasangan shunt vaskular

untuk dialisis, hematoma, dan terapi anti koagulan

10. Penggunaan tangan atau perge1angan tangan yang berlebihan

dan repetitif diduga berhubungan dengan sindroma ini. (Barnardo,

2004).

Sedangkan menurut Arroori (2008) etiologi CTS dibagi dalam

beberapa penyebab yaitu penyebab lokal, regional dan

sistemik. Penyebab lokal bisa berupa akibat reaksi inflamasi,

trauma tumor dan kelainan anatomi. Penyebab regional lebih

disebakan karena penyakit – penyakit yang menyerang sendi.

Secara sistemik, CTS lebih disebabkan komplikasi dari

berbagai penyakit yang menyerang organ atau imun tubuh.

Pembagian ini dapat dilihat dalam tabel berikut :


17

Tabel 2.1. Etiologi CTS

A. Local cause

 Inflammatory : tenosynovitis,hypertrophic
synovium,histoplasma fungal infection

 Trauma : Colles fracture,dislocation one


of the carpal bones

 Tumours : Haemangioma, cyst, neuroma

 Anatomical anomalies : bony


abnormalities,persistent median artery

B. Regional cause

 Ostheoarthritis

 Rheumatoid arthritis

 Gout

 Amyloidosis

C. Systemic cause

 Diabetes

 Obesity

 Pregnancy

 Menopause

 Scleroderma

 Renal failure

 Acromegaly

 Leukimia

 Haemophilia

 Alcoholism
18

2.2.4. Patogenesis dan Patofisiologis

Patogenesis CTS masih belum jelas namun beberapa teori telah

diajukan untuk menjelaskan gejala dan gangguan studi konduksi

saraf. Yang paling populer adalah kompresi mekanik, insufisiensi

mikrovaskular dan teori getaran. Menurut teori kompresi mekanik,

gejala CTS adalah karena kompresi nervus medianus di terowongan

karpal. Kelemahan utama dari teori ini adalah ia menjelaskan

konsekuensi dari kompresi saraf tetapi tidak menjelaskan etiologi

yang mendasari kompresi mekanik. Kompresi diyakini dimediasi

oleh beberapa faktor seperti ketegangan, tenaga berlebihan,

hyperfunction dan ekstensi pergelangan tangan berkepanjangan atau

berulang (Tana, et al., 2004).

Teori insufisiensi mikro - vaskular menyatakan bahwa kurangnya

pasokan darah menyebabkan penipisan nutrisi dan oksigen ke saraf

yang menyebabkan ia perlahan-lahan kehilangan kemampuan untuk

mengirimkan impuls saraf. Scar dan jaringan fibrotik akhirnya

berkembang dalam saraf. Tergantung pada keparahan cedera,

perubahan saraf dan otot mungkin permanen. Karakteristik gejala

CTS, terutama kesemutan, mati rasa dan nyeri akut, bersama dengan

kehilangan konduksi saraf akut dan reversibel dianggap gejala untuk

iskemia (Tana, et al., 2004).

Menurut teori getaran gejala CTS bisa disebabkan oleh efek

dari penggunaan jangka panjang alat yang bergetar pada saraf median

di carpal tunnel. Lundborg mencatat edema epineural pada saraf


19

median dalam beberapa hari berikut paparan alat getar genggam.

Selanjutnya, terjadi perubahan serupa mengikuti mekanik, iskemik,

dan trauma kimia (Tana,et al., 2004).

Umumnya CTS terjadi secara kronis dimana terjadi penebalan fleksor

retinakulum yang menyebabkan tekanan terhadap nervus medianus.

Tekanan yang berulang-ulang dan lama akan mengakibatkan

peninggian tekanan intrafasikuler, akibatnya aliran darah vena

intrafasikuler melambat. Kongesti yang terjadi ini akan

mengganggu nutrisi intrafasikuler diikuti oleh anoksia yang akan

merusak endotel. Kerusakan endotel ini akan mengakibatkan

kebocoran protein sehingga terjadi edema epineural. Hipotesa ini

menerangkan bagaimana keluhan nyeri dan sembab yang timbul

terutarna pada malam atau pagi hari akan berkurang setelah tangan

yang terlibat digerak-gerakkan atau diurut, mungkin akibat

terjadinya perbaikan sementara pada aliran darah. Apabila kondisi

ini terus berlanjut akan terjadi fibrosis epineural yang merusak

serabut saraf. Lama- kelamaan saraf menjadi atrofi dan digantikan

oleh jaringan ikat yang mengakibatkan fungsi nervus

medianus·terganggu secara menyeluruh (Davis, 2005).

