Surgical Wafer
Surgical Wafer
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Orthognatic surgery adalah pembedahan untuk memperbaiki kondisi rahang dan wajah yang
berhubungan dengan struktur, pertumbuhan, sleep apnea, gangguan temporo mandibular
joint atau untuk memperbaiki masalah orthodontic yang tidak dapat diperbaiki dengan kawat
gigi.1 Penanganan maloklusi yang parah dan deformasi rangka tulang wajah sering
melibatkan tindakan orthodontic dan pembedahan. Kebanyakan prosedur
pembedahan orthognathic melibatkan satu atau dua rahang yang memerlukan surgical
wafer untuk memfasilitasi efisiensi pembedahan, akurasi dan stabilisasi rahang.2
Surgical wafer merupakan suatu alat yang terbuat dari resin akrilik yang digunakan dalam
pembedahanorthognatic sebagai pemandu intermedier untuk mereposisi pergerakan maksila
terhadap mandibula dan untuk mencapai oklusi akhir yang direncanakan, serta pemandu
dalam pemotongan tulang rahang sesuai dengan yang diperlukan untuk mencapai oklusi yang
ideal. Surgical wafer dapat mengembalikan bentuk lengkung gigi dalam setiap posisi yang
direncanakan sebelumnya.2
Pembuatan surgical wafer menggunakan bahan self curing acrylic pernah dibuat di
laboratorium Jurusan Teknik Gigi Poltekkes Kemenkes Jakarta II. Pada kasus yang diperoleh,
penulis akan melakukan prosedur pembuatan surgical wafer pada rekonstruksi rahang
menggunakan bahan heat curing acrylic.
Penulis memilih judul prosedur pembuatan surgical wafer pada rekonstruksi rahang
dengan heat curing acrylic, karena surgical wafer merupakan hal yang baru bagi penulis,
sekaligus untuk menambah wawasan dan menguasai teknik pembuatan surgical wafer serta
tahap-tahap pekerjaan di laboratorium dengan benar, agar dapat dihasilkan surgical
wafer dari bahan heat curing acrylic yang baik dan sesuai dengan kebutuhan perawatan.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu:
“Bagaimanakah prosedur pembuatan surgical wafer pada rekonstruksi rahang
dengan heat curing acrylic?”
3. Batasan masalah
Untuk memudahkan penulis dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini dan untuk menghindari
pembahasan yang menyimpang dari materi yang diangkat, maka penulis membatasi masalah
hanya mengenai prosedur pembuatan surgical wafer pada rekonstruksi rahang dengan heat
curing acrylic.
4. Tujuan Penulisan
1.4.a Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan karya tulis ilmiah ini yaitu untuk menambah pengetahuan
tentang prosedur pembuatan surgical wafer pada rekonstruksi rahang dengan heat curing
acrylic.
1.4.b Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk:
1. Mengetahui proses dari setiap tahapan dalam pembuatan surgical wafer pada
rekonstruksi rahang dengan heat curing acrylic.
2. Mengetahui jenis-jenis bahan yang dapat digunakan dalam
pembuatan surgical wafer.
3. Mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam pembuatan surgical
wafer pada rekonstruksi rahang dengan heat curing acrylic dan langkah yang harus
diambil untuk mengatasi permasalahan tersebut.
5. Manfaat Penulisan
1.5.a Manfaat bagi penulis
Manfaat karya tulis ilmiah bagi penulis yaitu untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan keterampilan dari setiap tahapan pembuatan surgical wafer pada rekonstruksi
rahang dengan heat curing acrylic.
1.5.b Manfaat bagi institusi
Manfaat karya tulis ilmiah bagi institusi yaitu untuk menambah referensi dan bahan bacaan
bagi mahasiswa teknik gigi.
1.5.c Manfaat bagi masyarakat
Manfaat karya tulis ilmiah bagi masyarakat yaitu untuk menambah wawasan bagi para
pembaca dan diharapkan dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi
masyarakat.
6. Metode Penulisan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini metode yang digunakan adalah studi model yang
didukung oleh beberapa referensi yang diperoleh dari Perpustakaan FKG Universitas
Indonesia, Perpustakaan Ladokgi, Perpustakaan Jurusan Teknik Gigi dan dari Internet.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Terjadinya kehilangan atau kerusakan sebagian dari organ atau jaringan pada tubuh
dikarenakan bawaan sejak lahir, pasca operasi ataupun terdapat suatu penyakit dapat
menyebabkan berubahnya struktur dan fungsi tubuh, salah satunya hubungan antara rahang
atas dan rahang bawah yang tidak normal atau maloklusi. Pada keadaan maloklusi yang parah
dilakukan tindakan dengan mereposisi pergerakan maksila terhadap mandibula. Untuk
mencapai oklusi seperti yang direncanakan, maka dilakukan pembedahan orthognatic.
