Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Orthognatic surgery adalah pembedahan untuk memperbaiki kondisi rahang dan wajah yang
berhubungan dengan struktur, pertumbuhan, sleep apnea, gangguan temporo mandibular
joint atau untuk memperbaiki masalah orthodontic yang tidak dapat diperbaiki dengan kawat
gigi.1 Penanganan maloklusi yang parah dan deformasi rangka tulang wajah sering
melibatkan tindakan orthodontic dan pembedahan. Kebanyakan prosedur
pembedahan orthognathic melibatkan satu atau dua rahang yang memerlukan surgical
wafer untuk memfasilitasi efisiensi pembedahan, akurasi dan stabilisasi rahang.2
Surgical wafer merupakan suatu alat yang terbuat dari resin akrilik yang digunakan dalam
pembedahanorthognatic sebagai pemandu intermedier untuk mereposisi pergerakan maksila
terhadap mandibula dan untuk mencapai oklusi akhir yang direncanakan, serta pemandu
dalam pemotongan tulang rahang sesuai dengan yang diperlukan untuk mencapai oklusi yang
ideal. Surgical wafer dapat mengembalikan bentuk lengkung gigi dalam setiap posisi yang
direncanakan sebelumnya.2
Pembuatan surgical wafer menggunakan bahan self curing acrylic pernah dibuat di
laboratorium Jurusan Teknik Gigi Poltekkes Kemenkes Jakarta II. Pada kasus yang diperoleh,
penulis akan melakukan prosedur pembuatan surgical wafer pada rekonstruksi rahang
menggunakan bahan heat curing acrylic.
Penulis memilih judul prosedur pembuatan surgical wafer pada rekonstruksi rahang
dengan heat curing acrylic, karena surgical wafer merupakan hal yang baru bagi penulis,
sekaligus untuk menambah wawasan dan menguasai teknik pembuatan surgical wafer serta
tahap-tahap pekerjaan di laboratorium dengan benar, agar dapat dihasilkan surgical
wafer dari bahan heat curing acrylic yang baik dan sesuai dengan kebutuhan perawatan.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu:
“Bagaimanakah prosedur pembuatan surgical wafer pada rekonstruksi rahang
dengan heat curing acrylic?”

3. Batasan masalah
Untuk memudahkan penulis dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini dan untuk menghindari
pembahasan yang menyimpang dari materi yang diangkat, maka penulis membatasi masalah
hanya mengenai prosedur pembuatan surgical wafer pada rekonstruksi rahang dengan heat
curing acrylic.

4. Tujuan Penulisan
1.4.a Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan karya tulis ilmiah ini yaitu untuk menambah pengetahuan
tentang prosedur pembuatan surgical wafer pada rekonstruksi rahang dengan heat curing
acrylic.
1.4.b Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk:
1. Mengetahui proses dari setiap tahapan dalam pembuatan surgical wafer pada
rekonstruksi rahang dengan heat curing acrylic.
2. Mengetahui jenis-jenis bahan yang dapat digunakan dalam
pembuatan surgical wafer.
3. Mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam pembuatan surgical
wafer pada rekonstruksi rahang dengan heat curing acrylic dan langkah yang harus
diambil untuk mengatasi permasalahan tersebut.
5. Manfaat Penulisan
1.5.a Manfaat bagi penulis
Manfaat karya tulis ilmiah bagi penulis yaitu untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan keterampilan dari setiap tahapan pembuatan surgical wafer pada rekonstruksi
rahang dengan heat curing acrylic.
1.5.b Manfaat bagi institusi
Manfaat karya tulis ilmiah bagi institusi yaitu untuk menambah referensi dan bahan bacaan
bagi mahasiswa teknik gigi.
1.5.c Manfaat bagi masyarakat
Manfaat karya tulis ilmiah bagi masyarakat yaitu untuk menambah wawasan bagi para
pembaca dan diharapkan dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi
masyarakat.

6. Metode Penulisan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini metode yang digunakan adalah studi model yang
didukung oleh beberapa referensi yang diperoleh dari Perpustakaan FKG Universitas
Indonesia, Perpustakaan Ladokgi, Perpustakaan Jurusan Teknik Gigi dan dari Internet.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Terjadinya kehilangan atau kerusakan sebagian dari organ atau jaringan pada tubuh
dikarenakan bawaan sejak lahir, pasca operasi ataupun terdapat suatu penyakit dapat
menyebabkan berubahnya struktur dan fungsi tubuh, salah satunya hubungan antara rahang
atas dan rahang bawah yang tidak normal atau maloklusi. Pada keadaan maloklusi yang parah
dilakukan tindakan dengan mereposisi pergerakan maksila terhadap mandibula. Untuk
mencapai oklusi seperti yang direncanakan, maka dilakukan pembedahan orthognatic.

