Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PENGENDALIAN VEKTOR DAN RODENT DI PELABUHAN

(syarat menyelesaikan tugas Pengendalian vektor dan rodent)

Dosen Pengampu Misbahul Subhi,.S.KM,.M.KL

Oleh:

Chotimatus Kartika O. A. B (1509.13251.181)

Demianus (1509.13251.184)

Imam Hidayat (1509.13251.192)

Mahmud Muh. Abimanyu (1509.13251.194)

Maria Elwuar (1509.13251.195)

Yedida Oksenita Woli (1509.13251.208)

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN LINGKUNGAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN LINGKUNGAN

MALANG

2016

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha kuasa berkat berkah, rahmat dan
hidayahNya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berudul “Pengendalian
Vektor dan Rodent di Pelabuhan”. Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak
Misbahul Subhi, S.KM,. M.KL karena bimbingannya kami dapat menyelesaikan
makalah ini.

Makalah ini kami buat untuk menambah wawasan kepada pembaca


khususnya tenaga kerja dibagian pengendalian vektor dan rodent di pelabuhan.
Makalah ini juga bermanfaat bagi tenaga kerja di pelabuhan agar mengetahui
pengendalian vektor yang menggangu.

Makalah ini tidaklah sempurna oleh karena itu kami menghimbau bagi para
pembaca agar memberikan kritik dan saran yang membangun makalah ini demi
kelengkapan makalah ini.

Malang, Juni 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................. i

KATA PENGANTAR .............................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

1.1 Latar Belakang’ ................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 2
1.3 Tujuan Makalah .................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................... 3

2.1 Definisi Vektor ................................................................................... 3


2.2 Definisi Pelabuhan ............................................................................. 3

BAB III PEMBAHASAN ....................................................................... 4

3.1 Vektor dan Rodent di Pelabuhan ....................................................... 4


3.2 Penyakit yang disebabkan oleh Vektor dan Rodent........................... 7
3.3 Pengendalian dan pencegahan Vektor dan Rodent ............................ 8
3.4 Sanitasi Pelabuhan ............................................................................. 14

BAB III PENUTUP ................................................................................. 21

1.1 Kesimpulan ........................................................................................ 21


1.2 Saran .................................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelabuhan merupakan sebuah fasilitas diujung samudera, sungai, atau danau
untuk menerima kapal dan memindahkan barang kargo maupun penumpang
didalamnya. Secara umum pelabuahan memiliki empat fungsi, yaitu : gateway
(pintu gerbang), link (mata rantai), interface (antar muka) dan industry entity.
Gateway, pelabuhan berfungsi sebagai pintu yang dilalui orang dan barang
maupun keluar pelabuhan yang bersangkutan, disebut sebagai pintu karena
pelabuhan merupakan area resmi bagi lalu lintas perdagangan. Link, pelabuhan
berfungsi sebagai tempat pemindahan barang muatan antara moda transportasi
darat dan moda transportasi laut. Interface sebagai arus distribusi menggunakan
peralatan mekanis maupun non mekanis. Industry entity berfungsi sebagai zona
industry terkait dengan pelabuhan, diantaranya akan tumbuh perusahaan yang
bergerak dibidang pergudangan, turking dan lain-lain.
Pelabuhan menjadi salah satu pintu gerbang transformasi penyebaran
penyakit, yang mengancam era global saat ini, karena banyaknya penyakit
karantina, penyakit menular baru maupun penyakit menular lama yang timbul
karena berbagai kegiatan yang tidak memenuhi standar kesehatan yang ada. Hal
ini merupakan ancaman bagi segenap masyarakat yang melakukan aktivitas
disekitar pelabuhan atau didalam pelabuhan, penyakit yang ditularkan dapat
melalui vektor dan rodent yang berkembangbiak dipelabuhan.
Pengolahan sanitasi lingkungan pelabuhan merupakan kegiatan untuk
menciptakanlingkungan di wilayah pelabuahan sesuai standar, berwawasan
lingkungan dan berkelanjutan. Pengolahan pelabuhan dapat dilakukan dengan
tindakan pencegahan dan pengendalian vector dan rodent yang ada di pelabuhan
yang berperan sebagai reservoir atau sebagai tempat hidupnya agent pembawa
penyakit.

