SILABUS.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tuntutan globalisasi dalam bidang pendidikan juga perlu dipertimbangkan agar hasil
pendidikan nasional dapat bersaing dengan negara-negara maju. Upaya ke arah ini kini sudah
mulai diwujudkan dengan diperkenalkannya konsep pengelolaan dan penyelenggaraan
pendidikan dari sentralistik ke desentralistik.
Desentralisasi pengelolaan pendidikan ini diarahkan oleh Undang-undang No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
19 tahun 2005 (PP 19/2005) tentang Standar Nasional Pendidikan, landasan hukum tersebut
mengamanatkan agar kurikulum pendidikan bagi pendidikan tingkat dasar dan tingkat
menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada Standar Isi (SI) dan Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP).
Hal ini harus diwujudkan dalam pengembangan silabus dan pelaksanaannya yang
disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah, dan kondisi daerah. Dengan
demikian, daerah atau sekolah memiliki kewenangan untuk merancang dan menentukan hal - hal
yang akan diajarkan, pengelolaan pengalaman belajar, cara mengajar, dan menilai keberhasilan
suatu proses belajar dan mengajar. Seiring dengan adanya upaya untuk memberdayakan peran
serta daerah dan masyarakat dalam pengelolaan pendidikan, Pemerintah telah memberlakukan
otonomi dalam bidang pendidikan yang diwujudkan dalam PP No. 25 tahun 2000 pasal 2 ayat 2
yang menyatakan bahwa pemerintah (Pusat) memiliki kewenangan dalam menyusun kurikulum
dan penilaian hasil belajar secara nasional, hal-hal yang berhubungan dengan implementasinya
dikembangkan dan dikelola oleh pelaksana di daerah terutama di daerah tingkat II dan sekolah.
Hal ini berarti daerah perlu menyusun silabus dengan cara melakukan penjabaran
terhadap stándar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam bentuk silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran, yang memuat materi setempat yang relevan, serta penyusunan
kurikulum daerah yang sesuai dengan kondisi, kebutuhan serta potensi setempat, yang kemudian
dikenal dengan istilah Kurikulum Tingklat Satuan Pendidikan (KTSP).
BAB II
PEMBAHASAN
1. Ilmiah
Pengembangan silabus berbasis KTSP harus dilakukan dengan prinsip ilmiah, yang
mengandung arti bahwa keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus
harus benar, logis, dan dapat dipertanggung jawabkan secara keilmuan.
2. Relevan
Relevan dalam silabus mengandung arti bahwa ruang lingkup, kedalaman, tingkat kesukaran,
dan urutan penyajian materi dalam silabus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik yakni
tingkat perkembangan intelektual, sosial, emosional dan spiritual peserta didik. Disampig itu,
relevan mengandung arti kesesuaian atau keserasian antara silabus dengan kebutuhan dan
tuntutan kehidupan masyarakat pemakai lulusan. Dengan demikian lulusan pendidikan harus
sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja dilapangan baik secara kuantitas maupun kualitas. Relevan
juga dikaitkan dengan jenjang pendidikan yang ada di atasnya, sehingga terjadi kesinambungan
dan pengembangan silabus.
Relevan dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu relevan secara internal dan eksternal.
Relevan secara internal adalah kesesuaian antara silabus yang dikembangkan dengan komponen-
komponen kurikulum secara keseluruhan, yakni standar kompetensi, standar isi, standar proses,
dan standar penilaian. Sedangkan relevan secara eksternal adalah kesesuaian antara silabus
dengan karakteristik peserta didik,kebutuhan masyarakat dan lingkungannya.
3.Fleksibel
Pengembangan silabus KTSP harus dilakukan secara fleksibel. Fleksibel dalam silabus dapat
dikaji dari dua sudut pandang yang berbeda, yakni fleksibel sebagai suatu pemikiran pendidikan,
dan fleksibel sebagai kaidah dalam penerapan kurikulum. Fleksibel sebagai suatu pemikiran
pendidikan berkaitan dengan dimensi peserta didik dan lulusan, sedangkan fleksibel sebagai
suatu kaidah dalam penerapan kurikulum berkaitan dengan pelaksanaan silabus.