2.1 Orthognathic Surgery


Orthognatic surgery adalah pembedahan untuk memperbaiki kondisi rahang dan wajah yang
berhubungan dengan struktur, pertumbuhan, sleep apnea, gangguan temporo mandibulla
joint (TMJ)atau untuk memperbaiki masalah orthodontic yang tidak dapat diperbaiki dengan
kawat gigi.1
2.2 Indikasi Orthognatic Surgery
Indikasi dilakukannya pembedahan orthognatic yaitu:3

1. Protruded Maxilla
Rahang bagian atas bersama dengan gigi atas terletak terlalu ke depan. Dengan keadaan
seperti ini, seseorang mengalami kesulitan untuk menutup bibir. Gigi selalu terlihat dan
dalam kebanyakan kasus seluruh gusi terlihat sewaktu tersenyum (gummy smile). Gummy
smile terjadi akibat pertumbuhan vertikal rahang atas yang berlebihan.

2. Retruded Maxilla
Kelainan bentuk ini terjadi akibat perkembangan rahang atas yang kurang. Biasanya terlihat
pada orang dengan celah bibir atau langit-langit. Setelah bedah koreksi celah bibir atau
langit-langit di usia muda, pertumbuhan dari rahang atas terhambat dan terjadi perpindahan
atau kerusakan benih gigi. Akibatnya muka terlihat seperti dish shape face dengan hidung
yang lebar dan gigi tidak pada tempatnya, rotasi atau missing.

3. Protruded Mandibulla
Pada beberapa orang, perkembangan rahang bawah berlebihan sehingga menyebabkan rahang
terlalu panjang. Wajah menjadi sangat panjang dengan gigi pada rahang bawah lebih ke
depan dan bibir tebal. Normalnya, gigi-gigi rahang bawah berada di bagian dalam dari gigi-
gigi rahang atas sewaktu posisi menggigit. Sedangkan pada kasus ini, posisi gigi rahang
bawah berada di bagian depan daripada gigi rahang atas.

4. Alasan Orthodontic
Pada beberapa orang akibat kelainan perkembangan atau akibat faktor-faktor turunan, rahang
bawah sangat kecil dan wajah berbentuk bird face.

5. Asimetri Wajah
Kadang-kadang beberapa bagian wajah lebih berkembang atau kurang berkembang sehingga
salah satu bagian wajah menjadi lebih besar atau lebih kecil.

3. Prosedur Orthognatic Surgery


Ada beberapa macam prosedur pembedahan orthognatic yaitu:4
2.3.a Pembedahan Mandibula
Maksila pasien dimanfaatkan sebagai dasar patokan pada waktu pemotongan
mandibula, kemudian mandibula direposisi. Cetakan mandibula dioklusikan dalam hubungan
yang ideal, kemudian difiksasi dengan wax lalu dipasang pada artikulator, gerakan artikulator
ke kiri dan ke kanan akan menghasilkan reproduksi hubungan oklusal yang akurat dan rotasi
mandibula untuk konstruksi pola bedah. Kemudian dibuatkan surgical wafer yang
dikonstruksikan dari resin akrilik.

2.3.b Pembedahan Maksila


Bedah model untuk prosedur pembedahan maksila, dimulai dengan konstruksi cetakan
maksila dan mandibula secara akurat yang dipasang pada artikulator semi adjustable,
memakai tulang muka untuk menghubungkan maksila dan dasar cranial. Garis acuan vertikal
ditempatkan pada sisi cetakan maksila dan digunakan dalam memperhitungkan
pergerakan anteroposterior pada pembedahan.
2.3.c Pembedahan Gabungan Maksila dan Mandibula
Pada banyak kejadian, hasil diagnosa memperlihatkan deformasi sceletal (tulang rangka)
dikedua rahang. Jika koreksi deformasi dentofacial melibatkan reposisi maksila dan
mandibula secara bersamaan, maka model operasi diselesaikan secara bertahap. Operasi yang
dilakukan pada cetakan model digunakan untuk maksila dan mandibula serta surgical
wafer akrilik dibuat untuk merekam posisiintermedier (maksila yang bergerak dan mandibula
yang tidak bergerak)