1
2

Dalam makalah ini akan dijelaskan bagaimana pengolahan pelabuhan


terkait pengendalian vector dan rodent di pelabuhan untuk meningkatkan
sanitasi di lingkungan pelabuhan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Vector dan rodent apa saja yang ada di pelabuhan ?
2. Bagaimana penyakit yang disebabkan oleh vector dan rodent di pelabuhan
?
3. Bagaimana tindakan pencegahan dan pengendalian vector dan rodent di
pelabuhan ?

1.3 Tujuan Makalah


1. Untuk mengetahui jenis vector dan rodent yang ada di pelabuhan !
2. Untuk mengetahui penyakit yang disebabkan oleh vector dan rodent di
pelabuhan !
3. Untuk mengetahui tindakan pencegahan dan pengendalian vector dan
rodent di pelabuhan !
BAB II

TINJAUAN TEORI

3.1 Definisi Vektor


Menurut WHO (2005), vektor adalah serangga atau hewan lain yang
biasanya membawa kuman penyakit yang merupakan suatu risiko bagi
kesehatan masyarakat.
Menurut Iskandar (1989), vektor adalah anthropoda yang dapat
memindahkan/menularkan suatu infectious agent dari sumber infeksi
kepada induk semang yang rentan. Sedangkan menurut Soemirat (2005),
keberadaan vektor penyakit dapat mempermudah penyebaran agent
penyakit. Hal ini menentukan bahwa masuknya agent baru ke dalam suatu
lingkungan akan merugikan kesehatan masyarakat setempat.

3.2 Definisi Rodent


Tikus adalah binatang yang ermasuk dalam ordo Rodentia, subordo
Myormorpha, Famili Muridae. Famili Muridae merupakan famili yang
dominan dari Rodentia karena mempunyai daya reproduksi yang tinggi,
pemakan segalah macam makanan dan mudah beradaptasi dengan
lingkungan yang diciptakan manusia
3.3 Definisi Pelabuhan

Pelabuhan adalah sebuah fasilitas di ujung samudera, sungai, atau


danau untuk menerima kapal dan memindahkan barang kargo maupun
penumpang ke dalamnya. Pelabuhan biasanya memiliki alat-alat yang
dirancang khusus untuk memuat dan membongkar muatan kapal-kapal yang
berlabu

3
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Vektor dan Rodent di Pelabuhan


Keberadaan vektor dan rodent di atas kapal dapat mempengaruhi
kondisi kesehatan para penumpang termasuk juga petugas dan anak buah
kapal (ABK) karena vektor dapat menularkan penyakit kepada manusia.
Berikut vektor dan rodent yang ada di pelabuhan
a. Kecoa
Vektor yang paling sering dijumpai di atas kapal adalah kecoa. Pada
umumnya kecoa merupakan binatang malam. Pada siang hari mereka
bersembunyi di dalam lubang atau celah-celah tersembunyi. Kecoa yang
menjadi permasalahan dalam kesehatan manusia adalah kecoa yang
sering berkembangbiak dan hidup di sekitar makhluk hidup yang sudah
mati. Aktivitas kecoa kebanyakan berkeliaran di dalam ruangan melewati
dinding, pipa-pipa atau tempat sanitasi. Kecoa dapat mengeluarkan zat
yang baunya tidak sedap sehingga kita dapat mendeteksi tempat
hidupnya. Jika dilihat dari kebiasaan dan tempat hidupnya, sangat
mungkin kecoa dapat menularkan penyakit pada manusia. Kuman
penyakit yang menempel pada tubuhnya yang dibawa dari tempat-tempat
yang kotor akan tertinggal atau menempel di tempat yang dia hinggapi.
Vektor jenis kecoa yang ada di atas kapal ini sering membawa
mikroorganisme seperti Salmonella, Entamoeba histolitica yaitu kuman
penyebab diare, typhoid/thypus, disentri, cholera dan virus hepatitis A.
Kecoa merupakan serangga yang hidup di dalam rumah, restoran,
hotel, rumah sakit, alat angkut, gudang, kantor, perpustakaan, dan lain-
lain. Serangga ini sangat dekat hidupnya dengan manusia, menyukai
bangunan yang hangat, lembab dan banyak terdapat makanan, hidupnya
berkelompok, dapat terbang aktif pada malam hari seperti di dapur,
tempat penyimpanan makanan, sampah, saluran-saluran air kotor.
Umumnya menghindari cahaya, siang hari bersembunyi di tempat gelap
dan sering bersembunyi di celah-celah. Serangga ini dikatakan

