Anda di halaman 1dari 6

TINJAUAN

HASIL PENELITIAN
PUSTAKA

Ejakulasi Dini
Dito Anurogo
Fakultas Kedokteran Universitas Palangka Raya / RS PKU Muhammadiyah Palangka Raya,
Kalimantan Tengah, Indonesia

SINONIM (sedikit atau tidak memiliki pengendalian); Ejakulasi dini (ED) merupakan gangguan/
Premature ejaculation (PE), ejakulasi praecox, sehingga menyebabkan penderita dan/ disfungsi seksual pria yang paling sering
zaoxie (bahasa Cina), early release, premature atau pasangannya khawatir, menderita, dijumpai. ED memengaruhi sekitar 14-30% pria
ejaculation (PE), early ejaculation (EE), rapid atau tertekan. (International Consultation on berusia lebih dari 18 tahun, 30%-40% pria yang
ejaculation (RE). Di dalam artikel ini, digunakan Urological Disease). aktif secara seksual, dan 75% pria di saat tertentu
istilah ejakulasi dini (ED). di dalam kehidupannya. Di seluruh dunia, ada
3. Disfungsi seksual pria yang ditandai sekitar 22-38% penderita ED. Menurut Carson
DEFINISI dengan ejakulasi yang selalu atau hampir C dan Gunn K (2006), sekitar 25%-40% dari
Ejakulasi merupakan proses keluarnya cairan selalu terjadi sekitar satu menit sebelum atau semua pria menderita ED. Beberapa sumber
ejakulat (berupa semen/mani) yang ditandai di dalam vagina saat melakukan penetrasi dan bahkan menyebutkan 30-75% dari semua pria
dengan keluarnya komponen-komponen ketidakmampuan untuk menunda ejakulasi di di dunia menderita ED.
ejakulat, ejakulasi antegrad, penutupan (hampir) semua penetrasi; juga akibat-akibat
sfingter uretra interna, dan pembukaan negatif seperti: penderitaan, kekhawatiran, Ejakulasi dini merupakan problem seksual
sfinkter uretra eksterna. Ejakulasi terjadi sekitar kecemasan, frustrasi dan/atau menghindari terutama pada penderita diabetes melitus, di
2-10 menit dari dimulainya hubungan seksual; hubungan seksual (International Society for samping impotensi dan hilangnya libido.
sekitar 75% pria berejakulasi 2 menit setelah Sexual Medicine).
penis memasuki vagina. Berikut beberapa PENYEBAB
definisi ejakulasi dini: 4. Ejakulasi tak terkendali dengan ciri khas Penyebabnya kompleks dan multifaktor,
berupa orgasme berulang atau menetap meliputi interaksi antara faktor psikologis
Menurut ICD X, kriteria ED ditujukan untuk dengan sedikit rangsangan seksual sebelum, dan biologis. Faktor psikologis meliputi: efek
mereka yang memenuhi kriteria umum saat, atau setelah penetrasi (masuknya pengalaman dan pengkondisian seksual
disfungsi seksual, yaitu ketidakmampuan penis ke vagina) dan sebelum seseorang pertama kali (termasuk pengalaman seks di
pasangan seksual dalam mengendalikan menginginkannya. usia dini, hubungan seks pertama kali, dsb),
ejakulasi secara cukup untuk menikmati terburu-buru ingin mencapai klimaks atau
hubungan seksual. Bermanifestasi sebagai 5. Keadaan seorang pria sudah mengalami orgasme, teknik seksual, frekuensi aktivitas
terjadinya ejakulasi sebelum/segera setelah orgasme dan berejakulasi sebelum ia sengaja seksual, rasa bersalah, cemas, penampilan
aktivitas seks dimulai (sekitar 15 detik); tidak menghendakinya. seksual, problematika hubungan, dan
cukup ereksi untuk memungkinkan terjadinya penjelasan psikodinamika.
hubungan seks. Hal ini bukan akibat dari Semua definisi di atas memahami ED dari aspek
lama tidak berhubungan seks. Seorang pria saat berejakulasi (short time interval between Faktor biologis meliputi: ketidaknormalan
didiagnosis ED bila berejakulasi dalam waktu penetration and ejaculation), ketidakmampuan kadar hormon seks dan kadar neurotransmiter,
15 detik setelah penetrasi. mengendalikan atau menunda ejakulasi (lack ketidaknormalan aktivitas refleks sistem
of control over ejaculation), dan konsekuensi/ ejakulasi, permasalahan tiroid tertentu,
1. Ejakulasi dengan rangsang/stimulasi akibat negatif dari ED (distress by one or both peradangan dan infeksi prostat atau saluran
minimal yang terjadi mendahului hasrat, partners). kemih, ciri (traits) yang diwariskan, teori
keinginan, birahi, sebelum atau segera setelah evolutionary, sensitivitas penis, reseptor
penetrasi (masuknya penis ke vagina), yang EPIDEMIOLOGI dan kadar neurotransmiter pusat, degree
menyebabkan ketidaknyamanan (bother) atau WHO (World Health Organization) of arousability, kecepatan refleks ejakulasi.
penderitaan (distress), sedangkan penderitanya menyebutkan hak untuk sehat secara seksual Riset terbaru menduga hipersensitivitas
sedikit atau tidak memiliki pengendalian (sexual health) merupakan hak asasi manusia. penis merupakan salah satu penyebab yang
(Second International Consultation on Sexual Jadi, memang sebaiknya ada kebebasan dari mendasari ED.
and Erectile Dysfunction). gangguan organik, penyakit, dan kekurangan
yang mengganggu kebebasan seksual dan Faktor lainnya yang dapat juga berperan,
2. Ejakulasi yang menetap atau berulang reproduksi. Bentuk disfungsi (gangguan) seperti: impotensi (disfungsi ereksi), kerusakan
dengan sedikit stimulasi/rangsangan seksual yang umum dialami pria adalah sistem saraf akibat pembedahan atau trauma
sebelum, saat, atau segera setelah penetrasi ejaculatory dysfunction, ejakulasi dini,disfungsi (luka), ketergantungan narkotika dan obat
dan sebelum penderita menghendakinya ereksi, dan penurunan libido. (trifluoperazin) yang digunakan untuk

