Pagi itu , banyuwangi diguyur hujan, tidak terlalu deras, tapi cukup membuat
masyarakat enggan beraktivitas. Namun tidak bagi anak-anak di Paud Cerdas.
Hujan tidak menghalangi semangat mereka belajar.
Dengan mata berkaca-kaca, perempuan yang kerap dipanggil Bu Fat itu bercerita
bahwa di awla perjuangannya dulu, ia dan ketiga relawan menggunakan barang-
barang bekas untuk permainan, seperti sisa-sisa kertas foto copian di depan
rumah sebagai kertas lipat, kain-kain perca yang dijahit sedemikian rupa hingga
membentuk boneka, dan lain sebagainya//
Semakin hari semakin bertambah siswa di paud cerdas, hingga terjaring anak-
anak berkebutuhan khusus atau abk// di antara mereka ada yang tuna rungu dan
anak dengan keterlambatan belajar// Merasa tidak cukup ilmu dalam menangani
anak-anak luar biasa itu, fatmawati dan para relawan intensif mencari ilmu,
bertanya dan belajar kepada pihak-pihak yang lebih tahu//
Dari proses belajar itu membuat fatmawati dan para relawan semakin maksimal
menangani anak-anak berkebutuhan khusu itu// Paud cerdas melalui babak baru
sebagai sekolah inklusif yang menggabungkan pembelajaran untuk balita normal
dengan yang berkebutuhan//
Keputusan paud cerdas menerima abk sempat menuai pro dan kontra/ terutama
dari wali murid// beberapa wali murid tak setuju anaknya belajar bersama dengan
abk yang cenderung nakal// namun dengan sabar / fatmawati memberikan
pengertian// bahkan ia membentuk sebuah forum yang memberikan ruang para
wali murid anak berkubuthan dan normal untuk berinteraksi saling mencurahkan
hati//
Kabar jika sekolahnya menerima anak anak kebutuhan khusus berkembang
dari mulut ke mulut/ sehingga jumlah murid kebutuhan khusus semakin
bertambah//. Apalagi ia menggratiskan biaya sekolah untuk muridnya.//
fatmawati telah mengajarkan kita bahwa hidup adalah pilihan// memilih menutup
hati atau memelihara kepedulian// Fatmawati memilih peduli pada pendidikan
anak usia dini dan anak-anak berkebutuhan// lantas bagaimana dengan anda
pendengar?