1. Protruded Maxilla
Rahang bagian atas bersama dengan gigi atas terletak terlalu ke depan. Dengan keadaan
seperti ini, seseorang mengalami kesulitan untuk menutup bibir. Gigi selalu terlihat dan
dalam kebanyakan kasus seluruh gusi terlihat sewaktu tersenyum (gummy smile). Gummy
smile terjadi akibat pertumbuhan vertikal rahang atas yang berlebihan.
2. Retruded Maxilla
Kelainan bentuk ini terjadi akibat perkembangan rahang atas yang kurang. Biasanya terlihat
pada orang dengan celah bibir atau langit-langit. Setelah bedah koreksi celah bibir atau
langit-langit di usia muda, pertumbuhan dari rahang atas terhambat dan terjadi perpindahan
atau kerusakan benih gigi. Akibatnya muka terlihat seperti dish shape face dengan hidung
yang lebar dan gigi tidak pada tempatnya, rotasi atau missing.
3. Protruded Mandibulla
Pada beberapa orang, perkembangan rahang bawah berlebihan sehingga menyebabkan rahang
terlalu panjang. Wajah menjadi sangat panjang dengan gigi pada rahang bawah lebih ke
depan dan bibir tebal. Normalnya, gigi-gigi rahang bawah berada di bagian dalam dari gigi-
gigi rahang atas sewaktu posisi menggigit. Sedangkan pada kasus ini, posisi gigi rahang
bawah berada di bagian depan daripada gigi rahang atas.
4. Alasan Orthodontic
Pada beberapa orang akibat kelainan perkembangan atau akibat faktor-faktor turunan, rahang
bawah sangat kecil dan wajah berbentuk bird face.
5. Asimetri Wajah
Kadang-kadang beberapa bagian wajah lebih berkembang atau kurang berkembang sehingga
salah satu bagian wajah menjadi lebih besar atau lebih kecil.
2.6.e Remounting
Adalah pemasangan kembali protesa beserta model rahang atas dan rahang bawah dalam
artikulator untuk mengoreksi hubungan oklusi yang tidak harmonis.
Hal-hal yang harus diperhatikan pada waktu pemasangan kembali protesa surgical
wafer pada artikulator:
1. Dry method
Metode pencampuran antara monomer dan polimer yang dilakukan langsung didalam mould
spacedengan cara meneteskan polimer lalu ditaburi monomer.
2. Wet method
Metode pencampuran antara monomer dan polimer yang dilakukan di dalam mixing jar dan
bila sudah mencapai tahap dough stage baru dimasukan ke dalam mould space.
BAB III
PROSEDUR PEMBUATAN SURGICAL WAFER PADA
REKONSTRUKSI RAHANG DENGAN HEAT CURING ACRYLIC
Penulisan karya tulis ini diangkat berdasarkan studi model yang dilakukan penulis tentang
Prosedur Pembuatan Surgical wafer Pada Rekonstruksi Rahang Menggunakan Heat Curing
Acrylic di Laboratorium Jurusan Teknik Gigi.
Artikulator
Pisau malam
Pisau gips
Lekron
Bowl dan spatula
Pres meja
Mesin trimer
Vibrator
Mikromotor
Kompor gas dan panci
Cuvet
Hand press
Lampu spiritus
Mixing jar
Kuas
3.3 Prosedur Pembuatan Surgical wafer pada Rekonstruksi Rahang Dengan Heat
Curing Acrylic
Bahan yang digunakan dalam pembuatan surgical wafer adalah heat curing acrylic.
Di bawah ini penulis akan membahas mengenai pembuatan surgical wafer yang dikerjakan di
laboratorium Teknik Gigi.
Adapun urutan prosedur pembuatan surgical wafer pada rekonstruksi rahang dengan sebagai
berikut:
3.3.b Survey
Survey dilakukan pada model kerja menggunakan pensil mekanik,
dari hasil survey ditemukan undercutpada daerah lingual dari gigi anterior.
3.3.c Block Out
Pada daerah yang terdapat undercut, dilakukan block out menggunakan gips, agar tidak
terdapat hambatan pada saat insersi protesa.