Alamat korespondensi email: ditoanurogo@gmail.com

CDK-199/ vol. 39 no. 11, th. 2012 823


TINJAUAN PUSTAKA

mengobati cemas dan gangguan mental PROSES EJAKULASI Semen menyebabkan tekanan pada dinding
lainnya. Proses ejakulasi terdiri dari fase emission ampullae urethra yang memuncak menuju
(pemancaran) dan expulsion (pengeluaran) afferent impulses, yang mencapai tulang
Ejakulasi dini yang dimulai setelah beberapa dua refleks persarafan sequential yang jelas belakang (S2–4) melalui saraf pudendal dan
tahun dapat disebabkan oleh infeksi saluran berbeda namun dikoordinasi dan distimulasi pelvik. Pengeluaran diperantarai oleh motor
kemih, konflik antarpasangan, atau gangguan oleh input saraf sensoris. Serabut saraf neurons di nucleus Onuf yang melewati
neurologis. sensorik n. pudendus di glans penis mengirim pudendal nerve; mempersiapkan kontraksi
informasi menuju sacral cord dan bagian otak harmonis otot bulbo-cavernosus dan ischio-
SIKLUS RESPONS SEKSUAL korteks serebral sensoris. cavernosus di dasar panggul.
Bolte mengemukakan model linear untuk
menjelaskan siklus respons seksual. Ia Refleks ejakulasi dimodulasi oleh otak dan Penderita ejakulasi dini primer idiopatik
mengemukakan lima fase, yaitu: medula spinalis; seseorang dapat berejakulasi memiliki penile sensory thresholds yang lebih
dengan stimulasi getaran penis. rendah dan/atau cortical penile thresholds
1. Fase kehendak/libido seksual yang lebih besar daripada rekannya yang
(sexual desire/libido) normal. Riset pada hewan dan manusia
Fase ini terdiri dari berbagai fantasi, imajinasi, kha- menghubungkan serotonergic genesis dan
yalan tentang aktivitas seksual dan kehendak/ penyebab genetik.
dorongan yang berhubungan dengannya.
Pendekatan Neurobiogenesis
2. Fase perangsangan seksual (sexual Stimulasi di reseptor sensoris mukosa glans
excitement, arousal) penis (Krause finger corpuscles) diteruskan
Fase ini terdiri dari perasaan subjektif tentang oleh serabut aferen n. pudendus menuju
rangsang seksual, kenikmatan, dan perubahan Gambar 1 Neurophysiology of ejaculation. Sumber: Wyllie S4, juga menuju pleksus hipogastrik di
fisiologis yang menyertai. Perubahan MG, Hellstrom WJG. (2010) ganglia simpatetik T10–L2. Informasi sensoris
utama pada pria adalah penis mulai berdiri (Keterangan: OT, oxytocin; 5-HT, 5-hydroxytryptamine diteruskan ke otak, dimana tiga pusat ejakulasi
dan menegang. Sedangkan pada wanita, (serotonin); NA, noradrenaline, ACh, acetylcholine; NO, nitric terletak; dua di hipotalamus (medial preoptic
ditandai dengan menyempitnya pembuluh oxide; BC, bulbocavernosus muscle.) area dan paraventricular nucleus) dan satu di
darah di panggul, pelumasan (lubrikasi) dan midbrain (periaqueductal grey).
“pengembangan” vagina, “pembengkakan” Neurotransmiter 5-hidroksitriptamin (5-HT,
organ kelamin luar. serotonin) terlibat pada pengendalian Pusat-pusat ini memadukan emisi semen,
ejakulasi. Efek “perlambatan” (retarding effect) ejakulasi, dan orgasme. Hasil yang berupa ef-
3. Fase plateau 5-HT pada ejakulasi dikarenakan aktivasi ferent dopamine oleh pusat-pusat ini diatur
Fase menuju orgasme. Testis pria tertarik ke sentral (yaitu: spinal dan supraspinal) reseptor oleh nucleus paragigantocellularis; memiliki
