MA
.W
RS
I JAYA KU SU
1
Kata Pengantar
Kami menyadari ini jauh dari sempurna untuk itu kami berharap kritik dan
saran yang membangun untuk kesempurnan buku ini.
Instalasi Laboratorium
2
DAFTAR ISI
JUDUL ......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ..............................................................................................ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................iii
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKITWIJAYA KUSUMA
LUMAJANG
....................................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1
BAB II STANDAR KETENAGAAN .....................................................................13
BAB III STANDAR FASILITAS ...........................................................................16
BAB IV TATALAKSANA PELAYANAN ..........................................................21
BAB V LOGISTIK DAN PEMBIAYAAN ............................................................43
BAB VI KESELAMATAN PASIEN ......................................................................47
BAB VII KESELAMATAN KERJA .....................................................................52
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU ....................................................................55
BAB IX PENUTUP ..................................................................................................vi
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................vii
3
RUMAH SAKIT
WIJAYA KUSUMA
JL. A. YANI 149 TELP. (0334) 881791-891325-894410
LUMAJANG 67316
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI LABORATORIUM RUMAH SAKIT
WIJAYA KUSUMA LUMAJANG
4
Laboratorium Kesehatan Tahun 2008.
7. Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Wijaya Kusuma
Lumajang No. Tentang Pedoman Pelayanan Instalasi
Laboratorium Rumah Sakit Wijaya Kusuma Lumajang.
MEMUTUSKAN
DI TETAPKAN DI : LUMAJANG
PADA TANGGAL : 10 JANUARI 2015
DIREKTUR
RUMAH SAKIT WIJAYA KUSUMA
LUMAJANG
BAB I
dr. H. Koeswandono, M.Kes
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemerintah dan segenap masyarakat bertanggung jawab dalam
memelihara dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Sampai saat
ini pelayanan laboratorium belum menjadi bagian utama dari agenda
pembangunan kesehatan. Di lain pihak sebenarnya pelayanan laboratorium
sudah dilaksanakan secara sporadik dan tidak terstruktur dalam sistem
pelayanan kesehatan. Kegiatan ini harus bersifat menyeluruh, terpadu,
merata, dan dapat diterima serta terjangkau oleh seluruh masyarakat.
Usaha kesehatan di atas mencakup usaha peningkatan (promotif),
pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif), dan pemulihan
(rehabilitasi). Dalam upaya penyembuhan tercakup pelayanan
laboratorium. Bahkan dewasa ini dalam upaya pencegahan, pelayanan
laboratorium telah mengambil bagian yang sangat penting dengan
ditemukannya berbagai marker yang cukup sensitif sebagai prediktor
beberapa penyakit tertentu. Sehingga pelayanan laboratorium tidak hanya
bagi pasien sakit, tetapi orang sehat juga sangat penting menggunakan jasa
pelayanan laboratorium ini.
B. Tujuan Pedoman
1. Mengetahui standar ketenagaan di Instalasi Laboratorium Rumah Sakit
Wijaya Kusuma.
2. Mengetahui standar fasilitas di Instalasi Laboratorium Rumah Sakit
Wijaya Kusuma.
3. Mengetahui tata laksana pelayanan di Instalasi Laboratorium Rumah
Sakit Wijaya Kusuma.
4. Mengetahui penyediaan logistik di Instalasi Laboratorium Rumah
Sakit Wijaya Kusuma.
6
5. Mengetahui keselamatan pasien dalam pelayanan Laboratorium
Rumah Sakit Wijaya Kusuma.
6. Mengetahui keselamatan kerja dalam pelayanan Laboratorium Rumah
Sakit Wijaya Kusuma.
7. Mengetahui pengendalian mutu pelayanan di Instalasi Laboratorium
Rumah Sakit Wijaya Kusuma.
D. Batasan Operasional
Untuk membantu mengarahkan pemahaman tentang isi buku ini, perlu
diketahui batasan operasional beberapa istilah penting yang terkait dengan
kerangka pelayanan instalasi laboratorium rumah sakit. Batasan
operasional di bawah ini merupakan batasan istilah, baik dari sumber buku
pedoman standar laboratorium yang baik maupun dari sumber-sumber lain
yang dipandang sesuai dengan kerangka konsep pelayanan yang terurai
dalam buku ini.
7
1. Instalasi laboratorium adalah suatu instalasi yang memberikan
pelayanan pemeriksaan laboratorium terhadap spesimen yang berasal
dari cairan tubuh manusia seperti darah atau komponennya, urine,
feses, cairan pleura, dan cairan tubuh yang lainnya. Hasil pemeriksaan
laboratorium ini digunakan untuk penetapan diagnosis , pemberian
pengobatan, dan pemantauan hasil pengobatan serta penentuan
prognosis (Pedoman Praktek Laboratorium yang Benar).
2. Spesimen Infeksius adalah semua spesimen yang berasal dari manusia
atau hewan yang mengandung agen penyebab penyakit infeksius atau
yang dinyatakan infeksius oleh yang berwenang seperti dokter, ilmuan,
perawat, dan lain-lain. (Pedoman pelaksanaan Kewaspadaan Universal
di Pelayanan Kesehatan).
3. Kalibrasi alat adalah suatu kegiatan yang merupakan salah satu
komponen kegiatan pemantapan mutu internal yang dilakukan pada
masing-masing alat secara berkala untuk menjamin ketelitian dan
ketepatan hasil pemeriksaan laboratorium (Pedoman Praktek
Laboratorium yang Benar).
4. Pengendalian Mutu adalah semua kegiatan pencegahan yang
bertujuan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan
laboratorium (Pedoman Praktek Laboratorium yang Benar).
5. Pemantapan mutu internal adalah kegiatan pencegahan dan
pengawasan yang dilaksanakan oleh masing-masing laboratorium
secara terus menerus agar diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat
(Pedoman Praktek Laboratorium yang Benar).