2.4 Surgical wafer


Surgical wafer adalah suatu alat yang terbuat dari resin akrilik yang digunakan pada
pembedahanorthognatic, fungsinya sebagai pemandu intermedier untuk mereposisi
pergerakan maksila terhadap rahang bawah, untuk mencapai oklusi akhir yang direncanakan.2

2.5 Fungsi Surgical Wafer


Surgical wafer memiliki beberapa fungsi yaitu:2

1. Sebagai pemandu intermedier untuk mereposisi pergerakan relatif maksila


terhadap rahang bawah.
2. Untuk membantu mencapai oklusi akhir yang direncanakan.
3. Pemandu dalam pemotongan tulang rahang sesuai dengan yang diperlukan
untuk mencapai oklusi yang ideal.

2.6 Tahapan Pembuatan Surgical Wafer


Tahapan pembuatan surgical wafer yaitu:5
2.6.a Facebow Transfer dan Model Mounting
Rekaman hubungan dari lengkung rahang atas kearah horizontal dari sumbuh rahang bawah,
dipindahkan ke artikulator, lalu model kerja ditanam di artikulator.

2.6.b Surgical Planning


Rencana pembedahan dibuat dan digambar pada model yang telah ditanam di artikulator.

2.6.c Model Surgery


Dilakukan pemotongan model sesuai dengan perhitungan yang telah dibuat untuk mencapai
oklusi yang ideal.

2.6.d Prosedur Laboratorium Pembuatan Surgical Wafer


Pembuatan surgical wafer pada rekonstruksi rahang di laboratorium teknik gigi rumah sakit
Chang Geng, slide lecture:6

1. Prosedur blocking undercut, bending, Packing dan pembentukan surgical


wafer.
2. Prosedur finishing, kelebihan acrylic pada bagian luar dan bagian
dalam wafer diambil, laluwafer dirapikan.
3. Prosedur pembuatan lubang di interdental, lalu wafer dikembalikan ke
artikulator dan dioklusikan.

2.6.e Remounting
Adalah pemasangan kembali protesa beserta model rahang atas dan rahang bawah dalam
artikulator untuk mengoreksi hubungan oklusi yang tidak harmonis.
Hal-hal yang harus diperhatikan pada waktu pemasangan kembali protesa surgical
wafer pada artikulator:

1. Ujung pin artikulator tidak boleh terangkat.


2. Wafer tidak menutupi bracet dan buccal tube serta lingual cleat.
3. Wafer memegang gigi dengan baik dan cekat, apabila wafer terasa goyang,
maka cari hambatan yang ada dan pada bagian tersebut harus dibuang.

2.7 Bahan-bahan Pembuatan Surgical Wafer


Pada pembuatan surgical wafer ada beberapa jenis bahan yang dapat digunakan yaitu:7
2.7.a Self Curing Acrylic
Resin self curing acrylic merupakan bahan akrilik yang proses polimerisasi tidak memerlukan
pemanasan. Panas untuk polimerisasi timbul akibat reaksi eksotermis dari bahan tersebut
pada waktu dilakukan pencampuran antara polimer (polymethyl methacrylate) dan monomer
(methyl methacrylate). Kelebihan dari bahan self curing acrylic, protesa dapat diperbaiki dan
dirubah tanpa perlu mengikuti prosedur normal mulai dari waxing, kuveting,
dan packing. Kekurangannya adalah hasil pemolesan kurang mengkilat, warna tidak stabil
dan tingkat porusitas lebih tinggi di bandingkan dengan bahan heat curing acrylic.
Ada 2 metode yang digunakan dalam proses polimerisasi self curing acrylic yaitu:

1. Dry method
Metode pencampuran antara monomer dan polimer yang dilakukan langsung didalam mould
spacedengan cara meneteskan polimer lalu ditaburi monomer.

2. Wet method
Metode pencampuran antara monomer dan polimer yang dilakukan di dalam mixing jar dan
bila sudah mencapai tahap dough stage baru dimasukan ke dalam mould space.