3.3.i Packing
Pada tahap packing metode yang digunakan yaitu wet method dimana polimer dan monomer
dicampur di dalam mixing jar, setelah adonan mencapai dough stage, dibentuk menjadi
gulungan kemudian diaplikasikan kedalam mould space dengan jari tangan lalu
plastik cellophane diletakkan diantara kuvet atas dan kuvet bawah, kuvet atas dan kuvet
bawah disatukan kemudian dipres.
Press pertama dilakukan secara perlahan-lahan agar akrilik dapat mengalir kesemua daerah
dan kelebihannya mengalir keluar kuvet. Kuvet dibuka lalu kelebihan akrilik
dibuang kemudian plastikcellophane diletakkan kembali dan lakukan press
kedua sampai metal to metal contact. Kuvet dibuka kembali dan apabila sudah tidak ada
kelebihan akrilik, dilakukan press terakhir tanpa plastik cellophane.Selanjutnya
proses curing siap untuk dilakukan.
3.3.j Curing
Tahapan curing dilakukan dengan cara merebus kuvet yang telah dipindahkan ke hand
press didalam panci yang berisi air, perebusan dimulai dari air dengan suhu kamar, perebusan
dilakukan selama 90 menit, setelah itu kuvet diangkat dan dibiarkan sampai dingin dengan
sendirinya.
3.3.k Deflasking
Tahap deflasking dilakukan dengan cara membuka kuvet secara perlahan, gips dipotong
menggunakan gergaji kecil dan pisau gips, sisa-sisa gips dibersihkan dengan lecron dan
didapatkan protesa yang utuh dan tidak ada bagian yang rusak.
3.3.l Finishing
Pada tahap ini protesa dibersihkan, bagian-bagian yang kasar dihaluskan, kemudian
dilakukan penyempurnaan bentuk akhir dari protesa.
3.3.n Remounting
Pada tahap remounting protesa dipasang kembali di model kerja yang telah terpasang di
artikulator dan terlihat ada peninggian gigit, untuk mengatasinya dilakukan pengasahan
(selective grinding) menggunakan round bur kecil pada permukaan oklusal dari wafer yang
telah ditandai dengan pewarna, pengasahan dilakukan sampai incisal guide
pin menyentuh table incisal guide pin.
3.3.o Polishing
Tahap selanjutnya
protesa wafer dihaluskan dengan menggunakan feltcone dan pumice, dilanjutkandengan
menggunakan sikat hitam dan pumice untuk menghilangkan guratan.
Setelah tidak ditemukan lagi guratan, dilanjutkan dengan melakukan pemolesan terakhir
menggunakan sikat putih (wool wheel) dan bubuk CaCO3.
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL
4.1 Pembahasan
Pembuatan protesa surgical wafer merupakan hal yang baru bagi penulis, dan belum pernah
dikerjakan selama praktikum di laboratorium teknik gigi maupun pada saat praktik kerja
lapangan. Pembuatan protesa surgical wafer pernah dikerjakan dilaboratorium teknik gigi
menggunakan bahan self curing acrylic yang mengalami kesulitan pada
saat packing dimana acrylic sudah mengeras sebelum protesa selesai dibentuk dan dirapikan,
untuk itu penulis menggunakan bahan heat curing acrylic yang tahappacking bisa dikerjakan
dengan waktu yang lebih lama, selain itu bahan heat curing acrylic memiliki kekuatan yang
lebih dibandingkan self curing acrylic. Pada bab ini penulis akan membahas semua tahapan
yang telah dikerjakan, permasalahan-permasalahan yang dihadapi, serta langkah-langkah
yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang dialami penulis selama proses
pembuatan protesasurgical wafer di laboratorium Jurusan Teknik Gigi.
Protesa surgical wafer dibuat berdasarkan model kerja yang diterima dari dokter gigi dan
telah ditanam pada artikulator. Pada pembuatan protesa surgical wafer ini penulis
menggunakan bahan heat curing acrylic. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat
seharusnya artikulator yang digunakan artikulator tipe full adjustable, akan tetapi karena
tidak tersedianya artikulator tipe full adjustable dan kasus yang penulis kerjakan merupakan
studi kasus maka artikulator yang digunakan artikulator tipe rata-rata.
Tahapan kerja dimulai dari menerima model kerja yang telah tertanam pada artikulator.
