Laporan Kasus Partus Kasep
Laporan Kasus Partus Kasep
PARTUS KASEP
PEMBIMBING :
dr. Edi Prasetyo Wibowo, SpOG
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat,
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini. Laporan kasus yang
berjudul “Partus Kasep” ini disusun dalam rangka mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya di
Bagian/ SMF Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
dr. Edi Prasetyo Wibowo, Sp.OG, selaku pembimbing laporan kasus ini dan semua pihak
yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan laporan kasus ini. Semoga laporan kasus ini dapat memberikan
manfaat dan tambahan pengetahuan khususnya kepada penulis dan kepada pembaca dalam
menjalankan praktek sehari-hari. Terima kasih.
Mataram, 2018
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
Kehamilan terjadi karena aktivitas otot polos miometrium yang relatif tenang
sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan janin di dalam uterus hingga usia
kehamilan cukup. Menjelang persalinan, otot polos uterus mulai menunjukkan aktivitas
kontraksi yang terkoordinasi, diselingi dengan periode relaksasi, dan akan mencapai
puncaknya menjelang persalinan, serta perlahan menghilang pada periode postpartum.1
Persalinan ditandai dengan adanya kontraksi uterus yang menyebabkan penipisan,
dilatasi serviks, dan mendorong janin keluar melalui jalan lahir. Persalinan aktif dapat dibagi
menjadi tiga kala. Kala satu dimulai saat telah tercapai kontraksi uterus dengan frekuensi,
intensitas, dan durasi yang cukup untuk menghasilkan pendataran dan dilatasi serviks yang
progresif. Kala satu berakhir dengan lengkapnya bukaan serviks yaitu sekitar 10 cm yang
memungkinkan kepala janin untuk melewatinya. Kala satu ini disebut juga stadium
pendataran dan dilatasi serviks.1
Kala dua merupakan stadium ekspulsi janin, yang dimulai ketika dilatasi serviks
sudah lengkap dan berakhir ketika janin sudah lahir. Sedangkan kala tiga persalinan dimulai
segera setelah janin lahir dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban janin,
atau disebut sebagai stadium pemisahan dan ekspulsi plasenta.1
World Health Organization (WHO) menyarankan penggunaan partograf dalam
pemantauan persalinan. Pada 85% kasus, persalinan berlangsung normal, dan sisanya, yaitu
sekitar 15% dijumpai komplikasi yang membutuhkan penanganan khusus. Abnormalitas
persalinan dapat berupa kemajuan yang lebih lambat dari normal, atau berhentinya kemajuan
komplit. Fase terakhir dari suatu persalinan yang macet dan berlangsung terlalu lama
sehingga menimbulkan komplikasi terhadap ibu maupun janin disebut partus kasep.2
Berikut ini disajikan suatu kasus seorang wanita G3P2A0H2 42 minggu T/H/IU
dengan partus kasep, yang selanjutnya ditatalaksana sesuai prosedur tetap di RSUP NTB.
Selanjutnya akan dibahas apakah diagnosis, tindakan, dan penatalaksanaannya sudah tepat
dan sesuai dengan literatur yang ada.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
berada dalam masa sekresi. Jaringam endometrium tersebut banyak mengandung sel-
sel desidua, yaitu sel-sel besar yang mengandung banyak glikogen serta mudah
dihancurkam oleh trofoblas. Blastula akan mudah masuk ke dalam desidua,
menyebabkan luka kecil yang kemudian sembuh, yang muncul sebagai sedikit
perdarahan (tanda Hartman) pada saat nidasi terjadi. Umumnya nidasi terjadi pada
dinding depan atau belakang uterus dekat fundus. Selanjutnya dimulailah diferensiasi
sel-sel blastula. Pertumbuhan mudigah dimulai dari lempeng embrional yang
selanjutnya berdiferensiasi menjadi tiga unsur lapisan, yaitu sel ektodermal,
mesodermal, dan endodermal yang kemudian akan berkembang membentuk organ-
organ tubuh selama proses kehamilan.4,5
5
menurun menyebabkan kepala mengadakan fleksi di rongga panggul. Dengan fleksi
kepala janin memasuki ruang panggul. Kepala yang sedang turun menemui diafragma
pelvis yang berjalan dari belakang atas ke bawah depan. Akibat kombinasi elastisitas
diafragma pelvis dan tekanan intrauterin oleh his yang berulang, kepala mengadakan
rotasi (putar paksi dalam).4,5
Pada tiap his, vulva lebih membuka dinding rektum dan kepala janin makin
tampak. Perineum menjadi makin lebar dan tipis, anus membuka dinding rektum.
