Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH

SWAMEDIKASI
“DIARE DAN SEMBELIT”

OLEH :
KELOMPOK II

KELAS B

DEWI PRATIWI N211 12 016


FERLIEM N211 12 017
SURYADI N211 12 018
NUR AFIYFAH N 211 12 019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012

1
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Saat ini masyarakat banyak melakukan pengobatan sendiri
(swamedikasi) dimana mereka langsung datang mencari obat untuk mengatasi
gejala penyakit yang dirasakan oleh mereka. Istilah swamedikasi sendiri berarti
mengobati segala keluhan pada diri sendiri dengan obat-obat yang dibeli bebas
di apotik atau toko obat atas inisiatif sendiri tanpa nasehat dokter.
Tujuan pengobatan sendiri adalah untuk menanggulangi secara cepat
dan efektif keluhan yang tidak memerlukan konsultasi medis, mengurangi
beban pelayanan kesehatan pada keterbatasan sumber daya dan tenaga, serta
meningkatkan keterjangkauan masyarakat yang jauh dari pelayanan kesehatan.
Alasan pengobatan sendiri adalah kepraktisan waktu, kepercayaan pada obat
tradisional, masalah privasi, biaya, jarak, dan kepuasan terhadap pelayanan
kesehatan.
Keuntungan pengobatan sendiri adalah aman apabila digunakan sesuai
dengan petunjuk/efek samping dapat diperkirakan, biaya pembelian obat relatif
lebih murah daripada biaya pelayanan kesehatan, penghematan waktu karena
tidak perlu mengunjungi fasilitas/profesi kesehatan, menghindari rasa malu atau
stress apabila harus menampakkan bagian tubuh tertentu di depan tenaga
kesehatan, dan membantu pemerintah mengatasi keterbatasan jumlah tenaga
kesehatan di masyarakat.
Akan tetapi, swamedikasi juga mempunyai beberapa resiko, seperti
dapat terjadi kesalahan dalam penilaian keseriusan keluhan-keluhan atau
bahkan mungkin keluhan tersebut tidak dikenali. Resiko lain adalah bahwa
obat-obat bisa digunakan secara salah, terlalu lama atau dalam takaran yang
terlalu besar. Begitupula obat-obat alamiah seringkali dianggap lebih baik dan
lebih aman. Ini adalah suatu kesalahpahaman, karena juga obat tradisional
mengandung zat-zat aktif dengan khasiat keras yang dapat menimbulkan efek-
efek samping berbahaya. Masalah lainnya dalam swamedikasi adalah
anggapan bahwa obat bebas pasti aman. Guna mengatasi resiko-resiko

2
tersebut, maka perlu untuk dapat mengenali gangguan-gangguan tersebut.
Selain itu, perlu diketahui bahwa penyakit-penyakit yang lebih serius tidak boleh
diobati sendiri melainkan harus dengan pertolongan dokter. Antara lain,
gangguan jantung dan pembuluh, kencing manis, penyakit-penyakit infeksi,
gangguan-gangguan jiwa dan kanker. Oleh karena itu, masyarakat perlu
dipandu dalam melakukan swamedikasi, antara lain :
1. Mengenali gejala penyakit.
2. Memilih obat bebas/ obat bebas terbatas yang tepat.
3. Membaca dengan teliti informasi pada kemasan; indikasi, kontraindikasi,
aturan pakai, efek samping obat, interaksi obat-obat, obat makanan,
keadaan/ hal-hal yang harus diwaspadai selama mengonsumsi obat.
4. Jika gejala menetap bahkan memburuk, segera konsultasi ke dokter.
5. Jika mengalami efek samping obat, hentikan pengobatan dan konsultasi ke
dokter.
6. Ada beberapa obat keras yang dapat diperoleh tanpa resep dokter yang
penyerahannya dilakukan oleh apoteker (OWA).
7. Jika ada keraguan dalam berswamedikasi konsultasikan ke dokter atau
apoteker.
Salah satu penyakit yang dapat di obati sendiri (swamedikasi) adalah
Diare dan sembelit (konstipasi). Mengingat bahwa penyakit diare adalah
penyebab utama morbiditas dan kematian anak di negara berkembang, dan
penyebab penting kekurangan gizi. Rata-rata, anak-anak di bawah usia 3 tahun
pada negara-negara berkembang mengalami tiga episode diare setiap tahun.
Pada tahun 2003 diperkirakan 1,87 juta anak-anak di bawah 5 tahun meninggal
karena diare. Selain itu pula dilihat pada masyarakat Amerika yang sangat
memperhatikan kesehatan ususnya, Dilaporkan bahwa di Amerika konstipasi
merupakan salah satu gangguan gastrointestinal yang paling sering. Prevalensi
konstipasi bervariasi karena perbedaan antara kelompok etnis, jenis kelamin,
umur dan pendidikan sangat berkaitan dengan prevalensi konstipasi. Oleh
karena itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai swamedikasi dari
gangguan diare dan sembelit.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Anatomi Fisiologi Saluran Cerna


Saluran gastrointestinal berawal di rongga mulut, dan berlanjut ke
eosefagus, lambung dan usus. Makanan disimpan sementara di lambung
sampai disalurkan keusus halus. Pencernaan dan penyerapan makanan
terutama diusus halus. Dari usus halus makanan disalurkan kedalam usus
besar yang terdiri dari kolon dan rektum. Sistem saluran pencenaan terdiri dari
beberapa jaringan (untuk fungsi sekresi) yang terletak paling dalam, lapisan
jaringan sub mukosa, lapisan otot sirkular dan longitudinal, dan suatu membran
serosa yang terletak paling luar yang disebut peritoneum. Lapisan-lapisan ini
dihubungkan satu sama lain secara fisik dan melalui hubungan-hubungan saraf.
Setelah melewati usus halus, penyerapan terus berlanjut di usus besar,
terutama air dan elektrolit. Sebagian besar penyerapan berlangsung di separuh
atas kolon. Dari sekitar 1000 ml kimus yang masuk keusus besar setiap hari
hanya 100 ml cairan dan hampir tidak ada elektrolit yang diekskresikan. Selain
air yang membentuk 75% dari feses , feses mengandung bakteri yang mati,
sebagian lemak dan bahan makanan yang kasar yang tidak dicerna, dan
sejumlah kecil protein. Produk sampingan bilirubin menetukan warna feses.
Proses elimasi atau defekasi, terjadi karena kontraksi peristaltik rektum.
Kontraksi ini dihasilkan sebagai respon terhadap perangsangan otot polos
longitudinal dan sirkuler oleh pleksus mienterikus. Pleksus mienterikus
dirangsang oleh saraf parasimpatis yang berjalan di segmen sacrum korda
spinalis. Peregangan mekanis terhadap rektum oleh tinja merupakan
perangsangan peristaltik yang kuat. Sewaktu gelembung peristaltik dimulai,
sfingter anus internus, suatu otot polos, melemas maka akan terjadi defeksi.
Sfingter anus eksternus adalah suatu otot rangka sehingga di bawah control
kesadaran. Pada kenyataannya, relaksasi sfingter internus menyebabkan
kontraksi refleks sfingter eksternus pada semua individu kecuali bayi dan
sebagian orang yang mengalami transeksi korda spinalis. Hal ini secara efektif
menghentikan defekasi. Apabila refleks defeksi terjadi pada waktu yang tepat

4
setelah sfingter internus melemas, maka kontraksi refleks sfingter eksternus
dapat secara sadar dilawan dan defeksi akan berlangsung.