4
5

pengganggu karena mereka biasa hidup di tempat kotor dan dalam


keadaan tertentu mengeluarkan cairan yang berbau tidak sedap. Kecoa
mempunyai peranan yang cukup penting dalam penularan penyakit.
Peranan tersebut antara lain :
 Sebagai vektor mekanik bagi beberapa mikro organisme patogen.
 Sebagai inang perantara bagi beberapa spesies cacing.
 Menyebabkan timbulnya reaksi-reaksi alergi seperti dermatitis, gatal-
gatal dan pembengkakan pada kelopak mata (Aryatie, 2005).
b. Nyamuk
Berdasarkan tempat hidupnya dikenal 2 tingkatan: tingkatan dalam
air dan tingkatan diluar tempat berair. Jadi untuk kalangsungan hidupnya
sangat diperlukan air. Kemampuan hidup dalam air pada saat nyamuk
masih berupa telur, larva, dan kepompong, sedangkan setelah menjadi
nyamuk dewasa kehidupannya akan berada di luar air dan mampu
terbang setelah menghirup udara. Nyamuk betina hanya kawin 1 kali
selama hidupnya, setelah 24-28 jam keluar dari kepompong. Nyamuk
mencari darah siang dan malam hari dan ada yang mulai dari senja
sampai menjelang pagi. Nyamuk senang dengan darah manusia dan juga
darah hewan. Nyamuk mampu terbang antara 50 sampai 100 meter untuk
jenis Aedes Aegypti. Belkin (1945) dan Perry (1946), melaporkan bahwa
jarak terbang Anopheles Farauti lebih kurang 800 meter. Penyebaran
nyamuk secara aktif menyebar menurut kebiasaan terbangnya,
sedangkan secara pasif nyamuk terbawa angin atau kendaraan.
Kepadatan nyamuk dipengaruhi oleh topografi dan kesuburan daerah,
ada orang dan ternaknya untuk makanannya, ada kebun untuk
istirahatnya dan ada sumber air untuk berkembangbiaknya.
c. Lalat
Lalat dikatakan sebagai salah satu vektor penyakit karena
kegiatannya yang terbang ke berbagai tempat, termasuk tempat-tempat
yang kotor dan membawa patogen dari tempat - tempat tersebut,
menyebarkannya ke makanan manusia (penyebaran mekanis). Penyakit
yang dapat ditransmisikan oleh lalat umumnya berupa penyakit dengan
6