Dengan kekuatan his bersama dengan kekuatan mengedan, berturut-turut tampak
bregma, dahi, muka, dan akhirnya dagu. Sesudah kepala lahir, kepala segera
melakukan putar paksi luar untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung.
Bahu melintasi PAP dalam keadaan miring. Di dalam rongga panggul, bahu akan
menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya. Selanjutnya dilahirkan
bahu depan terlebih dahulu, kemudian bahu belakang. Kemudian bayi lahir
seluruhnya. Bila mekanisme partus fisiologis ini dipahami dengan sungguh-sungguh,
maka hal-hal yang menyimpang dapat segera dilakukan koreksi secara manual,
termasuk pada kasus partus kasep.4,5
6
B. Etiologi
Persalinan lama diakibatkan oleh 4 abnormalitas berbeda yang dapat terjadi satu
demi satu atau kombinasi:1
Abnormalitas kekuatan mendorong. Kontraksi uterus yang tidak cukup kuat atau
koordinasi yang tidak tepat untuk penipisan dan dilatasi serviks. Mungkin juga
usaha otot volunter ibu yang tidak kuat selama persalinan kala 2.
Abnormalitas presentasi, posisi, atau perkembangan janin.
Abnormalitas tulang panggul ibu.
Abnormalitas jaringan lunak saluran reproduksi yang menjadi hambatan untuk
penurunan janin.
Secara lebih sederhana, abnormalitas tersebut di atas dapat dibagi menjadi tiga
katagori yang meliputi:
1. Kelainan tenaga (power)
His yang adekuat adalah his dengan interval 2-3x dalam 10 menit dengan
kekuatan lebih dari 40 detik. His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya akan
berdampak pada jalan lahir sehingga persalinan mengalami hambatan. Kelainan his
terutama ditemukan pada primigravida, khususnya primigravida tua. Pada multipara
lebih banyak ditemukan kelainan yang bersifat inersia uteri. Akan tetapi, sebagian
besar kasus inersia uteri tidak diketahui penyebabnya.4
Jenis-jenis kelainan his:
Inersia uteri
Pada inersia uteri primer, kelainan terletak dalam hal kontraksi uterus yang
lebih singkat dan jarang dibanding biasanya sehingga penderita merasakan nyeri
yang tidak seberapa. Selama ketuban masih utuh umumnya tidak berbahaya baik
bagi ibu maupun janin, kecuali bila persalinan berlangsung terlalu lama yang akan
meningkatkan morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. Sedangkan pada inersia
uteri sekunder, timbul setelah berlangsungnya his yang kuat dalam waktu lama
karena persalinan berlangsung terlalu lama sehingga menimbulkan kelelahan
uterus. Tidak ada kriteria waktu yang pasti untuk membuat diagnosis inersia uteri
atau untuk memulai terapi aktif.4
Incoordinate uterine action
Pada keadaan ini, sifat his berubah dimana kontraksinya tidak berlangsung
seperti biasa karena tidak ada sinkronisasi kontraksi bagian-bagiannya yang
7
menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan pembukaannya. Tonus otot
uterus yang meningkat menyebabkan rasa nyeri yang lebih hebat dan lama bagi
ibu dan dapat juga menyababkan hipoksia pada janin.4
2. Kelainan jalan lahir (passage)
a. PAP sempit
PAP dianggap sempit bila diameter anteroposterior terpendek kurang dari 10
cm atau jika diameter transversal terbesar kurang dari 12 cm. Perempuan yang
berbadan kecil biasanya memiliki panggul yang sempit. Pada panggul sempit
sering terjadi ruptur spontan dini dari membran amnion akibat kekuatan uterus
yang bekerja secara langsung menekan bagian membran yang berkontak dengan
serviks yang sedang berdilatasi. Setelah membran ruptur, tidak adanya tekanan
dari kepala pada serviks dan segmen bawah uterus menyebabkan adanya kontraksi
yang kurang efektif sehingga terjadi dilatasi yang sangat lambat atau tidak sama
sekali.1
b. PTP sempit
