Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN KASUS

G1P0A0 Hamil 34-35 minggu Janin Presentasi Kepala Tunggal


dengan IUFD, Pansitopenia e.c mixed infection Malaria
Falciparum +4 dan Dengue Hemoragic Fever Gr.I

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna mengikuti ujian di Departemen Obstetri
dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Jayapura

Dikerjakan oleh:
I Putu Bagus Hermawan
007 084 00 29

Pembimbing:
dr. Fitri Ria Dini P, Sp.OG
dr. Citra Dewi

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JAYAPURA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
PAPUA
2014
LEMBAR PENGESAHAN

Telah diuji dan disetujui Laporan Kasus “G1P0A0 Hamil 34-35 minggu Janin Presentasi
Kepala Tunggal dengan IUFD, Pansitopenia e.c mixed infection Malaria Falciparum +4
dan Dengue Hemoragic Fever Gr.I” oleh Penguji Laporan Kasus Fakultas Kedokteran
Universitas Cenderawasih Jayapura sebagai syarat mengikuti ujian akhir Kepaniteraan Klinik
Madya pada bagian SMF Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Daerah Jayapura.
Pada :
Hari : Selasa
Tanggal : 11 November 2014
Tempat : Ruang MR SMF Obstetri dan Ginekologi RSUD Jayapura

Jayapura, 11 November 2014


Mengesahkan

Pembimbing II Dosen Penguji / Pembimbing I

dr. Citra Dewi dr. Fitri Ria Dini P, Sp.OG

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................................ii


DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
DAFTAR TABEL......................................................................................................................5
BAB I. PENDAHULUAN.........................................................................................................6
BAB II. LAPORAN KASUS.....................................................................................................8
2.1. Identitas Pasien..................................................................................................8
2.2. Anamnesa (Tanggal 06/10/14 Jam 23.00 WIT) .................................................8
2.3. Pemeriksaan Fisik............................................................................................10
2.3.1. Status Generalis ............................................................................................10
2.3.2. Status Obstetri ...............................................................................................10
2.4. Pemeriksaan Penunjang ..................................................................................11
2.4.1. Laboratorium.................................................................................................11
2.4.2. USG ................................................................................................................12
2.5. Resume .............................................................................................................12
2.6. Daftar masalah ................................................................................................12
2.7. Diagnosa Kerja................................................................................................13
2.8. Rencana Terapi................................................................................................13
2.9. Laporan Partus Spontan ..................................................................................13
2.10. Follow Up ........................................................................................................13
BAB III. PEMBAHASAN.......................................................................................................22
3.1. Bagaimana pada kasus ini terjadi IUFD?.......................................................22
3.2. Tatalaksana pada kasus ini?............................................................................25
3.2.1. IUFD...............................................................................................................25
3.2.2. Malaria ...........................................................................................................26
3.2.3. Demam berdarah dengue .............................................................................27
3.3. Bagaimana pencegahan pada kasus ini?.........................................................29
3.3.1. IUFD...............................................................................................................29
3.3.2. Malaria ...........................................................................................................29
3.4. Bagaimana untuk rencana kehamilan selanjutnya? ........................................30
BAB IV. PENUTUP ................................................................................................................32
4.1. Kesimpulan ......................................................................................................32
4.2. Saran ................................................................................................................32

3
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................33
LAMPIRAN.............................................................................................................................35

4
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Riwayat Obstetri .............................................................................................. 9


Tabel 2. Pemeriksaan Darah Lengkap ............................................................................ 11

5
BAB I
PENDAHULUAN

National Center for Health Statistic and the American College of Obstetricians and
Gynecoligists menganjurkan bahwa statistik hasil perinatal hanya mencakup janin yang
meninggal dan neonatus yang lahir dengan berat 500 g atau lebih.1
Di negara maju, 1 dari 200 bayi lahir mati. Ini adalah hasil yang keluaran kehamilan yang
mengejutkan dari orang tua dan dokter. Meskipun ada pengingkatan dalam pelayanan
antenatal, kelahiran mati tetap 10 kali lebih banyak daripada sindrom kematian bayi mendadak.
Ada 4.037 bayi lahir mati di Inggris dan Crown Depensie pada tahun 2007, pada tingkat 5.2
per 1000 total kelahiran. Pada tahun 2009, angka kematian janin di Inggris, Wales dan Irlandia
Utara adalah 5.2 per 1000 total kelahiran, hanya menurun sedikit sejak tahun 2000. Di Irlandia,
sekitar 350 bayi lahir mati yang terdaftar setiap tahun. The Irish Perinatal Statistik melaporkan
dari 2008 catatan bahwa dari 75.587 kelahiran tercatat, ada 358 bayi lahir mati.2,3
Fretts dkk (1992) mengkaji kausa dari 709 kasus lahir mati diantara hampir 89.000 pelahiran
di Royal Victoria Hospital di Montreal. Angka kematian janin per 1000 kelahiran menurun dari
11.5 pada tahun 1960-an menjadi 5.1 pada tahun 1980-an. Angka kematian janin akibat
kelainan letal menurun sebesar hampir separuh antara tahun 1970-an dan 1980-an, dari 10.8
menjadi 5.4 per 10.000 kelahiran. Hal ini disebabkan karena kematian bayi dengan kelainan
digantikan oleh terminasi kehamilan yang lebih awal. Kausa-kausa yang sering diketahui
sebagai penyebab kematian janin sepanjang tahun 1980-an adalah infeksi, malformasi,
hambatan pertumbuhan janin, dan solusio plasenta.4,5
Malaria. Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi, yaitu bayi, anak balita,
dan ibu hamil. Organisme ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Di seluruh
dunia, hampir 300 sampai 500 juta orang terjangkit setiap saat dan penyakit ini menyebabkan
1 sampai 3 juta kematian per tahun. Hampir 40% dari populasi dunia 2 milyar orang beriseiko
terjangkit penyakit. Malaria telah dieradikasi secara efektif di Eropa dan sebagian besar
Amerika Utara kecuali di sebagian Meksiko. Penyakit ini ditandai dengan demam dan gejala
mirip flu termasuk menggigil, nyeri kepala, mialgia, dan malaise.6-12
Pada tahun 2010 di Indonesia terdapat 65% kabupaten endemis dimana hanya sekitar 45%
penduduk di kabupaten tersebut berisiko tertular malaria. Berdasarkan hasil survei komunitas
selama 2007 – 2010, prevalensi malaria di Indonesia menurun dari 1.39% (Riskesdas 2007)
menjadi 0.6% (Riskesdas 2010). Sementara itu berdasarkan laporan yang diterima selama

6
tahun 2000 – 2009, angka kesakitan malaria cenderung menurun yaitu sebesar 3.63 per 1.000
penduduk pada tahun 2000 menjadi 1.85 per 1.000 penduduk tahun 2009 dan 1.96 tahun 2010.
Sementara itu, tingkat kematian akibat malaria mencapai 1.3%.11
Prevalensi nasional malaria berdasarkan hasil Riskedas tahun 2010 adalah 0.6% dimana
provinsi dengan Annual Parasite Incidence (API) di atas angka rata-rata nasional adalah Nusa
Tenggara Barat, Maluku, Maluku Utara, Kalimatan Tengah, Bangka Belitung, Kepulauan
Riau, Bengkulu, Jambi, Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Aceh. Tingkat prevalensi tertinggi
ditemukan di wilayah timur Indonesia, yaitu di Papua Barat (10.6%), Papua (10.1%) dan Nusa
Tenggara Timur (4.4%).11
Upaya untuk menekan angka kesakitan dan kematian dilakukan melalui program
pemberantasan malaria yang kegiatannya antara lain meliputi diagnosis dini, pengobatan cepat
dan tepat, serta surveilans dan pengendalian vektor dalam hal pendidikan masyarakat dan
pengertian tentang kesehatan lingkungan, yang kesemuaanya ditunjukan untuk memutus mata
rantai penularan malaria.6,11

7
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1. Identitas Pasien


No. RM : 386927
Nama : Ny. L.I
Umur : 24 tahun
Alamat : Dok. V Atas
Agama : Kristen Katholik
Suku/Bangsa : Wamena/Indonesia
Pendidikan : Tidak sekolah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal MRS : 06 Oktober 2014

2.2. Anamnesa (Tanggal 06/10/14 Jam 23.00 WIT)


1. Keluhan Utama
Demam sejak 3 hari SMRS.

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengaku hamil 8-9 bulan. HPHT 05/02/2014 dengan TP 12/11/2014 (35
minggu). ANC di PKM Imbi 5x, USG tidak pernah. Keluhan mules-mules disangkal
pasien, keluar air-air, keluar darah dari jalan lahir tidak ada. Pasien mengaku gerak
janin tidak dirasakan sejak hari ini (1 hari SMRS). Disamping itu pasien juga
mengeluhkan bahwa perutnya seperti semakin kecil dan keras.
Pasien mengeluhkan demam yang dirasakan sejak 3 hari SMRS. Demam yang
dirasakan terus menerus terutama pada malam hari, menggigil (+), keringat dingin
(+), mual muntah tidak ada, lemas, pusing (+), BAK baik. Pasien mengaku pernah
sakit malaria waktu usia kehamilan 4 bulan. Waktu itu pasien kontrol ke poliklinik
penyakit dalam dan diberikan obat malaria selama 6 hari (pasien lupa diberikan obat
apa). Setelahnya pasien periksa kembali laboratorium dan hasil DDR (-).

