Anda di halaman 1dari 11

Sejarah Perekonomian Rusia.

Rusia, seperti yang dikatakan banyak orang bahwa Rusia adalah negara yang
besar,kaya akan mineral dan sumber daya alam, Mereka sangat dikenal oleh para
Ilmuan-Ilmuan terdahulu,terutama dalam hal paham yang telah dikenal oleh seluruh
dunia yaitu “komunis”.
Komunis lahir di Rusia yang juga dahulu dikenal sejarahnya yang dapat
mengalahkan negara kuat seperti Amerika pada perang dunia pertama. Semua orang
tahu bahwa Rusia dulunya adalah negara bagian dari Uni Soviet yang kokoh itu. Uni
Soviet adalah negara besar dan berpengaruh pada dunia,negara tersebut dikenal
sebagai negara komunis yang paling besar kala itu.
Rusia menyatakan dirinya merdeka dari Uni Soviet pada 24 Agustus 1991. Ini
mengadopsi dari diperebutkannya konstitusi pada tahun 1993 dan menjadi negara
federal., Rusia adalah negara terbesar di dunia dalam hal luas, sekitar 1,8 kali ukuran
AS Namun, banyak negara tapi tidak memiliki tanah dan iklim yang tepat (baik terlalu
dingin atau terlalu kering) untuk pertanian, dan hal ini tidak baik dalam kaitannya
dengan jalur laut utama dunia. Pada sektor energi kedepannya, Rusia memiliki basis
sumber daya alam yang luas termasuk deposito utama minyak, gas alam, batubara,
dan mineral strategis dan banyak. Dalam hal demografi, Rusia dihadapkan dengan
cepat menurun dan penuaan populasi. Di atas ini, harapan hidup di federasi Rusia
tenggelam dan sekarang lebih rendah daripada berada di Uni Soviet dahulu kala.
Sejarah perekonomian rusia berawal dari terpecahnya Negara Uni Soviet, pada
saat itu Rusia di bawah pemerintahan Yeltsin (Republik Rusia). Sejak runtuhnya Uni
Soviet pada tahun 1991, Rusia telah mencoba untuk mengembangkan ekonomi pasar
dan mencapai pertumbuhan ekonomi yang konsisten. Yeltsin mulai menyerang
masalah stabilisasi ekonomi makro dan restrukturisasi ekonomi.
Pada bulan Oktober 1991, Yeltsin mengumumkan bahwa Rusia akan
dilanjutkan dengan radikal, reformasi berorientasi pasar di sepanjang baris "shock
therapy", seperti yang direkomendasikan oleh Amerika Serikat dan IMF. Namun,
kebijakan ini mengakibatkan keruntuhan ekonomi, dengan jutaan rakyat jatuh ke
dalam kemiskinan. Korupsi dan kejahatan menyebar dengan cepat.
Dengan asumsi peran sebagai kepribadian hokum Uni Soviet, Rusia mengambil
tanggung jawab untuk menyelesaikan utang luar negeri, meski penduduknya terdiri
hanya setengah dari penduduk Uni Soviet pada saat perceraian. Ketika semua
perusahaan milik negara yang seharusnya dimiliki oleh rakyat, justru jatuh ke tangan
golongan orang-oang kaya. Saham dari perusahaan milik negara dikeluarkan, dan
baru ini perusahaan publik segera diserahkan kepada anggota Nomenklatura atau
dikenal bos kriminal.
Sebagai contoh, direktur sebuah pabrik selama rezim Soviet sering menjadi
pemilik perusahaan yang sama. Selama periode yang sama, kelompok-kelompok
kriminal sering mengambil alih perusahaan-perusahaan negara, membuka jalan
dengan pembunuhan atau pemerasan. Korupsi pejabat pemerintah sudah menjadi
aturan hidup sehari-hari. Dibawah pemerintah penutup, keterlaluan dilakukan
manipulasi keuangan yang memperkaya kelompok individu dan pemerintahan mafia.
Korupsi banyak mencuri miliaran dolar dalam bentuk tunai dan aset di luar negeri
sangat besar pelarian modal,
seperti Andrei Volgin yang terlibat dalam pengambil alihan koperasi pada pertengahan
tahun 1990-an.