Gambar anatomi saluran pencernaan


II.2 PATOFISIOLOGI
II.2.1 DIARE
II.2.1.1Definisi
Diare atau penyakit diare (diarrheal disease) berasal dari kata diarrola
(bahasa Yunani) yang berarti mengalir terus, merupakan suatu keadaan
abnormal dari pengeluaran tinja yang terlalu frekuen. Hipokrates memberikan
definsi diare sebagai suatu keadaan abnormal dari frekuensi dan kepadatan
tinja. Sedangkan Silverman dkk mendefinisikan diare sebagai malabsorbsi air
dan elektrolit dengan ekskresi isi usus yang dipercepat. Fungsi usus sebagai

5
suatu pengatur yang efisien dan peka dari cairan ekstrasel, karena fungsi
sekresi dan absorbsi yang dimilikinya..
Definisi lainnya, Diare adalah frekuensi dan likuiditas buang air besar
(BAB) yang abnormal. Frekuensi dan konsistensi BAB bervariasi dalam dan
antar individu. Sebagai contoh, beberapa individu devekasi tiga kali per hari,
sedangkan yang lainnya hanya dua atau tiga kali seminggu. Selain itu, diare
yaitu buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200
g atau 200 ml/24 jam. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir
dan darah.
II.2.1.2 Mekanisme Diare
Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang kronik dapat
dibagi menjadi kelompok osmotik, sekretorik, eksudatif dan gangguan motilitas.
 Diare osmotik terjadi bila ada bahan yang tidak dapat diserap meningkatkan
osmolaritas dalam lumen yang menarik air dari plasma sehingga terjadi
diare. Contohnya adalah malabsorbsi karbohidrat akibat defisiensi laktase
atau akibat garam magnesium.
 Diare sekretorik bila terjadi gangguan transport elektrolit baik absorbsi yang
berkurang ataupun sekresi yang meningkat. Hal ini dapat terjadi akibat
toksin yang dikeluarkan bakteri misalnya toksin kolera atau pengaruh garam
empedu, asam lemak rantai pendek, atau laksantif non osmotik. Beberapa
hormon intestinal seperti gastrin vasoactive intestinal polypeptide (VIP) juga
dapat menyebabkan diare sekretorik.
 Diare eksudatif, inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus
halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat
infeksi bakteri atau bersifat non infeksi seperti gluten sensitive enteropathy,
inflamatory bowel disease (IBD) atau akibat radiasi.
 Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu
tansit usus menjadi lebih cepat. Hal ini terjadi pada keadaan tirotoksikosis,
sindroma usus iritabel atau diabetes melitus.
Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme. Pada infeksi bakteri
paling tidak ada dua mekanisme yang bekerja peningkatan sekresi usus dan

6
penurunan absorbsi di usus. Infeksi bakteri menyebabkan inflamasi dan
mengeluarkan toksin yang menyebabkan terjadinya diare. Infeksi bakteri yang
invasif mengakibatkan perdarahan atau adanya leukosit dalam feses. Pada
dasarnya mekanisme terjadinya diare akibat kuman enteropatogen meliputi
penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa kerusakan mukosa,
invasi mukosa, dan produksi enterotoksin atau sitotoksin. Satu bakteri dapat
menggunakan satu atau lebih mekanisme tersebut untuk dapat mengatasi
pertahanan mukosa usus.
II.2.1.3 Tanda-tanda umum / Gejala – gejala
Pada diare hebat yang sering kali disertai frekuensi buang air besar melebihi
normal, kotoran encer / cair, sakit / kejang perut, pada beberapa kasus, demam
dan muntah, pada beberapa kasus. Adapun gejala pada anak meliputi :
• Dehidrasi ringan/sedang; gelisah, rewel, mata cekung, mulut kering, sangat
haus, kulit kering
• Dehidrasi berat, lesu, tak sadar, mata sangat cekung, mulut sangat kering,
malas/tidak bisa minum, kulit sangat kering
II.2.1.4 Penyebab
Terdapat beberapa mekanisme patofisiologis yang mengganggu
keseimbangan air dan elektrolit yang mengakibatkan terjadinya diare, yaitu :
- Alergi terhadap makanan, susu atau obat-obatan, dapat juga karena makan-
makanan tercemar. Umumnya diare yang ditimbulkan bersifat akut
- Infksi organisme seperti parasit, virus, dan bakteri. Diare yang ditimbulkan
dapat bersifat akut maupun kronik
- Pertumbuhan flora normal yang tidak terkendali. Umumnya menyebabkn
diare kronis
- Gangguan fungsi pencernaan atau penyerapan makanan. Umumnya
bersifat diare kronis
- Beberapa penyakit seperti irritable bowel syndrome, inflammatory bowel
disease, AIDS, kanker kolon. Umumnya bersifat diare kronis.
Contoh obat yang dapat menyebabkan diare:
Laksatif penyalahgunaan obat-obatan pencahar sebagai obat menurunkan
berat badan juga menyebabkn diare, Antasida yang mengandung magnesium,

7
Antineoplastik, Antibiotik seperti klindamisin, tetrasiklin, sulfonamide dan
beberapa antibiotic spectrum luas, Antihipertensi seperti reserpin, guanetidin,
metildopa, guanabenz, guanadrel, Kolinergik seperti betanecol, neostigmin,
Senyawa yang mempengaruhi jantung seperti kuinidin, digitalis, digoxin, Obat
AINS, Prostaglandin, Kolkisin
II.2.1.5 Pembagian diare
- Diare akut : merupakan diare yang berlangsung selama beberapa hari
sampai 1 minggu umumnya mengeluhkan onset yang tak terduga dari
buang air besar yang encer , gas-gas dalam perut, rasa tidak enak, dan
nyeri perut.
- Diare kronis : merupakan diare yang berlangsung lebih dari 2-3 minggu.
ditemukan adanya penyakit sebelumnya, penurunan berat badan dan
penurunan nafsu makan.
Berdasarkan penilaian derajat dehidrasi penderita diare dapat terbagi atas :
Dehidrasi Ringan/
Penilaian Tanpa Dehidrasi Dehidrasi Berat
Sedang
Keadaan Umum Baik Gelisah, rewel Lesu, tak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air Mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut, lidah Basah Kering Sangat kering
Malas, tidak bisa
Rasa Haus Minum biasa Sangat haus
minum
Kembali sangat
Kekenyalan kulit Normal Kembali lambat
lambat
Terapi Rencana A Rencana B Rencana B

II.2.1.6 Pencegahan
Pencegahan diare pada dasarnya harus ditunjukkan pada tindakan
hygiene yang cermat mengenai kebersihan, khususnya mencuci tangan dengan
baik sebelum makan dan mengolah makanan, misalnya sayuran atau lalapan
supaya dicuci dengan baik. Daging/ikan/bistik/barbecue hendaknya dimasak
hingga matang dan hidangan perlu disimpan tertutup (di bawah 70C) untuk

8
mencegah tumbuhnya kuman. Air minum ditempat yang meragukan penting
sekali untuk dimasak terlebih dahulu.
II.2.1.7 Cara Menanggulangi
Apabila seseorang terkena diare berarti jumlah cairan dalam tubuh yang
dapat diserap sangat sedikit. Hal ini menimbulkan kondisi kekurangan cairan
atau dehidrasi. Pertolongan pertama yang dapat dilakukan adalah mengganti
cairan tubuh yang hilang dengan minum bayak air dan oralit.
Tindakan lain yang dapat dilakukan bila seseorang terkena diare adalah:
- Makan sup bening. Hindari kopi, teh, dan susu. Pada bayi ASI boleh tetap
diberikan tetapi untuk susu formula harus dibuat lebih encer sampai dua kali
lipat. Hindari makanan padat ganti dengan bubur, roti ataupun pisang.
- Memeriksa penyebab diare sehingga terjadinya diare kembali dapat
dihindari.
- Memeriksa tinja apakah mengandung lendir ataupun darah
- Cuci tangan tiap selesai BAB untuk mencegah penularan.
- Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
- Memeriksa dehidrasi ringan sampai berat antara lain haus, mulut kering,
lesu, pucat, mengantuk, mata cekung, elastisitas kulit menurun, dan air seni
sedikit dan pekat.