skrotum. Vagina terus “mengembang” karena 5-HT1B dan 5-HT2C, sedangkan rangsangan pengaruh menghambat (inhibitory) dari neu-
aliran darah meningkat, klitoris menjadi reseptor 5-HT1A menimbulkan ejakulasi. ron serotonergik yang terpusat dan menuju
sangat sensitif. Pernapasan, detak jantung, dan lumbar–sacral motor nuclei, yang secara kuat
tekanan darah meningkat secara bertahap. Pendekatan Patofisiologis (tonically) menghambat ejakulasi. Neurotrans-
Spasme otot mulai terjadi di wajah, tangan, Respon ejakulasi dipicu oleh stimulasi miter yang terlibat di pusat-pusat ini termasuk
kaki seiring dengan meningkatnya tegangan (rangsangan) genital dan kortikal. Glans penis noradrenalin, gamma-aminobutyric acid, oksi-
otot-otot. memiliki reseptor taktil yang dihubungkan tosin, nitric oxide, serotonin dan estrogen.
melalui penis bagian dorsal dan n. pudendus
4. Fase orgasme menuju medula spinalis segmen sakral. Saraf Ejakulasi dipicu oleh serabut eferen dopamin
Fase ini merupakan puncak (climax) simpatis yang terlibat dalam emisi semen yang beraksi di pusat reseptor D2 dan serabut
kenikmatan seksual yang diiringi kontraksi berasal dari intermediolateral columns medula eferen spinal, yang meneruskan informasi
ritmis dan pelepasan tegangan seksual yang spinailis (T10–L2), melintasi rangkaian simpatis menuju ganglia simpatetik di T10–L2 dan
kuat dan mendadak. Pada pria, terjadi kontraksi dan n. hipogastrikus menuju pelvic plexus dan serabut sakral. Hal ini menstimulasi n.
ritmis otot-otot dasar penis, diikuti dengan melalui cavernous nerve menuju vas deferentia. pudendus di daerah S2–S4, menghasilkan
ejakulasi. Pada wanita, vagina berkontraksi. Aktivitas simpatis memproduksi kontraksi beberapa tahapan berikut:
otot polos epididymis dan vas deferens yang
5. Fase resolution (reflection, memindahkan sperma menuju urethra 1. Tahap Pertama
satisfaction) posterior. Vesikula seminalis dan kelenjar Terjadi kontraksi otot polos prostat, seminal
Fase terakhir, final, istirahat, ditandai dengan prostat berkontraksi mengeluarkan cairan vesicles, vas deferens and epididymis. Kejadian
keintiman/kemesraan yang meningkat, yang bercampur dengan sperma; kemudian ini meningkatkan volume semen yang
suasana nyaman, relaksasi otot, kelelahan. bercampur dengan cairan yang berasal dari didorong menuju uretra posterior dengan
Kepuasan pasangan merupakan hal penting kelenjar bulbourethral membentuk semen kontrol sistem saraf simpatetik, memproduksi
pada fase ini. (mani). emisi (pengeluaran/pancaran semen).

824 CDK-199/ vol. 39 no. 11, th. 2012


TINJAUAN PUSTAKA

Neurobiogenesis of ejaculation a. Generalized: terjadi pada semua situasi


seksual (kondisi yang mendukung ke arah
aktivitas seks) dan dengan semua pasangan.
Periaqueductal grey b. Situational: terjadi hanya pada situasi
Midbrain tertentu atau dengan pasangan tertentu.

Increased dopamine SSRIs act to ED dapat teridentifikasi saat pria atau


Medial preoptic area
Paraventricular nucleus } Hyopthalamus stop serotonin
inhibition,
thereby raising
pasangannya mengalami kesulitan hubungan.
Seringkali pula teridentifikasi saat pasangan
serotonin level wanita mengeluhkan problem atau kesulitan
seksual.
D2 receptors