Keadaan ini lebih sering ditemukan dibandingkan PAP sempit. Definisi PTP
sempit belum akurat seperti definisi PAP sempit, namun dapat dikatakan sempit
bial jumlah diameter interspinosus dan sagitalis posterior adalah 13,5 cm atau
kurang. Walaupun tidak terdapat metode pasti untuk mengukur dimensi panggul
tengah, PTP sempit kadang dapat diduga jika spina menonjol, dinding samping
panggul cekung atau incisura ischiadika major sempit.1
c. PBP sempit
Biasanya didefinisikan sebagai diameter tuberositas interiskial sebesar 8 cm
atau kurang. Suatu studi melaporkan bahwa PBP sempit terdapat pada hampir 1%
pada lebih dari 1400 nulipara dengan kehamilan aterm. PBP sempit tanpa disertai
PTP sempit jarang terjadi.1
d. Fraktur pelvis
Trauma yang menyebabkan terjadinya fraktur pelvis dapat membahayakan
kapasitas jalan lahir dengan pembentukan kalus atau malunion. Riwayat fraktur
pelvis mengharuskan dilakukannya tinjauan yang cermat pada saat hamil.1
e. Kelainan lain jalan lahir
Stenosis vulva dan vagina
Tumor vulva dan vagina
8
Kondiloma akuminata2
3. Kelainan janin (passanger)
a) Kelainan letak
b) Kelainan bentuk dan besar janin
o Janin besar adalah bila berat badan melebihi 4000 gram
o Hidrosefalus
o Kembar siam
o Janin dengan perut besar (asites), tumor hati, tumor ginjal, atau tumor limfa.2
Penyebab terjadinya partus kasep adalah multikompleks dan sangat bergantung
pada pengawasan selama kehamilan, pertolongan persalinan yang baik dan
penetalaksanaannya.2
Faktor yang berperan dalam persalinan yang berkepanjangan dan macet adalah
sedasi berlebih, anestesi regional, dan malposisi janin, misalnya oksiput posterior
persisten. Dianjurkan dilakukan pemeriksaan fetopelviks untuk mendiagnosis
disproporsi sefalopelvik. WHO sendiri mendefiniskan suatu partus lama sebagai
pembukaan serviks yang kurang dari 1cm/jam selama minimal 4 jam.4
3) Kala II memanjang
Tahap ini berawal saat pembukaan serviks lengkap dan berakhir dengan keluarnya
janin. Durasinya 50 menit untuk nulipara dan 20 menit untuk multipara, namun hal ini
bisa bervariasi. Kala II persalinan pada nulipara dibatasi 2 jam sedangkan untuk
multipara 1 jam.4
D. Komplikasi
Persalinan lama dapat menimbulkan komplikasi yang serius baik pada ibu, janin
maupun keduanya.
Komplikasi pada ibu
1. Ruptur uteri
Penipisan abnormal segemn bawah rahim (SBR) menimbulkan bahaya
serius selama partus lama terutama pada ibu dengan paritas tinggi dan pada
ibu dengan riwayat sectio cesarea. Bila disproporsi kepala-panggul
sedemikian besar sehingga tidak terjadi penurunan kepala, SBR menjadi
sangat teregang kemudian dapat menyebabkan ruptur. Pada kasus ini,
mungkin terbentuk cincin retraksi patologis yang dapat teraba sebagai sebuah
krista transversal atau oblik yang berjalan melintang di uterus antara simfisis
dan umbilikus. Apabila dijumpai keadaan ini, diindikasikan persalinan
perabdominam segera.4
2. Cincin retraksi patologis
Walaupun sangat jarang, dapat timbul konstriksi atau cincin lokal
uterus pada persalinan yang berkepanjangan dengan tipe tersering adalah
cincin retraksi patologis Bandl, yaitu pembentukan cincin retraksi normal
yang berlebih. Cincin ini sering timbul akibat persalinan yang terhambat,
10
disertai peregangan dan penipisan berlebih SBR. Pada situasi semacam ini,
cincin dapat terlihat jelas sebagai suatu indentasi abdomen dan menandakan
ancaman akan rupturnya SBR.4
3. Pembentukan fistula
Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke PAP, tetapi tidak maju
untuk jangka waktu yang cukup lama, bagian jalan lahir yang terletak di
antaranya dan dinding panggul dapat mengalami tekanan yang berlebih.