2.2.5. Manifestasi Klinis

Komar dan Ford membahas dua bentuk CTS yaitu akut dan kronis.

Bentuk akut mempunyai gejala dengan nyeri parah, bengkak

pergelangan tangan atau tangan, tangan dingin dan gerak jari


20

menurun. Kehilangan gerak jari disebabkan oleh kombinasi dari rasa

sakit dan paresis. Bentuk kronis mempunyai gejala baik disfungsi

sensorik yang mendominasi atau kehilangan motorik dengan

perubahan trofik. Nyeri proksimal mungkin ada dalam CTS

(Pecina, et al., 2001).

Kebanyakan sindrom ini bersifat idiopatik. Penderita mengeluh

kelemahan atau kekakuan tangan, terutama bila melakukan pekerjaan

halus menggunakan jari. Selain gangguan motorik, terdapat

akroparestesia, serangan nyeri, gelenyar, mati rasa dan tangan terasa

bengkak. Pada tahap dini, biasanya terdapat hiperparestesia di daerah

kulit yang dipersarafi oleh nervus medianus. Pada penderita yang

sudah lama terkena radang terdapat hipotrofi tenar. Parestesia

bertambah berat bila pergelangan tangan difleksikan semaksimal

mungkin selama satu menit, uji ini disebut uji Phalen (Moore, 2002).

2.2.6. Diagnosa

Diagnosa CTS ditegakkan selain berdasarkan gejala klinis seperti di

atas dan diperkuat dengan pemeriksaan yaitu :

1) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada

penderita dengan perhatian khusus pada fungsi, motorik,

sensorik dan otonom tangan. Beberapa pemeriksaan dan tes

provokasi yang dapat membantu menegakkan diagnosa CTS


21

adalah:

a) Phalen test : Penderita diminta melakukan fleksi tangan

secara maksimal. Bila dalam waktu 60 detik timbul gejala

seperti CTS, tes ini menyokong diagnosis. Beberapa penulis

berpendapat bahwa tes ini sangat sensitif untuk menegakkan

diagnosis CTS.

Gambar 5. Phalen’s Test (www.mediastore.com)

b) Torniquet test : Pada pemeriksaan ini dilakukan pemasangan

torniquet dengan menggunakan tensimeter di atas siku dengan

tekanan sedikit di atas tekanan sistolik. Bila dalam kurun waktu

1 menit timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosis.

c) Tinel test : Tes ini mendukung diagnosa bila timbul

parestesia atau nyeri pada daerah distribusi nervus medianus

jika dilakukan perkusi pada terowongan karpal dengan posisi

tangan sedikit dorsofleksi.


22

Gambar 6.Tinel’s Test

(www.medscape.com)

d) Flick's sign : Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau

menggerak-gerakkan jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau

menghilang akan menyokong diagnosis CTS. Harus diingat

bahwa tanda ini juga dapat dijumpai pada penyakit Raynaud.

e) Thenar wasting : Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan

adanya atrofi otot-otot thenar.

f) Menilai kekuatan dan ketrampilan serta kekuatan otot

secara manual maupun dengan alat dynamometer.

g) Wrist extension test : Penderita diminta melakukan ekstensi

tangan secara maksimal, sebaiknya dilakukan serentak pada

kedua tangan sehingga dapat dibandingkan. Bila dalam waktu

60 detik timbul gejala-gejala seperti CTS, maka tes ini

menyokong diagnosis CTS.

h) Pressure test : Nervus medianus ditekan di terowongan karpal

dengan menggunakan ibu jari. Bila dalam waktu kurang dari


23

120 detik timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong

diagnosis.

i) Luthy's sign (bottle's sign) : Penderita diminta melingkarkan

ibu jari dan jari telunjuknya pada botol atau gelas. Bila kulit

tangan penderita tidak dapat menyentuh dindingnya dengan

rapat, tes dinyatakan positif dan mendukung diagnosis.

j) Pemeriksaan sensitibilitas : Bila penderita tidak dapat

membedakan dua titik (two-point discrimination) pada jarak

lebih dari 6mm di daerah nervus medianus, tes dianggap

positif dan menyokong diagnosis.

k) Pemeriksaan fungsi otonom : Pada penderita diperhatikan

apakah ada perbedaan keringat, kulit yang kering atau licin

yang terbatas pada daerah innervasi nervus medianus. Bila ada

akan mendukung diagnosis CTS.