Saat mengunjungi dokter, beberapa penderita


Lumbar mengeluhkan hal-hal yang terkadang tidak
Spinal cord T10-
spinal cord
L2 sympathetic relevan, seperti: ukuran penis yang kecil,
Serotonergic
ganglia penyakit prostat, infertilitas, masalah di
neurones in
Hypogastric plexus
nPGi punggung atau tulang belakang. ED dapat
menyebabkan pria merasa cemas, malu,
Mucosal sensory (Krause finger Afferent fibres Efferent fibres
receptors corpuscles) dan tidak puas, begitu pula pasangannya.
Pertanyaan terbuka yang dapat membantu :
Pudendal nerve ”Bagaimana keadaan rumah tangga?”
Sensory
neurones
Ejaculation Dahulu ED dianggap sebagai ekspresi konflik
Motor fibres
then psikologis yang tidak disadari. Juga pernah
Orgasm
dihubungkan dengan gangguan urologis,
Seminal vesicle
Prostate Vas deferens dengan berbagai terapi. Baru pada tahun
Bulbourethral Epididymis
gland 1943, seorang ahli endokrinologi dari Jerman,
Bernhard Schapiro, memperkenalkan dua
Smooth muscle contractions
tipe ED (A dan B) berdasarkan penyebab
Increase in volume Sperm to dan terapi. Dua tipe ini sekarang dikenal
Stage I
(emission) and fluid content posterior sebagai ED primer (lifelong) dan ED sekunder
of semen urethra
(acquired).

Sympathetic 1. Primer (lifelong, selamanya)


spinal cord reflex Efferent spinal
cord impulse ED primer merupakan suatu gangguan
ejakulasi neurobiologis dan juga berhubungan
Stage II
Rhythmic contractions of the bulbo- dengan gangguan neurotransmisi
(ejaculation)
and ischio-cavernous muscles and serotonergik (5-hidroksitriptamin [5-HT])
pelvic floor muscles
sistem saraf pusat.
Stage III
(orgasm)
Dimulai sejak pengalaman seks pertama
nPGi – nucleus paragigantocellularis. kali dan menjadi masalah di sepanjang
kehidupan. Secara umum ditandai dengan
Diagram 1 Neurobiogenesis of ejaculation ketidakmampuan untuk menunda ejakulasi
(Sumber: Palmer NR, Stuckey BGA 2008:663) di semua atau di hampir semua aktivitas
penetrasi penis ke vagina, sehingga berakibat
2. Tahap Kedua Ejakulasi dini primer karena hiposensitivitas negatif, seperti sedih, tertekan, menderita,
Kontraksi ritmis dasar panggul dan otot 5-hydroxytryptamine 2c (5-HT2c) serotonin menghindari ketertarikan seksual.
bulbo-ischiocavernosus dikendalikan oleh receptors atau hipersensitivitas reseptor
saraf parasimpatis yang mengesampingkan serotonin 5-HT1, menyebabkan penurunan Ciri khasnya: ejakulasi terlalu cepat, baik
(override) saraf simpatis. Hal ini mendorong ambang ejakulasi dan pemendekan waktu sebelum penetrasi (memasuki vagina) atau
cairan semen keluar melalui uretra, IELT (intravaginal ejaculation latency time). <1–2 menit setelahnya, dengan intravaginal
menghasilkan ejakulasi. ejaculation latency time (IELT) sekitar 0–2
GAMBARAN KLINIS menit. Untuk kegunaan praktis, ejakulasi
3. Tahap Ketiga Secara umum, disfungsi seksual dibagi primer adalah jika terjadi dalam waktu satu
Tahap ini berupa orgasme. menjadi: menit setelah penetrasi ke vagina.