6. Pemantapan mutu eksternal adalah kegiatan yang diselenggarakan
secara periodik oleh pihak lain diluar laboratorium rumah sakit, baik
pemerintah, swasta, atau internasional, untuk memantau dan menilai
penampilan suatu laboratorium dalam bidang pemeriksaan tertentu
(Pedoman Praktek Laboratorium yang Benar).
8
E. Landasan Hukum
Sebagai acuan dasar pertimbangan dalam penyelenggaraan pelayanan
laboratorium di rumah sakit diperlukan peraturan perundang-undangan
pendukung. Beberapa ketentuan perundang-undangan yang digunakan
sebagai berikut :
1. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
298/Menkes/SK/III/2008 Tentang Pedoman Akreditasi Laboratorium
Kesehatan
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
370/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Ahli Teknologi
Laboratorium Kesehatan.
5. KMK 432/Menkes/SK/IV/2007 tentang Pedoman Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit.
6. KMK 1087/Menkes/SK/VIII/2010 tentang Standar Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.
7. Pedoman Praktek Laboratorium (Good laboratory Practice)
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Laboratorium
Kesehatan tahun 2008.
8. Surat Keputusan Rumah Sakit Wijaya Kusuma Lumajang Nomor
tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Wijaya
Kusuma Lumajang.
9
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
10
Tabel 2.1 Pola ketenagaan Personil Instalasi Laboratorium rumah Sakit Wijaya
Kusuma
Jumlah Tenag
Nama Pendidika Keteranga
Sertifikat Kebutuha a yang
Jabatan n n
n ada
Dokter
Kepala Pelatihan
Spesialis
Instalasi Manajemen 1 1 Cukup
Patologi
Laboratorium laboratorium
Klinik
D III
Koordinator Pelatihan
Analis 1 1 Cukup
Administrasi Administrasi
Kesehatan
Koordinator D III Pelatihan
Pelayanan Analis Laboratorium 1 1 Cukup
Teknis Medis Kesehatan Update
D III
Urusan Pelatihan
Analis 2 1 Kurang 1
Hematologi Hematologi
Kesehatan
D III
Urusan Pelatihan
Analis 2 1 Kurang 1
Kimia Klinik Kimia Klinik
Kesehatan
Urusan D III Pelatihan
Imunoserolog Analis Imunoserolog 1 0 Kurang 1
i Kesehatan i
D III
Pelatihan
Urusan Urine Analis 1 0 Kurang 1
Urinologi
Kesehatan
Urusan
Admin Rawat Pelatihan
SMA 1 1 Cukup
Inap dan Administrasi
Rawat Jalan
Total 10 6 Kurang 4
B. Distribusi Ketenagaan
Kepala instalasi Laboratorium membawahi Koordinator pelayanan,
Analis pelaksana dan Administrasi. Sedangkan Koordinator Pelayanan
dibagi menjadi Koordinator Teknis Medis dan Koordinator Administrasi.
Analis pelaksana dibagi menjadi empat pelaksana yaitu urusan hematologi,
urusan kimia klinik, urusan Imunoserologi, urusan urinologi dan
11
mikrobiologi sederhana.Koordinator Pelayanan Administrasi
mengkoordinasi urusan rawat inap dan urusan rawat jalan.
C. Pengaturan Jaga
Instalasi Laboratorium Rumah Sakit Wijaya Kusuma memberikan
pelayanan selama 24 jam dalam 7 hari. Oleh karena tidak ada hari libur,
maka pengaturan jaga diatur sedemikian rupa sehingga setiap karyawan
memiliki waktu libur. Waktu libur yaitu sejumlah hari minggu dan libur
setelah jaga malam dua kali.
Pengaturan petugas dibagi menjadi tiga shift yaitu pagi, sore, malam.
Petugas pagi sebanyak 3 orang, petugas sore 2 orang,dan malam 1
orang,libur 1 orang.
12
BAB III
STANDART FASILITAS
A. DENAH LABORATORIUM
K L M N O P
J Q
I
U T
H R
G S
F E
C B A
D
13
A. Standar Fasilitas
Pelayanan Instalasi Laboratorium Rumah Sakit Wijaya Kusuma
Lumajang sebagai salah satu penunjang medis dari bidang medis diagnostik
untuk menunjang pelayanan medis baik untuk pasien rawat jalan maupun
pasien rawat inap menyediakan fasilitas :
1. Peralatan laboratorium yang memadai untuk jenis pemeriksaan yang
dilakukan dan semua peralatan harus terjamin keamanan dan
perawatannya.
2. Ruang Laboratorium untuk melaksanakan pelayanan yang terdiri dari :
a. Ruang penerimaan pasien
b. Ruang tunggu
c. Ruang Phlebotomy
d. Ruang pengolahan sampel
e. Ruang pemeriksaan
f. Ruang administrasi atau pengolahan hasil
g. Tempat penunjang untuk menyimpan bahan kimia reagensia
h. Toilet, ruang cuci dan tempat pembuangan limbah
3. Fasilitas pendukung untuk melaksanakan pelayanan berupa : meja kerja
yang kuat dan baik, listrik yang baik dan aman, penerangan yang cukup,
ventilasi yang baik dan penyimpanan yang aman untuk bahan-bahan
berbahaya.
4. Fasilitas penanganan limbah laboratorium, baik limbah umum maupun
limbah khusus.