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Diabetes Melitus, Hipertensi, asma, dan penyakit jantung disangkal oleh pasien.
Riwayat malaria (+) pada kehamilan 16 minggu.

8
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang sakit seperti Diabetes Melitus, Hipertensi, asma, dan
penyakit jantung.

5. Riwayat Obstetri
G1P0A0
Jenis BB Jenis Umur Hidup /
No. Penolong
Persalinan (Gram) Kelamin Sekarang Meninggal
1 Hamil Ini
Tabel 1. Riwayat Obstetri

6. Riwayat Pernikahan
Usia Pernikahan ♀ : 24 tahun, pendidikan tidak sekolah, pekerjaan ibu rumah
tangga.
Usia Pernikahan ♂ : 23 tahun, pendidikan SMA, pekerjaan mahasiswa.
Suami : ke-1
Pernikahan dengan suami sekarang : 1 tahun (belum menikah)

7. Riwayat Antenatal Care (ANC)


Puskesmas Imbi 5x, TT 3x

8. Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun
Siklus Haid : 3-4 hari (teratur)
HPHT : 05/02/2014
Dysmenorrhoea : (-)
Flour Albus : (-)

9. Riwayat Penggunaan Kontrasepsi


Tidak pernah menggunakan kontrasepsi

9
10. Riwayat Sosial
Pasien tinggal bersama suami dan saudara yang lainnya dalam satu rumah, dan
sehari-hari bekerja sebagai ibu rumah tangga. Rumah pasien dengan tetangga
jaraknya agak berjauhan.

2.3. Pemeriksaan Fisik


2.3.1. Status Generalis
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tinggi Badan : 149 cm
Berat Badan : 51 kg
Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/60 mmHg
Nadi : 110 x/m
Respirasi : 20 x/m
Suhu Badan : 370C
Kepala : conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokhor, Ø
3mm
Leher : pembesaran KGB (-), peningkatan JVP (-)
Thorax
Jantung : BJ I-II reguler, murmur (-), galop (-)
Paru : simetris, retraksi (-), suara nafas vesikuler, vocal fermitus
baik, rhonki -/-, whezing -/-
Abdomen : membuncit sesuai umur kehamilan, bising usus (+)
normal, supel, hepar dan lien tidak teraba membesar.
Ekstremitas : akral hangat, edema -/-, anemis (-), CRT < 3’

2.3.2. Status Obstetri


Abdomen
Inspeksi : tampak cembung, distended (-)
Palpasi : teraba tinggi fundus uteri 29 cm, teraba bagian janin, HIS
(-), presentasi kepala, Leopold I: bokong, Leopold II:

10
punggung anak sebelah kanan, Leopold III: kepala dan
belum masuk PAP, Leopold IV: kepala dan konvergen.
Auskultasi : DJJ (-)
Inspekulo : tidak dilakukan
Pemeriksaan dalam
v/u : tenang, perdarahan (-), flour (-), lendir (-)
VT (Portio) : konsistensi kenyal, arah posterior, Ø tidak ada.

2.4. Pemeriksaan Penunjang


2.4.1. Laboratorium

07/10/14 08/10/14 08/10/14


Darah Lengkap 06/10/2014
20.59 WIT 00.48 WIT 07.58 WIT
Hemoglobin 10.2 g/dl 14 11.9 11.1
Leukosit 13.270/mm3 2.770 4.550 8.640
Trombosit 25.000/mm3 20.000 28.000 32.000
Hematokrit 27.9 % 38.8 32.8 31.3
MCV 78.7 fl 78.6 78.1 78.3
MCH 28.7 pg 28.3 28.3 27.6
MCHC 36.5 g/dl 36 36.2 35.4
Pf++++
DDR
Gf+++
CT 10’00”
BT 2’00”

08/10/14 08/10/14 09/10/14 09/10/14


Darah Lengkap
15.52 WIT 23.47 WIT 04.45 WIT 16.36 WIT
Hemoglobin 8.8 10.6 10.1 8.1
Leukosit 12.300 7.330 7.280 10.30
Trombosit 46.000 50.000 50.000 87.000
Hematokrit 23.9 28.9 28.6 20.9
MCV 76.4 77.6 75.9 76.7
MCH 28.1 28.4 26.7 29.6
MCHC 36.8 36.6 35.3 38.7
Pf +
DDR
Gf +
Ig G Dengue Reaktif
Ig M Dengue Reaktif
Tabel 2. Pemeriksaan Darah Lengkap

11
2.4.2. USG
BPD : 85.9
HC : 31
AC : 32
FL : 14.7
EFW : 2659 gr (34-35 minggu)
ICA : 11
Plasenta di fundus maturasi gr. II

2.5. Resume
Pasien wanita, 24 tahun dengan G1P0A0 merasa hamil 8-9 bulan. HPHT 05/02/2014
dengan TP 12/11/2014. Gerak janin tidak dirasakan sejak hari ini (1 hari SMRS). Datang
dengan keluhan demam sejak 3 hari yang lalu SMRS. Demam yang dirasakan terus
menerus terutama pada malam hari, menggigil (+), keringat dingin (+), lemas, pusing (+).
Riwayat malaria pada kehamilan 4 bulan. Pemeriksaan fisik; baik, kesadaran compos
mentis, TD: 110/60 mmHg, N: 110 x/m, R: 20 x/m, SB: 370C. Status generalis dalam
batas normal. Status Obstetri; abdomen tampak cembung, teraba tinggi fundus uteri 29
cm, teraba bagian janin, HIS (-), presentasi kepala, Leopold I: bokong, Leopold II:
punggung anak sebelah kanan, Leopold III: kepala dan belum masuk PAP, Leopold IV:
kepala dan konvergen, DJJ (-). Pada pemeriksaan dalam didapatkan v/u: tenang,
perdarahan (-), flour (-), lendir (-), pada VT didapatkan portio konsistensi kenyal, arah
posterior, Ø tidak ada. Pemeriksaan penunjang; Hb: 10.2 g/dl, Leukosit: 13.270/mm3,
Trombosit: 25.000/mm3, Hematokrit: 27.9%, DDR: Pf +4, Gf +3, Ig M Dengue: Reaktif,
Ig G Dengue: Reaktif.

2.6. Daftar masalah


- Demam ± 3 hari SMRS.
- Gerak janin tidak dirasakan ± 1 hari SMRS.
- Malaria falsiparum +4 dengan Gf +3.
- Trombositopenia
- DBD grade.I

12
2.7. Diagnosa Kerja
- G1P0A0 Hamil 34-35 minggu Janin Presentasi Kepala Tunggal dengan IUFD,
Pansitopenia e.c mixed infection Malaria Falciparum +4 dan Dengue Hemoragic
Fever Gr.I.