Karena gangguan sirkulasi dapat terjadi nekrosis yang akan jelas dalam
beberapa hari setelah melahirkan dengan munculnya vesikovaginal,
vesikoservikal, atau rektovaginal. Umumnya terjadi pada kala 2 yang
berkepanjangan.4
4. Cedera otot dasar panggul
Cedera otot-otot dasar panggul merupakan konsekuensi yang tidak
terelakkan pada persalinan pervaginam, terutama bisa persalinannya sulit.
Saat kelahiran bayi, dasar panggul mendapat tekanan langsung dari kepala
janin serta tekanan ke bawah akibat upaya mengedan ibu. Gaya-gaya ini
meregangkan dan melebarkan dasar panggul sehingga terjadi perubahan
fungsional dan anatomik otot, saraf, dan jaringan ikat.4
11
Komplikasi pada ibu dan janin
Infeksi intrapartum: Infeksi adalah bahaya serius yang mengancam ibu
dan janin pada partus lama terutama bila disertai pecahnya ketuban. Bakteri
dalam cairan amnion dapat menembus amnion dan menginvasi desidua serta
pembuluh korion sehingga terjadi bakteremia dan sepsis pada ibu dan janin.
Pneumonia pada janin, akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi, adalah
konsekuensi serius lainnya. Pemeriksaan ini harus dibatasi selama persalinan,
terutama apabila dicurigai terjadi persalinan lama.4
E. Diagnosis
Pada partus kasep dapat dilihat manifestasi klinis akibat persalinan yang
terlalu lama. Pada ibu dapat dijumpai gejala seperti gelisah, letih, demam,
berkeringat, takikardi, takipnea, dan meteorismus. Di daerah lokal sering
dijumpai cincin retraksi Bandl, edema vulva, edema serviks, cairan ketuban
berbau, terdapat mekoneum. Pada janin sendiri dapat terjadi kelainan detak
jantung (cepat/tidak ada sama sekali), air ketuban terdapat mekoneum, kental
kehijauan dan berbau, terbentuk kaput suksadaneum yang besar, molase kepala
yang hebat, kematian janin dalam rahin (KJDR), atau kematian intrapartum.
Berikut ini disajikan kriteria diagnostik untuk persalinan lama.4
F. Penanganan
Dalam menghadapi persalinan lama oleh sebab apapun, keadaan ibu yang
bersangkutan harus diawasi dengan saksama. Tekanan darah dievaluasi setiap 4
jam, bahkan pemeriksaan ini perlu dilakukan lebih sering apabila ada gejala
preeklamsia. Denyut jantung janin dicatat setiap setengah jam pada kala I dan
lebih sering pada kala II. Kemungkinan dehidrasi dan asidosis harus mendapat
perhatian sepenuhnya. Karena pada persalinan lama, selalu ada kemungkinan
untuk melakukan tindakan pembendahan dengan narkosis, hendaknya ibu jangan
diberi makan biasa, melainkan dalam bentuk cairan.4
Sebaiknya diberikan infus larutan glukosa 5% dan larutan NaCl isotonik
secara IV bergantian. Untuk mengurangi rasa nyeri, dapat diberikan petidin 50
mg yang dapat diulangi; pada permulaan kala I dapat diberikan 10 mg morfin.