Prinsip fleksibel tersebut mengandung makna bahwa pelaksanaan program, peserta didik, dan
lulusan memiliki ruang gerak dan kebebasan dalam bertindak. Guru sebagai sarana pelaksana
silabus, tidak mutlak harus menyajikan program dengan konfigurasi seperti dalam silabus
(dokumen tertulis), tetapi dapat mengakomodasi sebagai ide baru atau memperbaiki ide-ide
sebelumnya. Demikian halnya peserta didik, mereka diberikan berbagai pengalaman belajar yang
dapat dipilih sesuai dengan karakteristik dan kemampuan masing-masing. Sedangkan fleksibel
dari segi lulusan mereka memiliki kewenangan dan kemampuan yang multi arah berkaitan
dengan dunia kerja yang akan dimasukinya.
4. Kontinuitas
Kontinuitas atau kesinambungan mengandung arti bahwa setiap program pembelajaran yang
dikemas dalam silabus memiliki keterkaitan satu sama lain dalam kompetensi dan pribadi peserta
didik.
Kontinuitas atau kesinambungan tersebut bisa secara vertikal, yakni dengan jenjang pendidikan
yang ada di atasnya dan bisa juga secara horizontal yakni dengan program-program lain atau
dengan silabus lain yang sejenis.
5. Konsisten
Pengembangan silabus berbasis KTSP harus dilakukan secara konsisten, artinya bahwa
antara standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar,
sumber belajar, dan sistem penilaian memiliki hubungan yang konsisten dalam membentuk
kompetensi peserta didik.
6. Memadai
Memadai dalam silabus mengandung arti bahwa ruang lingkup indikator, materi standar,
pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian yang dilaksanakan dapat mencapai
kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
Di samping itu, prinsip memadai juga berkaitan dengan sarana dan prasarana yang berarti bahwa
kompetensi dasar yang dijabarkan dalam silabus, pencapaiannya ditunjang oleh sarana dan
prasarana yang memadai.
8. Efektif
Pengembangan silabus berbasis KTSP harus dilakukan secara efektif, yakni memperhatikan
keterlaksanaan silabus tersebut dalam proses pembelajaran, dan tingkat pembentukan kompetensi
sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan. Silabus yang efektif adalah yang dapat
diwujudkan dalam kegiatan pembelajaran nyata di kelas atau di lapangan, sebaliknya silabus
tersebut dapat dikatakan kurang efektif apabila banyak hal yang tidak dapat dilaksanakan.
Keefektifan silabus tersebut dapat dilihat dari kesenjangan yang terjadi antara silabus sebagai
kurikulum tertulis (written curriculum), potensial curriculum atau kurikulum yang diharapkan
(intended curriculum) dengan curriculum yang teramati (observer curriculum) atau silabus yang
dapat dilaksanakan (actual curriculum). Sehubungan dengan itu, dalam pengembangan silabus
guru atau pengembang silabus harus membayangkan situasi nyata di kelas agar kendala-kendala
yang mungkin terjadidapat diantisipasi sehingga tidak terjadi kesenjangan yang terlalu
menganga.
9. Efisien
Efisien dalam silabus berkaitan dengan upaya untuk memperkecil atau menghemat
penggunaan dana, daya, dan waktu tanpa mengurangi hasil atau kompetensi standar yang
ditetapkan. Efisien dalam silabus bisa dilihat dengan cara membandingkan antara
biaya,tenaga,dan waktu yang digunakan untuk pembelajaran dengan hasil yang dicapai atau
kompetensi yang dapat dibentuk oleh peserta didik. Dengan demikian, setiap guru dituntut untuk
dapat mengembangkan silabus dan perencanaan pembelajaran sehemat mungkin, tanpa
mengurangi kualitas pencapaian dan pembentukan kompetensi.
8. Alokasi Waktu
Alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar dilakukan dengan memperhatikan jumlah
minggu efektif dan alokasi mata pelajaran perminggu dengan mempertimbangkan kedalaman,
tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingannya.
bangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan.