Kondisi
No. Jenis Alat Jumlah
Baik Sedang Rusak
1. Fotometer Erba Chem-
1 1 - -
7
2. Sysmex XP-100 1 1 - -
3. Mikropipet 1000µl 1 - - 1
14
Kondisi
No. Jenis Alat Jumlah
Baik Sedang Rusak
4. Mikropipet 500 µl 1 - 1 -
5. Mikropipet 50-1000 µl 1 1 - -
6. Mikropipet 5-10 µl 1 1 - -
7. Mikropipet 50 µl 1 - 1 -
8. Mikropipet 25 µl 1 - 1 -
9. Mikropipet 10 µl 1 1 - -
10. Mikropipet 5 µl 1 - 1 -
11. Mikroskop 2 1 - 1
12. Alat Antikoagulan
1 1 - -
COADATA
13. Elektrolit K-LITE5 1 1 - -
14. Kamar Hitung 1 1 - -
15. Pipet Hb 3 2 - 1
16. Pipet Thoma Leukosit 2 - 2 -
17. Pipet thoma Erytrosit 1 - 1 -
18. Pipet Westergren 10 10 - -
19. Gelas ukur 50 ml 2 1 - 1
20. Beaker Glas 50 ml 1 1 - -
21. Tabung Hb 3 2 - 1
22. Tabung reaksi 5 - 5 -
23. Tabung venoject
24. Rak Westergren 2 1 - 1
25. Rak tabung 4 3 - 1
26. Bak pengecatan 2 1 1 -
27. Lampu spiritus 2 1 - 1
28. Ose Bulat 2 2 - -
29. Accu Check 4 4 - -
30. Optium 2 1 - 1
31. Colony Counter 1 1 - -
15
Kondisi
No. Jenis Alat Jumlah
Baik Sedang Rusak
32. Alat Hitung 1 1 - -
33. Penjepit kayu 3 1 - 2
34. Inkas 1 - - 1
35. Torniquet 3 3 - -
36. Centrifuge 3 1 1 1
37. Termometer ruang 4 2 - 2
16
Kondisi
No. Jenis Alat Jumlah
Baik Sedang Rusak
19. Rak sepatu 1 1 - -
20. Alat Pengering 1 1 - -
21. Air PDAM
& - - -
SANYO
22. Meja komputer 2 - - 1
23. Lemari Plastik 1 - 1 -
17
b. Jendela laboratorium dapat dibuka sehingga udara dapat mengalir
4. Fasilitas air, gas, dan listrik
a. Tersedia aliran listrik yang memadai
b. Tersedia fasilitas air PAM dan SANYO yang memadai
5. Peralatan keamanan kerja
a. Alat bantu pipet
b. Botol dengan tutup berulir
c. Pakaian pelindung diri
d. Masker
e. Sarung tangan
f. Sekop pengumpul debu
g. Ember
h. Pasir untuk menetralkan tumpahan alkali
i. Alat pemadam kebakaran
j. Abu soda untuk menetralkan asam
18
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
Pasien yang berasal dari Rawat Inap, Instalasi Perawatan Intensif, Instalasi
Gawat darurat, Instalasi Kamar Operasi :
1. Perawat dari Rawat Inap , Instalasi Perawatan Intensif, Instalasi Gawat
darurat, Instalasi Kamar Operasi menyerahkan sampel pasien yaitu
specimen darah urien, feses dan cairan tubuh yang lain) bersama
dengan formulir permintaan pemeriksaan laboratorium di ruang
penerimaan sampel laboratorium. Untuk spesimen darah vena petugas
laboratorium lansung melakukan sampling di ruangan.
2. Perawat dari Rawat Inap , Instalasi Perawatan Intensif, Instalasi Gawat
darurat menyerahkan hasil pemeriksaan gula darah yang telah
dikerjakan di ruangan ( setiap ruangan mempunyai 1 set alat
pemeriksaan gula darah).Kewenangan dan tanggung jawab hasil,
pemeliharaan alat tetap menjadi tanggung jawab analis laboratorium.
19
3. Perawat dari Rawat Inap , Instalasi Perawatan Intensif, Instalasi
Gawat darurat menyerahkan formulir permintaan pemeriksaan
laboratorium di ruang penerimaan sampel laboratorium.
4. Petugas laboratorium melakukan pencatatan spesimen sesuai dengan
formulir permintaan pemeriksaan laboratorium dan sampel yang
diterima di catat dibuku penerimaan paiesn Rawat Inap.
C. Pengolahan Spesimen
Semua bahan pemeriksaan dianggap infeksius, karena bahan dari
manusia yang tidak diketahui apakah infeksius atau tidak. Semua bahan
pemeriksaan diberi identitas pasien yaitu : nama, alamat, umur. Pada
formulir permintaan pemeriksaan laboratorium ditulis:
- Tanggal permintaan
- Tanggal dan jam pengambilan sampel
- Identitas pasien meliputi nama, alamat, umur, jenis kelamin, RM,
ruangan tempat dirawat
- Identitas dokter pengirim
- Nomor laboratorium
- Diagnosa atau keterangan klinis
- Pemeriksaan yang diminta
- Nama pengambil sampel
20
Pengelolaan serum
1. Darah dibiarkan membeku terlebih dahulu pada suhu ruangan selama
20-30 menit, kemudian centrifus pada 3000 rpm selama 5-15 menit.
2. Serum yang memenuhi syarat apabila tidak kelihatan merah atau keruh
(lipemik)
Pengelolaan Plasma
1. Sampel darah yang telah diambil dimasukkan ke dalam tabung yang
berisi natrium citrat 0,38 % dicampurkan dengan cara membolak–
balikkan tabung dengan hati-hati sebanyak 4 kali.
2. Plasma dipisahkan tidak boleh lebih dari 2 jam setelah pengambilan
sampel.
3. Plasma yang memenuhi syarat tidak berwarna merah atau keruh
(lipemik)
Pengelolaan Urine
Untuk uji carik celup urine, tidak memerlukan perlakuan khusus,
kecuali pemeriksaan harus segera dilakukan dalam waktu 1 jam,
sedangkan untuk pemeriksaan sedimen harus dilakukan pengelolaan
dahulu dengan cara :
1. Wadah urine digoyangkan agar memperoleh sampel yang tercampur
homogen.