Pemeriksaan dalam perlu dilakukan, tetapi harus selalu disadari bahwa setiap
pemeriksaan dalam memiliki bahaya infeksi. Apabila persalinan berlangsung 24
jam tanpa kemajuan yang berarti, perlu diadakan penilaian yang seksama tentang
keadaan umum. Selain itu, perlu ditetapkan apakah persalinan benar-benar sudah
mulai atau masih dalam tingkat false labor, apakah ada inersia uteri atau
incoordinate uterine action; dan apakah tidak ada disproporsi sefalopelvik yang
ringan sekalipun. Untuk menetapkan hal terakhir tersebut, bila perlu dilakukan
13
pelvimetri rontgen atau MRI. Apabila serviks sudah terbuka minimal 3 cm, dapat
diambil kesimpulan bahwa persalinan sudah dimulai.4
Dalam menentukan sikap lebih lanjut, perlu diketahui apakah ketuban sudah
pecah. Apabila sudah, maka keputusan untuk menyelesaikan persalinan tidak
boleh ditunda terlalu lama berkaitan dengan bahaya infeksi. Sebaiknya dalam 24
jam setelah ketuban pecah sudah diambil keputusan apakah perlu dilakukan SC
dalam waktu singkat atau persalinan dapat dibiarkan berlangsung.4
Secara umum, tatalaksana untuk partus kasep adalah sebagai beriku:6
1. Perbaikan keadaan umum ibu, pasang infus dan kateter.
2. Cairan kalori dan elektrolit 2 kolf RL/NaCl-1 kolfD5% tetesan cepat atau
guyur
3. Pemberian antibiotik spektrum luas, seperti seftrikson
4. Pemberian obat antipiretik, seperti parasetamol
5. Terminasi persalinan dengan cara yang sesuai:
Kala I: SC
Kala II: vakum ekstraksi bila syarat terpenuhi, bila tidak SC
14
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Ny. S
Umur : 33 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Bengkel
Suku : Sasak
Agama : Islam
Status : Menikah
No. RM : 599610
MRS : 06 Desember 2017
Waktu Pemeriksaan : 06 Desember 2017
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Keluar lendir campur darah dari jalan lahir
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien rujukan dari PKM Dasan Cermen dengan G3P2A0H2 UK 40-41 minggu T/H/IU
presentasi kepala dengan inpartu kala I fase aktif memanjang. Pasien mengeluh keluar
lendir bercampur darah sejak kemarin pukul 19.00 WITA (05/12/2017). Selain itu,
pasien juga mengeluh nyeri perut menjalar ke punggung seperti ingin melahirkan sejak
kemarin pukul 16.00 WITA (05/12/2017). Keluhan keluar air ketuban dari jalan lahir
disangkal oleh pasien. Gerakan janin masih dirasakan aktif hingga saat diperiksa.
Keluhan lainnya seperti demam, nyeri kepala, mual muntah disangkal oleh pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat penyakit jantung, ginjal, hipertensi, diabetes mellitus, asma, maupun penyakit
berat lainnya disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat keluarga memiliki riwayat hipertensi, diabetes mellitus, asma, maupun
penyakit berat lainnya disangkal.
Riwayat Alergi :
Alergi terhadap obat-obatan dan makanan disangkal.
15
Riwayat Obstetri :
Pasien memiliki riwayat kehamilan sebagai berikut :
Tgl Tempat Usia Jenis
No Penolong JK BBL Ket
Partus partus kehamilan Persalinan
1 2003 Polindes Aterm Normal Bidan Perempuan 3,5kg Hidup
2 2013 Rumah Aterm Normal Dukun Laki-laki 3kg Meninggal
3 Ini
16
- Ekstremitas : edema - - akral teraba hangat + +
- - + +
VI. DIAGNOSIS
G3P2A0H2 42 minggu T/H/IU letak kepala dengan kala I fase aktif kasep
VII. TINDAKAN
Planning Diagnostic
- Cardiotocography (CTG)
17
Planning Terapi
- IVFD RL 3 flacon tetesan cepat, dilanjutkan D5%
- Drip cefotaxime 2 gr dalam 100 cc NaCl
- Pro SC
Planning Monitoring
- Observasi kesejahteraan ibu dan janin
- Observasi keadaan umum dan tanda vital pasien
Planning Edukasi
- KIE keluarga pasien mengenai hasil pemeriksaan, kondisi yang dialami
pasien dan tindakan terapi yang akan dilakukan
- Menjelaskan terapi yang akan diberikan dan komplikasi yang mungkin
terjadi serta meminta persetujuan
- Menganjurkan ibu untuk miring kiri dan tidak mengedan dulu sebelum
waktunya
- KIE keluarga pasien mengenai rencana pemasangan kontrasepsi setelah
melahirkan.