2.8. Rencana Terapi


- Pastikan hemodinamik ibu baik : Obs. TV, his/jam
- Atasi febris : Inj. Sanmol 3x500mg (drip)
- Atasi malaria : Inj. Artesunat 2x2 (hr.1), 1x2 (hr.2),
1x2 (hr.3)
- Tegakan diagnosis : Cek Ig G Dengue dan Ig M Dengue
- Hidrasi cukup : RL:D5 / 6 jam
- Rencana terminasi setelah perbaikan KU : Pervaginam

2.9. Laporan Partus Spontan


08/10/14
04.40 WIT : Ibu dipimpin meneran sesuai datangnya HIS, kepala turun sesuai jalan lahir.
Berturut-turut lahir UUB, dahi, wajah, dagu dan seluruh kepala. Kepala
melakukan putaran paksi luar. Dengan pegangan biparietal menarik kepala
ke belakang dan depan, melahirkan bahu depan dan belakang. Dengan
pegangan samping melahirkan trokanter depan dan belakang hingga seluruh
tungkai.
04.48 WIT : lahir spontan bayi ♀, IUFD maserasi gr.III BB 2200gr PB 46cm. Dengan
cairan meconeal kental. Bayi dikeringkan, tali pusat di klem dan dipotong.
Dengan tarikan terkendali lahir spontan plasenta lengkap. Dilakukan
eksplorasi perineum didapatkan ruptur perineum gr.II dilakukan hemotasis.
Perdarahan kala III-IV ± 200cc.

2.10. Follow Up
Tanggal S O A P
06/10/14 Demam, keringat KU : tampak sakit - G1P0A0 hamil 35 - Pastikan hemodinamik
dingin, sedang minggu, janin ibu baik: obs. TV,
menggigil, lemas, Kesadaran : Compos presentasi kepala HIS/jam
pusing. Mual Mentis tunggal IUFD, - Atasi febris: Inj.
muntah tidak ada. GCS : E4V5M6 febris hari ke-3 Sanmol 3x500mg
e.c malaria (drip)
TD : 110/60 mmHg falciparum +4 dd/

13
N : 110 x/m DHF, - Atasi malaria: Inj.
R : 20 x/m trombositopenia Artesunat 2x2 (hr.1),
S : 370C e.c susp. DHF, 1x2 (hr.2), 1x2 (hr.3).
belum inpartu. - Tegakan diagnosis:
Status generalis: Cek Ig G Dengue dan
- K/L : Ca (-/-), SI (-/-), Ig M Dengue
P>KGB (-), OC (-). - Hidrasi cukup: RL:D5
- Thorax (pulmo) : / 6 jam
simetris, retrakasi (-), - Rencana terminasi
V/F (baik), sonor, SN: setelah perbaikan KU:
Bronkovesikuler, pervaginam
Rho(-/-), Whz (-/-).
- Thorax (COR) : IC (-),
Thrill (-), pekak, BJ I-
II reguler.
- Abdomen : cembung,
BU (+), supel, hepar
(ttb), lien (ttb), NT (-),
tymphani.
- Ekstremitas : akral
hangat, edema (-)
- Genetalia : dbn

Status obstetri:
- TFU 29cm, HIS (-),
DJJ (-), Gerak janin (-)
- v/u : tenang,
perdarahan (-)
- I/o : tidak dilakukan
- VT: portio kenyal, Ø
tidak ada.
07/10/14 Konsul dr. Sp.OG mengenai pasien dengan - G1P0A0 hamil 35 - Pastikan hemodinamik
06.00 WIT permasalahan febris hari ke-3 dengan malaria minggu, JPKT ibu baik: obs. TV,
falcifarum +4 dan trombositopenia, janin IUFD, febris hari HIS/jam, tanda-tanda
IUFD. Saat ini trombositopenia disebabkan ke-3 e.c malaria persalinan
karena infeksi malaria, kecurigaan DHF dapat falciparum +4, - Atasi febris: Inj.
disingkirkan sehingga tidak perlu dilakukan belum inpartu. Sanmol 3x500mg
workup DHF. Rencana terapi malaria dengan (drip)
Inj. Artesunat 2x2 (hr.1), 1x2 (hr.2), 1x2 (hr.3). - Atasi malaria: Inj.
pastikan hidrasi cukup RL:D5 / 6 jam. Atasi Artesunat 2x2 (hr.1),
demam dg Inj. Sanmol 3x500mg (drip). 1x2 (hr.2), 1x2 (hr.3).
Terminasi persalinan pervaginam dengan - Hidrasi cukup: RL:D5
misoprostol 25µg/6jam. / 6 jam
- Rencana terminasi
pervaginam:
misoprostol 25 µg
/6jam
07/10/14 Dipasang KU : tampak sakit - G1P0A0 hamil 35 - Pastikan hemodinamik
06.30 WIT misoprostol sedang minggu, JPKT ibu baik: obs. TV,
pertama 25 µg, Kesadaran : Compos IUFD, febris hari HIS/jam, tanda-tanda
nilai ulang 6 jam Mentis ke-3 e.c malaria persalinan
(12.30 WIT) GCS : E4V5M6 falciparum +4 dd/ - Atasi febris: Inj.
DHF, Sanmol 3x500mg
Mules-mules TD : 110/70 mmHg trombositopenia (drip)
masih jarang, N : 96 x/m e.c susp. DHF, - Atasi malaria: Inj.
keluar air-air (-), R : 20 x/m belum inpartu. Artesunat 2x2 (hr.1),
lendir (-), darah S : 36.70C 1x2 (hr.2), 1x2 (hr.3).
(-) - Hidrasi cukup: RL:D5
Status generalis: / 6 jam

14
- K/L : Ca (-/-), SI (-/-), - Rencana terminasi
P>KGB (-), OC (-). pervaginam:
- Thorax (pulmo) : misoprostol 25 µg
simetris, retrakasi (-), /6jam
V/F (baik), sonor, SN:
Bronkovesikuler,
Rho(-/-), Whz (-/-).
- Thorax (COR) : IC (-),
Thrill (-), pekak, BJ I-
II reguler.
- Abdomen : cembung,
BU (+), supel, hepar
(ttb), lien (ttb), NT (-),
tymphani.
- Ekstremitas : akral
hangat, edema (-)
- Genetalia : dbn

Status obstetri:
- TFU 29cm, HIS (-),
DJJ (-), Gerak janin (-)
- v/u : tenang,
perdarahan (-)
- I/o : tidak dilakukan
- VT: portio kenyal,
tebal 2cm, Ø 2cm,
hodge I.
07/10/14 Dipasang KU : tampak sakit - G1P0A0 hamil 35 - Pastikan hemodinamik
12.30 WIT misoprostol sedang minggu, JPKT ibu baik: obs. TV,
kedua 25 µg, Kesadaran : Compos IUFD, febris hari HIS/jam, tanda-tanda
nilai ulang 6 jam Mentis ke-3 e.c malaria persalinan
(18.30 WIT) GCS : E4V5M6 falciparum +4 dd/ - Atasi malaria: Inj.
DHF, Artesunat 2x2 (hr.1),
Mules-mules (+) TD : 120/80 mmHg trombositopenia 1x2 (hr.2), 1x2 (hr.3).
N : 88 x/m e.c susp. DHF, - Hidrasi cukup: RL:D5
R : 20 x/m serviks belum / 6 jam
S : 36.70C matang, belum - Induksi pematangan
inpartu. serviks menggunakan
Status generalis: misoprostol 4x25 µg
- K/L : Ca (-/-), SI (-/-), pervaginam
P>KGB (-), OC (-). - Rencana terminasi
- Thorax (pulmo) : kehamilan: pervaginam
simetris, retrakasi (-),
V/F (baik), sonor, SN:
Bronkovesikuler,
Rho(-/-), Whz (-/-).
- Thorax (COR) : IC (-),
Thrill (-), pekak, BJ I-
II reguler.
- Abdomen : cembung,
BU (+), supel, hepar
(ttb), lien (ttb), NT (-),
tymphani.
- Ekstremitas : akral
hangat, edema (-)
- Genetalia : dbn

Status obstetri:
- TFU 29cm, HIS (-),
DJJ (-), Gerak janin (-)

15
- v/u : tenang,
perdarahan (-)
- I/o : tidak dilakukan
- VT: portio kenyal,
tebal 2cm, Ø 2cm, arah
posterior, ketuban (+),
hodge I-II
07/10/14 Dipasang KU : tampak sakit - G1P0A0 hamil 35 - Pastikan hemodinamik
18.30 WIT misoprostol sedang minggu, JPKT ibu baik: obs. TV,
ketiga 25 µg, Kesadaran : Compos IUFD, febris hari HIS/jam, tanda-tanda
nilai ulang 6 jam Mentis ke-3 e.c malaria persalinan
(00.30 WIT) GCS : E4V5M6 falciparum +4 dd/ - Atasi malaria: Inj.
DHF, Artesunat 2x2 (hr.1),
Mules-mules (+) TD : 120/80 mmHg trombositopenia 1x2 (hr.2), 1x2 (hr.3).
N : 88 x/m e.c susp. DHF, - Hidrasi cukup: RL:D5
R : 20 x/m serviks belum / 6 jam
S : 36.70C matang, belum - Induksi pematangan
inpartu. serviks menggunakan
Status generalis: misoprostol 4x25 µg
- K/L : Ca (-/-), SI (-/-), pervaginam
P>KGB (-), OC (-). - Rencana terminasi
- Thorax (pulmo) : kehamilan: pervaginam
simetris, retrakasi (-),
V/F (baik), sonor, SN:
Bronkovesikuler,
Rho(-/-), Whz (-/-).
- Thorax (COR) : IC (-),
Thrill (-), pekak, BJ I-
II reguler.
- Abdomen : cembung,
BU (+), supel, hepar
(ttb), lien (ttb), NT (-),
tymphani.
- Ekstremitas : akral
hangat, edema (-)
- Genetalia : dbn