2.7.b Heat Curing Acrylic


Resin heat curing acrylic merupakan bahan akrilik yang proses polimerisasi memerlukan
pemanasan, sehingga pada saat prosesing diperlukan perebusan. Resin heat curing
acrylic memberikan hasil yang keras, padat, memiliki warna yang stabil, dan tingkat
porusitas rendah.
Perbandingan monomer dan polimer akan menentukan struktur resin. Perbandingan monomer
dan polimer, biasanya 3 sampai 3,5/1 satuan volume atau 2,5/1 satuan berat. Bila rasio terlalu
tinggi, tidak semua polimer sanggup dibasahi oleh monomer akibatnya acrylic yang direbus
akan bergranula. Selain itu juga tidak boleh terlalu rendah karena sewaktu polmerisasi,
monomer murni terjadi pengerutan sekitar 21% satuan volume. Pada adonan acrylic yang
berasal dari perbandingan monomer dan polimer yang benar, kontraksi sekitar 7%. Bila
terlalu banyak monomer, maka kontraksi yang terjadi akan lebih besar. Pencampuran polimer
dan monomer harus dilakukan dalam tempat yang terbuat dari keramik atau gelas yang tidak
tembus cahaya (mixing jar). Hal ini dimaksudkan supaya tidak terjadi polimerisasi awal.
Bila polimer dan monomer dicampur, akan terjadi reaksi dengan tahap-tahap sebagai berikut:

1. Sandy stage, adonan seperti pasir basah.


2. Mushy stage, adonan seperti lumpur basah.
3. Stringy stage, adonan apabila disentuh dengan jari akan melekat, dan bila
ditarik akan membentuk serat.
4. Dough stage, pada tahap ini adonan tidak lengket lagi dan mudah dibentuk
sesuai dengan yang kita inginkan.
5. Rubbery stage, adonan kenyal seperti karet karena banyak monomer yang
menguap, terutama pada permukaannya, sehingga terbentuk permukaan yang kasar.
6. Rigid stage, pada tahap ini adonan telah menjadi keras dan getas pada
permukaannya, sedangkan pada bagian dalam masih kenyal.

BAB III
PROSEDUR PEMBUATAN SURGICAL WAFER PADA
REKONSTRUKSI RAHANG DENGAN HEAT CURING ACRYLIC

Penulisan karya tulis ini diangkat berdasarkan studi model yang dilakukan penulis tentang
Prosedur Pembuatan Surgical wafer Pada Rekonstruksi Rahang Menggunakan Heat Curing
Acrylic di Laboratorium Jurusan Teknik Gigi.

3.1 Data Pasien


Nama : Ny. Pratiwi
Umur : 37 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Kelapa Gading Jakarta
Dokter yang merawat : Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo Jakarta
Diagnosa : Maloklusi skeletal
SPK : Buatkan protesa surgical wafer dengan bahan heat curing acrylic, dengan ketebalan 2
mm dan buat lubang dengan diameter 1 mm di interdental gigi pada wafer.

3.2 Persiapan Alat dan Bahan


3.2.a Persiapan alat
Alat-alat yang digunakan dalam proses pembuatan surgical wafer pada rekonstruksi rahang
menggunakan heat curing acrylic sebagai berikut:

 Artikulator
 Pisau malam
 Pisau gips
 Lekron
 Bowl dan spatula
 Pres meja
 Mesin trimer
 Vibrator
 Mikromotor
 Kompor gas dan panci
 Cuvet
 Hand press
 Lampu spiritus
 Mixing jar
 Kuas

 Amplas (kasar dan halus)


 Sikat poles (sikat hitam,sikat putih)
 Feltcone
 Mesin poles
 Mata bur
 Plastik cellophan
 Kain lap putih

3.2.b Persiapan Bahan


Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan surgical wafer pada rekonstruksi rahang
menggunakanheat curing acrylic yaitu:

 Powder heat curing acrylic


 Liquid
 Base plate wax
 Plaster of paris
 Dental Stone
 Vaselin
 Cold Mould Seal (CMS)
 CaCO3
 Pumice

3.3 Prosedur Pembuatan Surgical wafer pada Rekonstruksi Rahang Dengan Heat
Curing Acrylic
Bahan yang digunakan dalam pembuatan surgical wafer adalah heat curing acrylic.
Di bawah ini penulis akan membahas mengenai pembuatan surgical wafer yang dikerjakan di
laboratorium Teknik Gigi.
Adapun urutan prosedur pembuatan surgical wafer pada rekonstruksi rahang dengan sebagai
berikut:

3.3.a Persiapan Model Kerja


Model kerja yang diterima dari dokter gigi dilepas dari artikulator lalu dibersihkan dari nodul
dan dirapikan.