Alokasi waktu yang tercantum dalam silabus merupakan pemikiran waktu yang dibutuhkan oleh
rata-rata peserta didik untuk menguasai kompetensi dasar.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan menyusun silabus dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Merumuskan kompetensi dan tujuan pembelajaran, serta menentukan materi standar yang
memuat kompetensi dasar, materi standar, hasil belajar, dan indicator hasil belajar.
b. Menentukan strategi, metode dan teknik pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran.
c. Menentukan alat evaluasi berbasis kelas ( EBK) dan alat ujian berbasis sekolah atau school
based exam ( SBE) sesuai dengan visi dam misi sekolah.
Menganalisis kesesuaian silabus dengan ;pengorganisasian pengalaman belajar dan waktu yang
tersedia sesuai dengan kurikulum beserta perangkatnya.
3. Penilaian
Penilaian silabus harus dilakukan secara berkala dan berkesinambungan, dengan menggunakan
model-model penilaian.
4. Revisi
Draft silabus yang telah dikembangkan perlu diuji kelayakannya melalui analisis kualitas silabus,
penilaian, ahli, dan uji lapangan. Berdasarkan hasil uji kelayakan kemudian dilakukan revisi.
Revisi ini pada hakikatnya perlu dilakukan secara kontiniu dan berkesinambungan, sejak awal
penyusunan draft sampai silabus tersebut dilaksanakan dalam situasi belajr yang sebenarnya.
Revisi silabus harus dilakukan setiap saat, sebagai aktualisasi dari peningkatan kualitas yang
berkelanjutan (continuous quality improvement).
Pengembang Silabus
Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok
dalam sebuah sekolah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP) pada atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendikan.
1. Disusun secara mandiri oleh guru apabila guru yang bersangkutan mampu mengenali
karakteristik siswa, kondisi sekolah dan lingkungannya.
2. Apabila guru mata pelajaran karena sesuatu hal belum dapat melaksanakan pengembangan
silabus secara mandiri, maka pihak sekolah dapat mengusahakan untuk membentuk kelompok
guru mata pelajaran untuk mengembangkan silabus yang akan digunakan oleh sekolah tersebut.
3. Di SD/MI semua guru kelas, dari kelas I sampai dengan kelas VI, menyusun silabus secara
bersama. Di SMP/MTs untuk mata pelajaran IPA dan IPS terpadu disusun secara bersama oleh
guru yang terkait.
4. Sekolah yang belum mampu mengembangkan silabus secara mandiri, sebaiknya bergabung
dengan sekolah-sekolah lain melalui forum MGMP/PKG untuk bersama-sama mengembangkan
silabus yang akan digunakan oleh sekolah-sekolah dalam lingkup MGMP/PKG setempat.
5. Dinas Pendidikan setempat dapat memfasilitasi penyusunan silabus dengan membentuk
sebuah tim yang terdiri dari para guru berpengalaman di bidangnya masing-masing.
Manfaat Silabus
a. Pedoman bagi pengembangan pembelajaran lebih lanjut
b. Pembuatan rencana satuan pembelajaran
c. Pengelolaan kegiatan pembelajaran
d. Penyediaan sumber belajar
e. Pengembangan sistem penilaian
Contoh siabus :
SILABUS
Mata Pelajaan : Ilmu Pengetahan Sosial
Alokasi Waktu :
Kelas/Semester :
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik simpulan sebagai berikut:
1. Silabus adalah seperangkat rencana yang berisi garis besar atau pokok-pokok pembelajaran
yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator,
penilaian,alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan.
2. Prinsip-prinsip Pengembangan silabus yaitu:
a. Ilmiah
b. Relevan
c. Sistematis
d. Konsisten
e. Memadai
f. Aktual dan kontekstual
g. Fleksibel
h. Menyeluruh
3.2 SARAN
Adapun saran yang ingin penulis sampaikan yaitu :
1. Silabus merupakan seperangkat rencana yang berisi garis besar atau pokok-pokok
pembelajaran yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran,
indikator, penilaian,alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan
pendidikan. Oleh karena itu sebagai seorang guru hendaknya dapat memahami silabus agar
nantinya dapat merencanakan pembelajaran dengan maksimal.
2. Dalam menyusun silabus, guru harus memperhatikan dan menjalankan prinsip
pengembangan silabus agar dapat menyusun silabus dengan baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Mulysa. 2010. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
http://edu-articles.com/pengembangan-silabus/
http://www.sdnleuwimunding3.sch.id/2010/10/pengertian-silabus-dan-pengembangannya.html
2 komentar:
1.