Status obstetri:
- TFU 29cm, HIS (-),
DJJ (-), Gerak janin (-)
- v/u : tenang,
perdarahan (-)
- I/o : tidak dilakukan
- VT: portio lunak, tebal
2cm, Ø 3cm, arah
axial, ketuban (+),
hodge I-II
08/10/14 Mules-mules (+) KU : tampak sakit - Serviks matang - Pastikan hemodinamik
00.30 WIT sedang pada G1P0A0 ibu baik: obs. TV,
Kesadaran : Compos hamil 35 minggu, HIS/jam, tanda-tanda
Mentis JPKT IUFD, persalinan
GCS : E4V5M6 malaria - Atasi malaria: Inj.
falciparum +4, Artesunat 2x2 (hr.1),
TD : 110/70 mmHg trombositopenia 1x2 (hr.2), 1x2 (hr.3).
N : 88 x/m e.c susp. Dengue - Anselerasi persalinan:
R : 20 x/m fever. Oxytocin 5 IU, mulai
S : 36.80C 12 tpm (nilai ulang
04.35 WIT)
Status generalis: - Rencana terminasi
kehamilan: pervaginam

16
- K/L : Ca (-/-), SI (-/-),
P>KGB (-), OC (-).
- Thorax (pulmo) :
simetris, retrakasi (-),
V/F (baik), sonor, SN:
Bronkovesikuler,
Rho(-/-), Whz (-/-).
- Thorax (COR) : IC (-),
Thrill (-), pekak, BJ I-
II reguler.
- Abdomen : cembung,
BU (+), supel, hepar
(ttb), lien (ttb), NT (-),
tymphani.
- Ekstremitas : akral
hangat, edema (-)
- Genetalia : dbn

Status obstetri:
- TFU 29cm, HIS
(2x/10’/20”), DJJ (-),
Gerak janin (-)
- v/u : tenang,
perdarahan (-)
- I/o : tidak dilakukan
- VT: portio lunak, tebal
1cm, Ø 5cm, arah
anterior, ketuban (+),
hodge II-III
08/10/14 Mules-mules KU : tampak sakit - PK 1 aktif pada - Pastikan hemodinamik
03.00 WIT semakin sering sedang G1P0A0 hamil 35 ibu baik: obs. TV,
Kesadaran : Compos minggu, JPKT HIS/jam, tanda-tanda
Mentis IUFD, malaria persalinan
GCS : E4V5M6 falciparum +4, - Atasi malaria: Inj.
trombositopenia Artesunat 2x2 (hr.1),
TD : 110/70 mmHg e.c susp. Dengue 1x2 (hr.2), 1x2 (hr.3).
N : 92 x/m fever. - Anselerasi persalinan:
R : 20 x/m Oxytocin 5 IU 20 tpm
S : 36.70C - Rencana terminasi
kehamilan: pervaginam
Status generalis:
- K/L : Ca (-/-), SI (-/-),
P>KGB (-), OC (-).
- Thorax (pulmo) :
simetris, retrakasi (-),
V/F (baik), sonor, SN:
Bronkovesikuler,
Rho(-/-), Whz (-/-).
- Thorax (COR) : IC (-),
Thrill (-), pekak, BJ I-
II reguler.
- Abdomen : cembung,
BU (+), supel, hepar
(ttb), lien (ttb), NT (-),
tymphani.
- Ekstremitas : akral
hangat, edema (-)
- Genetalia : dbn

Status obstetri:

17
- TFU 29cm, HIS
(3x/10’/45”), DJJ (-),
Gerak janin (-)
- v/u : tenang,
perdarahan (-)
- I/o : tidak dilakukan
- VT: portio lunak, tebal
1cm, Ø 7cm, arah
anterior, ketuban (+),
hodge II-III
08/10/14 Mules-mules KU : tampak sakit - PK II pada - Pastikan hemodinamik
04.40 WIT semakin sering, sedang G1P0A0 hamil 35 ibu baik: obs. TV,
ibu ingin Kesadaran : Compos minggu, JPKT HIS/jam, tanda-tanda
meneran Mentis IUFD, malaria persalinan
GCS : E4V5M6 falciparum +4, - Atasi malaria: Inj.
trombositopenia Artesunat 2x2 (hr.1),
TD : 110/80 mmHg e.c susp. Dengue 1x2 (hr.2), 1x2 (hr.3).
N : 88 x/m fever. - Pimpin ibu meneran
R : 20 x/m sesuai datangnya HIS.
S : 36.70C - Terminasi kehamilan:
pervaginam
Status generalis:
- K/L : Ca (-/-), SI (-/-),
P>KGB (-), OC (-).
- Thorax (pulmo) :
simetris, retrakasi (-),
V/F (baik), sonor, SN:
Bronkovesikuler,
Rho(-/-), Whz (-/-).
- Thorax (COR) : IC (-),
Thrill (-), pekak, BJ I-
II reguler.
- Abdomen : cembung,
BU (+), supel, hepar
(ttb), lien (ttb), NT (-),
tymphani.
- Ekstremitas : akral
hangat, edema (-)
- Genetalia : dbn

Status obstetri:
- TFU 29cm, HIS
(4x/10’/45”), DJJ (-),
Gerak janin (-)
- v/u : tenang,
perdarahan (-)
- I/o : tidak dilakukan
- VT: portio tidak
teraba, Ø 10cm, arah
anterior, ketuban (-),
hodge III-IV.
08/10/14 Bayi lahir spontan. IUFD. JK: ♀, A/S 0/0,
04.48 WIT BB: 2200gr, PB: 46cm
08/10/14 Pasien sudah KU : tampak sakit - P1A0 post partum - Pastikan hemodinamik
06.48 WIT BAK spontan sedang spontan IUFD 2 stabil: obs. TV,
lampias, demam Kesadaran : Compos jam yll dengan kontraksi.
(-) Mentis permasalahan - Tegakan diagnosis: DL
GCS : E4V5M6 pansitopenia ulang, konsul IPD
(leukosit: 2770, - Cegah infeksi: Co.
TD : 110/70 mmHg trombosit: Amoxiclav 2x1 tab

18
N : 92 x/m 20.000) e.c viral - Atasi nyeri: Na.
R : 20 x/m infection dd/ Diclofenak 3x1 tab
S : 36.70C DHF + Malaria - Cegah anemia:
falciparum Sohobion 1x1 tab
Status generalis: - ASI: Laktavit 2x1 tab
- K/L : Ca (-/-), SI (-/-), - Atasi malaria: Inj.
P>KGB (-), OC (-). Artesunat 1x2 (hr.2),
- Thorax (pulmo) : 1x2 (hr.3).
simetris, retrakasi (-),
V/F (baik), sonor, SN:
Bronkovesikuler,
Rho(-/-), Whz (-/-).
- Thorax (COR) : IC (-),
Thrill (-), pekak, BJ I-
II reguler.
- Abdomen : cembung,
BU (+), supel, hepar
(ttb), lien (ttb), NT (-),
tymphani.
- Ekstremitas : akral
hangat, edema (-)
- Genetalia : dbn