II.2.2 KONSTIPASI
II.2.2.1 Definisi
Konstipasi adalah periode buang air besar (BAB) kurang dari 3 kali
seminggu untuk wanita dan 5 kali seminggu untuk laki-laki, atau periode lebih
dari 3 hari tanpa pergerakan usus. BAB yang dipaksakan lebih dari 25% dari
keseluruhan waktu dan atau 2 kali atau kurang BAB setiap minggu. Ketegangan
saat defekasi dan kurang dari 1 kali BAB per hari dengan usaha yang minimal.
Pasien yang mengalami konstipasi memiliki persepsi gejala yang berbeda-
beda. Menurut World Gastroenterology Organization (WGO) beberapa pasien
(52%) mendefinisikan konstipasi sebagai defekasi keras, tinja seperti pil atau
butir obat (44%), ketidakmampuan defekasi saat diinginkan (34%), atau
defekasi yang jarang (33%).

9
Menurut North American Society of Gastroenterology and Nutrition,
konstipasi didefinisikan dengan kesulitan atau lamanya defekasi, timbul selama
2 minggu atau lebih, dan menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien. Paris
Consensus on Childhood Constipation Terminology menjelaskan definisi
konstipasi sebagai defekasi yang terganggu selama 8 minggu dengan
mengikuti minimal dua gejala sebagai berikut: defekasi kurang dari 3 kali per
minggu, inkontinensia, frekuensi tinja lebih besar dari satu kali per minggu,
massa tinja yang keras yang dapat mengetu kloset, massa tinja teraba di
abdomen, perilaku menahan defekasi, nyeri saat defekasi.
II.2.2.2 Mekanisme Konstipasi
Proses normal defekasi diawali dengan teregangnya dinding rektum.
Regangan tersebut menimbulkan refleks relaksasi dari sfingter anus interna
yang akan direspon dengan kontraksi sfingter anus eksterna. Saat proses
defekasi, sfingter anus eksterna dan muskulus puborektalis mengadakan
relaksasi sedemikian rupa sehingga sudut antara kanal anus dan rektum
terbuka, membentuk jalan lurus bagi tinja untuk keluar melalui anus. Kemudian
dengan mengedan, yaitu meningkatnya tekanan abdomen dan kontraksi
rektum, akan mendorong tinja keluar melalui anus. Pada posisi jongkok, sudut
antara anus dan rektum ini akan menjadi lurus akibat fleksi maksimal dari paha.
Hal ini akan memudahkan proses defekasi dan tidak memerlukan tenaga
mengedan yang kuat. Pada posisi duduk, sudut antara anus dan rektum ini
menjadi tidak cukup lurus sehingga membutuhkan tenaga mengedan yang lebih
kuat. Akibat semakin kuat tenaga mengedan yang dibutuhkan, lama - kelamaan
dapat menimbulkan kerusakan pada daerah rektoanal yang dapat menimbulkan
konstipasi dan hemorrhoid.
II.2.2.3 Gejala-gejala konstipasi
 Perut terasa penuh bahkan terasa kaku karena tumpukan tinja (jika tinja
sudah tertumpuk sekitar 1 minggu atau lebih, perut penderita dapat terlihat
seperti sedang hamil).
 Tinja menjadi lebih keras, panas, berwarna lebih gelap, jumlahnya lebih
sedikit daripada biasanya (kurang dari 30 gram), dan bahkan dapat
berbentuk bulat-bulat kecil bila sudah parah.

10
 Pada saat buang air besar tinja sulit dikeluarkan atau dibuang, kadang-
kadang harus mengejan ataupun menekan-nekan perut terlebih dahulu
supaya dapat mengeluarkan tinja (bahkan sampai mengalami ambeien dan
berkeringat dingin).
 Terdengar bunyi-bunyian dalam perut.
 Bagian anus terasa penuh, dan seperti terganjal sesuatu disertai sakit akibat
bergesekan dengan tinja yang panas dan keras.
 Frekuensi buang angin meningkat disertai bau yang lebih busuk daripada
biasanya (bahkan terkadang penderita akan kesulitan atau sama sekali tidak
bisa buang angin).
 Menurunnya frekuensi buang air besar, dan meningkatnya waktu transit
buang air besar (biasanya buang air besar menjadi 3 hari sekali atau lebih).
 Terkadang mengalami mual bahkan muntah jika sudah parah.
 Sakit punggung bila tinja yang tertumpuk cukup banyak.
Sedangkan untuk gejala psikologis yang dapat terjadi pada para penderita
konstipasi antara lain:
 Kurang percaya diri
 Lebih suka menyendiri atau menjauhkan diri dari orang sekitar.
 Tetap merasa lapar tapi ketika makan akan lebih cepat kenyang (apalagi
ketika hamil perut akan terasa mulas) karena ruang dalam perut berkurang.
 Emosi meningkat dengan cepat.
 Sering berdebar-debar sehingga cepat emosi yang mengakibatkan stres
sehingga rentan sakit kepala atau bahkan demam.
 Tubuh tidak fit, tidak nyaman, lesu, cepat lelah, dan terasa berat sehingga
malas mengerjakan sesuatu bahkan kadang-kadang sering mengantuk.
 Kurang bersemangat dalam menjalani aktivitas.
 Aktivitas sehari-hari terganggu karena menjadi tubuh terasa terbebani yang
mengakibatkan kualitas dan produktivitas kerja menurun.
 Nafsu makan dapat menurun.
II.2.2.4 Penyebab
Ada bermacam-macam penyebab sembelit, yang terpenting diantaranya
adalah :

11
- Kurang konsumsi makanan berserat seperti sayur dan buah-buahan
- Kurang minum
- Kurang berolahraga
- Stres
- Kebiasaan mengkonsumsi obat pencahar untuk membantu BAB
sehingga jika tidak mengkonsumsi merasa sulit untuk BAB
- Adanya obat organis misalnya :
1. Obstruksi dari usus (penyumbatan) akibat adanya tumor ataupun
penyempitan
2. Gangguan mortilitas yang dikarenakn penyakit-penyakit tertentu
seperti hiperkalesemia, hipertiritis, kejang perut, kembung.
- Penggunaan obat-obat tertentu sebagai efek samping seperti morfin,
antikolinergik, diuretika yang menyerap air sehingga menyebabkan tinja
kring.
- Kehamilan. Hal ini dikarenakan kadar progenteron yang meningkat
sehingga menghambat kontraksi dari otot polos usus sehingga peristaltic
berkurang
II.2.2.5 Penanganan
Sembelit lebih banyak terjadi pada lansia, terutama kaum wanita, diet
dikarenakan kurangnya pergerakan badan dan susunan diet yang kurang
seimbang atau kurang minum. Tindakan pencegahan umum yang dapat
dilakukan berupa minum lebih banyak (1-2 gelas air hangat sebelum sarapan
pagi), makan lebih banyak sayuran (sebaiknya lalapan, ca 200 g sehari) dan
olahraga secara teratur, misalnya bercepat-cepat ½ -1 jam sehari. Penting pula
untuk jangan mengabaikan dorongan alamiah untuk buang air.
Dahulu obat pencahar sering digunakan untuk segala jenis penyakit dan
yang paling terkenal adalah minyak kastor sebagai obat ‘pencuci perut’. Ketika
itu, terutama anak-anak, meskipun dengan sangat segan, diharuskan secara
periodik minum minyak kastor dengan tujuan untuk memelihara kesehatan.
Dewasa ini, di sementara kalangan alternative pencucian usus masih
digunakan pada gangguan-gangguan tertentu.Adapun cara-cara
menanggulanginya yaitu :

12
- Memperbaiki pola makan dan mengkonsumsi makanan tinggi serat
seperti sayur-sayuran dan buah.
- Minum air putih minimum 8 gelas tiap harinya
- Berolahraga secara teratur karena olahraga dapat membantu
meningkatkan fungsi pencernaan
- Kurangi stress
- Gunakan obat pencahar bila benar-benar dibutuhkan