jenis food/waterborne seperti: Vibrio cholera, Salmonella typhi, dan


Shygella dysentriae. Lalat dewasa aktif sepanjang hari terutama pagi dan
sore, inaktif pada malam hari. Tertarik pada makanan manusia, darah dan
bangkai. Bagian mulut tidak dapat dipakai untuk menggigit atau
menusuk, hanya dapat menghisap barang-barang cair. Makanan hanya
dalam bentuk cairan, jika kering maka akan dibasahi oleh lidahnya baru
dihisap, makan paling sedikit 2-3 kali. Sehari, makanan sering
dimuntahkan kembali, tanpa air lalat hanya hidup 48 jam.
d. Tikus
Lingkungan manusia sangat disenangi oleh tikus, ada 2 (dua) hal
menarik yakni tersedianya makanan dan tempat istirahat, bermain-main
maupun bersarang. Namun apabila tidak ada makanan pastilah akan
semakin tidak disenangi dan mereka akan segera meninggalkan tempat
tersebut. Kemampuan fisik tikus yaitu menggali lubang dalam tanah di
luar dan atau di dalam rumah sebagai tempat bersarang, biasanya
berbentuk mangkuk berdiameter lebih kurang 20 cm. Memiliki
kemampuan memanjat pohon, bangunan atau tempat tinggi yang sangat
baik, bahkan dapat memanjat vertikal di dalam pipa yang berukuran 3
inch. Memiliki kemampuan meloncat setinggi 60 cm, sejauh kurang lebih
40 cm dan dari ketinggian 5 meter tikus juga dapat meloncat ke bawah.
Mempunyai kebiasaan menggigit dan mengerat kayu, papan, bahan
makanan, pembungkus barang. Tujuan menggigit dan mengerat barang
adalah untuk menjaga agar gigi tidak terlalu panjang. Dapat menyelam
selama 30 detik, suhu air yang rendah tidak memengaruhi kemampuan
tikus untuk berenang. Disamping kemampuan fisik, tikus juga memiliki
kemampuan indera, antara lain: penglihatan, penciuman, pendengaran,
perasa dan peraba. Untuk mengetahui ada tidaknya tikus antara lain:
Dropping, Runways, Growing, Borrow, bau, tikus hidup dan
ditemukannya bangkai tikus (M. Hidayatsyah, 2012).
7

3.2 Penyakit yang disebabkan vektor dan rodent


Vector dan rodent berperan sebagai reservoir yang membawa agen
penyakit dan menularkan pada manusia melalui gigitan, inhalasi dan oral
melalui pencemaran pada makanana. Adapun vector dan rodent yang sering
ditemui di pelabuhan adalah tikus, kecoa dan nyamuk.
Tikus dikenal sebagai reservoir untuk agent penyakit pes dan
leptospirosis. Penyakit pes disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis yang
hidup dalam pinjal tikus(Xenopsylla cheopis) dan menular pada manusia
melalui gigitan pinjal tikus yang menyerang sistem limfe tubuh,
menyebabkan pembesaran kelenjar, panas tinggi, sakit kepala muntah dan
nyeri pada persendian. Leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan
oleh bakteri Leptospira yang terdapat pada kencing tikus, gejala yang
ditimbulkan adalah demam akut atau tanpa sakit kepala disertai nyeri otot,
lemah (malaise).
Kecoa merupakan vector mekanik yang dapat memindahkan
beberapa mikroorganisme pathogen antara lain Stertococcus, Salmonella
yang berperan dalam penyebab penyakit antara lain, Disentri, Diare,
Cholera, Virus Hepatitis A . penularan penyakit dapat terjadi melalui
organisme pathogen sebagai bibit penyakit yang terdapat pada sampah atau
sisa makanan, dimana organisme tersebut terbawah oleh kaki atau bagian
tubuh lainnya dari kecoa, kemudian melalui organ tubuh kecoa, organisme
sebagai bibit penyakit tersebut mengkontaminasi makanan.
Penyebaran penyakit inveksi melalui vector serangga khususnya
nyamuk hampir dijumpai di semua tempat. Penyakit ditularkan melalui
gigitan. Menurut beberapa penelitian sebelumnya yang telah dilakukan
nyamuk yang biasanya hidup di pelabuhan adalah Aedes spp yang
membawa agen virus yang menyebabkan penyakit DBD, Chikungunya,
Demam kuning dan Zika.
8