Dari pemeriksaan provokasi diatas Phalen test dan Tinel tes adalah

test yang patognomonis untuk CTS (Tana,et al.2004).

2) Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan sinar-X terhadap pergelangan tangan untuk

melihat kemungkinan adanya penyebab lain seperti fraktur atau

artritis. Foto polos leher berguna untuk menyingkirkan adanya

penyakit lain pada vertebra. USG, CT-scan, dan MRI dilakukan

pada kasus yang selektif (Latov, 2007).


24

3) Pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik)

Pemeriksaan EMG dapat menunjukkan adanya fibrilasi, polifasik

gelombang positif dan berkurangnya jumlah motor unit pada

otot-otot thenar. Pada beberapa kasus tidak dijumpai kelainan pada

otot-otot lumbrikal. EMG bisa normal pada 31% kasus CTS. Pada

15-25% kasus, kecepatan hantar saraf (KHS) bisa normal. Pada yang

lainnya KHS akan menurun dan masa laten distal (distal latency)

memanjang, menunjukkan adanya gangguan pada konduksi saraf di

pergelangan tangan. Masa laten sensorik lebih sensitif dari masa

laten motorik (Latov, 2007).

2.2.7. Tata Laksana

Terapi CTS dibagi atas 2 kelompok, yaitu (Helmi, 2012) :

a) Terapi konservatif

1. Istirahatkan pergelangan tangan.

2. Obat anti inflamasi non steroid.

3. Pemasangan bidai pada posisi netral pergelangan tangan.

Bidai dapat dipasang terus-menerus atau hanya pada malam

hari selama 2-3 minggu.

4. Nerve Gliding, yaitu latihan terdiri dari berbagai gerakan

(ROM) latihan dari ekstremitas atas dan leher yang

menghasilkan ketegangan dan gerakan membujur sepanjang

saraf median dan lain dari ekstremitas atas. Latihan-latihan ini


25

didasarkan pada prinsip bahwa jaringan dari sistem saraf perifer

dirancang untuk gerakan dan bahwa ketegangan dan meluncur

saraf mungkin memiliki efek pada neurofisiologi melalui

perubahan dalam aliran pembuluh darah dan axoplasmic.

Latihan dilakukan sederhana dan dapat dilakukan oleh pasien

setelah instruksi singkat.

5. Injeksi steroid. Deksametason 1-4mg atau hidrokortison

sebanyak 10-25mg atau metilprednisolon 20mg atau 40mg

diinjeksikan ke dalam terowongan karpal dengan menggunakan

jarum no.23 atau 25 pada lokasi 1cm ke arah proksimal lipat

pergelangan tangan di sebelah medial tendon musculus

palmaris longus. Sementara suntikan dapat diulang dalam

w a k t u 7 sampai 10 hari untuk total tiga atau empat suntikan.

Tindakan operasi dapat dipertimbangkan bila hasil terapi belum

memuaskan setelah diberi 3 kali suntikan. Suntikan harus

digunakan dengan hati-hati untuk pasien dibawah usia 30 tahun.

6. Vitamin B6 (piridoksin). Beberapa penulis berpendapat bahwa

salah satu penyebab CTS adalah defisiensi piridoksin

sehingga mereka menganjurkan pemberian piridoksin sebanyak

100-300mg/hari selama 3 bulan. Tetapi beberapa ahli

berpendapat bahwa pemberian piridoksin tidak bermanfaat dan

dapat menimbulkan neuropati jika diberikan dalam dosis besar.