13
BAB III
PENGOBATAN

III.1 Penyakit Diare


III.1.1 Pengobatan Menggunakan Obat Sintesis
Pada umumnya obat antidiare terbagi atas 4 macam yaitu : antimotilitas
(difenoksilat, loperamid, paregoric, tinctur opium, difenoxin), adsorben (Kaolin
pectin, Polikarbofil, Attapulgit), antisekresi (Bismut subsalisilat, enzim laktase,
Lactobacillus), dan oktreotid.
a. Oralit
Komposisi oralit 200 mL ;
Glukosa anhidrat 4g
Natrium klorida 0,7 g
Natrium sitrat dihidrat 0,58 g
Kalium klorida 0,3 g
Serbuk dilarutkan dalam 200 mL atau 1(satu) gelas air matang hangat
Takaran pemakaian oralit pada diare
Umur < 1 tahun 1 - 4 tahun 5 – 12 tahun Dewasa
Tidak ada
Setiap kali BAB beri oralit
dehidrasi
Terapi A 100 mL 200 mL 300 mL 400 mL
Mencegah
(0,5 gelas) (1 gelas) (1,5 gelas) (2 gelas)
Dehidrasi
Dengan
3 jam pertama beri oralit
Dehidrasi
Terapi B 300 mL 600 mL 1,2 L 2,4 L
Mencegah
(1,5 gelas) (3 gelas) (6 gelas) (12 gelas)
Dehidrasi
Dengan
Selanjutnya setelah BAB beri oralit
Dehidrasi
Mengatasi
100 mL 200 mL 300 mL 400 mL
dehidrasi

14
(0,5 gelas) (1 gelas) (1,5 gelas) (2 gelas)
Kegunaan obat :
• Oralit tidak menghentikan diare, tetapi mengganti cairan tubuh yang
keluar bersama tinja.
• Oralit 200 adalah campuran gula, garam natrium dan kalium
Sediaan yang beredar :
 Oralit (Generik) serbuk (B), Alphatrolit (Pharma Apek) serbuk (B),
Aqualyte (Prafa) cairan (B)
 Bioralit (Indofarma) serbuk (B), Corsalit (Corsa) serbuk (B)

b. Kaolin
Indikasi : diare
Dosis : Dewasa 15-45 mL, Childn 6-12 thn 10-20 mL. Digunakan setelah
setiap buang air besar atau seperti yang diarahkan. Maksimal 2 hari.
Pemberian : Dapat dikonsumsi dengan atau tanpa makanan.
Peringatan, interaksi : menurunkan absorpsi dan diflunisal, azitromisin,
siprofloksasin, isoniazid, nitrofurotoin, norfloksasin, ofloksasin, rifampisin,
dan sebagian besar golongan tetrasiklin, gabapentin, fenitoin, itrakonazol,
ketokonazol, kloroquin, fenotiazin, fenasin, besi oral.
Kontra indikasi : Obstruksi usus, kondisi usus spastik. Anak <6 tahun.
Efek yang tidak diharapkan : Sangat jarang, sembelit parah yang dapat
menyebabkan impaksi feses pada anak dan lansia.
Kategori pada kehamilan : B
Kombinasi Kaolin (1g) dan Pektin (50 mg)
Sediaan yang beredar : Neo Diaform (Corsa) Tablet (B), Kaolimec
(Mecosin) suspense (B), Neo Kaolama (Sanbe) suspense (B), Neo
Enterostop (Kalbe Farma) tablet (B)

15
c. Attapulgit (Magnesium aluminium silikat)
Indikasi : Gejala pengobatan diare nonspesifik.
Dosis : Dewasa 2 tab setelah buang air besar awal dan 2 tablet setelah
buang air besar berikutnya, dosis harian maksimum 12 tab. Anak-anak 6-12
thn ½ dosis dewasa, dosis harian maksimal 6 tab.
Pemberian : Dapat dikonsumsi dengan atau tanpa makanan.
Kontra indikasi : GIT lesi pulmonalis. Demam tinggi.
Terapi khusus : Terapi tidak boleh melebihi 2 hari atau demam. Anak-anak
< 6 tahun. Insufisiensi ginjal parah.
Interaksi obat : Dapat mempengaruhi penyerapan GI dari tetrasiklin.
Sediaan yang beredar : Biodiar (Novartis Indonesia) tablet 600 mg (B),
Neo Koniform (Konimex) Kaptab 600 mg; Tablet 600 mg(B), Tapulrae
(Lapi) Tablet 600mg (B)

d. Karbo adsorben
Kegunaan : mengurangi frekuensi buang air besar, memadatkan tinja,
menyerap racun pada penderita diare
Perhatian : penderita harus meminum oralit karena obat ini bukan
pengganti oralit, tidak boleh diberikan pada anak usia dibawah 5 tahun.
Aturan pakai :
 Tablet Norit 250 mg
Dewasa : 3 – 4 tablet (750 – 1000 mg), 3 kali sehari (setiap 8 jam)

16
 Kombinasi kaolin – Pektin dan Attapulgit
(Setiap tablet mengandung 600 mg atapulgit)
Dewasa dan anak > 12 tahun : 1 tablet setiap habis buang air besar,
maksimal 12 tablet selama 24 jam.
Anak-anak 6 - 12 tahun : 1 tablet setiap habis buang air besar,
maksimal 6 tablet selama 24 jam.
Sediaan yang beredar : Karbo Absorben (Kimia Farma) tablet 250 mg (B),
Norit (Eglin) tablet 125 mg, 250 mg (B).

e. Loperamid hidroklorida
Indikasi : tambahan terapi rehidrasi pada diare akut pada dewasa dan
anak-anak lebih 4 tahun; diare kronik hanya pada dewasa.
Peringatan, kontraindikasi : kram abdomen dan reaksi kulit termasuk
urtikaria; ileus paralitik dan perut kembung.
Dosis : diare akut, dosis awal 4 mg diikuti dengan 2 mg setelah habis buang
air besar. Diare kronik pada dewasa, dosis awal 4 mg, diikuti 2 mg setiap
buang air besar. Dosis tidak melebihi dari 16 mg sehari. Pemberian harus
dihentikan bila tidak ada perbaikan setelah 48 jam.
Kategori pada kehamilan : B
Sediaan yang beredar : Bidium (Bima Mitra) tablet 2 mg (K), Diadium
(Lapi) tablet Ss. 2 mg (K), Imodium (Johnson and Johnson Indonesia) tablet
Ss. 2 mg (K), Imomed (Medikon) tablet Ss. 2 mg (K), Imore (Soho) tablet
Slp. 2 mg (K), Lodia (Sanbe) tablet 2 mg (K), Lomodium (Prafa) tablet – Ss
2 mg (K), Lopamid (Harsen) tablet Ss. 2 mg (K), Mecodiar (Mecosin) tablet
2 mg (K), Midix (Itrasal) kapsul 2 mg (K), Normotil (Pharos) tablet Ss. 2 mg
(K), Primodiar (Sekar Mirah) tablet 2 mg (K), Tanitril (Darya Varia) tablet
Ss. 2 mg (K), Tracodia (Yekatria) tablet (K), Trifadium (Trifa Raya) tablet 2

17
mg (K), Vialop (Rama) tablet Ss. 2 mg (K), Xepare (Mestika) tablet 2 mg
(K).

f. Co-Fenotrop
Komposisi : difenoksilat hidroklorida dan atropine sulfat
Indikasi : tambahan terapi rehidrasi pada diare akut; kolitis ulseratif ringan
dan kronis
Peringatan, Kontraindikasi, Efek samping : anak-anak terutama rentan
terhadap overdosis dan gejala-gejala mungkin tertunda sehingga
pengamatan dilakukan paling tidak selama 48 jam setelah penggunaan;
adanya dosis subklinis atropine dapat menimbulkan efek samping atropine
pada individu yang rentan atau pada overdosis.
Interaksi :
- Alkohol : menaikkan efek sedative dan efek hipotensif
- Antibakteri : kadar plasma siprofloksasin
- Antidepresan : eksitasi atau depresi SSP (hipertensi atau hipotensi)
apabila menerima MAOI (termasuk moklobemid)
- Antiulkus : simetidin menghambat metabolism analgetik opioid
(meningkatkan kadar plasma).
Sediaan beredar : Lomotil (Searle, Kimia Farma) tablet (K).

g. Bismuth subsalisilat
Indikasi : Pengobatan gejala diare akibat racun dan virus. Meredakan
gangguan pencernaan, mulas, mual.