IX. Plasenta
Lahir : Lengkap
Lahir tanggal, jam : 06/12/2017, pukul 14.15 WITA
Perdarahan : +150 cc
18
X. Kondisi Ibu 2 Jam Post Operasi
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : E4V5M6
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Frekuensi nadi : 84x/menit
Frekuensi napas : 20x/menit
Suhu : 36,8 ºC
Kontraksi uterus : (+) baik
TFU : 1 jari di bawah umbilikus
UO : 200cc
19
Kronologi
20
His: 3x/10’-40” - Observasi kemajuan
DJJ: 140x/menit persalinan
VT: Ø 4 cm, eff 35%,
ketuban (+), teraba kepala,
↓HI, tidak teraba bagian
terkecil janin/tali pusat.
06-12-2017 Pasien mengeluh nyeri perut hingga Keadaan umum: Baik G3P2A0H2 UK 40-41 - Jelaskan kondisi ibu
04.00 pinggang Kesadaran: Compos minggu T/H/IU presentasi dan janin kepada
mentis kepala dengan inpartu kala keluarga
Tanda vital: I fase aktif memanjang - Anjurkan ibu untuk
- TD: 120/70 mmHg makan dan minum
- Nadi: 80x/menit - Anjurkan ibu miring
- RR: 20x/menit kiri
- Suhu: 36,7°C - Observasi kesejahteraan
TFU: 36 cm ibu dan janin
His: 3x/10’-40” - Observasi kemajuan
DJJ: 137x/menit persalinan
VT: Ø 5 cm, eff 40%,
ketuban (+), teraba kepala,
↓HI, tidak teraba bagian
terkecil janin/tali pusat.
06-12-2017 Pasien mengeluh nyeri perut hingga Kesadaran: Compos G3P2A0H2 UK 40-41 Advis dokter umum:
08.00 pinggang mentis minggu T/H/IU presentasi - IVFD RL 28 tpm
Tanda vital: kepala dengan inpartu kala - Rujuk ke RSUP NTB
- TD: 110/70 mmHg I fase aktif memanjang
- Nadi: 86x/menit
- RR: 20x/menit
21
- Suhu: 36,7°C
TFU: 36 cm
His: 4x/10’-35”
DJJ: 137x/menit
VT: Ø 6 cm, eff 50%,
ketuban (+), teraba kepala,
↓HI, tidak teraba bagian
terkecil janin/tali pusat.
06-12-2017 Kronologi di RSUP NTB Kesadaran: Compos G3P2A0H2 UK 40-41 - Jelaskan kondisi ibu
09.30 Keluar darah campur lendir dari jalan mentis minggu T/H/IU presentasi dan janin kepada
lahir sejak pukul 19.00 kemarin. Keluhan Tanda vital: kepala dengan inpartu kala keluarga
nyeri perut (+), gerakan janin (+). - TD: 120/70 mmHg I fase aktif macet - Anjurkan ibu untuk
- Nadi: 90x/menit makan dan minum
- RR: 20x/menit - Anjurkan ibu miring
- Suhu: 36,7°C kiri
TFU: 34 cm - Observasi kesejahteraan
TBJ: 3565 gr ibu dan janin
His: 3x/10’-30” - Observasi kemajuan
DJJ: 144x/menit persalinan
VT: Ø 5 cm, eff 50%, - Resusitasi cairan
ketuban (+), teraba kepala, RL:D5% = 2:1
↓HI, tidak teraba bagian - Observasi pasien di
terkecil janin/tali pusat. ruang bersalin
06-12-2017 Keluar air ketuban dari jalan lahir Kesadaran: Compos G3P2A0H2 UK 40-41 - Jelaskan kondisi ibu
12.00 mentis minggu T/H/IU presentasi dan janin kepada
Tanda vital: kepala dengan inpartu kala keluarga
- TD: 120/80 mmHg I fase aktif macet - Anjurkan ibu untuk
22
- Nadi: 90x/menit makan dan minum
- RR: 20x/menit - Anjurkan ibu miring
- Suhu: 36,8°C kiri
TFU: 34 cm - Observasi kesejahteraan
His: 4x/10’-35” ibu dan janin
DJJ: 140x/menit - Observasi kemajuan
VT: Ø 6 cm, eff 75%, persalinan
ketuban (-), meconeal,
teraba kepala denominator
sutura sagitalis melintang,
↓HI, tidak teraba bagian
terkecil janin/tali pusat.