CDK-199/ vol. 39 no. 11, th. 2012 825


TINJAUAN PUSTAKA

2. Sekunder (acquired, didapat) 4. Premature Ejaculation Profile (PEP) menghilang. Rangsangan diberikan lagi dan
Ejakulasi dini yang onsetnya bertahap 5. Index of Premature Ejaculation (IPE) siklus diulangi bila perlu. Kelemahan studi
atau mendadak, berkembang setelah 6. Male Sexual Health Questionnaire Semans adalah kurang kelompok kontrol.
sebelumnya memiliki hubungan seksual Ejaculatory Dysfunction (MSHQ-EjD)
memuaskan tanpa masalah ejakulasi. Hal ini 7. Chinese Index of Premature Ejaculation Studi behavioural lebih lanjut oleh Wolpe
juga menyebabkan penderitaan pribadi dan (CIPE) dan Lazarus, juga “squeeze technique” yang
masalah keharmonisan hubungan. Dapat juga 8. Arabic Index of Premature Ejaculation (AIPE) diperkenalkan oleh Masters dan Johnson tidak
dikatakan sebagai ED setelah suatu periode dapat membuktikan bahwa teknik behavioural
fungsi seksual yang adekuat. Penggunaan kuesioner merupakan pilihan ini mengobati ED dengan pasti. Teknik
dokter, sesuai indikasi dan ketersediaan psikoseksual-behavioural dapat dikombinasi
Menurut American Psychiatric Association, kuesioner. Parameter patient reported outcomes dengan terapi obat untuk mengoptimalkan
ejakulasi dini sekunder ditandai oleh ejakulasi (PROs) dapat diketahui dari kuesioner PEP efek terapi.
yang menetap atau berulang dengan yang dapat diisi sendiri. Sedangkan IELT
rangsangan yang minimal sebelum, pada saat, merupakan pengukuran koitus yang objektif Konseling Psikologis
atau sejenak setelah penetrasi dan sebelum dan prospektif, menggunakan stopwatch Konseling bermanfaat dengan disertai terapi
ejakulasi yang sesungguhnya diharapkan yang dipegang pasangan seks penderita ED. lain, untuk meningkatkan rasa percaya diri.
terjadi. Ciri khasnya: waktu untuk ejakulasi Penggunaan IELT yang dinilai oleh dokter di Namun tidak efektif untuk ED primer.
pendek namun biasanya tidak secepat dalam praktek cukup akurat, dalam uji klinis
ejakulasi primer. diperlukan IELT yang dipadukan dengan Anestetik topikal
stopwatch. Krim lidocaine-prilocaine (5%) digunakan
3. Premature-like Ejaculatory 20-30 menit sebelum berhubungan seks.
Dysfunction Pertanyaan sederhana sebagai deteksi dini: 1. Formulasi aerosol lidocaine 7,5 mg plus
Pria yang mengeluh ED meskipun “Do you feel you ejaculate (come) too quickly?” prilocaine 2,5 mg (Topical Eutectic Mixture for
kenyataannya memiliki waktu ejakulasi untuk dugaan ejakulasi dini dan 2. “Do you ever Premature Ejaculation, TEMPE) dipakai 20–30
normal, yaitu: 3-6 menit atau lebih lama. have difficulty reaching orgasm or ejaculating? menit sebelum bersenggama dan dibersihkan
Jadi ada persepsi subjektif penderita bahwa untuk dugaan delayed (retrograde) ejaculation. sebelum bersentuhan dengan pasangan. Uji
ia cepat mengalami ejakulasi baik menetap di Inggris dan Belanda menunjukkan dengan
maupun tidak menetap selama berhubungan PENANGANAN terapi ini, skor IELT naik secara signifikan. Krim