v Dampak Revolusi Glasnost dan Perestroika terhadap Sosialisme Rusia.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa menjelang pertengahan
tahun 1980-an Uni Soviet mengalami kemerosotan di berbagai bidang kehidupan,
terutama di bidang politik dan ekonomi. Kondisi tersebut memaksa para petinggi
negara dan pemimpin partai untuk mengadakan koreksi secara umum terhadap
sosialisme Rusia serta melakukan peninjauan ulang terhadap strategi sistem
sosialisme ‘komunis’ Uni Soviet. Salah satu langkah yang dikelurkan untuk
menyelesaikan masalah tersebut adalah dengan
munculnya Glasnost danPerestroika. Pasca reformasi Glasnost dan Perstroika pada
masa pemerintahan Mikhail Gorbachev terdapat berbagai perubahan dalam
kehidupan Uni Soviet yang kemudian berubah menjadi Rusia. Perubahan tersebut
meliputi berbagai aspek seperti aspek ekonomi, budaya, dan juga politik.
· Bidang Ekonomi
Pada bidang ekonomi, pemerintah melakukan perluasan independensi
perusahaan-perusahaan negara serta memperkuat perkembangan sektor koperasi.
Terdapat juga pemangkasan birokrasi yang ditujukan untuk meningkatkan hasil
produksi. Sejak musim panas tahun 1990 pemerintah mengijinkan sistem
kepemilikan pribadi dan privatisasi. Upaya lain dalam memperbaiki bidang ekonomi
adalah dengan diluncurkannya program 500 hari, yakni suatu program pembangunan
ekonomi dan perbaikan terhadap persoalan-persoalan seperti inflasi dan lain
sebagainya.
· Bidang Budaya
Bidang budaya berkembang pesat karena dihapuskannya sensor terhadap
pers yang sebelumnya mengekang kebebasan berpikir dan berekspresi. Ruang gerak
seniman kembali terbuka. Perkembangan ini meliputi bidang sastra, musik dan juga
perfilman. Perubahan-perubahan ini melahirkan begitu banyak hal-hal baru dan luar
biasa dalam kehidupan masyarakat Rusia. Industri perfilman, sastra, dan musik
mengalami loncatan yang luar biasa. Tempat-tempat hiburan malam dan bioskop
muncul. Pada zaman kepemimpinan Vladimir Putin misalnya, kebudayaan Rusia jauh
berkembang diringi juga dengan maraknya budaya pop yang masuk ke Rusia.
Kehidupan malam dan suasana yang lebih hidup mewarnai kehidupan masyarakat
Rusia.
· Bidang Politik
Dalam bidang politik dan kebijakan luar negeri Rusia memperbaiki hubunganya
dengan berbagai negara termasuk negara-negara barat. Rusia yang sempat
bersitegang dengan negara-negara barat akhirnya melunak dan mencoba untuk
kembali membangun hubungan yang lebih baik. Walaupun Rusia tetap saja menjaga
jarak, namun jelas bahwa dari sisi kepentingan, Rusia mungkin penya kepentingan
yang besar dengan kembali mebangun hubngan tersebut. Hubungan antara Rusia
dan AS misalnya diarahkan pada penghapusan perlombaan senjata melalui beberapa
perjanjian seperti perjanjian SALT I, SALT II dan START yang isinya membicarakan
bpersoalan mengenai gencatan senjata dan pemusnahan senjata-senjata yang dapat
membahayakan keselamatan banyak orang. Kebijakan-kebijakan di masa
pemerintahan Gorbachev dianggap telah memberi wajah baru yang lebih ramah bagi
Uni Soviet.
Namun, di lain pihak kebijakan Glasnot dan Perestroika ternyata berpengaruh
bagi menguatnya gerakan separatisme akibat semangat demokratisasi dan
keterbukaan tersebut. Pada akhirnya hal tersebut berujung pada pecahnya Uni
Soviet. Pasca pecahnya Uni Soviet, Rusia menjadi Negara pecahan Uni Soviet yang
terbesar. Federasi Rusia mempertahankan Moscow sebagai ibukota Negara. Boris
Nikolayevich Yeltsin dipilih sebagai presiden pertama Rusia.