06-12-2017 Nyeri perut seperti ingin melahirkan, Kesadaran: Compos G3P2A0H2 UK 40-41 - Jelaskan kondisi ibu
13.30 muntah (+) mentis minggu T/H/IU presentasi dan janin kepada
Tanda vital: kepala dengan inpartu kala keluarga
- TD: 120/70 mmHg I fase aktif kasep - Anjurkan ibu untuk
- Nadi: 92x/menit makan dan minum
- RR: 20x/menit - Anjurkan ibu miring
- Suhu: 36,8°C kiri
TFU: 34 cm - Observasi kesejahteraan
His: 2x/10’-20” ibu dan janin
DJJ: 144x/menit - Observasi kemajuan
VT: Ø 8 cm, eff 80%, persalinan
portio edema, ketuban (-), - IVFD RL 40 tpm (flash
meconeal, teraba kepala, ke-4)
caput (+), ↓HI, tidak teraba - Co SPV Pro SC
bagian terkecil janin/tali - Persiapan SC: Cukur
23
pusat. rambut pubis dan
Cefotaxime 2 gr dalam
100 cc NaCl drip
24
Hasil Follow up
27
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada laporan kasus berikut, diajukan suatu kasus seorang wanita G3P2A0H2
A/T/H/IU UK 42 minggu dengan kala I fase aktif kasep, selanjutnya akan dibahas:
Dari keluhan subjektif, pasien dengan usia kehamilan 42 minggu mengeluhkan keluar
lendir campur darah dari jalan lahir dan nyeri perut seperti ingin melahirkan. Dari
pemeriksaan fisik di PKM Dasan Cermen ditemukan tanda-tanda inpartu yaitu his yang
adekuat (3 kali dalam 10 menit dengan durasi 40 detik), dan adanya dilatasi serviks 2 cm.
Setelah diobservasi, kemajuan persalinan berlangsung lambat yaitu dalam 12 jam didapatkan
pembukaan serviks hanya 6 cm. Kemudian pasien dirujuk ke RSUP NTB dengan diagnosis
inpartu kala I fase aktif memanjang. Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan di RSUP
NTB, keadaan ibu tampak lemas, ibu mengeluh keluar air ketuban dan dari pemeriksaan
dalam terakhir ditemukan pembukaan 6 cm, ketuban negatif meconeal, caput di kepala bayi
dan edema portio. Maka dari itu, pasien ini didiagnosis sebagai kala I fase aktif kasep.
Diagnosis ini berdasarkan definisi dari partus kasep yaitu fase terakhir dari suatu persalinan
yang berlangsung terlalu lama sehingga menimbulkan komplikasi terhadap ibu maupun janin,
menimbulkan gejala seperti dehidrasi, infeksi, kelelahan ibu, serta asfiksia dan kematian janin
dalam rahim (KJDR).
Penyebab partus lama dapat dievaluasi dari tiga faktor, yaitu power, passage, dan
passanger. Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisi pada pasien ini adalah adanya
kelainan pada power atau tenaga, yaitu terjadinya inersia uteri sekunder, dimana pada
awalnya his timbul secara adekuat, namun semakin lama his menjadi kurang adekuat. Hal ini
dapat memperlama kemajuan bukaan dan menghambat persalinan.
Jika dilihat dari segi passage atau jalan lahir tidak ditemukan masalah, karena pada
pemeriksaan pelvis tidak ditemukan kesan panggul sempit. Selain itu, jika dilihat dari riwayat
partus sebelumnya yang terjadi spontan dengan berat bayi mencapai 3500 gr juga
menunjukkan tidak adanya kesan panggul sempit. Begitu pula dari segi passanger atau janin,
tidak didapatkan adanya kelainan letak, bentuk, dan besar janin, karena taksiran berat janin
3565 gr.