seks. Tipe ini tidak bisa dianggap sebagai Disfungsi ereksi (impotensi), disfungsi sek- lignocaine–prilocaine (eutectic mixture of local
gejala atau penyakit medis yang sebenarnya. sual lainnya, atau infeksi saluran kemih dan anaesthetic agents [EMLA]) dioleskan tipis
reproduksi seperti: prostatitis sebaiknya per- di penis (bagian glans dan distal shaft) lalu
4. Natural variable premature tama kalinya diterapi sebagai ED. Penanganan ditutupi dengan kondom selama 10–20 menit.
ejaculation ED terutama pendekatan kombinasi, meng- Jika akan bersenggama, kondom dilepas, sisa
ED yang ditandai dengan ejakulasi dini yang gunakan terapi behavioural dan perpaduan krim dicuci perlahan. Skor IELT terbukti naik
tidak teratur dan tidak tetap, mewakili variasi medikasi (obat) seperti: golongan anestesi secara signifikan. Krim ini terbukti efektif bila
normal dalam penampilan seksual. Tipe ini topikal, SSRI (selective serotonin re-uptake in- dikombinasikan dengan sildenafil 50 mg
diusulkan oleh Waldinger MD, Schweitzer DH. hibitors), dan phosphodiesterase-5 inhibitors. sebelum coitus dan secara signifikan lebih
(2006) untuk klasifikasi terbaru DSM-V dan efektif daripada sildenafil saja.
ICD-11. Strategi behavioural dan psikologis
Strategi behavioural terutama program ”stop- Severance Secret (SS) cream mengandung:
PEMERIKSAAN PENUNJANG start” yang dikembangkan oleh Semans Panax ginseng, Angelica root, Cistanches
Pemeriksaan/tes laboratorium atau fisiologis beserta modifikasinya, teknik pencet (squeeze) deserticola, Zanthoxyl species, torlidis seed,
harus berdasarkan pada penemuan yang dianjurkan oleh Masters dan Johnson bunga cengkeh (clove flower), asiasari root, kulit
spesifik dari riwayat (penyakit, dan lain-lain) serta modifikasinya. Masturbasi sebelum kayu manis (cinnamon bark), dan toad venom.
penderita atau pemeriksaan fisik dan tidak berhubungan seks merupakan teknik yang Dioleskan di ujung penis 1 jam sebelum dan
direkomendasikan secara rutin. digunakan banyak pria berusia lebih muda. dicuci segera sebelum berhubungan seks.
Angka kesuksesan dalam jangka pendek Krim SS sebanyak 0,2 gram meningkatkan
Beberapa pilihan alat diagnostik berupa mencapai 50-60%. IELT dari 1,37 menit menjadi 10,92 menit.
kuesioner (daftar pertanyaan terstruktur) Efek samping krim SS adalah iritasi, sensasi
dapat membantu penilaian (assessment) ED, Teknik “stop-start” ala Semans dikenal terbakar, dan ejakulasi yang tertunda.
antara lain: lebih dari 50 tahun yang lalu, bermanfaat
1. Intravaginal ejaculation latency time (IELT) memperpanjang refleks neuromuskular yang Semprotan (spray) lignocaine dipakai di di
2. Kombinasi IELT dengan patient-reported bertanggung jawab atas terjadinya ejakulasi. glans penis (3–6 semprotan), 5–15 menit
outcome (PRO) Pria penderita ED memberitahu pasangannya sebelum bersenggama. Meskipun telah ada
3. Premature Ejaculation Diagnostic Tool untuk menghentikan rangsangan genital selama 25 tahun, namun kemanjurannya
(PEDT) sampai sensasi subjektif high arousal belum teruji.