3.3 Pencegahan, Pengendalian vektor dan Roded


1. Pengendalian Tikus di Pelabuhan
a. Pengendalian Tikus di Pelabuhan
Dilaksanakan di daerah perimeter pelabuhan dengan teknik
pemasangan perangkap, baik perangkap hidup (cage trap) maupun
perangkap mati (back break trap) dengan memelihara predator,
memberikan poisoning (rodentisida) dan local fumigasi (dengan
Posphine). Untuk pengendalian tikus di pelabuhan yang dilakukan
ialah mengenali tanda kehidupan tikus, perbaikan sanitasi
lingkungan, rat proofing, pemasangan perangkap (trapping),
peracunan (poisoining), untuk lebih jelasnya akan dibahas satu-
persatu.
b. Mengenali Tanda Kehidupan Tikus
Keberadaan tikus dapat dideteksi dengan beberapa cara,
yang paling umum adalah adanya kerusakan barang atau alat.
Tanda-tanda berikut merupakan penilaian adanya kehidupan tikus
yaitu:

1) Gnawing (bekas gigitan)


2) Burrows (galian /lubang tanah)
3) Dropping (kotoran tikus)
4) Runways (jalan tikus)
5) Foot print (bekas telapak kaki)

Tanda lain : Adanya bau tikus, bekas urine dan kotoran tikus,
suara, bangkai tikus.

c. Perbaikan Sanitasi Lingkungan


Tujuan dari perbaikan sanitasi lingkungan adalah
menciptakan lingkungan yang tidak favourable untuk kehidupan
tikus. Dalam pelaksanaannya dapat ditempuh dengan:
1) Menyimpan semua makanan atau bahan makanan dengan rapi
ditempat yang kedap tikus.
9

2) Menampung sampah dan sisa makanan ditempat sampah yang


terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan,
bertutup rapi dan terpelihara dengan baik.
3) Tempat sampah tersebut hendaknya diletakkan di atas fondasi
beton atau semen, rak atau tonggak.
4) Sampah harus selalu diangkut secara rutin minimal sekali
sehari.
5) Meningkatkan sanitasi tempat penyimpanan barang/alat
sehingga tidak dapat dipergunakan tikus untuk berlindung atau
bersarang.
d. Rat Proofing
Upaya rat proofing bertujuan untuk mencegah masuk dan
keluarnya tikus dalam ruangan serta mencegah tikus bersarang di
bangunan tersebut. Upaya rat proofing dapat ditempuh dengan jalan
1) Membuat fondasi, lantai dan dinding bangunan terbu at dari
bahan yang kuat, dan tidak ditembus oleh tikus.
2) Lantai hendaknya terbuat dari bahan beton minimal 10 cm.
3) Dinding dari batu bata atau beton dengan tidak ada keretakan
atau celah yang dapat dilalui oleh tikus.
4) Semua pintu dan dinding yang dapat ditem bus oleh tikus
(dengan gigitannya), dilapisi plat logam hingga sekurang -
kurangnya 30 cm dari lantai. Celah antara pintu dan lantai
maksimal 6 mm.
5) Semua lubang atau celah yang ukurannya lebih dari 6 mm, harus
ditutup dengan adukan semen.
6) Lubang ventilasi hendaknya ditutup dengan kawat kasa yang
kuat dengan ukuran lubang maksimal 6 mm.
e. Pemasangan Perangkap (Trapping)
Macam perangkap tikus yang beredar di pasaran adalah jenis
snap/guillotine dan cage trap. Jenis cage trap digunakan untuk
mendapatkan tikus hidup, guna diteliti pinjalnya. Biasanya
perangkap diletakkan di tempat jalan tikus atau di tepi bangunan.
10

