PENDAHULUAN
1
kontribusi dengan cara memaparkan analisis jurnal dengan tujuan untuk meningkatkan
kesadaran perawat bahwa peningkatan kompetensi sangat berpengaruh pada tingkat
keselamatan pasien dengan cedera pada saat prehospital di ambulan.
1.2 Tujuan
Memaparkan informasi terkini dengan evidence based di area keperawatan
ambulan saat prehospital.
Meningkatkan critical thinking tentang manfaat hasil penelitian tersebut bagi
keperawatan ambulan saat prehospital.
2
BAB II
JURNAL PENELITIAN
3
BAB III
PEMBAHASAN
3.1.2. Pengarang
Ann-Charlotte Falk; Karolinska Institutet, Department of Neurobiology, Care Sciences
and Society, Karolinska Institutet, Alfred Nobels Allé 23, III, 141 83 Huddinge,
Stockholm, Sweden.
Annika Alm; Karolinska Institutet, Department of Neurobiology, Care Sciences and
Society, Karolinska Institutet, Alfred Nobels Allé 23, III, 141 83 Huddinge,
Stockholm, Sweden.
Veronica Lindström; 2Karolinska Institutet, Department of Clinical Science and
Education, Södersjukhuset, Academic EMS in Stockholm, Stockholm, Sweden.
3.1.3. Sumber
Falk et al. Scandinavian Journal of Trauma, Resuscitation and Emergency Medicine 2014,
22:20 http://www.sjtrem.com/content/22/1/20
3.1.5. Abstract
Objective: Trauma is one of the most common causes of morbidity and mortality in modern
society, and traumatic brain injuries (TBI) are the single leading cause of mortality among
young adults. Pre-hospital acute care management has developed during recent years and
guidelines have shown positive effects on the pre-hospital treatment and outcome for
patients with severe traumatic brain injury. However, reports of impacts on improved
4
nursing competence in the ambulance services are scarce. Therefore, the aim of this study
was to investigate if increased nursing competence level has had an impact on pre-hospital
assessment and interventions in severe traumatic brain-injured patients in the ambulance
services.
Method: A retrospective study was conducted. It included all severe TBI patients (>15
years of age) with a Glasgow Coma Score (GCS) of less than eight measured on admission
to a level one trauma centre hospital, and requiring intensive care (ICU) during the years
2000–2009.
Results: 651 patients were included, and between the years 2000–2005, 395 (60.7%)
severe TBI patients were injured, while during 2006–2009, there were 256 (39.3%)
patients. The performed assessment and interventions made at the scene of the injury and
the mortality in hospital showed no significant difference between the two groups.
However, the assessment of saturation was measured more frequently and length of stay
in the ICU was significantly less in the group of TBI patients treated between 2006–2009.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah peningkatan kompetensi
perawat ambulan memiliki dampak pada pengkajian dan intervensi prehospital terhadap
pasien dengan cedera otak traumatik yang parah di ambulan.
A retrospective study
5
3.2.3. Analisis PICO dan Critical Thingking
Data sampel didapatkan dari database cedera trauma otak antara tahun 2000 –
2009, termasuk semua orang dewasa (> 15 tahun) yang menderita cedera trauma otak
dengan GCS (Glaslow Coma Scale) kurang dari 8, membutuhkan perawatan intensif,
tidak ada pasien yang dikecualikan.
Responden berjumlah 651 pasien, yang dikumpulkan dari daftar korban trauma,
395 pasien diantaranya mengalami cedera pada tahun 2000 – 2005, kemudian 256
pasien sisanya mengalami cedera pada tahun 2006 – 2009, yang kemudian dibagi
menjadi dua grup berdasarkan tahun terjadinya cedera untuk dibandingkan.
Data dikumpulkan dari pusat data rumah sakit yang berisi variabel demografi
(umur, jenis kelamin, mekanisme dan jenis cedera serta skor GCS) dan dokumentasi
prehospital pada GCS awal, pelaksanaan pengkajian tanda – tanda vital dan intervensi
terutama pada jalan nafas dan sirkulasi.
Ukuran tingkat kesadaran pada GCS adalah dengan skor: membuka mata,
respon motorik dan respon verbal, skor bervariasi antara 3 – 8 (cedera otak berat), 9 –
13 (cedera otak sedang) dan 14 – 15 (cedera otak ringan). Pada penelitian ini cedera
otak traumatik parah ditunjukkan dengan skor GCS dibawah 8 berdasarkan ketentuan
rumah sakit.
6
cedera serius atau pasca operasi dan biasanya digunakan untuk pemantauan jangka
panjang (Rao, 2015).
3.2.3.5. Compare
Perbandingan pada hasil analsis data pada kedua kelompok yaitu kelompok
tahun 2000 – 2005 pada hasil pengkajian pasien (57%) dan kelompok tahun 2006 –
2009 pada hasil pengkajian pasien (67%).
3.2.3.6. Outcome
Hasil dari analisis data didapatkan bahwa 84% dari pasien ditransportasikan ke
rumah sakit dengan menggunakan ambulan, sedangkan 16% menggunakan helikopter.
7
3.3. Kelebihan dan Kekurangan
3.3.1. Kelebihan
3.3.2. Kekurangan
Hasil penelitian ini mungkin dapat berubah karena faktor – faktor eksternal yang
tidak diketahui seperti ketidaktersediaannya ambulan atau helikopter saat periode
penelitian (Falk, 2014).
8
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Penerapan personil yang lebih kompeten di ambulan memiliki kemungkinan dalam
meningkatkan proses pengkajian pada kebutuhan pasien tapi tidak menunjukkan
peningkatan pada proses intervensi di prehospital dan penurunan angka kematian.
4.2. Saran
Penelitian selanjutnya diharapkan berfokus pada evaluasi kontinu pada sistem
Emergency Medical Service (EMS) untuk meningkatkan hasil akhir dari pasien.
9
DAFTAR PUSTAKA
Falk, A.-C. (2014). Has Increased Nurisng Competence in the Ambulanca Service Impacted
on Pre-Hospital Assessment and Interventions in Severe Traumatic Brain-Injured
Patients? Scandinavian Journal, 1-5. http://www.sjtrem.com/content/22/1/20
Rao, D. S. (2015). Comparison of Avpu with Glasgow Coma Scale for Assessing Level of
Consciousness in Infants and Children. IOSR Journal of Dental and Medical Sciences,
22.
10
LAMPIRAN
11