2.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tuntutan globalisasi dalam bidang pendidikan juga perlu dipertimbangkan agar hasil
pendidikan nasional dapat bersaing dengan negara-negara maju. Upaya ke arah ini kini sudah
mulai diwujudkan dengan diperkenalkannya konsep pengelolaan dan penyelenggaraan
pendidikan dari sentralistik ke desentralistik.
Desentralisasi pengelolaan pendidikan ini diarahkan oleh Undang-undang No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
19 tahun 2005 (PP 19/2005) tentang Standar Nasional Pendidikan, landasan hukum tersebut
mengamanatkan agar kurikulum pendidikan bagi pendidikan tingkat dasar dan tingkat
menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada Standar Isi (SI) dan Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP).
Hal ini harus diwujudkan dalam pengembangan silabus dan pelaksanaannya yang
disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah, dan kondisi daerah. Dengan
demikian, daerah atau sekolah memiliki kewenangan untuk merancang dan menentukan hal - hal
yang akan diajarkan, pengelolaan pengalaman belajar, cara mengajar, dan menilai keberhasilan
suatu proses belajar dan mengajar. Seiring dengan adanya upaya untuk memberdayakan peran
serta daerah dan masyarakat dalam pengelolaan pendidikan, Pemerintah telah memberlakukan
otonomi dalam bidang pendidikan yang diwujudkan dalam PP No. 25 tahun 2000 pasal 2 ayat 2
yang menyatakan bahwa pemerintah (Pusat) memiliki kewenangan dalam menyusun kurikulum
dan penilaian hasil belajar secara nasional, hal-hal yang berhubungan dengan implementasinya
dikembangkan dan dikelola oleh pelaksana di daerah terutama di daerah tingkat II dan sekolah.
Hal ini berarti daerah perlu menyusun silabus dengan cara melakukan penjabaran
terhadap stándar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam bentuk silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran, yang memuat materi setempat yang relevan, serta penyusunan
kurikulum daerah yang sesuai dengan kondisi, kebutuhan serta potensi setempat, yang kemudian
dikenal dengan istilah Kurikulum Tingklat Satuan Pendidikan (KTSP).
1. Ilmiah
Pengembangan silabus berbasis KTSP harus dilakukan dengan prinsip ilmiah, yang
mengandung arti bahwa keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus
harus benar, logis, dan dapat dipertanggung jawabkan secara keilmuan.
2. Relevan
Relevan dalam silabus mengandung arti bahwa ruang lingkup, kedalaman, tingkat kesukaran,
dan urutan penyajian materi dalam silabus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik yakni
tingkat perkembangan intelektual, sosial, emosional dan spiritual peserta didik. Disampig itu,
relevan mengandung arti kesesuaian atau keserasian antara silabus dengan kebutuhan dan
tuntutan kehidupan masyarakat pemakai lulusan. Dengan demikian lulusan pendidikan harus
sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja dilapangan baik secara kuantitas maupun kualitas. Relevan
juga dikaitkan dengan jenjang pendidikan yang ada di atasnya, sehingga terjadi kesinambungan
dan pengembangan silabus.
Relevan dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu relevan secara internal dan eksternal.
Relevan secara internal adalah kesesuaian antara silabus yang dikembangkan dengan komponen-
komponen kurikulum secara keseluruhan, yakni standar kompetensi, standar isi, standar proses,
dan standar penilaian. Sedangkan relevan secara eksternal adalah kesesuaian antara silabus
dengan karakteristik peserta didik,kebutuhan masyarakat dan lingkungannya.
3.Fleksibel
Pengembangan silabus KTSP harus dilakukan secara fleksibel. Fleksibel dalam silabus dapat
dikaji dari dua sudut pandang yang berbeda, yakni fleksibel sebagai suatu pemikiran pendidikan,
dan fleksibel sebagai kaidah dalam penerapan kurikulum. Fleksibel sebagai suatu pemikiran
pendidikan berkaitan dengan dimensi peserta didik dan lulusan, sedangkan fleksibel sebagai
suatu kaidah dalam penerapan kurikulum berkaitan dengan pelaksanaan silabus.