826 CDK-199/ vol. 39 no. 11, th. 2012


TINJAUAN PUSTAKA

Efek samping agen anestetik yang nyata Phosphodiesterase type 5 inhibitors 5. Angelica archangelica (Sinonim: Angelicas
adalah penis menjadi mati rasa (penile (Penghambat PDE5) fractus, Angelicae herba)
numbness), yang pada gilirannya memicu Sildenafil (50 mg sebelum bersenggama) 6. Avena sativa (Sinonim: green oats, wild oats,
hilangnya kemampuan untuk ereksi. meningkatkan rasa percaya diri, persepsi oatstraw)
tentang pengendalian ejakulasi, kepuasan 7. Azadirachta indica A. Juss. (Sinonim: Neem)
Terapi Obat (Farmakoterapi) seksual menyeluruh, menurunkan ambang 8. Chamaesyce hirta (L.) Millsp. (Sinonim:
Farmakoterapi merupakan dasar terapi ED kecemasan, mengurangi waktu refractory Euphorbia hirta, Euphorbia pilulifera, Euphorbia
primer. Terapi obat (klomipramin, sertralin, untuk mencapai ereksi kedua setelah capitata)
paroksetin, dan sildenafil) menghasilkan ejakulasi. 9. Chlorophytum borivilianum (Sinonim: safed
skor IELT yang lebih baik daripada terapi musli)
behavioural. Inhibitor PDE5 (seperti sildenafil) me- 10. Cornus officinalis (Sinonim: Shan Zhu Yu)
ningkatkan kadar nitric oxide sentral 11. Cuscuta chinensis
SSRIs (Selective serotonin reuptake (mengurangi dorongan simpatis) dan perifer 12. Elettaria Cardamomu (Sinonim: Cardamom,
inhibitors) (memicu dilatasi/pelebaran otot polos vas Chhoti elaichi)
Dosis paroksetin adalah 10–40 mg setiap hari deferen dan vesikula seminalis, “menghambat” 13. Epimedium sagittatum (Sinonim: horny
atau 20 mg 3–4 jam sebelum bersenggama, vasokonstriksi simpatis), sehingga mem- goat weed)
sertralin 25-200 mg setiap hari atau 50 mg 4-8 perpanjang IELT pada pria penderita ED. 14. Ficus racemosa L. (Sinonim: Gular)
jam sebelum bersenggama, dan fluoksetin Diukur dari garis dasar IELT pada 1 menit, IELT 15. Gynostemma Pentaphyllum (Sinonim:
10-60 mg. meningkat hingga 15 menit dengan sildenafil, Jiaogulan)
4 menit dengan clomipramine, 3 menit 16. Hibiscus rosa-sinensis L. (Sinonim: Joba-
Efek samping SSRI berupa: lelah, letih, dengan sertraline, 4 menit dengan paroxetine, phool)
menguap, mengantuk, mual, muntah, mulut dan 3 menit dengan teknik ‘pause-squeeze’. 17. Hygrophila auriculata (Sinonim:
kering, diare, berkeringat; biasanya ringan Talmakhana)
dan berangsur-angsur membaik setelah Obat Baru 18. Hypericum perforatum
2-3 minggu. Efek samping lainnya: libido Blokade adrenergik ED bertujuan menurunkan 19. Linum usitatissimum L. (Sinonim: Alsi)
berkurang, anorgasmia (tidak bisa orgasme), tonus simpatis saluran sperma sehingga 20. Morinda officinalis (Sinonim: Morindae sp,
anejaculation (tidak bisa berejakulasi), dan menunda atau memperlambat terjadinya Ba Ji Tian)
disfungsi ereksi (impotensi). Dapoksetin ejakulasi. 21. Myristica fragrans (Sinonim: buah pala,
merupakan SSRI berpotensi kuat. Biasa dipakai nutmeg, Jaiphal, Jatiphala, Madashauda)
1-3 jam sebelum bersenggama, dengan Tramadol merupakan golongan analgesik, 22. Nelumbo nucifera (Sinonim: Lotus)
dosis 30 dan 60 mg. Efek sampingnya: mual, bekerja sentral, yang memadukan 23. Rhizoma curculiginis (Sinonim: curculigo
mencret, sakit kepala, dan sensasi berputar. penggiatan (activation) reseptor opioid rhizome)
dan penghambatan re-uptake serotonin 24. Rhodiola rosea L. (sinonim: Sedum roseum,
Antidepresan trisiklik dan noradrenalin. Riset membuktikan obat golden root, roseroot)
Klomipramin dengan dosis 25–50 mg golongan alpha-1 adrenergic antagonists, yaitu 25. Schizandra chinensis (Sinonim: Schizandra
setiap hari atau 25 mg 4–24 jam sebelum terazosin, alfuzosin, dan juga tramadol efektif sphenanthe, Schizandra berry)
bersenggama. Penggunaan klomipramin mengatasi ED. Namun masih diperlukan riset 26. Sida cordifolia (Sinonim: Sida acuta, Bala)
3-5 jam sebelum bersenggama juga lanjutan. Hingga kini obat-obat ini belum 27. Sphaeranthus indicus L. (Sinonim: Mundi)
efektif. Kepuasan seksual kedua pasangan direkomendasikan. 28. Terminalia catappa L. (Sinonim: Indian
meningkat, terutama dengan dosis yang almond, ebelebo)
lebih tinggi. Pemberian klomipramin harian Herbal 29. Tribulus terrestris L. (Sinonim: Yellow Vine,
terbukti meningkatkan skor IELT lebih tinggi Terdapat herbal Cina yang berpotensi 30. Puncture Vine, Chhoti Gokhru, Goathead
daripada penggunaan harian SSRI (fluoksetin menghentikan ejakulasi dini. Herbal ini harus dan Caltrop)
atau sertralin), namun profil efek sampingnya digunakan dengan “pasangannya”, yaitu 31. Trigonella foenum-graecum (Sinonim:
juga meningkat. LongGu-MuLi, JinYingZi-QianShi. Beberapa Fenugreek)
herbal lainnya amat berpeluang diteliti lebih 32. Turnera diffusa (Sinonim: Damiana)
Efek samping meliputi: bibir kering, sulit buang lanjut karena berpotensi mengatasi ED, Withania somnifera Dunal (Sinonim:
air besar, merasa “berbeda”, mual, gangguan misalnya: Ashwagandha, Indian Ginseng)
tidur, lelah/letih, sensasi berputar dan sensasi 1. Abutilon indicum L. (Sinonim: Kanghi)
panas (hot flashes). 2. Acacia decurrens Ramuan herbal Muira puama dan Ginkgo biloba
3. Achyranthes aspera Linn. (Sinonim: Latjeera, telah diteliti pada 202 wanita dengan keluhan
Obat antidepresan, seperti nefazodon, Apamarg) hasrat seks yang rendah (low sex drive), 65%
sitalopram, dan fluvoksamin, tak bermanfaat 4. Agrimonia pilosa (Sinonim: Agrimonia spp., menunjukkan respons yang secara signifikan
untuk mengobati ED. Agrimony) lebih tinggi setelah memakai ramuan ini.30