18
Dosis : Dewasa 1½ - 2 tab sekaligus. Max: 11 tab sehari. Anak-anak 9-12
thn ½ - 1 tab, max: 5 tab sehari, 6-9 tahun ½ tab, max: 4 tab sehari.
Kontraindikasi : Anak yang baru saja sembuh dari cacar air atau flu,
hipersensitivitas terhadap aspirin, neonatus, lemah dan pasien geriatri.
Efek yang tidak diinginkan : Lidah dan feses berwarna gelap
Interaksi obat : Doxycycline.
Pemberian : Dapat dikonsumsi dengan atau tanpa makanan.
Kategori pada kehamilan : C
Sediaan yang beredar : Scantoma (Tempo Scan Pasific), Stobiol (Pharos)

III.1.2 Pengobatan Menggunakan Obat Tradisional


Saat terserang diare yang paling penting untuk di lakukan adalah
mencegah dehidrasi, sebagai minuman sebaiknya digunakan air the dengan
sedikit gula, kaldu tanpa lemak, perasan buah-buahan, oralit atau ORS. Jika
dalam 6 jam masih mengalami sakit di perut, bahkan hingga muntah-muntah,
segeralah bawa ke dokter.
Ramuan herbal alami untuk mengatasi dehidrasi dan mengatasi rasa
mulas di perut :
a. Kembang Anting-anting (Fuchsia speciosa Hort.)
Kandungan Kimia : Daun, akar dan batang kembang anting-anting
mengandung saponin, di samping itu akar dan batangnya juga mengandung
tanin dan daunnya mengandung polifenol.
Khasiat: Daun kembang anting-anting berkhasiat sebagai obat diare.
Cara Pembuatan : Untuk obat diare dipakai ± 15 gram daun segar kembang
anting-anting, dicuci dan ditumbuk sampai lumat, diseduh dengan 1/2 gelas air
matang panas, dinginkan.

19
b. Anyelir (Dianthus superbus)
Kandungan Kimia
Daun dan bunga anyelir mengandung alkaloida dan saponin, di samping itu
bunganya juga mengandung flavonoida dan minyak atsiri.
Khasiat
Daun dan bunga anyelir berkhasiat sebagai obat diare, penenang dan anti
radang. Untuk obat diare, daun anyelir segar sebanyak 60 gram, dicuci,
direbus dengan 400 ml air dingin diminum sekaligus. sampai mendidih
selama 15 menit, disaring, setelah Lakukan pengobatan’ sebanyak 3 kali
sehari. Sedangkan untuk obat pusing, bunga anyelir segar sebanyak 10
gram, dicuci dan dipotong kecil-kecil kemudian direndam dalam 200 ml air
mendidih seiama 10 menit, disaring, setelah dingin diminum.

20
c. Air kelapa (Cocos nucifera, Linn.)
Familia : Palmaceae
Kandungan Kimia :
Air kelapa hijau, dibandingkan dengan jenis kelapa lain banyak
mengandung tanin atau antidotum (anti racun) yang paling tinggi. Kandungan
zat kimia lain yang menonjol yaitu berupa enzim yang mampu mengurai sifat
racun yang dihasilkan oleh bakteri pada usus. Komposisi kandungan zat kimia
yang terdapat pada air kelapa antara lain asam askorbat atau vitamin C,
protein, lemak, hidrat arang, kalsium atau potassium. Mineral yang terkandung
pada air kelapa ialah zat besi, fosfor dan gula yang terdiri dari glukosa, fruktosa
dan sukrosa. Kadar air yang terdapat pada buah kelapa sejumlah 95,5 gram
dari setiap 100 gram.
Cara Pemakaian :
Air kelapa muda 400mL, 400mL air matang, 1 sdm gula batu,1/4 sdt
garam. Cara membuatnya yaitu dengan mencampurkan semua bahan terebut.
Diminum sebanyak mungkin (baik untuk anak-anak ataupun dewasa).

d. Jambu biji (Psidium guajava, Linn.)


Familia : Myrtaceae
Simplisia : Daun jambu biji
Kandungan Kimia :
Buah, daun dan kulit batang pohon jambu biji mengandung tanin, sedang
pada bunganya tidak banyak mengandung tanin. Daun jambu biji juga
mengandung zat lain kecuali tanin, seperti minyak atsiri, asam ursolat, asam

21
psidiolat, asam kratogolat, asam oleanolat, asam guajaverin dan vitamin.
Mekanisme tanin sebagai antidiare berdasarkan kemampuannya sebagai
adstringensia, menciutkan selaput dinding usus. Quersetin dan glikosida
quersetin yang dapat menghambat kontraksi spontan ileumdan sekresi
asetilkolin lambung penyebab diare, sehingga diare dapat teratasi dengan
cepat. Tanin bersifat sebagai astringent, yaitu melapisi mukosa usus,
khususnya usus besar. Serta sebagai penyerap racun dan dapat
menggumpalkan protein.
Cara Pemakaian:
Daun jambu biji yang masih muda dan segar 3 lembar, garam
secukupnya. Cara membuat dan mengkonsumsinya yaitu dengan melumat di
mulut daun jambu biji yang telah dicuci bersih dan garam (disatukan), Lalu
ditelan. Dilakukan 2x sehari untuk anak usia 6-12 tahun.

Contoh sediaan :
Diarfit (Griya Herba)
Komposisi :
Tiap kapsul mengandung ekstrak yang setara dengan :
1 gr simplisia Psidium guajava follum 311,65 mg
1 gr simplisia Nigella Sativae semen 267,12 mg
1 gr simplisia Curcuma domestica rhizome 127 mg
Aturan Pakai :
Diminum 3x sehari 1-2 kapsul.
Khasiat :
Membantu mengurangi frekuensi buang air besar
* Simpan ditempat yang kering. Jauhkan dari jangkauan
anak-anak
PERINGATAN DAN PERHATIAN !
* Tidak boleh diberikan pada anak dibawah 5th dan
penderita harus minum oralit
* Bila dalam penggunaan 3hari tidak sembuh hubungi
dokter anda.

22
e. Bayam Ungu (Althernanthera brasiliana)
Kandungan Kimia
Daun bayam ungu mengandung saponin, flavonoida dan tanin.
Khasiat
Bayam ungu berkhasiat sebagai pelancar air seni, obat diare dan sakit kepala.
Untuk obat sakit kepala, daun bayam ungu segar sebanyak 60 gram, dicuci,
direbus dengan 200 ml air sampai mendidih selama 15 menit, disaring, setelah
dingin diminum sekaligus.
Sedangkan untuk obat diare: daun bayem ungu segar sebanyak 50
gram, dicuci, direbus dengan 200 ml air sampai mendidih selama 15 menit,
disaring, setelah dingin diminum sekaligus. Dianjurkan untuk diminum setelah
buang air besar.

f. Daun salam (Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.)


Familia : Myrtaceae
Kandungan Kimia:
Daun: Rasa kelat, wangi. Adstringen. Minyak atsiri (0,05 %) mengandung sitral
dan eugenol, tanin dan flavonoida. Berdasarkan mekanisme sebagai
adstringensia, menciutkan selaput lendir dinding usus.
Cara pemakaian :

23
Cuci 15 lembar daun salam segar. Rebus dalam dua gelas air sampai
mendidih selama 15 menit. Tambahkan sedikit garam. Setelah dingin, saring
dan air saringannya diminum sekaligus.