3.3.b Survey
Survey dilakukan pada model kerja menggunakan pensil mekanik,
dari hasil survey ditemukan undercutpada daerah lingual dari gigi anterior.
3.3.c Block Out
Pada daerah yang terdapat undercut, dilakukan block out menggunakan gips, agar tidak
terdapat hambatan pada saat insersi protesa.

3.3.d Duplicating Model


Pembuatan duplikat model kerja, model tersebut akan digunakan pada saat penanaman pola
malam kedalam kuvet, sedangkan model kerja yang telah tertanam di artikulator akan
digunakan pada saatremounting.

3.3.e Pembuatan Desain pada Model Kerja


Desain merupakan rencana awal yang berfungsi sebagai panduan dalam proses pekerjaan
dimodel kerja, desain digambar pada model kerja menggunakan pensil.

3.3.f Pembuatan Pola Malam (Waxing)


Pembuatan pola malam dilakukan dengan cara memanaskan selembar base plate wax diatas
lampu spirtus, setelah wax lunak diletakan diatas permukaan oklusal model kerja, lalu model
kerja dioklusikan dan ditekan sampai incisal guide pin menyentuh table incisal guide
pin, selanjutnya artikulator diikat dengan karet agar tidak terjadi peninggian gigit, pembuatan
pola malam dilanjutkan dengan meneteskanwax yang telah dicairkan ke permukaan labial dan
bukal serta permukaan palatal dan lingual sesuai dengan gambar desain, pola malam dibentuk
dan dirapikan, lalu dihaluskan.

3.3.g Penanaman Pola Malam (Flasking)


Pola malam yang telah dibentuk dilepas dari model kerja dan dipasang pada model duplikat
rahang bawah, kemudian ditanam kedalam kuvet, seluruh permukaan pola malam ditutup
dengan gips kecuali permukaan oklusal yang dibiarkan terbuka. Setelah gips mencapai setting
time diulas dengan vaselin dan dilakukan pengecoran gips pada kuvet atas.

3.3.h Pembuangan Pola Malam (Boiling Out)


Proses pembuangan wax dilakukan dengan cara memasukan kuvet kedalam air mendidih
selama 5 menit, setelah itu kuvet dibuka dan sisa-sisa wax yang masih ada dibersihkan
dengan menyiramkan air panas sampai mould space benar-benar bersih.

3.3.i Packing
Pada tahap packing metode yang digunakan yaitu wet method dimana polimer dan monomer
dicampur di dalam mixing jar, setelah adonan mencapai dough stage, dibentuk menjadi
gulungan kemudian diaplikasikan kedalam mould space dengan jari tangan lalu
plastik cellophane diletakkan diantara kuvet atas dan kuvet bawah, kuvet atas dan kuvet
bawah disatukan kemudian dipres.

Press pertama dilakukan secara perlahan-lahan agar akrilik dapat mengalir kesemua daerah
dan kelebihannya mengalir keluar kuvet. Kuvet dibuka lalu kelebihan akrilik
dibuang kemudian plastikcellophane diletakkan kembali dan lakukan press
kedua sampai metal to metal contact. Kuvet dibuka kembali dan apabila sudah tidak ada
kelebihan akrilik, dilakukan press terakhir tanpa plastik cellophane.Selanjutnya
proses curing siap untuk dilakukan.

3.3.j Curing
Tahapan curing dilakukan dengan cara merebus kuvet yang telah dipindahkan ke hand
press didalam panci yang berisi air, perebusan dimulai dari air dengan suhu kamar, perebusan
dilakukan selama 90 menit, setelah itu kuvet diangkat dan dibiarkan sampai dingin dengan
sendirinya.
3.3.k Deflasking
Tahap deflasking dilakukan dengan cara membuka kuvet secara perlahan, gips dipotong
menggunakan gergaji kecil dan pisau gips, sisa-sisa gips dibersihkan dengan lecron dan
didapatkan protesa yang utuh dan tidak ada bagian yang rusak.

3.3.l Finishing
Pada tahap ini protesa dibersihkan, bagian-bagian yang kasar dihaluskan, kemudian
dilakukan penyempurnaan bentuk akhir dari protesa.

3.3.m Pembuatan Lubang pada Wafer


Lubang pada wafer dibuat didaerah interdental dari setiap gigi, pembuatan lubang dilakukan
dengan menggunakan mikro motor dan round bur, lubang dibuat dengan diameter ± 1mm.