Status obstetri:
- TFU 2 jari bawah
pusat, kontraksi baik
- v/u : tenang,
perdarahan (-),
perineum terjahit baik.
08/10/14 Terima pasien KU : tampak sakit - P1A0 post partum - Pastikan hemodinamik
09.00 WIT dari VK sedang spontan IUFD 4 stabil: obs. TV,
Kesadaran : Compos jam yll dengan kontraksi, perdarahan.
Mentis permasalahan - Tegakan diagnosis: DL
GCS : E4V5M6 pansitopenia e.c ulang, konsul IPD
viral infection dd/ - Cegah infeksi: Co.
TD : 100/70 mmHg DHF + Malaria Amoxiclav 2x1 tab
N : 88 x/m falciparum - Atasi nyeri: Na.
R : 20 x/m Diclofenak 3x1 tab
S : 36.70C - Cegah anemia:
Sohobion 1x1 tab
Status generalis: - ASI: Laktavit 2x1 tab
- K/L : Ca (-/-), SI (-/-), - Atasi malaria: Inj.
P>KGB (-), OC (-). Artesunat 1x2 (hr.2),
- Thorax (pulmo) : 1x2 (hr.3).
simetris, retrakasi (-),
V/F (baik), sonor, SN:
Bronkovesikuler,
Rho(-/-), Whz (-/-).
- Thorax (COR) : IC (-),
Thrill (-), pekak, BJ I-
II reguler.
- Abdomen : cembung,
BU (+), supel, hepar
(ttb), lien (ttb), NT (-),
tymphani.
- Ekstremitas : akral
hangat, edema (-)
- Genetalia : dbn

Status obstetri:

19
- TFU 2 jari bawah
pusat, kontraksi baik
- v/u : tenang,
perdarahan (-),
perineum terjahit baik.
08/10/14 Hasil lab serologi dengue. - P1A0 post partum - Guyur kristaloid
14.00 WIT Ig G Dengue (+), Ig M Dengue (+). Kesan: spontan IUFD 1000cc.
DHF hari ke-5. dengan - Lanjutkan IVFD: RL +
Uji bendung (+) permasalahan Adona 1 amp + Vit.C
DHF hari ke-5 + 2amp + Vit.K 2amp +
Malaria As. Traneksamat
falciparum 1000mg / 6 jam
- Cek DPL per 6 jam
- Primaquin 1x3 tab
(5hari)
- Konsul IPD
- Obs. tanda perdarahan,
TTV/jam.
09/10/14 Demam (-) KU : tampak sakit - P1A0 post partum - Lanjutkan IVFD: RL +
08.00 WIT sedang spontan IUFD Adona 1 amp + Vit.C
Kesadaran : Compos hari 1 dengan 2amp + Vit.K 2amp +
Mentis DHF + Malaria As. Traneksamat
GCS : E4V5M6 falciparum 1000mg / 6 jam
- Cek DPL per 6 jam
TD : 110/70 mmHg - Artesunat 1x2 (hr.3)
N : 88 x/m - Primaquin 1x3 tab
R : 20 x/m (5hari)
S : 36.70C - Konsul IPD
- Obs. tanda perdarahan,
Status generalis: TTV/jam.
- K/L : Ca (-/-), SI (-/-),
P>KGB (-), OC (-).
- Thorax (pulmo) :
simetris, retrakasi (-),
V/F (baik), sonor, SN:
Bronkovesikuler,
Rho(-/-), Whz (-/-).
- Thorax (COR) : IC (-),
Thrill (-), pekak, BJ I-
II reguler.
- Abdomen : cembung,
BU (+), supel, hepar
(ttb), lien (ttb), NT (-),
tymphani.
- Ekstremitas : akral
hangat, edema (-)
- Genetalia : dbn

Status obstetri:
- TFU 2 jari bawah
pusat, kontraksi baik
- v/u : tenang,
perdarahan (-),
perineum terjahit baik.
10/10/14 Demam (-), KU : tampak sakit - P1A0 post partum - BPL
08.00 WIT perdarahan (-) sedang spontan IUFD - Kontrol poli penyakit
Kesadaran : Compos hari 2 dengan dalam dan kebidanan
Mentis Malaria tanggal 13/10/14
GCS : E4V5M6 falciparum + - Darplex 1x4 tab (3
hari)

20
TD : 110/70 mmHg DHF dalam - Primaquin 1x3 tab
N : 82 x/m perbaikan - Lamoral 2x1 tab
R : 18 x/m - Livron 1x1 tab
S : 36.70C

Status generalis:
- K/L : Ca (-/-), SI (-/-),
P>KGB (-), OC (-).
- Thorax (pulmo) :
simetris, retrakasi (-),
V/F (baik), sonor, SN:
Bronkovesikuler,
Rho(-/-), Whz (-/-).
- Thorax (COR) : IC (-),
Thrill (-), pekak, BJ I-
II reguler.
- Abdomen : cembung,
BU (+), supel, hepar
(ttb), lien (ttb), NT (-),
tymphani.
- Ekstremitas : akral
hangat, edema (-)
- Genetalia : dbn

Status obstetri:
- TFU 2 jari bawah
pusat, kontraksi baik
- v/u : tenang,
perdarahan (-),
perineum terjahit baik.

21
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Bagaimana pada kasus ini terjadi IUFD?


Intra Uterine Fetal Death (IUFD) atau yang disebut kematian janin. Menurut WHO dan
The American College of Obstetricians and Gynecologists yang disebut kematian janin
adalah janin yang mati dalam rahim dengan berat badan 500 gram atau lebih atau
kematian janin dalam rahim pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Kematian janin
merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin, gawat janin, atau infeksi.1,4
Kematian dinilai dengan fakta bahwa sesudah dipisahkan dari ibunya janin tidak bernafas
atau tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan, seperti denyut jantung, pulsasi tali pusat,
atau kontraksi otot.
Menurut Wiknjosastro (2005) dalam buku Ilmu Kebidanan, kematian janin dapat dibagi
dalam 4 golongan yaitu :
1. Golongan I : Kematian sebelum masa kehamilan mencapai 20 minggu penuh.
2. Golongan II : Kematian sesudah ibu hamil 20 hingga 28 minggu.
3. Golongan III: Kematian sesudah masa kehamilan lebih 28 minggu (late foetal death)
4. Golongan IV: Kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga golongan di atas.

Pada 25 – 60 %, etiologi kematian janin dalam kandungan tidak ditemukan atau belum
diketahui penyebabnya dengan pasti. Kematian janin dapat disebabkan oleh faktor
maternal, fetal, atau kelainan patologik plasenta. Beberapa penyebab yang bisa
mengakibatkan kematian janin dalam kandungan, antara lain.1-4,13-16

- Perdarahan : plasenta previa dan solusio plasenta.


- Preeklampsi dan eklampsia
- Penyakit-penyakit kelainan darah.
- Penyakit infeksi dan penyakit menular
- Penyakit saluran kencing
- Penyakit endokrin: diabetes mellitus
- Hamil kembar, kelainan kongenital, kelainan genetik.
- Malnutrisi

Untuk menegakan diagnosis pada IUFD dapat dilakukan berdasarkan anamnesa,


pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Berdasarkan teori dan apa yang

22
didapatkan pada anamnesa bahwa pasien mengaku tidak merasakan gerakan janinnya ±
1 hari SMRS dan pasien mengaku merasakan bahwa perutnya semakin kecil dan keras.
Dan pada pemeriksaan fisik didapatkan pada inspeksi tidak kelihatan gerakan-gerakan
janin, yang biasanya dapat terlihat terutama pada ibu yang kurus. Palpasi didapatkan
tinggi fundus uteri 29 cm, teraba bagian janin, HIS (-), presentasi kepala, Leopold I:
bokong, Leopold II: punggung anak sebelah kanan, Leopold III: kepala dan belum masuk
PAP, Leopold IV: kepala dan konvergen. Sementara pada auskultasi tidak terdengar
denyut jantung janin (DJJ).
Pada pemeriksaan penunjang dapat dilakukan USG dan Foto Rontgen. Pada
ultrasonografi tidak ditemukan DJJ (Denyut Jantung Janin) maupun gerakan janin, serta
didapatkan maserasi grade. II. Pada pemeriksaan penunjang lainnya berupa hapusan
darah tepi serta darah rutin didapatkan Hb: 10.2 g/dl, Leukosit: 13.270/mm3, Trombosit:
25.000/mm3, Hematokrit: 27.9%, DDR: Pf +4, Gf +3.