7. Fisioterapi. Ditujukan pada perbaikan vaskularisasi pergelangan

tangan.
26

b) Terapi Operatif

Terapi operatif pada CTS disebut neurolisis nervus medianus pada

pergelangan tangan. Operasi hanya dilakukan pada kasus yang

berat dan tidak mengalami perbaikan dengan terapi konservatif atau

adanya atrofi otot-otot thenar. Pada CTS bilateral biasanya operasi

pertama dilakukan pada tangan yang paling nyeri walaupun

sekaligus dapat dilakukan bilateral sedangkan indikasi relatif

tindakan operasi adalah hilangnya sensitibilitas yang persisten

(Helmi, 2012).

Biasanya tindakan operasi ini dilakukan secara terbuka dengan

anestesi lokal, tetapi sekarang telah dikembangkan teknik operasi

secara endoskopi. Operasi endoskopi memungkinkan mobilisasi

penderita secara dini dengan jaringan parut yang minimal, tetapi

karena terbatasnya lapamgan operasi, tindakan ini lebih sering

menimbulkan komplikasi seperti cedera pada saraf. Beberapa

penyebab CTS seperti adanya massa atau anomali maupun

tenosinovitis pasca CTS lebih baik dioperasi secara terbuka (Helmi,

2012).

2.2.8. Prognosa

Pada kasus CTS ringan, dengan terapi konservatif umumnya

prognosa baik. Bila setelah dilakukan tindakan operasi, tidak

juga diperoleh perbaikan maka dipcrtimbangkan kernbali

kemungkinan berikut ini :


27

a. Kesalahan menegakkan diagnosa, mungkin jebakan/ tekanan

terhadap nervus rnedianus terletak ditempat yang lebih

proksimal.

b. Telah terjadi kerusakan total pada nervus medianus.

c. Terjadi CTS yang baru sebagai akibat kornplikasi operasi

seperti akibat edema, perlengketan, infeksi, hematoma atau

jaringan hipertrofik (Bahrudin, 2011).

Sekalipun prognosa CTS dengan terapi konservatif maupun operatif

cukup baik, tetapi resiko untuk kambuh kembali masih tetap

ada. Bila terjadi kekambuhan, prosedur terapi baik konservatif atau

operatif dapat diulangi kcmbali (Rambe, 2004).

2.3. Usia dan Jenis kelamin

CTS adalah lesi saraf perifer yang paling sering ditemukan. Wanita

memiliki resiko 3–10 kali lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Dalam

sebuah studi dari Belanda, prevalensi kejadian CTS pada usia 25-74 tahun

wanita dari populasi umum adalah 9,2%. Sekitar 5,8% dari populasi tersebut

memiliki gejala dan temuan positif pada pengujian neurologis tetapi tidak

memiliki riwayat CTS sebelumnya. Prevalensi keseluruhan pada pria usia

25-74 tahun jauh lebih rendah, yaitu di angka 0,6% (Thomson JF, et al.,

2008).

2.4. Masa dan Lama kerja

Masa kerja adalah jangka waktu seseorang bekerja dalam suatu organisasi

atau unit produksi. Masa kerja perlu dihitung karena merupakan indikator
28

kecenderungan pekerja terkena paparan faktor risiko lain selama bekerja

dalam kurun waktu tertentu. Lusianawaty, dkk (2004) mengemukakan masa

kerja sebelum terjadinya CTS minimal berkisar antara 1-4 tahun dengan

rata-rata 2 tahun (Lusianawaty, et al., 2004).

Lama kerja diartikan sebagai lama seseorang terkena pajanan faktor resiko

dalam bekerja selama kurun waktu tertentu. Bambang S, dkk (2012)

mengemukakan proporsi CTS lebih banyak ditemukan pada pekerja yang

memiliki lama kerja 4-8 jam dibandingkan dengan pekerja yang memiliki

lama kerja ≤4 jam per harinya (Suherman, dkk, 2012).