Penatalaksaan pada pasien ini telah dilakukan sesuai dengan Panduan Praktek Klinis
di RSUP NTB 2015-2017, yaitu penanganan aktif untuk segera terminasi persalinan.
Penanganan dilakukan dengan pemberian antibiotik profilaksis dan segera dilakukan tindakan
28
seksio sesarea (SC). Antibiotik diberikan secara drip, yaitu cefotaxime 2 gram dalam 100 cc
NaCl sebagai profilaksis. Pada kasus partus kasep, terminasi tidak boleh ditunda lagi karena
sudah jelas terdapat komplikasi yang membahayakan baik ibu maupun janin. Terminasi
persalinan sebenarnya tidak harus melalui tindakan SC, melainkan dapat melalui jalan vakum
ekstraksi. Namun demikian, pada pasien ini tidak dilakukan vakum ekstraksi karena pasien
masih berada pada persalinan kala I, yang merupakan indikasi dilakukannya SC. Sedangkan
vakum ekstraksi dapat dilakukan pada persalinan kala II dan jika memenuhi syarat-syarat
vakum.
Selanjutnya melalui tindakan SC, lahir bayi dengan ketuban meconeal. Hal ini
berbahaya bagi bayi karena bayi dapat mengalami sindrom aspirasi mekoneum yaitu kondisi
dimana mekoneum terhisap oleh bayi sehingga dapat masuk ke dalam paru.
Refleksi kasus:
Pembelajaran yang didapat dalam kasus ini:
1. Manajemen partus kasep adalah manajemen aktif. Bila diagnosis sudah tegak sebagai
partus kasep, maka terminasi persalinan tidak boleh ditunda lagi karena akan
meningkatkan resiko terjadinya fetal distres hingga kematian janin dalam rahim
sekalipun, ditambah keadaan ibu yang mulai menunjukkan tanda-tanda kurang baik.
terminasi dengan seksio sesarea dipilih karena syarat untuk melakukan vakum
ekstraksi tidak terpenuhi. Penanganan paska persalinan pada pasien ini harus
dilakukan lebih intens karena ibu dengan persalinan lama berisiko mengalami
perdarahan post partum.
2. Pemeriksaan kehamilan dengan USG perlu dilakukan sejak trimester pertama. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui usia kehamilan, perkembangan dan pertumbuhan janin,
dan mengetahui plasenta serta air ketuban.
Saran yang dapat diberikan penulis untuk pasien ini adalah pasien harus tetap kontrol luka
paska operasi, menjaga kebersihan luka dan memperhatikan adanya tanda-tanda infeksi pada
luka paska operasi. Pasien juga harus segera melakukan mobilisasi untuk memperlancar
sirkulasi darah sehingga luka operasi cepat kering, serta memperhatikan tanda-tanda bahaya
pada bayi baru lahir.
29
BAB V
KESIMPULAN
1. Diagnosis pada pasien ini sudah tepat sesuai dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
penunjang yaitu G3P2A0H2 42 minggu T/H/IU letak kepala dengan inpartu kala I fase
aktif kasep.
2. Penatalaksanaan yang dilakukan sudah tepat yaitu penatalaksanaan aktif berupa terminasi
kehamilan dengan SC.
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, et al, editor. Williams Obstetry. 23rd Edition. 2010. Mc-Graw Hill :
USA.
2. Sofian Amru. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi.
Jakarta: EGC; 2011.
3. Saladin KS. Anatomy & Physiology: The unit of form and function. 3rd ed. Philadelphia:
The McGraw-Hill Companies; 2003.p.1050, 1090.
4. Saifuddin AB, editor. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi keempat. Jakarta:
PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008.
5. Guyton, Arthur C, Hall, John E. Fisiologi Kedokteran Guyton. Edisi 11. Jakarta: EGC;
2007.
6. Kumboyo, DA. Standar Pelayanan Medik SMF Obstetri dan Ginekologi. Mataram: RSUP
NTB; 2010.
31
LAMPIRAN
32
Gambar 3. Partograf
33
Gambar 4. Lembar laporan operasi pasien
34
35