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kematian janin dalam kandungan. Yaitu
faktor dari ibu sendiri serta faktor yang berasal dari janin.1-4,13-16
1. Faktor Ibu
- Umur
- Paritas
- Pemeriksaan antenatal
- Penyulit/penyakit; anemia, preeklampsia-eklampsia, solutio plasenta, infeksi
dalam kehamilan, ketuban pecah dini.
2. Janin
- Kelainan kongenital
- Infeksi intranatal

Pada kasus ini kemungkinan terjadinya IUFD pada pasien ini adalah karena
adanya infeksi. Infeksi disini kemungkinan adalah infeksi protozoa dari parasit malaria.
Sebelumnya, pasien datang dengan keluhan demam ± 3 hari SMRS, demam yang
dirasakan setiap hari terutama pada malam hari. Menggigil (+), keringat dingin (+), mual
muntah tidak ada, lemas, pusing (+), BAK baik.
Ini sesuai dengan teori malaria, dimana pada pasien ini didapatkan gejala klasik yaitu
terjadinya “Trias Malaria” yang secara berurutan adalah periode dingin: mulai
menggigil, penderita sering membungkus diri dengan selimut atau sarung dan pada saat

23
menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling terantuk, diikuti dengan
meningkatnya temperatur. Periode panas: penderita muka merah, nadi cepat, dan panas
badan tetap tinggi beberapa jam, diikuti dengan keadaan berkeringat; kemudian periode
berkeringat: penderita berkeringat banyak dan temperatur turun, dan penderita merasa
sehat.6,9-11
Diagnosa malaria pada pasien ini ditegakan dengan pemeriksaan darah tepi. Pada hasil
yang didapatkan bahwa pasien mendapatkan malaria falciparum +4 dimana didapatkan
parasit malaria >10 dalam 1 lapang pandang preparat, serta didapatkan juga gamet +3.
Pada kehamilan, malaria adalah penyakit infeksi yang merupakan gabungan antara
masalah obstetrik, sosial dan kesehatan masyarakat dengan pemecahan multidimensi dan
multidisiplin. Morbiditas dan mortalitas ibu hamil yang menderita malaria tinggi,
terutama pada primigravida, akan menimbulkan anemia dan mortalitas perinatal yang
tinggi.1,4,6 Malaria pada kehamilan lebih sering dijumpai pada kehamilan trimester I dan
II dibandingkan pada wanita yang tidak hamil. Malaria berat juga lebih sering pada
wanita hamil dan masa puerperium di daerah mesoendemik dan hipoendemik.6,7
Wanita hamil lebih rentan terhadap infeksi P. falsiparum yang dapat menyebabkan
abortus, kematian janin intrauteerin, lahir mati dan lahir premature, hal ini terjadi karena
sekuestrasi dan rosseting di mikrosirkulasi plasenta dan diperberat karena terjadinya
anemia karena adanya penghancuran eritrosit pada saat skizogoni.6,7
Sekuestrasi. Sitoadherensi ialah perlekatan antara bentuk aseksual parasit dalam eritrosit
(EP), sitoadheren menyebabkan EP matur tidak beredar kembali dalam sirkulasi. Parasit
dalam eritrosit matur yang tinggal dalam jaringan mikrovaskular disebut EP matur yang
mengalami sekuestrasi. Hanya P.falciparum yang mengalami sekuestrasi, karena pada
plasmodium lainnya seluruh siklus terjadi pembuluh darah perifer. Sekuestrasi terjadi
pada organ-organ vital dan hampir semua jaringan dalam tubuh. Rosetting ialah
berkelompoknya EP matur yang diselubungi 10 atau lebih eritrosit yang non-parasit.
Plasmodium yang dapat melakukan sitoadherensi juga dapat melakukan rosetting.
Rosetting menyebabkan obstruksi aliran darah lokal/dalam jaringan sehingga
mempermudah terjadinya sitoadheren.6
Hal ini disebabkan juga karena penurunan imunitas selama kehamilan. Beberapa faktor
yang menyebabkan turunnya respon imun pada kehamilan seperti: peningkatan dari
hormon steroid dan gonodotropin, α foetoprotein dan penurunan dari limfosit
menyebabkan kemudahan terjadinya infeksi malaria.1,4,6,7 Tindakan menurunkan suhu

24
penderita malaria pada kehamilan sangat penting untuk mencegah gawat janin dan
peningkatan aktivitas uterus.
Pada anamnesa yang didapatkan dari pasien ini adalah pasien mempunyai riwayat malaria
pada kehamilan 16 minggu (4 bulan), ini sesuai dengan teori bahwa malaria lebih sering
ditemukan pada kehamilan trimester I dan II. Pasien sudah berobat dan kontrol pada
kehamilan trimester II tersebut dan dinyatakan sembuh. Tapi pada kehamilan sekarang
(35 minggu) pasien kembali terkena malaria. Dari anamnesa, pasien mengaku setelah
dulu pasien dinyatakan sembuh dari malaria pasien tidak pernah kontrol lagi untuk
pengobatan pencegahan, karena selama itu pasien tidak mengeluhkan sakit yang lain.
Dari keterangan pasien, kemungkinan mengapa pasien mendapat kembali malaria adalah
kontrol pengobatan profilaksis yang tidak terpantau dan kelalaian petugas kesehatan yang
berada di tempat kontrol pasien memeriksakan kandungannya selama ini serta pola hidup
pasien dan lingkungan tempat tinggal pasien.

3.2. Tatalaksana pada kasus ini?


3.2.1. IUFD
Bila diagnosis kematian janin telah ditegakan, penderita segera diberi informasi.
Diskusikan kemungkinan penyebab dan rencana penatalaksanaannya.
Rekomendasikan untuk segera diintervensi. Bila kematian janin lebih dari 3-4
minggu kadar fibrinogen menurun dengan kecenderungan terjadinya
koagolupati. Masalah menjadi rumit bila kematian janin terjadi pada salah satu
dari bayi kembar.4,16
Pemeriksaan tanda vital ibu; dilakukan pemeriksaan darah perifer, fungsi
pembekuan dan gula darah. Diberikan informasi pada pasien dan keluarga
tentang kemungkinan penyebab kematian janin; rencana tindakan; dukungan
mental emosional pada penderita dan keluarga, yakinkan bahwa kemungkinan
lahir pervaginam. Persalinan pervaginam dapat ditunggu lahir spontan setelah 2
minggu, umumnya tanpa komplikasi. Persalinan dapat terjadi secara aktif
dengan induksi persalinan dengan oksitosin atau misoprostol. Tindakan
perabdominan bila janin letak lintang. Induksi persalinan dapat dikombinasi
oksitosin + misoprostol. Pada kematian janin 24 – 28 minggu dapat digunakan,
misoprostol secara vaginal (50 – 100 µg tiap 4 – 6 jam) dan induksi oksitosin.
Pada kehamilan diatas 28 minggu dosis misoprostol 25 µg pervaginam tiap 6
jam.2-4

25
Pada tatalaksana kasus ini sudah tepat, karena sebelum dilakukan persalinan
pervaginam pasien ini sudah terlebih dahulu diberikan informasi pada pasien
dan keluarga mengenai kondisi janin dan tindakan yang akan dilakukan. Pada
status follow up pasien, pasien di konsulkan kepada dokter spesialis untuk
direncanakan dilakukan terminasi. Hal ini dilihat dari diberikan terapi
misoprostol 25 µg tiap 6 jam dan dipantau kemajuan persalinannya.
Pada pemberian misoprostol pertama tanggal 07/10/14 jam 06.30 WIT
dilakukan pemeriksaan dalam didapatkan portio kenyal, arah posterior, Ø tidak
ada, dengan pelvic score 1. Dan pada pemberian misoprostol ke dua atau 6 jam
setelah pemberian pertama pada jam 12.30 WIT dilakukan pemeriksaan dalam
didapatkan portio kenyal, tebal 2 cm, arah posterior, Ø 2 cm, kepala hodge I-II,
dengan pelvic score 3. Pada pemberian misoprostol ke tiga pada jam 18.30 WIT
dilakukan pemeriksaan dalam didapatkan portio lunak, tebal 2 cm, arah axial,
Ø 3 cm, kepala hodge I-II, dengan pelvic score 5. Pada pemberian misoprostol
ke empat pada tanggal 08/10/14 jam 00.30 WIT dilakukan pemeriksaan dalam
kembali didapatkan portio lunak, tebal 1 cm, arah anterior, Ø 5 cm, kepala
hodge II-III, dengan pelvic score 9. Dengan demikian rencana terminasi
kehamilan berhasil dengan diberikannya misoprostol pada pemberian ke empat
dan didapatkan pelvic score 9. Selanjutnya diberikan Oxcytoxin 5 IU dimulai
dengan 12 tpm dengan tetesan maksimal 20 tpm dan dievaluasi kembali 4 jam
berikutnya.
Pada tanggal 08/10/14 jam 04.48 WIT lahir spontan bayi ♀, IUFD maserasi gr.
III, BB 2200 gr dan PB 46 cm. dengan ketuban meconeal. Idealnya pemeriksaan
autopsi harus dilakukan pada setiap kasus IUFD untuk mengetahui
penyebabnya, namun pada kasus ini tidak dilakukan karena keluarga dan pasien
sendiri menolak serta estetika yang tidak baik.1-4

3.2.2. Malaria
Secara global WHO telah menetapkan dipakainya pengobatan malaria dengan
memakai obat ACT (Artemisin base Combination Theraphy). Golongan
artemisin (ART) telah dipilih sebagai obat utama karena efektif dalam
mengatasi plasmodium yang resisten dengan pengobatan. Selaian itu artemisin
juga bekerja membunuh plasmodium dalam semua stadium termasuk gametosit.