2. Urine sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam tabung sentrifus.
3. Urine disentrifus selama 5 menit pada 3000 rpm.
4. Supernatan urine dibuang dengan menyisakan 1 ml, kemudian dikocok
untuk meresuspensikan sedimen.
21
Serum yang akan dikirim ke laboratorium lain sebaiknya dikirim dalam
bentuk yang relatif stabil. Untuk itu persyaratan yang dipenuhi untuk
pengiriman sampel :
- Stabilitas serum tidak melampaui batas waktu yang ditentukan
- Tidak terkena sinar matahari secara langsung
- Serum ditempatkan dalam cup sampel yang tertutup rapat
- Menggunakan media transport untuk pemeriksaan mikrobiologi
22
Untuk pemeriksaan reguler hasil dapat diketahui:
a. Pasien rawat jalan.
o 2 jam untuk pemeriksaan darah lengkap, kimia klinik,
imunoserologi, dan urine lengkap.
o 15 menit untuk pemeriksaan HCG test.
o 30 menit untuk pemeriksaan feses lengkap.
o 2 jam untuk pemeriksaan cairan tubuh yang lain (sputum)
b. Pasien rawat inap dalam hasil selesai dalam waktu 4 jam setelah
pengambilan sample untuk semua jenis pemeriksaan.
Metode pemeriksaan laboratorium yang telah digunakan dikaji ulang
secara periodik, terutama untuk pelaksanaan metode kolaboratif bila
ditemukan hasil yang kritis dari pemeriksaan diagnostik dengan
sistem pelaporan formal.
a. Laboratorium rumah sakit menentukan nilai ambang kritis untuk
setiap pemeriksaan, bila ada hasil yang kritis segera dilaporkan
oleh petugas laborat ke perawat ruangan/dokter yang meminta
pemeriksaan via telfon sebelum hasil dikeluarkan dan
didokumentasikan di buku laporan shift harian.
b. Hasil pemeriksaan dilampirkan atau dicatat di formulir
permintaan pemeriksaan.
c. Hasil pemeriksaan tersebut diketik di komputer rangkap dua.
Hasil pemeriksaan yang asli diberikan kepada pasien, copy hasil
untuk arsip Rekam Medis.
d. Hasil pemeriksaan untuk pasien rawat inap diantar oleh petugas
laboratorium ke masing-masing ruangan dengan membawa buku
Ekspedisi Laboratorium Pengiriman Hasil untuk ditandatangani
perawat ruangan yang bersangkutan.
e. Penyimpanan arsip dilakukan selama 5 tahun, kecuali
pemeriksaan khusus seperti HIV, Hepatitis B, Hepatitis C yang
positif disimpan selamanya.
23
f. Nilai rujukan hasil pemeriksaan laboratorium dievaluasi setiap
penggantian reagen yang digunakan, jika ada perubahan nilai
langsung direvisi.
24
No TES Nilai normal Nilai normal Satuan
pria wanita
23. LDL Kolesterol <150 < 150 mg/dl
24. Urea 10 - 50 10 - 50 mg/dl
25. Serum kreatinin 0,6 – 1,3 0,5 – 1,1 mg/dl
26. Uric Acid 3,4 – 7,0 2,4 – 5,7 mg/dl
27. SGOT < 37 < 31 U/L
28. SGPT < 43 < 36 U/L
29. Natrium 135,37 – 135.37 -145,00 Mmol/l
145,00
30. Kalium 3,48 – 5,50 3.48 – 5,50 Mmo/l
31. Clorida 96,00 – 106,00 96,00 – 106,00 Mmol/l
32. Calsium 8,80 – 10,80 8,80 – 10,80 Mg/dl
33. Troponin < 0,05 < 0,05 %
b. Nilai Kritis
No TES BATAS BAWAH BATAS ATAS
1. Bilirubun Total - > 18 mg/dl
2. SGOT/SGPT - > 1000 U/L
3. Calsium < 6mg/dl >14 mg/dl
4. Natrium <125 mmol/l >160 mmol/l
5. Kalium <3,0mmol/l >6,2mmol/l
6. Glukosa <40mg/dl ≥250mg/dl
7. Creatinin - >1,6mgdl
8. Hemoglobin < 7 g% >20 g%
9 Hematokrit <21 % >60%
10. PPT - > 70 detik
11. APTT < 17 >42 detik
12. Leukosit <2000 >25000/mm3
13. Trombosit < 100.000 >500.000
25
F. Pengelolaan Peralatan
1. Proses seleksi dan pengadaan alat diikutkan dalam program RAB
rumah sakit setiap tahun.
2. Proses inventarisasi alat dilakukan dengan tim SPI
3. Inspeksi dan pengetesan alat dilakukan dengan melakukan kontrol
setiap pagi sebelum digunakan untuk pemeriksaan pasien.
G. Monitoring/Pemeliharaan Alat
Peralatan laboratorium yang ada harus selalu di jaga dan dirawat dengan
baik. Untuk itu ada beberapa alat yang membutuhkan perawatan khusus
sesuai dengan jadwal perawatan masing-masing.
Pada setiap alat laboratorium dilakukan pemeliharaan, pencegahan
(preventive maintenance ), yaitu semua kegiatan dilakukan agar diperoleh
kondisi yang optimal, dapat beroperasi dengan baik dan tidak terjadi
kerusakan. Kegiatan ini dilakukan secara rutin untuk semua jenis alat,
sehingga diperoleh peningkatan kualitas produksi, peningkatan keamanan
kerja, pencegahan pemeriksaan yang tiba-tiba berhenti, penekanan waktu
luang/pengangguran bagi tenaga pelaksana, serta penurunan biaya
pemeriksaan. Untuk itu setiap alat mempunyai kartu pemeliharaan
digunakan dokumentasi yang mencatat setiap tindakan pemeliharaan dan
kelainan–kelainan yang ditemukan segera dilaporkan kepada penanggung
jawab alat untuk dilakukan perbaikan.