2.5. Indeks Massa Tubuh (IMT)

IMT dihitung sebagai berat badan dalam kilogram (kg) dibagi tinggi badan

dalam meter dikuadratkan (m2) dan tidak terikat pada jenis kelamin. IMT

secara signifikan berhubungan dengan kadar lemak total dalam tubuh. IMT

saat ini secara internasional telah diterima sebagai alat ukur kelebihan berat

badan dan obesitas (Hill, 2005). Penelitian yang dilakukan Kouyumdijan

(2004) menyatakan CTS terjadi karena kompresi saraf median di bawah

ligamentum karpal transversal berhubungan dengan naiknya berat badan

dan IMT. IMT yang rendah merupakan kondisi kesehatan yang baik untuk

melindungi nervus medianus (Werner, 2004). Pekerja dengan IMT minimal

25 lebih memungkinkan terkena CTS. American Obessity Association

menemukan bahwa 70% dari penderita obesitas memiliki kelebihan berat


29

badan. Setiap peningkatan nilai IMT 8% resiko CTS meningkat (Bahrudin,

2011).

2.6. Phalen Test

Brüske J (2002), melakukan penelitian untuk mengevaluasi sensistivitas dan

spesifisitas dari Phalen tes dan Tinel tes. Metode penelitian yang dipakai

adalah prospectif study dengan kelompok klinis terdiri dari 112 pasien atau

147 tangan dengan CTS yang dikonfirmasi dengan studi konduksi saraf klinis

dan kelompok kontrol dari 50 pasien (100 tangan) yang dipilih dari relawan

rumah sakit yang tidak mengeluh gejala. Sensitivitas dan spesifisitas tes

Phalen ternyata masing-masing 85-89% dan tes Tinel berkisar 67-68%

(Brüske J, et al., 2002).

Penelitian terbaru oleh Khalid A.O. Al-Dabbagh (2013), dengan

menggunakan prospective study membandingkan antara 100 kasus CTS

positif dan 100 orang yang tidak mengeluhkan gejala selama 8 bulan

menyatakan bahwa spesifisitas dan sensitivitas Phalen tes untuk masing-

masing kasus adalah 94% dan 78%, sedangkan hasil untuk Tinel test berkisar

77% dan 66%. Berdasarkan hasil tersebut, maka Phalen test lebih potensial

untuk mendiagnosis CTS ketika Nerve Conductive Study (NCS) tidak

tersedia (Al-Dabbagh, 2013).


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey

analitik dengan pendekatan cross-sectional, yaitu suatu penelitian untuk

mempelajari dinamika korelasi antara faktor - faktor resiko dengan efek,

dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada

suatu saat (point time approach) (Notoatmodjo, 2010).

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan Sentra Industri Keripik Kota

Bandarlampung di Jalan Pagar Alam No.1, Kelurahan Segalamider,

Kecamatan Kedaton, Kota Bandarlampung. Penelitian dilaksanakan pada

bulan Oktober – November 2014.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh produsen penghasil keripik

yang diambil dari 15 toko keripik home industri di Kawasan Sentra Keripik

Bandar Lampung sebanyak 63 pekerja.


31

Sampel diambil menggunakan metode total sampling, yaitu keseluruhan

populasi diambil sebagai subjek penelitian dengan kriteria berikut (Rebekka,

2005) :

a. Kriteria inklusi :

1. Bersedia mengisi informed consent.

2. Seluruh pekerja bagian produksi.

3. Minimal masa kerja 1 tahun.

b. Kriteria Eksklusi :

1. Pernah mengalami cedera dibagian pergelangan tangan.

2. Menderita diabetes melitus.

3. Sedang hamil.

4. Tidak hadir saat penelitian.

5. Melakukan pekerjaan dibeberapa bagian.

3.4. Identifikasi Variabel

3.4.1. Variabel bebas (independent variable) penelitian ini adalah masa

kerja, lama kerja,IMT,umur, dan jenis kelamin.

3.4.2. Variabel terikat (dependent variable) penelitian ini adalah Carpal

Tunnel Syndrome.
32

3.5. Metode Pengumpulan Data

Pengamatan dilakukan secara sistematis berdasarkan kerangka dan struktur

yang jelas. Data diambil secara langsung kepada responden dengan

karakteristik :

1. Masa kerja, lama kerja, umur dan jenis kelamin diperoleh dari kuesioner

yang dibagikan.

2. IMT diperoleh dari penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi

badan.