Prinsip fleksibel tersebut mengandung makna bahwa pelaksanaan program, peserta didik, dan
lulusan memiliki ruang gerak dan kebebasan dalam bertindak. Guru sebagai sarana pelaksana
silabus, tidak mutlak harus menyajikan program dengan konfigurasi seperti dalam silabus
(dokumen tertulis), tetapi dapat mengakomodasi sebagai ide baru atau memperbaiki ide-ide
sebelumnya. Demikian halnya peserta didik, mereka diberikan berbagai pengalaman belajar yang
dapat dipilih sesuai dengan karakteristik dan kemampuan masing-masing. Sedangkan fleksibel
dari segi lulusan mereka memiliki kewenangan dan kemampuan yang multi arah berkaitan
dengan dunia kerja yang akan dimasukinya.
4. Kontinuitas
Kontinuitas atau kesinambungan mengandung arti bahwa setiap program pembelajaran yang
dikemas dalam silabus memiliki keterkaitan satu sama lain dalam kompetensi dan pribadi peserta
didik.
Kontinuitas atau kesinambungan tersebut bisa secara vertikal, yakni dengan jenjang pendidikan
yang ada di atasnya dan bisa juga secara horizontal yakni dengan program-program lain atau
dengan silabus lain yang sejenis.
5. Konsisten
Pengembangan silabus berbasis KTSP harus dilakukan secara konsisten, artinya bahwa
antara standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar,
sumber belajar, dan sistem penilaian memiliki hubungan yang konsisten dalam membentuk
kompetensi peserta didik.
6. Memadai
Memadai dalam silabus mengandung arti bahwa ruang lingkup indikator, materi standar,
pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian yang dilaksanakan dapat mencapai
kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
Di samping itu, prinsip memadai juga berkaitan dengan sarana dan prasarana yang berarti bahwa
kompetensi dasar yang dijabarkan dalam silabus, pencapaiannya ditunjang oleh sarana dan
prasarana yang memadai.
8. Efektif
Pengembangan silabus berbasis KTSP harus dilakukan secara efektif, yakni memperhatikan
keterlaksanaan silabus tersebut dalam proses pembelajaran, dan tingkat pembentukan kompetensi
sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan. Silabus yang efektif adalah yang dapat
diwujudkan dalam kegiatan pembelajaran nyata di kelas atau di lapangan, sebaliknya silabus
tersebut dapat dikatakan kurang efektif apabila banyak hal yang tidak dapat dilaksanakan.
Keefektifan silabus tersebut dapat dilihat dari kesenjangan yang terjadi antara silabus sebagai
kurikulum tertulis (written curriculum), potensial curriculum atau kurikulum yang diharapkan
(intended curriculum) dengan curriculum yang teramati (observer curriculum) atau silabus yang
dapat dilaksanakan (actual curriculum). Sehubungan dengan itu, dalam pengembangan silabus
guru atau pengembang silabus harus membayangkan situasi nyata di kelas agar kendala-kendala
yang mungkin terjadidapat diantisipasi sehingga tidak terjadi kesenjangan yang terlalu
menganga.
9. Efisien
Efisien dalam silabus berkaitan dengan upaya untuk memperkecil atau menghemat
penggunaan dana, daya, dan waktu tanpa mengurangi hasil atau kompetensi standar yang
ditetapkan. Efisien dalam silabus bisa dilihat dengan cara membandingkan antara
biaya,tenaga,dan waktu yang digunakan untuk pembelajaran dengan hasil yang dicapai atau
kompetensi yang dapat dibentuk oleh peserta didik. Dengan demikian, setiap guru dituntut untuk
dapat mengembangkan silabus dan perencanaan pembelajaran sehemat mungkin, tanpa
mengurangi kualitas pencapaian dan pembentukan kompetensi.
8. Alokasi Waktu
Alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar dilakukan dengan memperhatikan jumlah
minggu efektif dan alokasi mata pelajaran perminggu dengan mempertimbangkan kedalaman,
tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingannya.
bangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan.