H. Kalibrasi Alat
Kalibrasi peralatan sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil
pemeriksaan laboratorim yang terpercaya sehingga menjamin akurasi dan
mutu hasil pemeriksaan.
Beberapa peralatan laboratorium membutuhkan kalibrasi pada jangka
waktu tertentu sesuai dengan kebutuhan masing-masing alat,antara lain :
1. Pipet (satu tahun sekali)
2. Fotometer Erba Chem-7 (satu tahun sekali)
3. Sysmex XP-100 satu tahun sekali
4. Elektrolit setiap 4 jam
26
I. Trouble Shooting
Dalam melakukan pemeriksaan sering kali terjadi ketidakcocokan
hasil, malfungsi alat atau kondisi yang tidak diinginkan, yang mungkin
disebabkan oleh adanya gangguan peralatan. Untuk itu perlu adanya
pemecahan masalah (troubel shooting). Troubel Shooting adalah proses
atau kegiatan untuk mencari penyebab terjadinya penampilan alat yang
memuaskan, dan memilih cara penanganan yang benar untuk
mengatasinya.Makin canggih suatu alat, akan makin kompleks masalah
yang mungkin terjadi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan bila terjadi permasalahan pada peralatan :
1. Tetap tenang dan berpikir jernih
2. Memastikan masalahnya dan tidak membuat asumsi tentang
kemungkinan permasalahan
3. Jika penanganan sederhana gagal, meminta bantuan supervisor atau
atasan atau menghubungi teknisi alat yang bersangkutan untuk
menanyakan masalah tersebut
4. Menempelkan label bahwa alat rusak atau tidak dapat dipergunakan
5. Mencatat semua tindakan atau upaya perbaikan pada catatan khusus
J. Pengelolaan Limbah
Limbah atau sampah laboratorium dibagi menjadi dua golongan
yaitu limbah/sampah medis dan limbah/sampah non medis.
Pengelolaan sampah non medis
1. Sampah non medis yang dihasilkan laboratorium dimasukksn ke
dalam kontainer sampah non medis dengan kresek hitam.
2. Petugas kebersihan laboratorium mengosongkan kontainer yang ada.
3. Kontainer sampah dibersihkan dicuci segera setelah
dikosongkan/dibuang
4. Petugas pengangkut sampah rumah sakit mengambil sampah dari
laboratorium untuk dibawa ke tempat pembuangan sampah sementara
rumah sakit setiap pagi.
27
Pengelolaan sampah medis padat:
1. Sampah medis padat dipisahkan sesuai jenisnya, yaitu sampah medis
tajam seperti jarum dan sampah medis tidak tajam yaitu kapas, kertas
saring, spuit, sarung tangan sekali pakai, tabung spesimen plastik,
kemasan reagen dan lain-lain.
2. Sampah medis tajam (jarum) dibuang dalam kontainer khusus
tertutup.
3. Sampah medis tidak tajam dibuang dalam kontainer tertutup dengan
plastik warna kuning. Khusus untuk sampah medis tidak tajam spuit,
tabung spesimen darah plastik dibuang dalam kontainer khusus
tertutup terpisah.
4. Untuk wadah spesimen urine dan feses yang terbuat dari plastik,
setelah spesimen dibuang di spoel hok, wadah spesimennya langsung
dibuang dalam kontainer tertutup dengan plastik warna kuning
bersama sampah medis lainnya.
5. Untuk kemasan reagen setelah dicuci bersih ditampung di tempat
tersendiri untuk selanjutnya dibuang dan dibakar dalam insenerator,
6. Spesimen darah dibuang dalam wadah tersendiri yang berisi
desinfektan.
7. Petugas pengangkut sampah rumah sakit mengambil sampah padat
tajam dan tidak tajam untuk dibakar di incenerator rumah sakit.
28
BAB V
LOGISTIK
29
c. Buku permintaan reagen diserahkan ke Instalasi Farmasi untuk
pemesanan.
d. Petugas laboratorium menerima reagen yang dipesan dari Instalasi
Farmasi beserta turunan faktur pembelian.
e. Reagen yang diterima ditulis di buku penerimaan, yang meliputi :
nama reagen, jumlah, nama pabrik, nomor faktur, tanda tangan
penerima, tanda tangan yang menyerahkan, tanggal diterima.
f. Reagen yang diterima ditulis dalam kartu stok, meliputi : nama
reagen dan pabriknya, distributor dan alamatnya, jumlah yang
diterima, isi, dan tanggal kadaluarsa.
g. Reagen yang diterima disimpan dalam lemari khusus penyimpanan
reagen pada suhu sesuai dengan intruksi dari masing-masing
kemasan.
h. Untuk Inventarisasi Reagensia dilakukan Tim Satuan Pemeriksa
Intern Rumah Sakit.
4. Distribusi Reagen
a. Catat dalam kartu stok setelah pengambilan dan membuka
kemasan reagen yang baru.
b. Tulis pengeluaran reagen pada kartu stok sesuai jumlah yang
dikeluarkan.
c. Tulis sisa reagen di kartu stok pada kolom sisa
d. Perputaran pemakaian reagen dengan menggunakan kaidah:
Pertama masuk – pertama keluar ( FIFO = first in – first out), hal
ini untuk menjamin barang rusak akibat penyimpanan yang terlalu
lama.
30
pabrik tidak produksi dan ada rekomendasi dari Kepala Instalasi
Laboratorium.