3. CTS diperoleh dari anamnesis dan pemeriksaan Phalen test.

3.6. Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi operasional penelitian

Variabel Definisi Alat ukur Hasil Skala


Masa Lamanya kuesioner 1 = 1-5 tahun Ordinal
kerja responden 2 = >5 tahun
bekerja
dibagian (Sitorus R, 2005)
produksi
sampai
diadakannya
penelitian
Lama Lamanya kuesioner 1 = 1-2 jam Ordinal
kerja responden 2 = 2-4 jam
bekerja dalam 3 = >4 jam
satu hari
produksi (Bahrudin, 2011)
Umur Lama hidup kuesioner 1 = 20-30tahun Ordinal
responden
sampai saat 2 = > 30tahun
penelitian
(Thomson, 2008)
Jenis Dibedakan Kuesioner 1 = wanita Nominal
kelamin antara jenis 2 = pria
33

kelamin laki – Pengamat


laki atau an (Thomson,2008)
perempuan
IMT Perbandingan Timbanga 1= Kurus bila IMT Ordinal
(indeks antara berat n 17- 18,4
masa badan (kg) dan 2= Normal bila IMT
tubuh) tinggi badan Meteran 18,5- 25
dalam meter 3=overweight bila
kuadrat IMT >25

(Werner, 2004)
Carpal Gangguan Anamne- 1= Ya bila Nominal
Tunnel muskuloskeleta sis phalen test +
Syndrom l akibat adanya Pemeriksa
tekanan nervus an fisik 2= Tidak bila phalen
medianus di mengguna test –
dalam kan
terowongan Phalen (Bahrudin, 2011)
karpal Test

3.7. Instrumen Penelitian

1. Alat tulis

Adalah alat – alat berupa pensil, pulpen dan kertas untuk mencatat hasil

pemeriksaan.

2. Kamera

Digunakan untuk mengabadikan sistem kerja responden dan mengambil

data penelitian.

3. Timbangan berat badan

Digunakan untuk mengambil data penelitian dari responden berupa berat

badan.
34

4. Pengukur tinggi badan

Digunakan untuk mengambil data penelitian dari responden berupa tinggi

badan.

5. Kuesioner

Angket berisikan beberapa pertanyaan untuk mengambil data penelitian

dari responden.

3.8. Cara Pengambilan Data

Dalam penelitian ini,data yang diperoleh langsung diambil dari responden,

meliputi :

1. Penjelasan maksud dan tujuan penelitian,

2. Responden mengisi data informed consent sebagai bukti persetujuan,

3. Responden diberikan kuesioner dan dijelaskan tentang isi

pertanyaannya sebelum responden menjawab,

4. Pengisian kuesioner,

5. Pemeriksaan Carpal Tunnel Syndrom dengan cara Phalen test oleh

peneliti,

6. Penimbangan berat badan responden,

7. Pengukuran tinggi badan responden,

8. Pencatatan hasil penelitian pada lembar observasi.


35

3.9. Alur Penelitian

Tahap persiapan
Pembuatan proposal, perijinan,
koordinasi

Penjelasan maksud dan tujuan


penelitian

Pengisian informed consent

Tahap penelitian Penjelasan kuesioner dan


pengisian kuesioner

Pemeriksaan dan pengambilan


data

Pencatatan hasil

Data entry ke komputer

Tahap pengolahan data


Analisis data dengan program
komputer

Output data sebagai hasil


penelitian

Gambar 7. Alur penelitian.


36

3.10. Pengolahan dan Analisis Data

3.10.1. Pengolahan Data

Data yang sudah diperoleh dari responden kemudian diolah

menggunakan aplikasi komputer untuk diubah ke dalam bentuk

tabel. Pengolahan data menggunakan aplikasi komputer

memerlukan beberapa langkah,yaitu :

1. Coding, yaitu menerjemahkan persyaratan logika dari

pseudocode atau diagram alur ke dalam suatu bahasa

pemograman baik huruf, angka, dan simbol yang membentuk

program untuk keperluan analisis.

2. Data entry, yaitu menginput atau memasukkan data-data

penelitian yang diperoleh ke dalam komputer melalui

program software komputer.

3. Verifikasi, yaitu proses pengecekan kembali data yang

dimasukkan ke dalam komputer dengan data yang diperoleh

secara visual.

4. Output, proses dimana hasil yang telah didapat dengan

analisis komputer dicetak dan disertakan sebagai hasil

penelitian.