v Pemerintahan Rusia Pasca Glasnost dan Perestroika


· Masa Pemerintahan Boris Yeltsin
Corak kepemimpinan Yeltsin secara umum menunjukkan ciri transisional dari
sistem Uni Soviet menuju sebuah Negara yang demokratis. Pada masa ini hubungan
antar organ kekuasaan belum tertata secara tegas sehingga sering timbul konflik
politik. Proses swastanisasi yang dilaksanakan pada masa pemerintahannya
merupakan konsekuensi logis dari upaya Rusia untuk menuju sistem ekonomi pasar.
Proses ini lalu melahirkan kelompok baru dalam masyarakat Rusia, yakni orang-orang
yang berhasil menguasai perusahaan-perusahaan yang dahulu dikuasai oleh
pemerintah. Pada masa pemerintahan Yeltsin ini kelompok tersebut mendapat ruang
gerak yang sangat luas dan Yeltsin sendiri dikenal dekat dengan kelompok tersebut
tidak lain karena kelurganya sendiri merupakan bagian dari kelompok kecil yang
diuntungkan oleh Negara. Kelompok konglomerat ini meraih keuntungan yang luar
biasa dari masa transisi ini. Maka, pemerintahan Yeltsin cenderung oligarkis. Pada
masa pemerintahan Yeltsin kebebasan beragama mulai digalakan mulai dari
kebebasan menjalankan aktivitas ritual hingga diperbolehkannya kegiatan politik oleh
para kelompok-kelompok beragama.
Secara garis besar pemerintahan Yeltsin mencoba mengadopsi kapitalisme,
namun gagal memajukan dan mengembalikan keadaan masyarakat. Pemulihan
ekonomi tidak sepenuhnya membawa perubahan pada masyarakat, khususnya kelas
menengah ke bawah. Yang diuntungkan adalah kelompok-kelompok tertentu.
· Masa Kepemimpinan Vladimir Putin
Mengikuti jejak pendahulunya, Putin melanjutkan kebijakan reformasi dan
ekonomi pasar yang telah digulirkan sejak pemerintahan Yeltsin dan bahkan sejak
masa pemerintahan Gorbachev. Namun demikian, Putin memiliki pandangan sendiri
dalam menjalankan ide-ide reformasi tersebut dalam kerangka menyelamatkan
bangsa Rusia dari krisis ekonomi dan krisis politik yang telah melilit sejak awal Rusia
berdiri setelah runtuhnya Uni Soviet. Berbeda dengan Yeltsin yang akrab dengan
kaum oligarki, sejak awal pemerintahannya, Putin telah menekankan peringatannya
pada kaum elit pengusaha yang menguasai sebagian besar perekonomian Rusia.
Serangkaian pengusaha yang selama ini dikenal dekat dengan pemerintahan
sebelumnya tak luput dari tindakan tegas pemerintahan Putin. Era Vladimir Putin
memperlihatkan arah kebangkitan Rusia dari keterpurukan. Pada masa ini
permasalahan ekonomi masih menjadi fokus utama.