Pemasanga perangkap lebih efektif digunakan setelah dilakukan


poisoning, dimana tikus yang tidak mati karena poisoning, dapat
ditangkap dengan perangkap.
f. Peracunan (Poisoning)
Pada umumnya peracunan dapat dilakukan apabila tidak
membahayakan manusia ataupun binatang peliharaan. Racun tikus
terbagi menjadi dua golongan, yaitu single dose poison dan multiple
dose poison. Racun tikus yang biasa digunakan adalah arsen,
strychnine, phospor, zinkphosphide, redsquill, barium karbonat,
atau senyawa yang mengandung salah satu atau lebih
Termasuk didalamnya rodentisida yang relatif lebih baru yaitu
1080 (ten eighty), Antu, Warfarin, dan Pival.
1) Warfarin dan Pival.
Merupakan umpan padat dengan warficida dan/atau pivalin
yang berupa cairan, mempunyai pengaruh keracunan yang khas
pada tikus. Sifat racun ini adalah anti coagulants, apabila ditelan
dengan interval waktu beberapa hari, menyebabkan perdarahan
dalam dan mengakibatkan kematian. Biasanya tikus mati dalam
4 sampai 7 hari setelah makan racun dengan dosis yang adekuat.
Efek toksik lebih lambat dibandingkan 1080, Antu, Redsquill ,
dan racun tikus lainnya. Dengan cara kerja yang lambat ini,
tidak terjadi penolakan terhadap bahan oleh tikus, sehingga
tikus akan memakan bahan ini hingga habis sampai mereka
mati. Walaupun cara kerja anti koagulan dari Warfarin dan Pival
juga berlaku untuk binatang berdarah panas termasuk manusia,
tetapi racun ini dianggap tidak berbahaya seperti racun lainnya
karena tersedi a antidotenya, yaitu vitamin D yang mudah
didapat. Dosis yang dipakai biasanya 0,5% dengan umpan
tepung jagung, havermout, tepung roti, tepung kacang, gula,
jagung, dan minyak kacang.
11

2) Red Squill
Racun ini relatif aman terhadap manusia, kucing dan anjing.
Bahan red squill adalah "a natural emetic" yang bila termakan
oleh sebagian besar binatang berdarah panas atau manusia,
mengakibatkan muntah yang segera dan pengosongan bahan
racun. Kerja emetic dari red squill ini menjadikan racun khusus
bagi tikus jenis Norway (Ratus Norvegicus) berhubung jenis
tikus ini tidak bisa muntah. Umpan red squill terasa pahit, dan
kelemahannya adalah menimbulkan penolakan diantara tikus
dan beberapa jenis tikus selalu menghindari umpan yang berisi
red squill, terutaman apabila mereka tahu pengaruh racun red
squill terhadap tikus lainnya.
3) 1080 (Ten Eighty)
1080 adalah nama umum untuk Natrium Fluoro Acetat,
merupakan racun tikus yang sangat efektif. Kelemahannya
adalah terlalu beracun terhadap manusia dan binatang
peliharaan serta tidak adanya antidotenya. Oleh karenanya
hanya direkomendasikan khusus bagi pekerja yang terlatih dan
bertanggung jawab. Racun ini dilarang dipergunakan di daerah
perumahan/pemukiman karena efek racunnya yang sangat
toksik.
4) Antu (Alpha Naphthyl Thio Urea)
Nama kimia dari Antu adalah Alpha Naphthyl Thio Urea
merupakan racun yang efektif untuk Norway rats, tetapi tidak
dianjurkan untuk jenis tikus lainnya. Kelemahan dari Antu
adalah cepatnya terjadi toleransi oleh tikus yang makan kurang
dari dosis yang adekuat. Oleh karenanya Antu tidak dapat
digunakan untuk interval kurang dari 4 sampai 6 bulan di tempat
yang sama.
12

2. Pengendalian Kecoa di Pelabuhan


a. Pengendalian kecoa di Pelabuhan
Cara pengendalian kecoa dilakukan dengan pemantauan dan
pemberantasan. Pemantauan kecoa dilakukan untuk mengetahui
keberadaan kecoa di lingkungan pelabuhan dengan melihat tanda-
tanda sebagai berikut :
1) Terdapat kotoran dan kapsul telur (ootheca)
2) Terdapat kecoa dewasa (mati/hidup) di seluruh ruangan.