CDK-199/ vol. 39 no. 11, th. 2012 827


TINJAUAN PUSTAKA

REFERENSI:
1. Bolte S. The Impact of Cancer and Its Treatment on the Sexual Self of Young Adult Cancer Survivors and as Compared to Their Healthy Peers. Dissertation. The Catholic University of
America. Washington, DC. 2010.
2. Brotto LA, Mehak L, Kit C. Yoga and Sexual Functioning: A Review. J. Sex & Marital Therapy 2009;35:378–90,
3. Carson C, Gunn K. Premature ejaculation: definition and prevalence. Int J Impot Res. 2006;18 (Suppl 1): S5–13.
4. Dass V. Ayurvedic Herbs for Male Reproductive Problems. Light on Ayurveda. J Health. Summer 2007.
5. Wespes E, Amar E, Eardley I, Giuliano F, Hatzichristou D, Hatzimouratidis K, et.al. Guidelines on Male Sexual Dysfunction: Erectile dysfunction and premature ejaculation. European Associa-
tion of Urology 2009.
6. Ebadi M. Pharmacodynamic Basis of Herbal Medicine. Taylor & Francis Group, LLC. CRC Press. USA. 2007; 552.
7. Falahatkar S, Asgari SA, Hosseini SH, Joafshani MA, Emadi SA, Khaledi F. Efficacy and Safety of Herbal Drug, Hypericum Perforatum in the Treatment of Premature Ejaculation. Journal of
Guilan University of Medical Sciences. 69: 53-8.
8. Gregory A. Broderick. Oral Pharmacotherapy for Male Sexual Dysfunction: A Guide to Clinical Management. 2005; 17;379-401.
9. Harahap R. Disfungsi Seksual pada Penderita Diabetes Mellitus Pria. Maj Kedokt Nusantara 2006;39(3): 176-9.
10. Hatzimouratidis K, Amar E, Eardley I, Giuliano F, Hatzichristou D, Montorsi F, et.al. Guidelines on Male Sexual Dysfunction: Erectile Dysfunction and Premature Ejaculation. Eur Urol
2010;57:804–14.
11. Jing-Nuan Wu. An Illustrated Chinese Materia Medica. Oxford University Press. New York. 2005:228.
12. Khan VA, Khan AA. Herbal folklores for male sexual disorders and debilities in western Uttar Pradesh. Indian J Traditional Knowledge.2005;4(3): 317-24.
13. Mayo Clinic. Premature ejaculation. Mayo Foundation for Medical Education and Research (MFMER). March 24, 2009. Cited from: http://www.mayoclinic.com/health/premature-ejacula-
tion/DS00578
14. McCarty EJ, Dinsmore WW. Premature ejaculation: treatment update. Int J STD AIDS 2010;21:77-81.
15. McMahon CG, Abdo C, Incrocci L, et al. Disorders of orgasm and ejaculation in men. J Sex Med. 2004;1(1):58-65.
16. Mills E, Dugoua JJ, Perri D, Koren G. Herbal Medicines in Pregnancy & Lactation: An Evidence-Based Approach. Taylor & Francis Group. UK. 2006.
17. Ministry of Health & Population (MOHP). Monograph for Herbal Medicinal Products. Central Administration of Pharmaceutical Affairs (CAPA) in collaboration with World Health Organiza-
tion (WHO). 2007: 16-8.
18. Palmer NR. Stuckey BGA. Premature ejaculation: a clinical update. MJA 2008; 188 (11): 662–6.
19. Park J, et al. Complementary and alternative medicine in men’s health. Journal of Men’s Health. 2008;5:305.
20. Patrick DL, Althof SE, Pryor JL, Rosen R, Rowland DL et al. Premature ejaculation: an observational study of men and their partners. J Sex Med 2005; 2:358-67.
21. Rahmatullah M, Mollik AH, Ali Azam ATM, Islam R, Chowdhury AM, Jahan R, et.al. Ethnobotanical Survey of the Santal Tribe Residing in Thakurgaon District, Bangladesh. Am-Eurasian J.
Sustain. Agric., 3(4): 889-98, 2009.
22. Ratnasooriya WD, Dharmasiri MG, Rajapakse RAS, De Silva MS, Jayawardena SPM, Fernando PUD, De Silva WN, Nawala AJMDNB, Warusawithana RPYT, Jayakody JRC, Digana PMCB. Tender
leaf extract of Terminalia catappa has antinociceptive activity in rats. Pharmaceutical Biol. 2002;40:60-6.
23. Sadock BJ. Abnormal sexuality and sexual dysfunctions. In: Sadock BJ, Sadock V,eds. Synopsis of Psychiatry, Philadelphia : Lippincott Williams & wilkins; 2003.
24. Saratikov AS, Krasnov EA. Chapter III: Stimulative properties of Rhodiola rosea. In: Saratikov AS, Krasnov EA, eds. Rhodiola rosea is a valuable medicinal plant (Golden Root). Tomsk, Russia:
Tomsk State University; 1987. p. 69-90.
25. Saratikov AS, Krasnov EA. Chapter VIII: Clinical studies of Rhodiola. In: Saratikov AS, Krasnov EA, eds. Rhodiola rosea is a valuable medicinal plant (Golden Root). Tomsk, Russia: Tomsk State
University Press; 1987. p. 216-27.
26. Siu-king MAK. Medical Treatment of Premature Ejaculation. Hong Kong Medical Diary, Medical Council of Hong Kong (MCHK). Medical Bull. 2009;14 (10).
27. Unny R, Chauhan AK, Joshi YC, Dobhal MP, Gupta RS. A review on potentiality of medicinal plants as the source of new contraceptive Principles. Phytomedicine 2003;10:233–60.
28. Waldinger MD. Advances in Treatment for Premature Ejaculation. Eur Urol Rev. 2008: 102-5.
29. Waldinger MD, Schweitzer DH. Changing paradigms from a historical DSM-III and DSM-IV view toward an evidence-based definition of premature ejaculation. Part II—Proposals for DSM-V
and ICD-11. J Sex Med. 2006;3:693–705.
30. Waynberg J, Brewer S. Effects of Herbal vX on libido and sexual activity in premenopausal and postmenopausal women. Adv Ther 2000; 17: 255-62.
31. WHO.The ICD-10 Classification of Mental and Behavioural Disorders: Diagnostic Criteria for Research, 1993.
32. WHO. International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems: Tenth Revision. Vol 1. Geneva: World Health Organization; 1992:355-6.
33. Wyllie MG, Hellstrom WJG. The link between penile hypersensitivity and premature ejaculation. BJU Int 2010:1-6.

828 CDK-199/ vol. 39 no. 11, th. 2012

Anda mungkin juga menyukai