1. Reagen buatan sendiri
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
a. Pada waktu pengenceran harus diperhatikan kualitas aquadest
yang dipakai. Air yang mengandung kaporit akan
mempengaruhi reagen untuk pemeriksaan kalsium dan clorida,
sedangkan air yang banyak mengandung logam akan
mempengaruhi pemeriksaan logam dan pewarna.
b. Larutan kerja sifatnya tidak tahan lama sehingga harus dibuat
secukupnya sesuai kebutuhan. Untuk penyimpanan sebaiknya
dalam bentuk larutan stok.
c. Wadah reagen perlu diberi label yang berisi nama reagen,
tanggal pembuatan dan paraf pembuat.
d. Penyimpanan untuk reagen tertentu mempunyai syarat khusus,
misalnya :tidak boleh terkena paparan cahaya, harus pada suhu
ruangan, suhu dingin atau beku dan sebagainya.
b. Batas Kadaluarsa
Masa kadaluarsa yang tercantum pada kemasan hanya berlaku
untuk reagen yang disimpan pada kondisi baik dan belum
pernah dibuka, karena reagen yang wadahnya sudah pernah
dibuka mempunyai masa kadaluarsa lebih pendek dari reagen
yang belum dibuka.
31
c. Keadaan Fisik
Kemasan harus dalam keadaan utuh, isi tidak mengeras dan
tidak ada perubahan warna.
32
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan lebih aman. Hal ini termasuk asesmen resiko, identifikasi, pengelolaan
hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dan insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko.
Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi
yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm(penyakit,
cidera, cacat, kematian, dan lain – lain) yang tidak seharusmya terjadi.
B. Tujuan
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil. Selain itu sistem keselamatan ini mempunyai tujuan
agar terciptanya budaya keselamatan pasien dirumah sakit, meningkatnya
akuntabilitas rumahsakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya
kejadian tidak diharapkan di rumah sakit, dan terlaksananya program –
program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian yang tidak
diharapkan.
33
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan resiko. Mengembangkan
sistem dan pelayanan.
4. Mengembangkan sistem pelaporan. Memastikan karyawan agar
dengan mudah dapat melaporkan kejadian atau insiden, serta rumah
sakit mengatur pelaporan kepada KKP-RS (Komite Keselamatan
Rumah Sakit).
5. Melihatkan dan berkomunikasi dengan pasien. Mengembangkan cara–
cara komunikasi yang terbuka dengan pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
mendorong karyawan untuk melakukan analisa akar masalah untuk
belajar bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul.
7. Mencegah cidera melalui implementasi sistem keselamatan pasien.
Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk
melakukan perubahan pada sistem pelayanan.
Dalam melaksanakan keselamatan pasien standar keselamatan pasien harus
diterapkan Standart tersebut sebagai berikut :
1. Hak pasien.
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakuakan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi karyawan untuk mencapai keselamatan
pasien
Langkah-langkah penerapan keselamatan pasien rumah sakit :
1. Menetapkan unit kerja yang bertanggung jawab mengelola program
keselamatan pasien rumah sakit.
2. Menyusun program keselamatan pasien rumah sakit jangka pendek 1 – 2
tahun.
3. Mengisolasikan konsep dan program keselamatan pasien rumah sakit.
34
4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien rumah sakit bagi jajaran
managemen karyawan.
5. Menetapkan sistem pelaporan insiden ( peristiwa keselamatan pasien )
6. Menetapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit seperti
tersebut diatas.
7. Menetapkan standar keselamatan pasien rumah sakit (seperti tersebut
diatas) dan melakukan self acessmen dengan instrumen akreditasi
pelayanan keselamatan pasien rumah sakit.
8. Program khusus keselamatan pasien rumah sakit
9. Mengevaluasi secara periodik pelaksana program keselamatan pasien
rumah sakit dan kejadian tidak diharapkan.
35
dapat dilihat atau dirasakan atau kejadian jatuh yang tidak dapat dilihat
atau dirasakan atau kejadian jatuh yang tidak dapat dilihat karena suatu
kondisi adanya penyakit seperti Stroke, pingsan, dan lainya.
36
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
37
a. Kondisi dan lingkungan kerja.
b. Kesadaran dan kualitas kerja, dan
c. Peranan dan kualitas management.
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit
akibat kerja dapat terjadi bila :
- Peralatan tidak memenuhi standart kualitas atau bila sudah aus.
- Alat–alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses
produksi.
- Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan
terlalu panas dan terlalu dingin.
- Tidak tersedia alat–alat pengaman.
- Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran
dan lain – lain.
a. Perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja petugas kesehatan
Petugas kesehatan yang merawat pasien menular harus
mendapatkan pelatihan mengenai penularan dan penyebaran
penyakit, tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang
sesuai dengan protokol yang terpajang.
Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberikan
penjelasan umum mengenai penyakit tersebut.
Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien menular melalui
udara harus menjaga fungsi saluran pernafasan (tidak merokok,
tidak minum dingin) dengan baik dan menjaga kebersihan tangan.
b. Petunjuk pencegahan infeksi untuk petugas kesehatan
Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan
pelayanan kesehatan, petugas harus menggunakan APD yang
sesuai untuk kewaspadaan standart dan kewaspadaan isolasi
(berdasarkan penularan secara kontak, droplet atau udara) sesuai
denagn penyebaran penyakit.
Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pelatihan tentang
gejala penyakit menular yang sedang dihadapi.
38
Semua petugas kesehatan dengan penyakit seperti flu harus
dievaluasi untuk memastikan agen penyebab. Dan ditentukan
apakah perlu dipindah tugaskan dari kontak langsung dengan
pasien, terutama mereka yang bertugas di instalasi perawatan
intensif (IPI), ruang rawat anak, ruang bayi.
Semua petugas Instalasi Laboratorium harus menggunakan APD.
Alat Pelindung Diri untuk petugas laboratorium
Jenis alat pelindung yang digunakan petugas laboratorium meliputi
sarung tangan, baju kerja, sepatu/sandal pelindung. Bila perlu masker dan
kaca mata. Sarung tangan harus selalu dipakai pada saat melakukan
tindakan perkiraan akan terjadi kontak dengan darah, cairan tubuh, sekret,
eksreta, kulit yang tidak utuh, selaput lendir pasien dan beda yang
terkontaminasi. Cuci tangan harus dilakukan saat sebelum memakai dan
sesudah melepas sarung tangan. Sarung tangan harus berbeda untuk setiap
pasien, terutama bayi baru lahir dan pasien diruang perawatan intensif.