Contoh sediaan :

Kapsul daun salam (Prima Agritech Nusantara)

Komposisi :
Syzygium Polyantum folium 100 g
Aturan Minum :
3 x 2 kapsul/hari
Khasiat :
Membantu menurunkan tekanan darah,
mengurangi frekuensi buang air besar yang
berlebihan menurunkan gula darah, mengobati
maag.
Isi : 80 Kapsul

g. Kunyit (Curcuma longa Linn.)


Familia : Zingiberaceae
Kandungan Kimia :
Kunyit mengandung senyawa yang berkhasiat obat, yang disebut
kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin, desmetoksikumin dan
bisdesmetoksikurkumin, minyak atsiri, Vitamin C, Garam-garam Mineral (Zat
besi, fosfor, dan kalsium). Bumbu satu ini berperan sebagai antiseptik usus
sehingga dapat membunuh bakteri-bakteri yang jumlahnya berlebih dalam
usus. Selain itu, kunyit juga berperan sebagai stimulan dan tonik lambung.
Cara pemakaian :
Tambahkan satu sendok teh ekstrak kunyit segar atau satu sendok teh
bubuk kunyit ke dalam secangkir buttermilk atau air putih.

24
Contoh sediaan :

Kapsul kunyit putih (An-Nuur)


Komposisi :
Kunyit putih 300 mg
Khasiat:
Mengatasi penyakit kewanitaan seperti keputihan, kanker
payudara, kanker rahim, dan mencegah penuaan dini serta
dapat membunuh bakteri.
Aturan Pakai:
pengobatan : 3 x 3 kapsul / hari
Pencegahan : 3 x 1 kapsul / hari
Perhatian:
Produk ini dipasarkan secara terbatas untuk kalangan sendiri
karena sedang dalam proses pengurusan ijin edar Balai POM
Jakarta.

h. Delima (Punica granatum L.)


Simplisia : kulit delima kering
Kandungan : Alkaloid, resin, triterpenoid, dan granat.
Cara penggunaan : Kulit delima kering sebanyak 30 gram dan 10
gram daun teh direbus dengan 600 cc air
hingga tersisa 300 cc, kemudian air rebusannya
diminum selagi hangat.
Aturan pakai : dua kali sehari

25
i. Anggur Laut (Coccoloba uvifera)
Kandungan Kimia
Daun, buah dan kulit batang anggur laut mengandung saponin, flavonoida dan
tanin, di samping itu kulit batangnya juga mengandung antrakinon.
Khasiat
Kulit batang dan buah anggur laut berkhasiat sebagai obat mencret/diare dan
obat batuk. Untuk obat diare dipakai 10 gram buah anggur laut yang masih
muda, dicuci dan direbus dengan 1 gelas air sampai mendidih, dinginkan dan
disaring. Hasil saringan diminum sekaligus.

j. Keji Beling (Stachytarpheta mutabilis, Vahl)


Simplisia : Seluruh bagian keji beling
Kandungan : Banyak mineral seperti kalium sedikit natrium,
kalsium dan unsur lainnya. Disamping itu juga
terdapat asam silikat, tannin dan glikosida.

26
Cara penggunaan : Seluruh bagian dari tanaman ini direbus selama
lebih kurang setengah (1/2) jam, kemudian
airnya diminum.
Aturan pakai : minum sekaligus

a. Pengobatan dengan menggunakan jamu


1. Stop Diar® – Produk Herbal Terstandar
Nama Pabrik : PT. Air Mancur
Komposisi : Ekstrak daun Jambu Biji, Ekstrak daun Poncosudo,
Ekstrak Kunir Merah, Ekstrak daun Kecubung,
Bolus Alba.
Aturan Pakai :
Dewasa : 3 x sehari 2 tablet ( bila perlu 4 x sehari 2
tablet )
Anak - anak umur 6 - 12 : 3 x sehari 1 tablet ( bila perlu 4 x sehari 1
tablet )

III.2 Penyakit Konstipasi


III.2.1 Pengobatan Menggunakan Obat Sintesis
1. Laksativa Osmotik
Laksativa osmotik merupakan bahan larut, tetapi tidak dapat terserap,
dan mampu menampung menampung air dalam usus berdasarkan aksi
osmotiknya. Tekanan osmotik (konsentrasi partikel) dari isi usus selalu sesuai
dengan ruang ekstraseluler. Mukosa usus tidak mampu mempertahankan
tekanan osmotik yang lebih tinggi atau lebih rendah dari isi luminal. Oleh karena
itu, penyerapan molekul (misalnya, glukosa, NaCl) terjadi secara
isoosmotik,yaitu molekul zat terlarut sesuai dengan jumlah air. Sebaliknya, air
tetap dalam usus ketika molekul tidak dapat diserap.

27
a. Laktulosa
Indikasi : Sembelit kronis.
Dosis :
Dosis Awal (3 hari) mL/hari
Dewasa 15 – 45
Anak
7 – 14 tahun 15
1 – 6 tahun 5 – 10
Bayi 5
Pemberian : Dapat dikonsumsi dengan atau tanpa makanan. Dapat dikonsumsi
dengan makanan untuk mengurangi ketidaknyamanan GI. Untuk sembelit :
sebaiknya dikonsumsi satu jam setelah sarapan.
Kontraindikasi : untuk pasien pada diet galaktosa bebas dan dengan
galaktosemia.
Perhatian khusus : Ibu hamil dan penderita diabetes
Efek yang tidak diinginkan : Selama beberapa hari pertama pengobatan,
peningkatan gas dalam perut mungkin terjadi. Gejala ini biasanya hilang di
bawah terapi lanjutan.
Diare dapat terjadi terutama ketika menggunakan dosis yang lebih tinggi. Dosis
kemudian harus disesuaikan untuk mendapatkan 2-3 buang air besar / hari.
Interaksi obat : Respon dapat diubah oleh agen anti-infektif.
Kategori dalam kehamilan : B
Sediaan yang beredar : Constipen (Combiphar), Duphalac (Abbott) sirup 3,3
g/5 ml, Dulcolactol (Boehringer Ingelheim) sirup 10 g/15 ml, Lactulax
(Ikapharmindo) sirup 3,3 g/5 ml, Lacons (Mahakam Beta Farma), Lactugra
(Graha Farma), Lantulos (Landson), Laxadilac (Galenium), Opilax (Otto),
Pralax (Fahrenheit), Solac (Soho).

28
b. Sorbitol
Indikasi : Rektal dan sigmoidal sembelit, sembelit pada kehamilan, kebiasaan
sembelit dan transitoris pada anak, faecaloma dan scybala. Pra-op persiapan
(partus, ginekologi, bedah anal), persiapan untuk anoscopy & rectoscopy.
Dosis : Dewasa dan anak ≥ 3 bulan 1 tube. Anak ≤ 3 bulan ½ tube

PERINGATAN & PERHATIAN


Pencahar hanya digunakan bila benar-benar diperlukan, hanya untuk
1.
penggunaan jangka pendek
Jangan digunakan pada penderita wasir akut & orang yang mengalami
2.
peradangan pada usus besar
Efek Samping
Penggunaan berlebihan dapat menyebabkan diare dan kekurangan cairan.
KONTRAINDIKASI
Pada penderita wasir yang akut dan pada penderita yang mengalami
perdarahan karena radang usus besar.
Sediaan yang beredar :
Microlax enema 5 ml.

c. Natrium sulfat
Dosis : Dewasa: 50-500 mg/ hari (per oral) dalam 1 - 4 dosis terbagi. 10 g
enema gel mengandung 0,12 g natrium Docusate (rectal): Gunakan 1-2 enema
sesuai kebutuhan.
29
Kontraindikasi : Obstruksi usus atau gejala perut terdiagnosis Rektal untuk
pasien dengan wasir atau fisura anus. Jangan gunakan untuk melunakkan
gendang telinga atau berlubang.
Perhatian khusus : Kehamilan, laktasi.
Efek yang tidak diinginkan : Efek GI, ruam kulit, sakit anorektal atau
perdarahan setelah pemberian dubur.
Interaksi obat : Meningkatkan penyerapan GI obat lain. Meningkatkan efek
pencahar antrakuinon. Meningkatkan kejadian efek samping bila diberikan
bersamaan dengan aspirin.
Kategori dalam kehamilan : C
Sediaan yang beredar : Forumen (Sanbe Vision)