Alokasi waktu yang tercantum dalam silabus merupakan pemikiran waktu yang dibutuhkan oleh
rata-rata peserta didik untuk menguasai kompetensi dasar.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan menyusun silabus dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Merumuskan kompetensi dan tujuan pembelajaran, serta menentukan materi standar yang
memuat kompetensi dasar, materi standar, hasil belajar, dan indicator hasil belajar.
b. Menentukan strategi, metode dan teknik pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran.
c. Menentukan alat evaluasi berbasis kelas ( EBK) dan alat ujian berbasis sekolah atau school
based exam ( SBE) sesuai dengan visi dam misi sekolah.
Menganalisis kesesuaian silabus dengan ;pengorganisasian pengalaman belajar dan waktu yang
tersedia sesuai dengan kurikulum beserta perangkatnya.
3. Penilaian
Penilaian silabus harus dilakukan secara berkala dan berkesinambungan, dengan menggunakan
model-model penilaian.
4. Revisi
Draft silabus yang telah dikembangkan perlu diuji kelayakannya melalui analisis kualitas silabus,
penilaian, ahli, dan uji lapangan. Berdasarkan hasil uji kelayakan kemudian dilakukan revisi.
Revisi ini pada hakikatnya perlu dilakukan secara kontiniu dan berkesinambungan, sejak awal
penyusunan draft sampai silabus tersebut dilaksanakan dalam situasi belajr yang sebenarnya.
Revisi silabus harus dilakukan setiap saat, sebagai aktualisasi dari peningkatan kualitas yang
berkelanjutan (continuous quality improvement).
Pengembang Silabus
Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok
dalam sebuah sekolah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP) pada atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendikan.
1. Disusun secara mandiri oleh guru apabila guru yang bersangkutan mampu mengenali
karakteristik siswa, kondisi sekolah dan lingkungannya.
2. Apabila guru mata pelajaran karena sesuatu hal belum dapat melaksanakan pengembangan
silabus secara mandiri, maka pihak sekolah dapat mengusahakan untuk membentuk kelompok
guru mata pelajaran untuk mengembangkan silabus yang akan digunakan oleh sekolah tersebut.
3. Di SD/MI semua guru kelas, dari kelas I sampai dengan kelas VI, menyusun silabus secara
bersama. Di SMP/MTs untuk mata pelajaran IPA dan IPS terpadu disusun secara bersama oleh
guru yang terkait.
4. Sekolah yang belum mampu mengembangkan silabus secara mandiri, sebaiknya bergabung
dengan sekolah-sekolah lain melalui forum MGMP/PKG untuk bersama-sama mengembangkan
silabus yang akan digunakan oleh sekolah-sekolah dalam lingkup MGMP/PKG setempat.
5. Dinas Pendidikan setempat dapat memfasilitasi penyusunan silabus dengan membentuk
sebuah tim yang terdiri dari para guru berpengalaman di bidangnya masing-masing.
Dalam kurikulum 2013, pengembangan silabus tidak lagi oleh guru, tetapi sudah disiapkan oelh
tim pengembang kurikulum, baik di tingkat pusat maupun wilayah, dengan demikian guru
tinggal mengembangkan RPP berdasarkan buku penduan guru, buku panduan peserta didik
dan buku sumber yang semuanya telah disiapkan. Dengan demikian, dalam kaitannya dengan
rencana pembelajaran dalam kurikulum 2013, guru tidak usah repot-repot lagi mengembangkan
perencanaan tertulis yang berbelit-belit, karena sudah ada pedoman dan pendampingan. Dalam
hal ini, yang paling penting bagi guru adalah memahami pedoman guru dan pedoman peserta
didik, kemudain menguasai dan memahami materi yang akan diajarkan. Setelah itu, kemudian
mengembangkan rencana pembelajaran tertulis secara singkat tentang apa yang akan
dilakukan dalam pembukaan, pembentukan karakter dan kompetensi peserta didik serta
penutup pembelajaran. hal baru berkaitan dengan silabus ini bahwa sebagaian besar
pembelajaran, khususnya di sekolah dasar dilakukan secara integratif. Oleh karena itu guru
harus memahaminya secara utuh berbagai hal yang berkaitan dengan silabus tematik integratif
dilakukan oleh tim pengembang kurikulum yang mencakup berbagai jenis lembaga pendidikan,