26
Juga efektif terhadap semua spesies, P. falciparum, P. vivax maupun lainnya.
Laporan kegagalan terhadap ART belum dilaporkan saat ini.6,11
Semua obat antimalaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut kosong
karena bersifat iritasi lambung. Dosis pemberian obat sebaiknya berdasarkan
berat badan.6,11
Artesunat inj. Im/iv: 60mg/amp; dosis: 2.4mg/kgBB pada hari ke-1 dibagi
dalam 2 dosis, 1.2mg/kgBB pada hari ke-2 sampai ke-5.
Pada tatalaksana kasus pasien ini sudah tepat dengan diberikannya artesunat inj.
Dengan dosis 2x2 vial pada hari pertama, dan 1x2 vial pada hari ke-2 dan ke-3.
Selain itu pasien juga dilakukan pemberian cairan. Karena pemberian cairan
yang tidak adekuat akan menyebabkan timbulnya nekrosis tubuler akut. Dan
sebaliknya pemberian cairan yang berlebihan dapat menyebabkan edema paru.
Cairan yang sering dipakai adalah Dekstrose 5% untuk menghindari
hipoglikemi khususnya pada pemberian kina.6
Sementara untuk tatalaksana gejala lain seperti demam dilakukan pengobtan
simptomatik. Seperti jika pasien demam dengan suhu ≥ 380C diberikan
Paracetamol inj. 500mg.

3.2.3. Demam berdarah dengue


Pada kasus ini, pasien baru didiagnosa dengan demam berdarah dengue pada
hari ke-3 perawatan atau pada saat demam hari ke-5. Sebelumnya pasien hanya
didiagnosa malari falciparum +4 pada kehamilan karena ditemukannya parasit
malaria dalam pemeriksaan darah tepi. Tapi pada pemeriksaan darah rutin
ditemukannya pansitopenia, pada awalnya kemungkinan itu terjadi karena
masalah malaria yang pasien hadapi, tapi selama di follow up pasien tidak ada
perubahan yang signifikan dari hasil darah rutin yang diambil.4,6
Demam dengue dan demam berdarah dengue adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan manisfestasi klinis demam, nyeri otot dan
atau nyeri sendi yang disertai lekopeni, ruam, limfadenopati, trombositopenia
dan diatesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai
oleh hemokonsentrasi atau penumpukan cairan di rongga tubuh.6,17 Manisfestasi
klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik atau dapat berupa demam
yang tidak khas. Pada umumnya pasien mengalami fase demam selama 2-7 hari,
yang diikuti oleh fase kritis selama 2-3 hari. Pada waktu fase ini pasien sudah

27
tidak demam, akan tetapi mempunyai risiko untuk terjadi rejatan jika tidak
mendapat pengobatan tidak adekuat.
Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium yang dilakukan
untuk menapis pasien tersangka demam dengue adalah pemeriksaan kadar
hemoglobin, hematokrit, trombosit dan hapusan darah tepi untuk melihat
adanya limfositosis relatif disertai gambaran limfosit plasma biru. Diagnosis
pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue ataupun deteksi antigen virus
RNA dengue dengan teknikRT-PCR. Namun karena sulit, saat ini tes serologis
yang mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap dengue berupa antibodi
total, IgM maupun IgG. Pada kasus ini pada pemeriksaan tes serologi
didapatkan IgM (+) dan IgG (+), yang menandakan bahwa pasien ini memang
sedang terjangkit demam berdarah dengue.
Kenapa pada kasus pasien ini di diagnosa juga dengan demam berdarah
dengue?
Karena berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakan bila:6,17
- Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik.
- Terdapat minimal satu dari manisfestasi perdarahan berikut; uji bendung
positif, petikie, ekimosis atau purpura, perdarahan mukosa atau perdarahan
dari tempat lain, hematemesis atau melena.
- Trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/ul)
- Terdapat minimal satu tanda-tanda kebocoran plasma sebagai berikut;
peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai dengan umur
dan jenis kelamin, penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi
cairan dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya, tanda kebocoran
plasma seperti: efusi pleura, asites atau hipoproteinemia.

Sementara pada kasus ini didapatkan bahwa pada pemeriksaan serologi di


hari ke-3 perawatan hasilnya adalah IgG (+) dan IgM (+), serta adanya lekopeni.
Pada hari ke-3 perawatan termasuk pada hari ke-5 demam pasien. Didapatkan
pula pasien mengeluh bahwa badannya terasa sakit, serta pada saat dilakukan
uji bendung hasilnya (+). Oleh karenanya pasien didiagnosa dengan DBD gr.I.
Tatalaksana pada pasien ini diruangan setelah didiagnosa dengan DBD gr.I
adalah terapi suportif. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan adanya
peningkatan hematokrit >20% menunjukan bahwa tubuh mengalami defisit

28
cairan sebanyak 5%. Pada keadaan ini terapi awal pemberian cairan adalah
dengan memberikan infus cairan kristaloid sebanyak 6-7 ml/kgBB/jam. Pasien
kemudian dipantau setelah 3-4 jam pemberian cairan. Bila terjadi perbaikan
yang ditandai dengan tanda-tanda hematokrit turun, frekuensi nadi turun,
tekanan darah stabil, produksi urin meningkat maka jumlah cairan infus
dikurangi menjadi 5 ml/kgBB/jam. 2 jam kemudian dilakukan pemantauan
kembali dan bila keadaan tetap menunjukan perbaikan maka jumlah cairan infus
dikurangi menjadi 3 ml/kgBB/jam. Bila dalam pemantauan keadaan tetap
membaik maka pemberian cairan dapat dihentikan 24-48 jam kemudian.6
Sementara pada pasien ini dilakukan pertama kali adalah pemberian cairan
kristaloid sebanyak 1000cc segera mungkin dan di maintenance dengan cairan
kristaloid per 6 jam, serta dipantau hemodinamik pasien per 1 jam dan
pemeriksaan darah lengkap per 6 jam untuk menilai perbaikan dari trombosit
dan hematokrit.

3.3. Bagaimana pencegahan pada kasus ini?


3.3.1. IUFD
Upaya mencegah kematian janin, khususnya yang sudah atau mendekati aterm
adalah bila ibu merasa gerakan janin menurun, tidak bergerak, atau gerakan
janin terlalu keras, perlu dilakukan pemeriksaan ultrasonografi.2-4

3.3.2. Malaria
Tindakan pencegahan infeksi malaria sangat penting untuk individu yang non-
imun. Kemo-profilaksis yang dianjurkan ternyata tidak memberikan
perlindungan secara penuh. Oleh karenanya masih sangat dianjurkan untuk
memperhatikan tindakan pencegahan untuk menghindarkan diri dari gigitan
nyamuk yaitu dengan cara:4,6,11
1. Tidur dengan kelambu sebaiknya dengan kelambu impregnated.
2. Menggunakan obat pembunuh nyamuk.
3. Mencegah berada di alam bebas dimana nyamuk dapat menggigit atau harus
memakai proteksi.
4. Memproteksi tempat tinggal/kamar tidur dari nyamuk dengan kawat anti
nyamuk.