2. Laksatif Stimulan
Derivat difenilmetan (misalnya, bisakodil, fenolftalein) dan antraquinon
(misalnya, Sennae folium-Rhei radix dalam Eucarbon tablet) memiliki aksi
selektif pada saraf pleksus dari otot polos usus yang mengarah ke peningkatan
motilitas. Onset efek yang cepat, tetapi dapat menyebabkan kram, tergantung
pada dosis yang digunakan. Untuk dewasa laxative ringan 1-2 tablet saat atau
sesudah makan; anak-anak lebih dari 2 tahun ½-1 tablet saat makan.
a. Bisakodil
Dosis : Per oral : Dewasa: 5-10 mg pada malam hari, Anak > 4 tahun: 5 mg
pada waktu malam. Rektal : Dewasa: 10 mg supositoria / enema di pagi hari.
Anak <10 tahun: 5 mg di pagi hari.
Pemberian : Harus dikonsumsi/ digunakan pada waktu perut kosong. Perut
kosong untuk mendapatkan efek yang cepat. Jangan digunakan 1 jam setelah
mengkonsumsi antasida, susu atau produk susu lainnya.
30
Overdosis : Overdosis dapat menyebabkan diare dengan hilangnya berlebihan
air dan elektrolit.
Kontraindikasi : Sakit perut akut atau obstruksi usus, dehidrasi berat, impaksi
feses, penggunaan kronis
Perhatian khusus : Kehamilan, penyakit radang usus.
Efek yang tidak diinginkan : Ketidaknyamanan perut (kolik, kram). Supositoria
dapat menyebabkan iritasi dan proktitis.
Interaksi obat : Jangan menggunakan antasida atau minum susu 1 jam
setelah penggunaan obat (salut enterik).
Kategori dalam kehamilan : B
Mekanisme kerja : Bisacodyl bekerja terutama pada usus besar dengan
meningkatkan motilitas untuk mempengaruhi pengosongan usus. Onset: 6-12
jam (oral). 15-60 min (dubur). Penyerapan: Minimal dari saluran GI (oral,
sebagai tablet salut enterik / supositoria). Metabolisme: Dikonversi ke bis (p-
hidroksifenil)-2-piridil metana oleh enzim usus atau bakteri. Ekskresi: Feses,
urin (sebagai glukuronat).
Sediaan yang beredar : Bisakodil tablet salut 5 mg, Laxamex tablet salut 5
mg, Melaxan tablet salut 5 mg, Prolaxan tablet salut 5 mg, Laxacod tablet
salut 5 mg, Dulcolax tablet salut 5 mg, supositoria 5 mg dan 10 mg.

b. Natrium dokusat
Dosis : Per oral : Dewasa: 50-500 mg / hari dalam 1-4 dosis terbagi. Anak: 6-
12 tahun: 40-120 mg / hari, 3-6 thn: 20-60 mg / hari. Untuk diberikan dalam 1-4
dosis terbagi.
Rektal : Dewasa: Per 10 g enema gel mengandung 0,12 g natrium Docusate:
Gunakan 1 enema, enema dapat digunakan pada hari yang sama atau hari
berikutnya sesuai kebutuhan. Oral malam hari 50-360 mg, rektal supositoria
100 mg.

31
Kontraindikasi : Obstruksi usus atau gejala perut terdiagnosis. Penggunaan
berkepanjangan. Bersamaan digunakan dengan parafin cair. Rektal pada
pasien wasir atau fisura anus. Jangan gunakan untuk melunakkan gendang
telinga bengkak atau berlubang.
Perhatian khusus: Ibu hamil, laktasi.
Efek yang tidak diinginkan : Efek GI, ruam kulit, sakit anorektal atau
perdarahan setelah pemberian dubur.
Interaksi obat : Meningkatkan penyerapan GI obat lain. Meningkatkan efek
pencahar antrakuinon. Meningkatkan kejadian efek samping bila diberikan
bersamaan dengan aspirin.
Kategori dalam kehamilan : C
Sediaan yang beredar : Senokot tablet, Colace kapsul 50 mg, Docusate
Sodium 100mg (100 Softgels),

III.2.2 Pengobatan Menggunakan Obat Tradisional


Pengobatan alami :
a. Daun wungu (Graptophyllum pictum [L.]Griff.)
Familia : Acanthaceae
Kandungan Kimia :
Daun tumbuhan ini mengandung alkaloid yang tidak beracun, glikosida,
steroid, tanin, klorofil, alcohol, pektin, asam formiat lendir dan saponin inilah
yang mempunyai efek sebagai pencahar ringan (mild laxative).. Batang daun
wungu mengandung kalsium oksalat, asam formik dan lemak. Bagian yang
digunakan antara lain daun, kulit batang dan bunganya.
Cara pemakaian:

32
Daun wungu segar tujuh lembar, rebus dengan dua gelas air hingga jadi
satu gelas. Saring kemudian minum.

Contoh sediaan

Daun wungu Herba ( Rumah Herbal)

Komposisi:
Daun wungu 100%
Khasiat :
Untuk mengobati wasir dan sembelit
Aturan pakai :
Untuk pengobatan 3 kali sehari
Untuk menjaga stamina 2 kali sehari

b. Lidah Buaya (Aloe Vera Linn.)


Familia : Liliaceae
Kandungan Kimia: Aloin, barbaloin, isobarbaloin, aloe-emodin, aloenin, aloesin.
Rasa pahit, dingin. Anti radang, pencahar (Laxative), parasitiside. Herba
ini masuk ke meridian jantung, hati dan pancreas. Getah daun lidah buaya
merupakan perantara pembersih yang cukup kuat. Namun, kandungan
pencahar yang cukup kuat pada lidah buaya, anthraquinone, terkadang dapat
menimbulkan diare dan kram usus. Itu sebabnya, harus digunakan dengan hati-
hati.
Cara pemakaian:

33
Separuh batang lidah buaya dicuci hingga bersih. Kemudian buang
kulitnya. Isinya lantas dicincang, seduh dengan setengah cangkir air panas.
Tambahkan satu sendok makan madu. Selagi hangat dimakan dua kali sehari.
Catatan: Ramuan tersebut tidak diperuntukkan bagi wanita hamil, haid, dan
penderita diare.

Contoh sediaan :
Lidah buaya serbuk (Al-Guroba)
Komposisi :
Lidah buaya 80 %
Khasiat :
Menyembuhkan ambeien dan sembelit, menyembuhkan
radang tenggorokan, mencegah pembengkakan sendi,
menghambat sel kanker, menghambat infeksi HIV
Aturan pakai :
2 kali sehari

c. Ketepeng Cina (Cassia alata, Linn.)


Familia : Caesalpiniaceae
Kandungan Kimia:
Rein, aloe emodina, asam krisofanat, (dihidroksimetilanthraquinone), tannin.
Daun ketepeng cina mengandung zat samak serta bersifat sebagai laksatif.
Pedas, hangat, insektisidal, menghilangkan gatal-gatal, pencahar, obat cacing,
obat kelainan kulit yang disebabkan oleh parasit kulit.
Cara pemakaian:
Daun ketepeng cina muda dan segar sebanyak tujuh lembar dididihkan
dengan dua gelas air hingga tersisa satu gelas. Angkat, saring, dan minum.

34
d. Kejibeling (Stachytarpheta mutabilis, Vahl.)
Familia : Acanthaceae
Kandungan Kimia :
Daun kejibeling mengandung unsur-unsur mineral seperti kalium,
natrium, kalsium dan beberapa unsur lainnya. Kejibeling mengandung berbagai
bahan kimia seperti kalium, asam silikat, natrium, kalsium, serta beberapa
senyawa lain. Di samping itu, kejibeling mempunyai efek pencahar dan diuretik,
sehingga baik untuk penderita sembelit.
Cara Pemakaian:
Setengah genggam daun keji beling segar dicuci hingga bersih.
Kemudian rebus dengan dua gelas air sampai tersisa satu gelas. Saring dan
minum.