3.3.n Remounting
Pada tahap remounting protesa dipasang kembali di model kerja yang telah terpasang di
artikulator dan terlihat ada peninggian gigit, untuk mengatasinya dilakukan pengasahan
(selective grinding) menggunakan round bur kecil pada permukaan oklusal dari wafer yang
telah ditandai dengan pewarna, pengasahan dilakukan sampai incisal guide
pin menyentuh table incisal guide pin.

3.3.o Polishing
Tahap selanjutnya
protesa wafer dihaluskan dengan menggunakan feltcone dan pumice, dilanjutkandengan
menggunakan sikat hitam dan pumice untuk menghilangkan guratan.

Setelah tidak ditemukan lagi guratan, dilanjutkan dengan melakukan pemolesan terakhir
menggunakan sikat putih (wool wheel) dan bubuk CaCO3.

BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL

4.1 Pembahasan
Pembuatan protesa surgical wafer merupakan hal yang baru bagi penulis, dan belum pernah
dikerjakan selama praktikum di laboratorium teknik gigi maupun pada saat praktik kerja
lapangan. Pembuatan protesa surgical wafer pernah dikerjakan dilaboratorium teknik gigi
menggunakan bahan self curing acrylic yang mengalami kesulitan pada
saat packing dimana acrylic sudah mengeras sebelum protesa selesai dibentuk dan dirapikan,
untuk itu penulis menggunakan bahan heat curing acrylic yang tahappacking bisa dikerjakan
dengan waktu yang lebih lama, selain itu bahan heat curing acrylic memiliki kekuatan yang
lebih dibandingkan self curing acrylic. Pada bab ini penulis akan membahas semua tahapan
yang telah dikerjakan, permasalahan-permasalahan yang dihadapi, serta langkah-langkah
yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang dialami penulis selama proses
pembuatan protesasurgical wafer di laboratorium Jurusan Teknik Gigi.
Protesa surgical wafer dibuat berdasarkan model kerja yang diterima dari dokter gigi dan
telah ditanam pada artikulator. Pada pembuatan protesa surgical wafer ini penulis
menggunakan bahan heat curing acrylic. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat
seharusnya artikulator yang digunakan artikulator tipe full adjustable, akan tetapi karena
tidak tersedianya artikulator tipe full adjustable dan kasus yang penulis kerjakan merupakan
studi kasus maka artikulator yang digunakan artikulator tipe rata-rata.
Tahapan kerja dimulai dari menerima model kerja yang telah tertanam pada artikulator.
Setelah itu dilakukan survey untuk mengetahui daerah-daerah undercut yang selanjutnya
dilakukan block out menggunakan plaster of paris, dilanjutkan dengan pembuatan duplikat
model kerja, model duplikat tersebut akan digunakan pada saat penanaman pola malam
kedalam kuvet, sedangkan model kerja yang telah tertanam di artikulator akan digunakan
pada saat remounting.
Tahap berikutnya pembuatan pola malam dilakukan dengan cara memanaskan selembar base
plate waxdiatas lampu spirtus, setelah wax lunak diletakan diatas permukaan oklusal model
kerja, lalu model kerja dioklusikan dan ditekan sampai incisal guide
pin menyentuh table incisal guide pin, selanjutnya artikulator diikat dengan karet agar tidak
terjadi peninggian gigit. Pembuatan pola malam dilanjutkan dengan meneteskan wax yang
telah dicairkan ke permukaan labial dan bukal serta permukaan palatal dan lingual sesuai
dengan gambar desain, pola malam dibentuk dan dirapikan, lalu dihaluskan.
Setelah pola malam terbentuk sesuai dengan desain, pola malam dilepas dari model kerja,
sebelumnya model kerja direndam di dalam air agar pola malam mudah dilepas, lalu pola
malam dipindahkan ke model duplikat dan difiksasi kemudian dilanjutkan dengan penanaman
kedalam kuvet. Tahapanflasking, boiling out, packing dan curing dilakukan sesuai prosedur
seperti yang telah dijelaskan pada bab 3, penulis tidak menemukan hambatan.
Pada tahap deflasking kuvet dibuka secara perlahan, gips dipotong menggunakan gergaji
kecil dan pisau gips. Setelah protesa terlepas dari gips, penulis mendapatkan gips yang
menempel pada permukaan oklusal rahang atas dari wafer, hal ini kemungkinan disebabkan
karena pengulasan Cold Mould Seal(CMS) yang terlalu tipis pada tahapan packing, sisa-sisa
gips dibersihkan secara perlahan dengan lecronsampai bersih.