3.2 Sistem Ekonomi Negara Rusia.


Negara rusia adalah Negara yang meganut sistem ekonomi
Sosialis.Menurut Dr. Muhammad Hatta sistem perekonomian Rusia itu merupakan
suatu perekonomian totaliter yang dikuasai sama sekali oleh negara. Seluruh
perekonomian dipimpin dari pusat menurut rencana. Produksi, konsumsi, dan
distribusi di atur dengan peraturan dan tidak ada tempat private enterprise.
Konkurensi tidak ada, hanya dengan perlombaan bekerja untuk memperoleh sistem
dan hasil terbaik. Rusia memiliki perindustrian yang cukup maju yang merupakan
warisan dari masa pemerintahan Josef Stalin. Industri yang dikenal antara lain industri
perlengkapan dan peralatan militer, misalnya industri pesawat tempur yang
menghasilkan MiG dan Sukhoi serta helikopter, pesawat terbang,tank, rudal dan
persenjataan ringan seperti senapan AK-47. Selain itu ada pula industri berat seperti
industri baja, pertambangan mineral, batu bara dan minyak bumi. Rusia juga memiliki
industri pertanian yang digalakkan Stalin dengan pertanian kolektifnya. sekalipun
merupakan negara industri yang tergabung G-8, Rusia masih berusaha mengatasi
masalah ekonominya agar mampu menjadi negara adikuasa kembali seperti ketika
masa Uni Soviet.
Rusia, seperti Cina, telah melakukan perubahan sistem ekonomi, dari sistem
ekonomi terpusat ke sistem ekonomi berbasis pasar. Proses peralihan sistem – sejak
rezim Vladimir Putin tahun 2000 – berjalan secara perlahan dan hati-hati. Sistem
ekonomi liberal tidak seutuhnya diamini dan diterapkan oleh Rusia. Sikap selektif yang
demikian selain perlu adaptif dengan proporsi kekuatan ekonomi makro Rusia, juga
mempertimbangkan implikasinya terhadap kontinuitas ekonomi jangka panjang.
Dalam hal ini, Presiden Putin menggariskan kebijakan yang mengedepankan
penguatan ketahanan ekonomi ke dalam tahapan reformasi(inward), yang diperkuat
dengan peningkatan leverage ekonomi politik ke luar(outward). Rusia memang
sangat selektif dalam memaknai nilai-nilai kapitalisme ke dalam proses reformasi yang
sedang dijalankan.
Jika salah langkah dalam penerapan sistem yang tergolong baru tersebut, akan
berdampak buruk bagi perekonomian Rusia sendiri. Hal ini merupakan tantangan bagi
Rusia di masa transisi. Bahkan ketika menghadapi arus globalisasi ekonomi yang
serba tidak menentu, Rusia berusaha agar tidak terjelembab dalam jurang globalisasi
ini. Rusia tidak ingin menanggung konsekuensi dari globalisasi ekonomi yang
menimbulkan instabilitas, meskipun Rusia tetap mengikutinya. Dalam konteks ini,
Rusia memiliki kemandirian dalam mengartikulasikan konsep globalisasi yang
disesuaikan dengan karakteristik politik dan ekonominya. Karena itu, dalam proses
peralihan, diupayakan agar langkah reformasi dijalankan secara perlahan-lahan tanpa
menimbulkan ’distorsi’ yang bisa menganggu pencapaian cita-cita Rusia yang ingin
kembali berjaya seperti masa lalu.
Sebagai perwaris Uni Soviet, Rusia mewarisi kurang lebih 50% aset-aset
ekonomi peninggalan Uni Soviet. Sebagai negara eks-Uni Soviet terbesar, Rusia
memiliki tekad kuat untuk membangun ’basis’ perokonomian yang kokoh agar dapat
bertahan dalam menghadapi arus kompetisi ekonomi yang semakin ketat yang terjadi
di era globalisasi, baik antar negara eks-Uni Soviet maupun dengan negara-negara
Asia dan Eropa. Untuk mencapai tujuan tersebut, Putin membuat rancangan sistem
dan mekanisme ekonomi dengan ciri khas tersendiri, yang mungkin tidak sepenuhnya
mengandung nilai-nilai liberalisme Barat ataupun sistem terpusat. Sistem dan
mekanisme ekonomi yang dianut Rusia, kini, dapat sewaktu-waktu berubah sesuai
dengan tuntutan keadaan internal dan perubahan keadaan ekonomi eksternal. Namun
demikian, faktor terpenting yang mesti dikawal oleh Putin adalah maturitas stabilitas
ekonomi. Sehingga, Putin memposisikan pemerintah untuk memegang kendali dalam
mengatur pergerakan ekonomi dan tata ekonomi dalam negeri, dan karenanya,
dominasi peran pemerintah akan lebih besar.
Positioning peran seperti itu tidak serta merta menegasikan elemen liberalisme.
Putin masih membuka ’kran’ liberalisme ekonomi walaupun terkontrol kepada sektor
swasta. Kran kebebasan, tapi terkendali, dibuka argar tidak menganggu jalannya
mekanisme pasar, sehingga Rusia tidak mudah tergelincir ke dalam arogansi
ekonomi. Tindakan ’selektif’ Putin ditempuh karena mengambil pelajaran dari
pengalaman krisis pada tahun 1998. Setiap kebijakan ekonomi yang diambil selalu
memperhatikan unsur-unsur penyebab terjadinya krisis saat itu. Putin berasumsi
bahwa krisis dapat terjadi karena kesalahan dalam penataan ekonomi yang dibentuk
saat itu oleh mantan Presiden Boris Yetlsin. Kejadian krisis menandakan bahwa
perekonomian Rusia untuk sementara ini selama masa transisi masih terlalu rentan
dalam menerapkan sistem kapitalisme, apalagi diterapkan dalam waktu yang begitu
cepat, tidak lama setelah Uni Soviet bubar.
Disamping itu, krisis telah memupus keyakinan Rusia terhadap nilai-nilai
kapitalisme dan liberalisme yang menggariskan bahwa jika pembangunan ekonomi
ingin maju, maka peran negara harus direduksi dan kekuasaan bisnis harus
diutamakan. Hakekatnya, jalan menuju kapitalisme bagi Rusia masih sangat panjang.
Namun Rusia tidak apatis dengan nilai-nilai kapitalisme dan tidak mau ‘bercuci
tangan’, karena baginya perlawanan terhadap kapitalisme ’bisa jadi’ akan
melemahkan posisi pemerintah. Elemen tertentu dari sistem kapitalisme, secara
kondisional, masih tetap dapat diterima.
Secara umum, Rusia telah membuka diri terhadap berbagai hal baru yang
berasal dari luar. Liberalisme dan kapitalisme diterapkan secara hati-hati, sembari
tetap menggantungkan diri pada pemahaman tentang sosialisme dan tidak jauh-jauh
darinya. Sosialisme paska glasnost dan perestroika memang banyak berubah, namun
semuanya dikembalikan untuk kepentingan rakayat. Era Vladimir Putin misalnya
dianggap sebagai era kejayaan Rusia paska reformasi Gorbachev.