3.10.2. Analisis Statistika

Dalam penelitian ini,data yang diperoleh akan dianalisis

menggunakan 3 jenis analisis statistik,yaitu :


37

1. Analisis univariat

Analisis ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi

sehingga terlihat gambaran deskriptif semua variabel.

2. Analisis bivariat

Analisis ini digunakan untuk melihat hubungan antara dua

variabel, dengan menggunakan uji statistik Chi-square

sebagai uji parametrik namun bila tidak memenuhi syarat

parametrik dimana nilai expected count >20% maka

digunakan uji alternatif, yaitu uji kolmogrov-smirnov untuk

tabel 2x3 dan digunakan uji Fisher exact bila tabel 2x2. Nilai

kemaknaan(α) yang digunakan sebesar 0,05 dengan tingkat

kepercayaan 95%.

3. Analisis multivariat

Analisis ini digunakan untuk mengetahui faktor resiko yang

paling bermakna terhadap kejadian Carpal Tunnel Syndrome.

Uji yang digunakan adalah uji Regresi logistik.

3.11. Etika Penelitian

Penelitian ini telah melewati ethical clearence dan dalam

pelaksanaannya melalui informed consent dengan Nomor Surat

Etik 2117/UN26/8/DT/2014.
V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

5.1.1. Simpulan Umum

Faktor – faktor resiko yang berperan dalam kejadian CTS adalah

IMT, usia, lama kerja, dan masa kerja.

5.1.2. Simpulan Khusus

1. Angka kejadian Carpal Tunnel Syndrome di kawasan sentra

keripik Bandarlampung adalah 27 responden (47,4%).

2. Terdapat hubungan bermakna antara IMT dengan kejadian CTS

di Kawasan Sentra Keripik Bandarlampung.

3. Terdapat hubungan bermakna antara usia dengan kejadian CTS

di Kawasan Sentra Keripik Bandarlampung.

4. Tidak terdapat hubungan bermakna antara jenis kelamin dengan

kejadian CTS di Kawasan Sentra Keripik Bandarlampung.

5. Terdapat hubungan bermakna antara masa kerja dengan

kejadian CTS di Kawasan Sentra Keripik Bandarlampung.

6. Terdapat hubungan bermakna antara lama kerja dengan kejadian

CTS di Kawasan Sentra Keripik Bandarlampung.


63

7. Faktor resiko yang paling berperan pada kejadian CTS adalah

IMT.

5.2. Saran

1. Bagi Dinas Kesehatan/Instansi Terkait, diharapkan memberikan

pelayanan kesehatan seperti konseling atau penyuluhan keselamatan

dan kesehatan kerja (K3) pada pekerja informal termasuk pekerja

keripik di Kawasan Sentra Keripik Bandar Lampung, sehingga dapat

meminimalkan penyakit akibat kerja terutama Carpal Tunnel Syndrome

(CTS).

2. Bagi pekerja keripik di Kawasan Sentra Keripik Bandar Lampung, agar

bekerja dengan rileks agar terhindar dari Carpal Tunnel Syndrome

(CTS). Selain itu perlu melakukan penurunan berat badan jika IMT

telah melampaui nilai normal dan peregangan otot atau olahraga ringan

disela-sela waktu kerja dengan maksimal lama kerja 1-2 jam, segera

berobat ke dokter jika keluhan nyeri pergelangan tangan semakin berat,

serta lakukanlah rotasi kerja jika masa kerja sudah lebih dari 4 tahun.

3. Bagi peneliti lain, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai

faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan Carpal Tunnel Syndrome

(CTS) dengan menggunakan tes lainnya serta metode lain seperti case

control dan perlu melakukan penelitian terhadap Carpal Tunnel

Syndrome (CTS) secara tepat agar hasil lebih akurat dan baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