Metode pengendalian kecoa dapat dibagi menjadi 2 kegiatan, yaitu :

1) Pengendalian secara lingkungan


Dilaksanakan melalui berbagai kegiatan, misalnya :
 Pengaturan pembuangan kotoran manusia
 Pembuangan sampah terutama sampah basah atau sampah
dampur
 Menyimpan bahan dan makanan jadi pada tempat-tempat
tertutup yang tidak dimasuki oleh kecoa
 Menutup celah-celah yang terdapat di seluruh ruangan
dapur, sehingga tidak menjadi tempat berkembangbiaknya
kecoa.
 Mencegah sisa-sisa makanan diberbagai tempa.
 Kamar mandi atau toilet selalu dibersihkan dan dalam
keadaan tidak lembab
 Menciptakan kondisi lingkungan yang bersih sehingga kecoa
dan serangga lain tidak akan berada di lingkungan
pelabuhan.
2) Pengendalian secara kimia
Pengendalian kecoa dengan menggunakan bahan kimia
merupakan upaya tambahan apabila cara lain belum dapat
mengatasinya. Pemakaian bahan kimia digunakan apabila
benar-benar dalam keadaan mendesak, yaitu pada saat populasi
13

kecoa sangat tinggi dan menimbulkan masalah serius. Ada 3


bagian dalam pengendalian secara kimia, antara lain :
 Pengendalian dengan bahan beracun untuk membunuh
kecoa atau serangga lain (insektisida)
 Bahan kimia yang mempunyai sifat menolak (repellent)
 Bahan kimia yang mempunyai sifat menarik (attractant)
3. Pengendalian Nyamuk di pelabuhan
a. Pengendalian Nyamuk di Pelabuhan
Metode pengendalian nyamuk terdiri dari :
1) Pemantauan Stadium telur
Kegiatannya adalah jika infestasi aedes di area pengawasan
(perimeter dan buffer) rendah (Container Index = 0%) atau
sudah ditemukan larva, maka dilakukan pemasangan ovitrap
(perangkap telur). Dengan alasan ini ovitrap digunakan sebagai
kegiatan pengamatan aedes.
2) Pemantauan Stadium Larva
Pemantauan stadium larva dibagi menjadi perimeter area.
3) Pemantauan stadium nyamuk dewasa
Pemantauan stadium ini untuk menentukan kepadatan
nyamuk menggunakan cara :
 Landing rate atau bitting rate, yaitu dengan memakai umpan
badan minimal 3 orang selama 3 jam berturut-turut untuk
memberikan dirinya dihinggapi/digigit nyamuk.
 Resting Collections, biasanya setelah nyamuk dewasa
menghisap darah. Dengan sendirinya hinggap pada benda
yang terlindung/tempat gelap. Seperti tempat pakaian
gantung. Pada saat nyamuk hinggap atau beristirahat
kegiatan penangkapan dilakukan dengan menggunakan
aspirator.
4) Pengendalian larva
Menggunakan insektisida dalam bentuk sand granula 1%
atau disebut Temephos dan altosid. Zat dimasukkan kedalam air
14

akan memberikan kadar larvasida 1 ppm (part per milions), jika


dalam penggunaan/pemberian larvasida sudah diukur volume
container yang berisi air. Siklus pemberian larvasida tergantung
hasil pengamatan jentik. Reinfestasi di suatuu area dapat terjadi
karena :
 Larvasida dalam container telah kehilangan daya bunuhnya.
 Infestasi container yang belum diberi larvasida oleh petugas
atau adanya container baru.
5) Pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
Suatu upaya intervensi nyamuk berdasarkan Prinsip Sanitasi
Lingkungan dan penyuluhan kesehatan dan yang paling terakhir
ialah dengan menggunakan bahan kimia
4. Pengendalian Lalat di Pelabuhan
a. Pengendalian Lalat di Pelabuhan
1) Sanitasi
2) Penghalang Fisik
3) Perangkam Lem
4) Perangkap Umpan
5) Perangkap Cahaya