3.3 Perkembangan Ekonomi Negara Rusia.


Ekonomi Rusia mengalami stres luar biasa yang berpindah dari ekonomi
perencanaan pusat ke sistem pasar bebas.Kesulitan dalam mengimplementasikan
reformasi fiskal yang bertujuan untuk mengumpulkan pendapatan pemerintah dan
ketergantungan pada pinjaman jangka pendek untuk membiayai defisit anggaran
mengarah ke krisis keuangan yang serius pada tahun 1998. kinerja
perekonomianRusia sejak krisis 1998 telah mengesankan. Ekonomi telah rata
pertumbuhan 7% sejak krisis keuangan tahun 1998 Rusia, menghasilkan dua kali lipat
dari pendapatan sekali pakai nyata dan munculnya kelas menengah. Ekonomi Rusia,
bagaimanapun, adalah salah satu yang paling terpukul oleh krisis ekonomi Sejagat
harga minyak anjlok dan kredit Bank asing yang Rusia dan perusahaan
mengandalkan mengering. Harga minyak yang tinggi didukung pertumbuhan Rusia
pada kuartal pertama dan bisa membantu Rusia mengurangi defisit anggaran yang
diwarisi dari masa paceklik
Tahap awal transisi dari perekonomian berencana terpusat menuju ke
perekonomian berdasarkan pasar dapat menyebabkan traumatis. Oleh sebab itu
menurut Otto Hieronymin (1991), Rusia akan menghadapi kondisi yang sangat sulit,
seperti ketidakpastiaan politik secara umum, menurunnya pendapatan nyata sebagian
besar penduduk, ketidaksediaan masyarakat menerima dampak kerugian baru,
adanya kesadaran warga terhadap utang Negara yang menimbulkan kekhawatiran,
dan lainya. Ternyata sebagian besar kekhawatiran itu menjadi kenyataan dalam masa
transisi demokrasi di Rusia 1991-2000.
Bentuk Ekonomi Terapi Kejut (Shock Therapy) pada pertengahan tahun 1992 model
pendekatan ini memberikan perangsangan yang lebih kuat kepada system ekonomi
baru dan mempercepat realokasi, sumber daya dan lebih cepat meningkatkan
efisiensi. Beberapa upaya Rusia masa Pemerintahan Boris Yeltin di dalam Shock
Therapy adalah:

1. liberalisasi perdagangan
2. mekanisme pasar terbuka
3. mengurangi pengeluaran pemerintah
4. menerapkan pajak nilai tambah
5. membuat mata uang baru yang konvartible

Akan tetapi, model ekonomi ini dapat mengurangi ketidakpastian yang dihadapi
masyarakat tentang adanya kebijaksanaan baru dalam pranata ekonomi. Bagi banyak
pengamat, model ini sangat cocok diterapkan bagi Negara-negara dengan inflasi
tinggi yang berlangsung lama. Namun model shock therapy ini mempunyai kerugian
sebab dapat membebani warga dalam pengurangan drastis upah, kesempatan kerja
dan konsumsi. Dengan kata lain model Shock Therapy ini tidak dapat bekerja secara
efisien di Rusia. Konsep yang digunakan dalam Model ini adalah :
1. pengurangan drastis anggaran belanja, termasuk pemotongan subsidi
konsumen
2. penaikan suku bunga untuk membatasi pertumbuhan kredit
3. liberalisasi terhadap perdagangan luar
4. tingkat pertumbuhan yang tetap terhadap dollar
5. stabilisasi makro ekonomi
6. swastanisasi, yakni memindahkan kepemilikan pemerintah ke sector
swasta