Selain itu harus menghindari kontaminasi pada benda – benda lain selain
yang berhubungan dengan tindakan yang sedang dilakukan. Tidak
dianjurkan untuk menggunakan sarung tangan rangkap bila tidak benar –
benar diperlukan karena tidak meningkatkan perlindungan, bahkan akan
meningkatkan resiko kecelakaan karena menurunkan kepekaan (raba).
Baju kerja berupa gaun pelindung merupakan salah satu jenis
pakaian kerja. Tujuan pemakaian gaun pelindung ini untuk melindungi
petugas dari kemungkinan genangan atau percikan darah atau cairan tubuh
lain yang dapat mencemari baju atau seragam. Khusus untuk pengambilan
ruang bayi baru lahir menggunakan baju pelindung yang tersedia diruang
bayi tersebut untuk mencegah penyebaran infeksi ke bayi - bayi baru lahir
tersebut. Baju kerja ini harus segera diganti bila terkena kotoran, darah
atau cairan tubuh lainya.
Sepatu/ sandal kerja digunakan di area pemeriksaan laboratorium.
Sehingga dapat mencegah terperciknya sampel ke kaki petugas dan
mencegah terlukanya kaki petugas karena tusukan benda tajam yang
terjatuh.
39
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
A. Pra analitik
Sebelum sampel diambil, pasien harus dipersiapkan terlebih dahulu
dengan baik sesuai persyaratan pengambilan sampel seperti tercantum dalam
pemeriksaan sampel termasuk permintaan puasa atau tidak, pembatasan
aktivitas fisik, konsumsi bahan seperti yang dianjurkan (misalnya minum 75
gr glukosa dalam setengah gelas air)
B. Analitik
Termasuk dalam tahap analitik, pemantapan mutu internal meliputi
kalibrasi alat dan uji kualitas reagen yang digunakan di laboratorium sudah
jadi (komersial) dengan persyaratan tertentu. Reagen komersial sudah
40
mencantumkan nama dan kode bahan, tanggal, tanggal produksi dan batas
kadaluarsa serta nomor batch reagen tersebut.
Dalam melaksanakan uji ketelitian digunakan bahan control assayed.
Kegiatan yang dilakukan dalam pengerjaan ini adalah
1. Periode pendahuluan. Pada periode ini ditentukan nilai dasar yang
merupakan nilai acuan dari pemeriksaan selanjutnya
2. Bahan kontrol diperiksa bersamaan dengan pemeriksaan sampel setiap hari
kerja atau pada hari parameter yang bersangkutan diperiksa sampai
mencapai 25 hari kerja
3. Nilai yang diperoleh di catat tiap hari kerja
4. Setelah diperoleh 25 nilai pemeriksaan, nilai rata–rata dihitung (mean),
standar deviasi, (SD, Koefesien variabel atau CV batas peringatan (mean
±2SD, Mean ±3SD)
5. Diteliti kembali apakah ada nilai yang melebihi batas mean ±3SD. Bila
ada maka nilai tersebut dihilangkan, dan dihitung kembali mean, SD, CV
mean ±2SD, Mean ±3SD
6. Nilai mean dan SD yang diperoleh ini dipakai sebagai nilai rujukan
periode kontrol
7. Pada periode kontrol nilai yang diperoleh diplot pada grafik kontrol.
Sumbu X pada grafik kontol menunjukkan tanggal pemeriksaan,
sedangkan sumbu Y menunjukkan satuan.
8. Evaluasi hasil kontrol mengikuti aturan westgard.
9. Apa bila diteruskan hasil pemeriksaan yang meragukan, hasil akan diulang
dengan menggunakan sampel dan prosedur yang sama atau bila diperlukan
dikerjakan dengan pengenceran atau secara manual.
C. Paska Analitik
Kegiatan pencatatan dan pelaporan di laboratorium harus
dikerjakan dengan cermat dan teliti karena dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan dan dapat mengakibatkan kesalahan dalam penyampaian
hasil. Hal- hal yang perlu diperhatikan adalah:
41
- Kesesuaian antara pencatatan dan pelaporan hasil pasien dengan sampel
yang sesuai
- Penulisan angka dan satuan yang digunakan
- Pencatatan nilai normal , yaitu metode pemeriksaan dicantumkan serta
kondisi-kondisi lain seperti jenis kelamin dan batas usia
- Pencantuman keterangan yang penting, seperti pemeriksaan sudah diulang
dua kali, dikonfirmasi dengan pengulangan manual dan sebagainya
- Penyampaian hasil, waktu pemeriksaan menentukan manfaat laporan
tersebut untuk kepentingan diagnosais penyakit dan pengobatan pasien.
Oleh karena itu, hasil pemeriksaan perlu disampaikan secepat mungkin
segera setelah pemeriksaan selesai dilaksanakan
- Buku expedisi, kasus tertukar atau hilang dapat terjadi dalam transportasi
sehingga hal ini harus dihindarkan
42
E. Indikator Mutu Instalasi Laboratorium di Rumah Sakit Wijaya Kusuma
Lumajang.