American Academy of Orthopaedic Surgeons.2008. Clinical Practice


Guideline on the Treatment of Carpal Tunnel Syndrome.
Aroori, s. Spence, RAJ. 2008. Carpal Tunnel Syndrome. Ulster Med J;77(1)
6-17.
Bahrudin, M. 2011.Carpal Tunnel Syndrome. Staff Pengajar FK UMM.
Medan.
Badriyah, S. 2001. Beberapa Faktor Resiko Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Carpal Tunnel Syndrome Pad Tenaga Kerja Laki-laki Bagian
Produksi di Industri Penolahan Kayu dan Meubel CV. Bakti-Batang Bulan
September 2001.[Jurnal].Semarang : FK UNDIP
Barnardo, J. 2004. Carpal Tunnel Syndrome in Hands On Practical advise on
management of rheumatic disease. June No 3:1-3.
Campbell, William W. 2005. DeJong's The Neurologic Examination, 6th
Edition.
Center for Disease control and prevention (CDC).1995. Cumulative Trauma
Disorders in the workplace. Bibliography.
Davis, EL.Molly, K.K. et al. 2005. Carpal Tunnel Syndromes in
Fundamentals of Neurologic disease. Demos Medical. New York.
Gorsche, R. 2001. Carpal Tunnel Syndrome. The Canadian Journal of CME.
Helmi, ZN. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Salemba Medika.
Jakarta.
Huldani. 2013. Referat Carpal Tunel Syndrome. Universitas Lambung
Mangkurat. Fakultas Kedokteran. Banjarmasin.
65

Jagga,V. Lehri, A et al.2011. Occupation and its association with Carpal


Tunnel Syndrome-A Review. Journal of Exercise Science and
Physiotherapy.
Joseph J. Biundo. Perry J. Rush. 2012. Carpal Tunnel Syndrome. American
Kurniawan, Bina. et al.2008. Faktor Risiko Kejadian Carpal Tunnel Syndrome
(CTS) pada Wanita Pemetik Melati di Desa Karangcengis, Purbalingga.
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia. Vol. 3, No. 1.
Kouyoumdijan, JA. Morita. Rocha, PRF. 2000. Body Mass Index and Carpal
Tunnel Syndrome. Arq Neuropsiquatri,(58):252-56.
Lusianawaty T, 2003. Bartillon Sindrom Terowongan Karpal pada Pekerja:
Pencegahan dan Pengobatannya. Jakarta : Depkess RI.

Latov, Norman.2007. Peripheral Neuropathy. Demos Medical Publishing.


New York.
Lie, TM. 2004. Hubungan Sindroma Terowongan Karpal dengan Gerakan
Repetitif Pergelangan Tangan dan Faktor Lain pada Pekerja Wanita
Pabrik Pengolahan Makanan. Program Pascasarjana Kedokteran Kerja.
UI.
Moore, KL. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Hipokrates. Jakarta.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
Jakarta.
Pecina, Marko M. Markiewitz, Andrew D. 2001. Tunnel
Syndromes:Peripheral Nerve Compression Syndrome Third edition. CRC
PRESS. New York.
Purwanti. 2011. Pengaruh Lama Mengetik Terhadap Resiko Terjadinya
Carpal Tunel Syndrome (CTS) pada Pekerja Rental.
Rambe,AS. 2004. Sindroma Terowongan Karpal. Bagian Neurologi FK USU.
Rampen-Harsono, WJB. 1995. Sindrome Terowongan Karpal pada Pekerja
Yang Terpajan Tekanan Biomekanika Berulang Pada Tangan dan
Pergelangan Tangan di Pabrik Ban PT.BSIN. Program Pascasarjana
Kesehatan dan Keselamatan Kerja. UI.
66

Suherman, B. Maywati, S. 2012. Beberapa Faktor Kerja yang Berhubungan


Dengan Kejadian Carpal Tunnel Syndrome Pada Petugas Rental
Komputer Di Kahuripan Tasikmalaya. Universitas Siliwangi.
Tana, Lusyanawati. 2004. Carpal Tunnel Syndrome pada Pekerja Garmen di
Jakarta. Puslitbang, Pemberantasan Penyakit vol.32. P:73-82.
Thomsen JF, Gerr F, Atroshi I: Carpal tunnel syndrome and the use of
computer mouse and keyboard: a systematic review. BMC Musculoskelet
Disord 2008; 9: 134.
Viera. 2003. Management of Carpal Tunnel Syndrome. American Academy of
Family Physicians;68(2):265-72.
Werner, RA. Jacobson, JA. Jurnadar DA. 2004. Influence of Body Mass
INDex in Median Nerve Funation Calpar Cannar Pressure and
Crossectional area of The Median Nerve. Muscul Nerve;30:451-85.
.

Anda mungkin juga menyukai