Pelaksaan model Terapi kejut tidak sesuai dengan tujuan yang diharapkan
sehingga dianggap kurang berhasil. Ketidaksesuaian ini disebabkan oleh adanya
beberapa kendala mendasar, salah satunya adalah belum adanya kesadaran dari
pihak elite yang dahulu menjadi nomenklatura untuk bersama warga reformis
melaksanakan debirokrasi. Padahal dengan peninggalan berbagai faktor masa lalu,
perekonomian Rusia dapat segera ditingkatkan. Tetapi ternyata semua potensi yang
ada menjadi terabaika dengan dilakukannya rekonstruksi model management baru
yang terlalu drastis, radikal dan cepat.
Ekonomi Terapi kejut, maka disusul dengan model Bertahap (Gradualisme).
Model ini yang dianggap mudah diserap dan dampaknya mudah dinetralisir oleh
struktur dan system yang masih tersisa dari model ekonomi berencana yang terpusat.
Kendati banyak perusahaan parsial, cirri ekonomi sentralistik masih dapat digunakan
dan direduksi secara bertahap seperti monopolisasi, ketergantungan manager
perusahaan pada badan partai sehingga menjadi kaku. Jika kondisi tersebut maka
sektor swasta yang ingin diandalkan menjadi sulit bergerak. Harga yang lebih rendah
untuk ekspor utama Rusia penerima (minyak dan mineral) dan hilangnya kepercayaan
investor akibat krisis finansial Asia diperburuk masalah keuangan. Hasilnya adalah
penurunan yang sangat cepat dalam nilai rubel, penerbangan dari investasi asing,
pembayaran tertunda berdaulat dan utang swasta, suatu uraian transaksi komersial
melalui sistem perbankan, dan ancaman inflasi. Akan tetapi, tampaknya krisis Rusia
telah nampak relatif baik. Sebagai PDB riil tahun 2009 meningkat dengan persentase
tertinggi sejak jatuhnya Uni Soviet pada 8,1%, rubel tetap stabil, inflasi telah moderat,
dan investasi mulai meningkat lagi. Pada 2007, Bank Dunia menyatakan bahwa
perekonomian Rusia telah mencapai “stabilitas makroekonomi belum pernah terjadi
sebelumnya”. Rusia telah membuat kemajuan dalam memenuhi kewajiban utang luar
negeri.Selama 2000-2001, Rusia tidak hanya bertemu dengan utang eksternal jasa,
tetapi juga membuat kemajuan besar cicilan pokok di IMF pinjaman, tetapi juga
membangun Bank Sentral cadangan dengan anggaran pemerintah, perdagangan,
dan current account surplus. The TA 2002 anggaran Pemerintah Rusia menganggap
pembayaran sekitar $ 14 miliar pada layanan resmi pembayaran utang yang jatuh
tempo. Current account surplus besar telah membawa apresiasi yang cepat rubel
selama beberapa tahun. Minyak dan gas mendominasi ekspor Rusia, sehingga Rusia
tetap sangat bergantung pada harga energi. Pinjaman dan suku bunga deposito pada
atau di bawah tingkat inflasi menghambat pertumbuhan sistem perbankan dan
membuat alokasi modal dan resiko yang jauh lebih sedikit efisien daripada itu akan
sebaliknya.
Pada tahun 2003, utang telah meningkat menjadi $ 19 milyar yang disebabkan
oleh kenaikan pembayaran Departemen Keuangan dan Eurobond. Namun, $ 1 miliar
ini telah diprabayar, dan beberapa sektor swasta mungkin sudah membayar
hutang.Pada edisi Juni 2002 G8 Summit, para pemimpin dari delapan negara
menandatangani pernyataan setuju untuk mengeksplorasi pembatalan Rusia
beberapa utang Soviet lama untuk menggunakan tabungan untuk mengamankan
bahan-bahan di Rusia yang dapat digunakan oleh teroris. Kesepakatan yang
diusulkan adalah $ 10 milyar dan akan datang dari Amerika Serikat dan $ 10 miliar
dari G-8 negara lain selama 10 tahun.

Tabel: Surplus Neraca Perdagangan Rusia (dalam juta US dollar)


1999 2000 2001 2002 2003
Ekspor Barang: 75.551 105.033 101.884 107.300 135.929
Minyak Bumi 19.606 36.191 34.364 40.366 53.739
Gas Alam 11.352 16.644 17.770 15.897 19.981
Lainnya 44.593 52.198 49.750 51.037 62.209
Impor Barang -39.537 -44.862 -53.764 -60.966 -75.436
Surplus Barang 36.014 60.171 48.120 46.334 60.493
Ekspor Jasa 9.067 9.565 11.441 13.611 16.030
Impor Jasa -13.351 -16.230 -20.572 -23.497 -27.122
Surplus Jasa -4.284 -6.665 -9.131 -9.886 -11.092

Surplus Ekspor-
Impor 31.730 53.506 38.989 36.448 49.401
Sumber: Central Bank Rusia, OECD calculations

Pada tanggal 1 Januari 2004, dana Stabilisasi Federasi Rusia didirikan oleh
Pemerintah Rusia sebagai bagian dari anggaran federal untuk menyeimbangkannya
jika harga minyak turun. Sekarang dana Stabilisasi Federasi Rusia sedang
dimodernisasi. Dana Stabilisasi akan dibagi menjadi dua bagian pada tanggal 1
Februari 2008. Bagian pertama akan menjadi dana cadangan sama dengan
10 persen dari PDB (10% dari PDB setara dengan sekitar $ 200 miliar sekarang), dan
akan diinvestasikan dengan cara yang sama sebagai Dana Stabilisasi. Bagian kedua
akan diubah menjadi Dana Kesejahteraan Nasional Federasi Rusia. Deputi Menteri
Keuangan Sergei Storchak perkiraan ini akan mencapai 600-700 billion rubel pada
tanggal 1 Februari 2008.