kompetensi dan tujuan setiap bidang studi Mengembangkan kompetensi dan pokok-pokok
dengan skope dan skuensi Mengembangkan indikator untuk setiap kompetensi serta kriteria
pencapaianya. Untuk kurikulum nasional, penyusunan silabus mengacu pada kurikulum 2013
dan perangkat komponen-komponennya yang disusun oleh Pusat Kurikulum, Badan Penelitian
silabus dikembangkan oleh Tim Pengembang Kurikulum Wilayah. Namun demikian, sekolah
yang mempunyai kemampuan mandiri dapat menyusun silabus yang sesuai dengan kondisi
dengan melibatkan para ahli atau instansi pemerintah, instansi swasta termasuk
perusahaan dan industri, atau perguruan tinggi. Bantuan dan bimbingan teknis untuk
Manfaat Silabus
a. Pedoman bagi pengembangan pembelajaran lebih lanjut
b. Pembuatan rencana satuan pembelajaran
c. Pengelolaan kegiatan pembelajaran
d. Penyediaan sumber belajar
e. Pengembangan sistem penilaian
Contoh siabus :
SILABUS
Mata Pelajaan : Ilmu Pengetahan Sosial
Alokasi Waktu :
Kelas/Semester :
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik simpulan sebagai berikut:
1. Silabus adalah seperangkat rencana yang berisi garis besar atau pokok-pokok pembelajaran
yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator,
penilaian,alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan.
2. Prinsip-prinsip Pengembangan silabus yaitu:
a. Ilmiah
b. Relevan
c. Sistematis
d. Konsisten
e. Memadai
f. Aktual dan kontekstual
g. Fleksibel
h. Menyeluruh
3.2 SARAN
Adapun saran yang ingin penulis sampaikan yaitu :
1. Silabus merupakan seperangkat rencana yang berisi garis besar atau pokok-pokok
pembelajaran yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran,
indikator, penilaian,alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan
pendidikan. Oleh karena itu sebagai seorang guru hendaknya dapat memahami silabus agar
nantinya dapat merencanakan pembelajaran dengan maksimal.
2. Dalam menyusun silabus, guru harus memperhatikan dan menjalankan prinsip
pengembangan silabus agar dapat menyusun silabus dengan baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Mulysa. 2010. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
http://edu-articles.com/pengembangan-silabus/
http://www.sdnleuwimunding3.sch.id/2010/10/pengertian-silabus-dan-pengembangannya.html
A. Pengertian
B. Fungsi Silabus
Ada 3 fungsi silabus yaitu sebagai:
1. Pedoman (atau Kontrak)
Dosen-Mahasiswa:
a. Petunjuk mengenai apa pokok/ subpokok bahasan yang disajikan, apa yang sudah dan yang belum
selesai;
b. Pedoman dan kesepakatan metode PBM, peran dosen-mahasiswa, alokasi waktu dan buku sumber
yang digunakan; serta
c. Kesepakatan mengenai angka-nilai, kelulusan; dan sejumlah pengecualian.
3. Penilaian PBM:
a. Acuan penilaian proses dan hasil belajar mahasiswa
b. Acuan penilaian unjuk kerja dosen
Karena pentingnya, ketiga landasan itu menjadi unsur dari silabus matakuliah.
3. Isi Inti Silabus, umumnya dibuat dalam tabel “Rancangan Penyajian Kuliah”:
a. Urutan Pertemuan
b. Pokok/Subpokok Bahasan
c. Alokasi TPL & Waktu Penyajian
d. Referensi, Rujukan Literatur
e. Metode (Tugas Dosen)
f. Peran dan Tugas Mahasiswa
Ø Dalam Silabus untuk menyebut suatu produk pengembangan kurikulum berupa penjabaran lebih
lanjut dari standart kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapai dan pokok-pokok serta uraian
materi yang perlu dipelajari siswa dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Ø RPP yang menggambarkan prosedur dan managemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih
kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam isi silabus.
· Yang dijadikan patokan adalah Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tersebut.
Ø Dan yang dijadikan patokannya adalah silabus karena silabus dibuat terlebih dahulu dari pada RPP.
Ø Adapun kelebihan dalam silabus dan RPP, seharusnya silabus dan RPP dibuat dengan baik dan
terperinci. Sehingga tujuan dalam pembelajaran dapat tercapai.