29
3.4. Bagaimana untuk rencana kehamilan selanjutnya?
Edukasi kepada pasien harus dilakukan, mengingat kejadian bahwa sebelumnya pasien
harus menerima bahwa janin yang dulu dikandungnya pernah mengalami kematian. Jika
pasien sudah siap untuk merencanakan kembali kehamilannya, maka penjelasan yang
benar sangat dibutuhkan bagi pasien selama perkembangan kehamilannya.4
- Pada trimester pertama: wanita hamil mengalami keluhan mual muntah karena kadar
estrogen meningkat, anoreksia (tidak nafsu makan), sering kencing, obstipasi karena
tonus otot menurun yang disebabkan oleh pengaruh hormon steroid, terjadi salivasi
yaitu pengeluaran air liur berlebihan dari biasanya, sakit kepala dan pusing.
- Pada trimester kedua: payudara pada ibu hamil akan membesar, lebih tegang
disebabkan pengaruh hormon yang merangsang duktuli dan alveoli dimamma.
Biasanya pada kehamilan 12 minggu keatas putting susu akan mengeluarkan cairan
colostrum. Pada usia kehamilan ini terjadi pigmentasi kulit, pipi, hidung dan dahi
kadang-kadang tampak deposit pigmen yang berlebihan dikenal dengan kloasma
gravidarum, linea alba digaris tengah abdomen menjadi lebih hitam atau dikenal juga
dengan linea grisea. Gerakan janin juga mulai dirasakan oleh ibu pada akhir trimester
kedua.
- Pada trimester ketiga: wanita hamil mengalami rasa sesak dan pendek napas, hal ini
disebabkan karena usus-usus tertekan oleh uterus yang membesar, gerakan janin
mulai terasa jelas, keram kaki, varises, edema, sering buang air kecil, mengalami
kesulitan tidur, rahim mulai mengalami kontraksi ringan disebut Braxton Hicks.

Peran suami juga sangat diperlukan sebagai orang terdekat dengan istri mempunyai
peranan penting untuk mempunyai pengetahuan yang baik agar dapat ikut serta aktif
selama kehamilan istri. Bentuk keikutsertaan suami diantaranya:
1. Memperhatikan gizi selama kehamilan
Gizi yang baik merupakan hal yang penting pada masa kehamilan. Suami yang
perduli terhadap kehamilan istrinya dapat menyediakan gizi yang baik, kesigapan
untuk mengingatkan dan memotivasi istri untuk mengkonsumsi nutrisi yang
memadai. Hal tersebut dilakukan agar ibu hamil dan bayinya tetap sehat.
2. Memeriksakan kehamilan sejak dini
Dalam masa kehamilan, suami dapat mendukung istrinya agar mendapatkan
pelayanan antenatal yang baik, menyediakan transportasi atau dana untuk biaya
konsultasi. Dukungan lain yaitu suami bisa mencari informasi tentang kehamilan dan

30
menemani istri saat memeriksakan kehamilan. Sehingga suami dapat mengikuti
perkembangan kehamilan istri dan dapat belajar mengenai gejala dan tanda-tanda
komplikasi kehamilan.
3. Menjaga kesehatan fisik dan mental ibu
Saat istri hamil tugas seorang suami dapat dikatakan bertambah. Hal ini dikarenakan
perhatian yang dibutuhkan istri dari suami menjadi lebih dari saat ia tidak hamil, yang
antara lain disebabkan kondisi fisik isteri yang lebih lemah. Ibu hamil juga harus
diingatkan dan diberi kesempatan untuk beristirahat dengan cukup.
4. Mengusahakan agar persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan.
Suami dapat membantu merencanakan kelahiran harus ditolong oleh tenaga
kesehatan dan menyiapkan dana untuk persiapan kelahiran. Suami juga dapat
menyediakan transportasi dan bahan-bahan yang diperlukan saat persalinan.

31
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
1. Diagnosa pada pasien ini didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
2. Diagnosa dari kasus ini adalah G1P0A0 Hamil 34-35 minggu Janin Presentasi Kepala
Tunggal dengan IUFD, Pansitopenia e.c mixed infection Malaria Falciparum +4 dan
Dengue Hemoragic Fever Gr.I sudah tepat.
3. Pada kasus ini terjadinya IUFD disebabkan karena faktor ibu yaitu diantaranya adalah
karena infeksi yang berasal dari plasmodium malaria.
4. Pada setiap kasus IUFD disarankan untuk persalinan pervaginam, walaupun beberapa
dapat dilakukan dengan sectio cesarea.
5. Idealnya pemeriksaan autopsi harus dilakukan pada setiap kasus IUFD untuk
mengetahui penyebabnya, namun pada kasus ini tidak dilakukan karena keluarga dan
pasien sendiri menolak serta estetika yang tidak baik.
6. Riwayat penyakit malaria sebelumnya pada trimester II yang tidak ditangani dengan
baik bisa juga merupakan faktor predisposisi terjadinya malaria yang sekarang
(relaps).
7. Tatalaksana malaria dalam kehamilan pada kasus ini sudah tepat, dengan diberikan
obat ACT pada lini pertama pengobatan malaria.
8. Pemeriksaan ANC yang baik dan benar sangat dianjurkan guna mengurangi resiko
kehamilan berikutnya.

4.2. Saran
1. Pentingnya pemeriksaan antenatal pada saat kehamilan untuk mendeteksi dini adanya
penyulit maupun kelainan pada saat kehamilan.
2. Pentingnya penyuluhan-penyuluhan berkaitan dengan kehamilan agar masyarakat
memiliki pengetahuan akan tanda-tanda bahaya kehamilan.

32
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham, F. Gary, Leveno, Bloom Hauth, et all. Obstetri Williams Edisi 23. Jakarta:
EGC.2012
2. Clinical Practice Guidiline. Investigation and Management of Fetal Intrauterine Death and
Stillbirth. Institute of Obstettricians and Gynaecologists, Royal College of Physicians or
Ireland and Directorate of Strategy and Clinical Programmes, Health Service Executive.
2013.
3. Royal College of Obstetricians and Gynaecologists. Guideline Late Intrauterine Fetal
Death and Stillbirth. NHS Evidence. 2010.
4. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2009.
5. Wirakusumah. Prof. Dr. dr.,Sp.OG (K), Mose J. Prof. Dr. dr.,Sp.OG (K), Handono B. Dr.
dr.,Sp.OG (K). Obstetri Fisiologi. Ilmu Kesehatan Reproduksi. Edisi 2. Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran. EGC. Jakarta. 2014
6. Sudoyo Aru W, Setiyohadi B, Alwi I, K Marcellus S, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid III Edisi IV. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2006.
7. Surg Lt Cdr S Chawla, Surg Lt Cdr V Manu on the job: Malaria in Pregnancy. MJAFI
2007; 63 : 147-148.
8. Royal College of Obstetricians and Gynaecologists. The diagnosis and treatment of malaria
in pregnancy. NHS Evidence. April. 2010.
9. Sutanto. I, Ismid Is Suhariadi, Sjarifuddin PK, Sungkar S. Buku Ajar Parasitologi
Kedokteran Edisi Keempat. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2008.
10. Prianto L.A Junu, Tjahaya PU, Darwanto. Atlas Parasitologi Kedokteran. PT Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta. 2008.
11. Aditama Tjandra Y, Prof. dr. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia.
Kementrian Kesehatan RI. Jakarta. 2012.
12. Hilaral Konar. Observations On Malaria in Pregnancy. Department of Obstetrics and
Gynecology, Nilratan Sircar Medical College and Hospital, Calcutta. October. 2004.
13. Angelique JA Kooper, Brigitte HW Faas, Ilse Feenstra, Nicole de Leeuw, Dominique FCM
Smeets. Best diagnostic approach for the genetic evaluation of fetuses after intrauterine
death in first, second or third trimester: QF-PCR, karyotyping and/or genome wide SNP
array analysis. BioMed Central. Molecular Cytogenetics 2014, 7:6.

33
14. F.J. Korteweg, S.J. Gordijn, A. Timmer, J.P. Holm, J.M. Ravise´, J.J.H.M. Erwich. A
Placental Cause of Intra-uterine Fetal Death Depends on the Perinatal Mortality
Classification System Used. Elsevier Ltd. doi:10.1016/j.placenta.2007.07.003.
15. Safarzadeh A, Ghaedniajahromi M, Ghaedniajahromi M, Rigi F and Massori N. Intra
Uterine Fetal Death and Some Related Factors: A Silent Tragedy in Southeastern Iran. J
Pain Relief 3: 129. doi:10.4172/2167-0846.1000129.
16. Taber Ben-zion, M.D. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. EGC. Jakarta
1994.
17. T.V. Chitra, Seetha Panicker on the job: Maternal and fetal outcome of dengue fever in
pregnancy. J Vector Borne Dis 48, December 2011, pp. 210–213.

34
LAMPIRAN

35

Anda mungkin juga menyukai