Tabel: Indikator Ekonomi Negara G-8 tahun 2005


Perkapita
Produk Brutto per Cadangan Pertumbuhan Jumlah
Negara Nasional Kepala Emas & Devisa Ekonomi Penduduk
AS $ 12.486 Miliar $ 42.101 $ 64 Miliar 2,80% 298,2 Juta
Jepang $ 4.571 Miliar $ 35.787 $ 847 Miliar 1,70% 128,1 Juta
Jerman $ 2.797 Miliar $ 33.922 $ 102 Miliar 1,10% 82,7 Juta
Inggris $ 2.202 Miliar $ 36.599 $ 79 Miliar 2,60% 59,7 Juta
Perancis $ 2.106 Miliar $ 33.734 $ 74 Miliar 2,00% 60,5 Juta
Italia $ 1.766 Miliar $ 30.450 $ 66 Miliar 1,00% 58,1 Juta
Kanada $ 1.130 Miliar $ 35.064 $ 33 Miliar 3,00% 32,3 Juta
Rusia $ 766 Miliar $ 5369 $ 182 Miliar 6,80% 142,8 Juta
Sumber: Der Spiegel 28/2006

Perbandingan indikator negara G-8 menunjukan posisi Rusia masih selangkah


di belakang. Tatangan terbesar Rusia adalah bagaimana membuat pertumbuhannya
tetap kontinyu. Pertumbuhan ini akan memperkecil jarak antara Rusia dengan G-8
lainnya dalam ekonomi. Untuk mewujudkannya, Vanhanen melihat Rusia sangat
butuh dana investasi dari pelaku bisnis Eropa, transfer teknologi untuk meningkatkan
daya saing, serta pasar domestik Eropa untuk produk manufakturnya. Ruang lemah
ini hanya bisa ditutupi apabila Rusia membangun kolaborasi erat dengan Eropa yang
nota bene merupakan tetangga dekatnya.
Menurut data yang diterbitkan oleh Bank Dunia pada bulan Juli 2012, Rusia
jauh lebih berhasil daripada sebagian besar negara maju dalam memerangi krisis
ekonomi global.
Berdasarkan PDB yang disesuaikan dengan paritas daya beli (PPP), Rusia berada di
atas semua negara Uni Eropa pada tahun 2012, termasuk Jerman, yang merupakan
peringkat keenam di dunia.
Meskipun pertumbuhan ekonomi Rusia melambat hanya 1,4 persen dari tahun
ke tahun pada paruh pertama tahun 2013, tren konsumsi dalam negeri tetap solid.
Perdagangan ritel diperluas 3,8 persen dalam tujuh bulan pertama, didukung oleh
pertumbuhan disposable income riil lebih cepat dari yang diperkirakan dari 4,3 persen
dan kenaikan upah riil yang kuat sebesar 5,5 persen. Yang pertama dan menjadi
alasan utama mengapa tren konsumsi sepertinya akan terus melanjutkan
pertumbuhan pendapatan adalah penurunan tajam pengangguran. Kinerja ekonomi
Rusia yang kuat pada tahun 2001 hingga 2008 adalah sebagian karena kenaikan 6
persen tenaga kerjanya, yakni mencapai 76 juta orang. Namun, sejak itu angka telah
stabil, berkontribusi terhadap penurunan tingkat pengangguran ke level terendah
dalam sejarah yakni 5,1 persen pada akhir tahun 2013. Karena itu perusahaan-
perusahaan telah dipaksa untuk meningkatkan upah, meskipun pertumbuhan
ekonomi lambat.
Pada akhir 2013, Perekonomian Rusia menunjukkan tanda-tanda krisis. Hal
tersebut diungkapkan pemerintah di Moskow ditengah pengumuman sanksi oleh AS
dan Uni Eropa terhadap dukungan negara itu supaya wilayah Krimea melepaskan diri
dari Ukraina. Deputi Menteri Perekonomian Rusia, Sergei Belyakov mengatakan
Rusia telah kehilangan miliaran dolar AS dan uang investasi dalam beberapa pekan
terakhir dan hal itu terjadi merupakan dampak dari konflik tersebut. Sanksi ekonomi
dan keuangan Barat kemungkinan akan menambah ketidakpastian di Rusia dan kini
saja negeri ini sudah kehilangan modal investasi sebesar USD 50 miliar pada kuartal
pertama, dibandingkan dengan USD 63 miliar yang terjadi sepanjang tahun 2013.
Sebelum adanya krisis Ukraina, pemerintah Rusia memperkirakan ekonomi mereka
akan berkembang sekitar 2 persen tahun ini. Sejak Presiden Vladimir Putin
mengumumkan untuk menyerang Ukraina untuk melindungi suku Rusia di negara itu,
para ekonom sudah memperingatkan bahwa Rusia bisa menerima efek buruk yang
sangat besar. Banyak ekonom memperkirakan Rusia akan memasuki masa resesi,
dan sebagian besar lembaga keuangan sudah mulai memangkas perkiraan
pertumbuhan ekonomi negara itu sebagai akibat dari konfrontasi dengan Barat.
Ekonom VTB Capital Vladimir Kolychev dan Daria Isakova di Moskow
mengatakan dalam sebuah catatan penelitian bahwa Rusia mungkin akan masuk ke
dalam resesi pada kuartal kedua dan ketiga tahun ini ketika permintaan domestik
berhenti akibat guncangan ketidakpastian dan kondisi keuangan yang lebih ketat.
Mereka memangkas perkiraan pertumbuhan 2014 menjadi nol dari 1,3 persen.
Pertumbuhan harga konsumen pada Januari meningkat jadi 6,2 persen pada Februari
dari tahun sebelumnya yang sebesar 6,1 persen. Bank Rossii ingin inflasi tetap 5%
tahun 2014 setelah mencapai 6% pada 2013, ekonom Danske Bank A/S (DANSKE)
Vladimir Miklashevsky di Helsinki pada 14 Maret 2013 lalu menurunkan perkiraannya
pertumbuhan Rusia pada 2014 jadi 1 persen dari 2,6 persen dengan mengatakan
bahwa perkiraan itu tetap optimis mengingat kondisi geopolitik yang terjadi.
BAB IV
ANALISA KELOMPOK