35
Contoh sediaan :

Kapsul Keji Beling (Tazakka)


Komposisi :
Strobilanthes crispus folium 440 mg
Aturan Minum :
3 x 2 kapsul/hari
Khasiat :
Secara tradisional digunakan untuk membantu menghancurkan
batu ginjal, dan melancarkan buang air kecil.
Isi : 80 Kapsul

e. Mengkudu (Morinda citrifolia, Linn.)


Familia : Rubiaceae
Kandungan Kimia :
Buah buni tumbuhan mengkudu yang telah masak mempunyai aroma
yang tidak sedap, namun mengandung sejumlah zat yang berkhasiat untuk
pengobatan. Adapun kandungan zat tersebut antara lain morinda diol,
morindone, morindin, damnacanthal, metil asetil, asam kapril dan sorandiyiol.
Mengkudu mengandung morindon yang merupakan zat warna merah dan
berkhasiat sebagai pencahar.
Cara pemakaian:
Dua buah mengkudu masak dicuci dan parut. Tambahkan sedikit garam.
Aduk hingga rata. Lalu peras dengan kain. Minum dua kali sehari.

Contoh sediaan
36
Kapsul Mengkudu ( Abidel Saampiri)
Komposisi : serbuk morinda citrifolia 450 mg)
Sangat baik digunakan untuk :
Penderita hypertensi, diabetes, darah kotor, tulang
keropos, lever, limpa bengkak / nyeri, radang usus.
Aturan Pakai :
Pengobatan 3xsehari 2 kapsul
Pencegahan 2xsehari 1 kapsul
Diminum 1jam sebelum makan atau sesuai petunjuk
dokter / pengobat
Ket : Tidak mengandung bahan kimia atau pengawet
dan telah melalui sterilisasi batan

f. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza, Roxb.)


Familia : Zingiberanceae
Kandungan Kimia :
Daging buah (rimpang) temulawak mempunyai beberapa kandungan senyawa
kimia antara lain berupa fellandrean dan turmerol atau yang sering disebut
minyak menguap. Kemudian minyak atsiri, kamfer, glukosida, foluymetik
karbinol. Dan kurkumin yang terdapat pada rimpang tumbuhan ini bermanfaat
sebagai dan antisembelit, antiradang, tonikum, diuretik, dan bakteriostatik
acnevulgaris.
Cara pemakaian:
Rimpang temulawak digiling halus bersama biji sesawi. Beri sedikit air.
Peras, kemudian airnya diminum. Atau, rimpang temulawak diiris ditambah
dengan asam jawa dan gula jawa. Setelah itu tuangkan air mendidih, saring.
Airnya kemudian diminum.

37
Contoh sediaan

Temulawak kapsul (Tazakka)


Komposisi:
Curcuma xanthoriza 500 mg
Aturan pakai:
Pencegahan : 3 x 1 kapsul/ hari
Pengobatan : 3 x 3 kapsul/ hari
Khasiat:
Anti radang, anti keracunan empedu, penurun kolesterol,
diuretic (peluruh kencing), penghilang nyeri sendi tonikum

g. Pepaya (Carica papaya, Linn.)


Familia : Cariccaceae
Kandungan Kimia :
Buah pepaya mengandung unsur yang dapat membuat pencernaan
makanan lebih sempurna, disamping memiliki daya yang dapat membuat air
seni bereaksi asam, yang secara ilmiah disebut zat caricaksantin dan
violaksantin. Kandungan carposide pada daun pepaya berkhasiat sebagai obat
cacing. Disamping pada daunnya, akar dan getah pepaya juga mengandung
zat papayotin, karpain, kautsyuk, karposit dan vitamin. Pepaya dapat
memperlancar saluran pencernaan karena dapat membantu memecah serat
dalam saluran pencernaan.

h. Nanas (Ananas comosus (L.) Merr.)


Familia : Bromeliaceae.
Kandungan Kimia :

38
Buah mengandung vitamin (A dan C), kalsium, fosfor, magnesium, besi,
natrium, kalium, dekstrosa, sukrosa (gula tebu), dan enzim bromelain.
Bromelain berkhasiat antiradang, membantu melunakkan makanan di lambung,
mengganggu pertumbuhan set kanker, menghambat agregasi platelet, dan
mempunyai aktivitas fibrinolitik. Kandungan seratnya dapat mempermudah
buang air besar pada penderita sembelit (konstipasi). Daun mengandung
calsium oksalat dan pectic substances.
Cara pemakaian :
Pilih 3 buah nanas yang belum masak. Kupas dan cuci bersih. Parut
atau jus, kemudian peras airnya. Minum air perasan nanas 2 kali sehari setelah
makan. Masing-masing setengah gelas.

i. Asam jawa (Tamarindus indica L)


Simplisia : Buah asam
Kandungan : Asam-asam malonat, tartrat, sitrat, asam malat.
Selain itu juga mengandung garam kalium bitartrat
dan oligosakarida yang bersifat sebagai pencahar
ringan.
Cara Penggunaan : setengah sendok makan daging buah asam
diseduh dengan segelas air mendidih (300 cc) dan
1 sendok makan gula pasir. Aduk rata campuran
tersebut, diamkan. Setela dingin dapat diminum
sedikit-sedikit sampai habis.
39
J. Kembang Pukul Empat (Mirabilis jalapa L.)
Kandungan Kimia
Daun dan bunga kembang pukul empat mengandung saponin dan
flavonoida.disamping itu daunnya juga mengandung tanin dan bunganya
mengandung polifenol. Biji tanaman tersebut mengandung flavonoida dan
polifenol.
Khasiat
Daun kembang pukul empat berkhasiat sebagai obat bisul, akarnya untuk
mengobati sembelit dan bengkak. Bijinya sebagai bahan kosmetika.
Untuk obat bisul dipakai ± 7 gram daun segar kembang pukul empat, dicuci,
ditambah 1/2 gram garam, ditumbuk kemudian ditempelkan pada bisul.

40
DAFTAR PUSTAKA

1. Sukandar, Elin Y. 2009. ISO Farmakoterapi. Ed. II. PT. ISFI Penerbitan.
Jakarta. 349-353, 372-377.

2. Tan HT, Rahardja K. 1993. Swamedikasi. Gramedia. Jakarta, 101-109, 111-


118.

3. Holt GA dan Edwin LH. 1986. The Pros and Cons of Self-medication. Dalam
Journal of Pharmacy Technology, September /October: 213-218. Available
as PDF file

4. McEwen J. 1979. Self-medication in The Context of Self-care: A review.


Dalam: nderson, J.A.D (ed). Self Medication. The Proceedings of Workshop
on Self Care, London: MTP Press Limited Lancaster, 95-111. Available as
PDF file

5. Rosenstock IM. 1974. The Health Belief and Preventive Health Behavior.
Health Education Monograph, 2(4): 354. Available as PDF file

6. Tan HT, Rahardja K. 2002. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan


Efek Sampingnya. Ed. V. Gramedia. Jakarta, 270-294.

7. Wells BG. 2006. Pharmacotherapy Handbook. 6th Edition. McGraw-Hill.


Available as PDF file.

8. Anderson JAD. 1979. Historical Background to Self-care. The Proceedings


of Workshop on Self Care. London: MTP Press Limited Lancaster, 10-18.
Available as PDF file.

9. http://www.mims.com/

10. http://ObatHerbalAlami.com/Obat_Herbal_Untuk_Diare, diakses 28 Oktober


2012

11. http://wapedia.mobi/id/konstipasi, diakses 28 Oktober 2012

12. http://blogkita.info/antidiare, diakses 28 Oktober 2012

13. http://obatdiare.co.cc/herbal, diakses 28 Oktober 2012

41

Anda mungkin juga menyukai