43
Kriteria inklusi hasil pemeriksaan laboratorium tidak sesuai
dengan klinis dan setelah konfirmasi ulang
di laboratorium yang sama di dapatkan
perbedaan hasil yang bermakna
Kriteria eklusi hasil pemeriksaan laboratorium tidak
dilakukan pada hari yang sama
Nominator jumlah pasien yang menerima hasil yang
salah
Deneminator jumlah pasien yang diperiksa dilaboratorium
dalam bulan tersebut
Standar 0%
3. Ruang lingkup Kerusakan sampel darah
Dimensi mutu efektivitas
Tujuan tergambarnya efektivitas pelayanan
laboratorium
Definisi operasional terjadinya lisis atau pembekuan darah yang
tidak sesuai dengan syarat sampel darah
yang baik
Kriteria inklusi semua darah yang lisis atau beku
Kriteria ekslusi sampel darah dengan kelainan darah yang
menyebabkan lisisnya eritrosit. Contohnya
AIHA (Auto Imuno Hemolitic Anemia),
PMN,DIC, Perdarahan dengan obat
antikoagulan misalnya heparin post dialisa
Nominator jumlah sampel yang menerima hasil yang
salah
Deneminator jumlah sampel yang diperiksa
dilaboratorium dalam bulan tersebut
Standar 3%
4. Insiden Ketidaktepatan Identifikasi Pasien Rawat Inap
Ruang lingkup ketidaktepatan identifikasi pasien yang
dirawat dirumah sakit
44
Dimensi mutu keselamatan pasien
Tujuan tercapainya keselamatan pasien rawat inap
Definisi operasional ketidaktepatan identifikasi pasien adalah
kesalahan penentuan identitas pasien sejak
awal pasien masuk sampai dengan pasien
keluar terhadap semua pelayanan yang
diterima oleh pasien
Kriteria inklusi - ketidaktepatan penulisan identitas ( nama,
tanggal lahir, alamat, nomor RM)
- ketidaktepatan pemilihan gelang identitas
- ketidaktepatan prosedur konfirmasi
identitas pasien (antara lain konfirmasi
dengan pertanyaaan terbuka)
Kriteria ekslusi -
Nominator jumlah ketidaktepatan identitass pasien
Deneminator -
Standar 3%
5. Insiden Ketidaktepatan Identifikasi Pasien Rawat Jalan
Ruang lingkup ketidaktepatan identifikasi pasien rawat jalan
di rumah sakit
Dimensi mutu keselamatan pasien
Tujuan tercapainya keselamatan pasien rawat jalan
Definisi operasional ketidaktepatan identitas pasien adalah
penentuan identitas pasien rawat jalan
dengan tepat sejak pasien awal datang
sampai dengan pasien pulang terhadap
semua pelayanan yang diterima oleh pasien
Kriteria inklusi - ketidaktepatan penulisan identitas ( nama,
tanggal lahir, alamat, nomor RM)
- ketidaktepatan prosedur pemanggilan
pasien (pemanggilan dengan dua nama)
45
- ketidaktepatan prosedur konfirmasi
identitas pasien (konfirmasi dengan
pertanyaaan terbuka)
Kriteria ekslusi -
Nominator jumlah ketidaktepatan identitas pasien
Denominator -
Standar 0%
6. Insiden Komunikasi yang Kurang Efektif
Ruang lingkup komunikasi lisan atau via telepon yang
kurang efektif antara pemberi pelayanan
tentang pelaporan kembali hasil pemeriksaan
dan kondisi pasien
Dimensi mutu keselamatan pasien
Tujuan tercapainya keselamatan pasien melalui
komunikasi lisan yang efektif
Definisi operasional komunikasi yang kurang efektif adalah
komunikasi lisan yang tidak menggunakan
prosedur. Write, read, dan report reconfirm
dengan benar
Kriteria inklusi - kesalahan prosedur komunikasi lisan atau
via telepon tidak menerapkan write, read,
report reconfirm
- pelaporan konsul dokter melalui telepon
yang tidak menggunakan prosedur
Kriteria eksklusi komunikasi non lisan / tertulis
Nominator jumlah ketidaktepatan komunikasi lisan/via
telepon
Denominator -
Standar 0%
46
Ruang lingkup ketidaktepatan cuci tangan oleh petugas
kesehatan
Dimensi mutu keselamatan pasien, pencegahan dan
pengendalian infeksi
Tujuan meminimalkan resiko infeksi dengan
melakukan prosedur cuci tangan yang benar
Definisi operasional ketidakpatuhan mencuci tangan meliputi
ketidaktepatan waktu atau 5 momen cuci
tangan dan ketidaktepatan 6 langkah cuci
tangan
Kriteria inklusi - tidak melakukan cuci tangan pada 5
momen cuci tangan
-tidak mencuci tangan sesuai 6 langkah cuci
tangan
Kriteria ekslusi -
Nominator insiden ketidakpatuhan mencuci tangan oleh
petugas kesehatan
Denominator -
Standar 0%
8. Insiden Kejadian Pasien Jatuh
Ruang lingkup terjadinya pasien jatuh di lingkungan rumah
sakit
Dimensi mutu keselamatan pasien
Tujuan tercapainya keselamatan pasien melalui
pengurangan resiko jatuh
Definisi operasional pasien jatuh dilingkungan rumah sakit tanpa
sebab apapun
Kriteria inklusi semua insiden pasien jatuh
Kriteria eksklusi -
Nominator insiden kejadian pasien jatuh
Denominator -
Standar 0
47
9. Insiden kesalahan golongan darah
Ruang lingkup terjadinya insiden kesalahan golongan darah
Dimensi mutu keselamatan pasien
Tujuan tercapainya keselamatan pasien dengan tidak
terjadinya insiden kesalahan golongan darah
pasien
Definisi operasinal terjadinya insiden kesalahan golongan darah
dimana hasil dari pemeriksaan terhadap
pasien tidak sesuai dengan golongan darah
pasien yang sebenarnya, hal ini dapat terjadi
oleh karena kesalahan prosedur, petugas,
kondisi alat yang digunakan untuk
pemeriksaan
Kriteria inklusi terjadinya insiden kesalahan golongan darah
pasien yang disebabkan oleh prosedur,
petugas dan alat
Kriteria ekslusi -
Nominator jumlah insiden kesalahan golongan darah
Denominator -
Standar 0
48
BAB IX
PENUTUP
49