TANGGAPAN MAHASISWA TERHADAP KRISIS EKONOMI GLOBAL


Sebagai insan kritis dan intelektual, kita harus menyadari dan mengakui dampak
hebat dari krisis ekonomi global ini. Karena ini bukan saja merupakan masalah negara
saja, kita sebagai rakyat yang juga terkena akibat dari krisis ini. Sehingga menjadi
kewajiban kita untuk ambil bagian dalam mencari pemecahan persoalan dalam
permasalahan ini.
Dalam persoalan sehari-hari kita sebagai rakyat melakukan sesuatu apa
adanya. Dengan cara menghemat dan selektif dalam memilih kebutuhan pokok
khususnya, adalah salah satu cara kita menghadapi krisis ekonomi global. Saran bagi
pemerintahan adalah untuk lebih memperhatikan sektor usaha kecil yang sejujurnya
hampir tidak terlirik oleh pemerintah yang terlalu memprioritaskan usaha raksasa
(perusahaan) , BUMN, dan jasa umum. Padahal sektor usaha kecil adalah salah satu
sumber mata pencaharian rakyat yang harusnya dibesarkan. Usaha kecil
dimungkinkan untuk menarik banyak investor untuk menanamkan modalnya,
sehingga rakyat menjadi mandiri dan pemerintah menjadi lebih diringankan untuk
permasalahan pemberdayaan ekonomi rakyat. Untuk selanjutnya pemerintah tinggal
menjalankan program kerja untuk mengatasi krisis global tersebut sehingga rakyat
dan pemerintah menjadi partner dalam menanggulangi permasalahan ini.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Rusia, seperti Cina, telah melakukan perubahan sistem ekonomi, dari sistem
ekonomi terpusat ke sistem ekonomi berbasis pasar. Proses peralihan sistem – sejak
rezim Vladimir Putin tahun 2000 – berjalan secara perlahan dan hati-hati. Sistem
ekonomi liberal tidak seutuhnya diamini dan diterapkan oleh Rusia. Sikap selektif yang
demikian selain perlu adaptif dengan proporsi kekuatan ekonomi makro Rusia, juga
mempertimbangkan implikasinya terhadap kontinuitas ekonomi jangka panjang.
Dalam hal ini, Presiden Putin menggariskan kebijakan yang mengedepankan
penguatan ketahanan ekonomi ke dalam tahapan reformasi(inward), yang diperkuat
dengan peningkatan leverage ekonomi politik ke luar(outward). Rusia memang
sangat selektif dalam memaknai nilai-nilai kapitalisme ke dalam proses reformasi yang
sedang dijalankan.
Jadi, secara umum bisa disimpulkan bahwa Rusia pasca reformasi mengalami
berbagai perubahan dalam bidang ekonomi, budaya, dan politik. Namun, Rusia masih
tetap mempertahankan ciri khas negara sosialis. Walau sudah mulai mengadopsi
sistem ekonomi pasar, namun kontrol pemerintah tetap ada. Investasi boleh terjadi,
namun tentu dibarengi dengan syarat-syarat yang tidak sedikit. Jadi, jelas dalam
bidang ekonomi, walaupun Rusia mencoba untuk mengadopsi perekonomian pasar
terbuka, namun peran negara tetap saja sangat besar. Perekonomian pun dibangun
bukan atas dasar kapital semata, tapi lebih dari pada itu juga atas dasar kebijakan
pemerintah. Tanggung jawab pemerintah menjadi sangat besar. Banyak pengamat
mengatakan bahwa Rusia mencoba untuk membangun perekonomian berbasis
kerakyatan.

Anda mungkin juga menyukai