Setelah itu dilakukan survey untuk mengetahui daerah-daerah undercut yang selanjutnya
dilakukan block out menggunakan plaster of paris, dilanjutkan dengan pembuatan duplikat
model kerja, model duplikat tersebut akan digunakan pada saat penanaman pola malam
kedalam kuvet, sedangkan model kerja yang telah tertanam di artikulator akan digunakan
pada saat remounting.
Tahap berikutnya pembuatan pola malam dilakukan dengan cara memanaskan selembar base
plate waxdiatas lampu spirtus, setelah wax lunak diletakan diatas permukaan oklusal model
kerja, lalu model kerja dioklusikan dan ditekan sampai incisal guide
pin menyentuh table incisal guide pin, selanjutnya artikulator diikat dengan karet agar tidak
terjadi peninggian gigit. Pembuatan pola malam dilanjutkan dengan meneteskan wax yang
telah dicairkan ke permukaan labial dan bukal serta permukaan palatal dan lingual sesuai
dengan gambar desain, pola malam dibentuk dan dirapikan, lalu dihaluskan.
Setelah pola malam terbentuk sesuai dengan desain, pola malam dilepas dari model kerja,
sebelumnya model kerja direndam di dalam air agar pola malam mudah dilepas, lalu pola
malam dipindahkan ke model duplikat dan difiksasi kemudian dilanjutkan dengan penanaman
kedalam kuvet. Tahapanflasking, boiling out, packing dan curing dilakukan sesuai prosedur
seperti yang telah dijelaskan pada bab 3, penulis tidak menemukan hambatan.
Pada tahap deflasking kuvet dibuka secara perlahan, gips dipotong menggunakan gergaji
kecil dan pisau gips. Setelah protesa terlepas dari gips, penulis mendapatkan gips yang
menempel pada permukaan oklusal rahang atas dari wafer, hal ini kemungkinan disebabkan
karena pengulasan Cold Mould Seal(CMS) yang terlalu tipis pada tahapan packing, sisa-sisa
gips dibersihkan secara perlahan dengan lecronsampai bersih.
Tahap finishing protesa dibersihkan, bagian-bagian yang kasar dihaluskan, dan dilakukan
penyempurnaan bentuk akhir dari protesa. Tahap selanjutnya pembuatan
lubang pada wafer dengan diameter ± 1mm sebanyak 13 buah, yang dibuat dengan
menggunakan mikro motor dan round bur kecil.
Pada tahap remounting protesa dipasang kembali di model kerja yang telah terpasang di
artikulator, penulis menemukan peninggian gigit yang dapat dilihat
dari incisal guide pin yang terangkat dari table incisal guide pin sekitar 1mm. Peninggian
ini kemungkinan terjadi pada saat packing yang menggunakan metode pulling
decasting. Untuk mengatasi peninggian gigit dilakukan pengasahan(selective
grinding) menggunakan round bur kecil pada permukaan oklusal dari wafer yang
sebelumnya telah ditandai dengan pewarna (lipstick). Penandaan dilakukan dengan cara
mengulaskan lipstick pada permukaan oklusal model kerja lalu wafer dipasang dan
dioklusikan sehingga didapat tanda lipstickpada wafer, kemudian bagian yang bertanda
lipstick dikurangi dengan round bur. Hal ini dilakukan berulang kali sampai peninggian gigit
hilang dan incisal guide pin menyentuh table incisal guide pin.
Setelah dilakukan pengurangan, pada permukaan oklusal wafer di regio molar satu kiri
bawah, insisivus dua kanan bawah dan molar dua kanan bawah berlubang karena pada daerah
tersebut model giginya berkontak. Tahap selanjutnya
protesa dihaluskan dengan feltcone dan pumice, dilanjutkan dengan menggunakan sikat hitam
dan pumice untuk menghilangkan guratan. Setelah tidak ditemukan lagi guratan, dilanjutkan
dengan melakukan pemolesan terakhir menggunakan sikat putih dan CaCO3.
4.2 Hasil
Setelah wafer selasai pengerjaannya dan dikembalikan ke artikulator maka didapatkan hasil
sebagai berikut:
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah menyelesaikan pembuatan protesa surgical wafer pada rekonstruksi rahang
dengan heat curing acrylic, penulis mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Dalam pembuatan protesa surgical wafer, seorang teknisi gigi harus benar-
benar menguasai prosedur dan tahapan pekerjaan di laboratorium, agar hasil
pekerjaan dapat digunakan sesuai dengan fungsinya.
2. Peralatan laboratorium dan bahan yang akan digunakan harus memadai agar
setiap pekerjaan dapat dikerjakan dengan baik dan dengan hasil yang optimal.