Tahap finishing protesa dibersihkan, bagian-bagian yang kasar dihaluskan, dan dilakukan
penyempurnaan bentuk akhir dari protesa. Tahap selanjutnya pembuatan
lubang pada wafer dengan diameter ± 1mm sebanyak 13 buah, yang dibuat dengan
menggunakan mikro motor dan round bur kecil.
Pada tahap remounting protesa dipasang kembali di model kerja yang telah terpasang di
artikulator, penulis menemukan peninggian gigit yang dapat dilihat
dari incisal guide pin yang terangkat dari table incisal guide pin sekitar 1mm. Peninggian
ini kemungkinan terjadi pada saat packing yang menggunakan metode pulling
decasting. Untuk mengatasi peninggian gigit dilakukan pengasahan(selective
grinding) menggunakan round bur kecil pada permukaan oklusal dari wafer yang
sebelumnya telah ditandai dengan pewarna (lipstick). Penandaan dilakukan dengan cara
mengulaskan lipstick pada permukaan oklusal model kerja lalu wafer dipasang dan
dioklusikan sehingga didapat tanda lipstickpada wafer, kemudian bagian yang bertanda
lipstick dikurangi dengan round bur. Hal ini dilakukan berulang kali sampai peninggian gigit
hilang dan incisal guide pin menyentuh table incisal guide pin.

Setelah dilakukan pengurangan, pada permukaan oklusal wafer di regio molar satu kiri
bawah, insisivus dua kanan bawah dan molar dua kanan bawah berlubang karena pada daerah
tersebut model giginya berkontak. Tahap selanjutnya
protesa dihaluskan dengan feltcone dan pumice, dilanjutkan dengan menggunakan sikat hitam
dan pumice untuk menghilangkan guratan. Setelah tidak ditemukan lagi guratan, dilanjutkan
dengan melakukan pemolesan terakhir menggunakan sikat putih dan CaCO3.
4.2 Hasil
Setelah wafer selasai pengerjaannya dan dikembalikan ke artikulator maka didapatkan hasil
sebagai berikut:

1. Pada saat dioklusikan ujung incisal guide pin pada artikulator


menyentuh table incisal guide pin.
2. Surgical wafer tidak menutupi bracet.
3. Surgical wafer memegang gigi dengan baik.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah menyelesaikan pembuatan protesa surgical wafer pada rekonstruksi rahang
dengan heat curing acrylic, penulis mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Pembuatan protesa surgical wafer harus dilakukan sesuai prosedur dan


bertahap, karena setiap tahapan yang dilakukan akan berpengaruh pada hasil akhir
dari pembuatan protesa surgical wafer.
2. Pada saat packing konsistensi monomer dan polimer harus mencapai Dough
stage, agar acrylic dapat mengalir secara sempurna keseluruh permukaan mould
space.
3. Pembuatan protesa surgical wafer menggunakan bahan heat curing
acrylic memberikan cukup waktu pada saat packing, sehingga kegagalan yang sering
terjadi pada saat packing jika menggunakan bahan self curing acrylic dapat dihindari.
4. Peninggian gigit tidak dapat dihindari pada packing dengan metode pulling
decasting, tapi peninggian gigit tersebut dapat diatasi dengan melakukan pengasahan
(selective grinding).

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Dalam pembuatan protesa surgical wafer, seorang teknisi gigi harus benar-
benar menguasai prosedur dan tahapan pekerjaan di laboratorium, agar hasil
pekerjaan dapat digunakan sesuai dengan fungsinya.
2. Peralatan laboratorium dan bahan yang akan digunakan harus memadai agar
setiap pekerjaan dapat dikerjakan dengan baik dan dengan hasil yang optimal.

3. Peralatan laboratorium di Jurusan Teknik Gigi agar lebih dilengkapi,


khususnya peralatan yang akan digunakan dalam pembuatan surgical wafer, salah
satunya artikulator tipe adjustable.
4. Menambahkan buku-buku, jurnal dan sumber kepustakaan lainnya tentang
prosedur pembuatansurgical wafer di perpustakaan Jurusan Teknik Gigi.

Anda mungkin juga menyukai