3.4 Sanitasi di Pelabuhan


a. Pelabuhan
Pelabuhan laut yaitu tempat yang terdiri dari daratan dan perairan
disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan
pemerintah dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat
kegiatan pemerintah dan kagiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai
tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan/atau
bongkar muat barang dan dilengkapi dengan fasilitas keselamatan
pelayaran (Permenhub Nomor 21, 2007)
Pelabuhan sebagai pintu gerbang transformasi penyebaran penyakit
juga merupakan ancaman global terhadap kesehatan masyarakat karena
adanya penyakit karantina, penyakit menular baru (new emerging
15

diseases), maupun penyakit menular lama yang timbul kembali (re-


emerging diseases) juga mempunyai implikasi besar dan faktor risiko
potensial dalam penyebaran penyakit (Sutrisno, 2008).
Selain sarana transportasi darat, masyarakat juga menggunakan sarana
transportasi air untuk berpergian. Sarana tersebut tentunya memerlukan
tempat untuk transit atau singgah, dalam hal ini terminal (pelabuhan).
Karena pelabuhan juga menjadi tempat berkumpulnya orang banyak,
sanitasi dan kebersihannya perlu diperhatikan.
b. Fasilitas Pelabuhan
Secara umum yang dimaksud sebagai fasilitas bangunan pelabuhan
adalah suluruh bangunan / konstruksi yang berada dalam daerah kerja
suatu pelabuhan baik itu di darat maupun di laut yang merupakan saran
pendukung guna memperlancar jalannya kegiatan yang ada dalam
pelabuhan (Nuryoso, 2012).
Sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 61 Tahun
2006 tentang kepelabuhan dalam bab III pasal 22 merupakan daerah yang
digunakan untuk :
1) Fasilitas pokok pelabuhan yang meliputi :
 Alih muat antar kapal
 Dermaga
 Terminal penumpang
 Pergudangan
 Lapangan penumpukan
 Terminal peti emas, curah cair, curah kering dan RO-RO
 Perkantoran untuk kegiatan pemerintahan dan pelayanan jasa
 Fasilitas bunker
 Instalasi air, listrik dan telekomonikasi
 Jaringan jalan dan rel kereta api
 Fasilitas pemadam kebakaran
 Tempat tunggu kendaraan bermotor
 Perairan tempat labuh
 Kolam labuh
16

2) Fasilitas penunjang pelabuhan yang meliputi :


 Kawasan perkantoran untuk mengguna jasa pelabuhan;
 Sarana umum;
 Tempat penampungan limbah
 Fasilitas pariwisata, pos, dan telekomunikasi;
 Fasilitas perhotelan dan restoran
 Areal pengembangan pelabuha
 Kawasan perdaganga
 Kawasan industri.
c. Sanitasi Lingkungan Pelabuhan
Sanitasi lingkungan pelabuhan merupakan kegiatan menyeluruh
dalam perencanaan, pengorganiasasian, pelaksanaan dan pengawasan
pada aspek sanitasi lingkungan pelabuhan. Kegiatan ini dimaksudkan
sebagai upaya pencegahan penyakit menular dengan cara meniadakan
atau menekan sekecil mungkin faktor lingkungan yang dapat
menimbulkan pengaruh buruk (faktor risiko) di dalam kapal dan wilayah
pelabuhan sehingga tidak menjadi sumber penularan penyakit (Sutrisno,
2008).
d. Fasilitas Sanitasi Pelabuhan
Fasilitas sanitasi pelabuhan merupakan fasilitas fisik bangunan dan
perlengkapannya digunakan untuk mengendalikan faktor-faktor
lingkungan yang dapat merugikan kesehatan manusia, antara lain : sarana
air bersih, jamban, peturasan, saluran air limbah, tempat cuci tangan, bak
sampah, kamar mandi, locker, peralatan pencegahan terhadap serangga
dan tikus serta peralatan kebersihan ( Elvionita, 2012).
e. Aspek Dalam Upaya Kegiatan dan Bidang Pengawasannya
Lingkungan pelabuhan merupakan tempat-tempat umum adalah
tempat kegiatan bagi umum yang mempunyai tempat, sarana dan
kegiatan tetap, diselenggarakan oleh badan pemerintah, swasta, dan atau
perorangan yang dipergunakan langsung oleh masyarakat. Untuk dapat
melakukan kegiatan sanitasi tempat-tempat umum secara lengkap harus
ditinjau melalui tiga aspek pendekatan yaitu aspek teknis yang meliputi
17

persyaratan dan peraturan mengenai tempat umum tersebut dan


keterkaitannya dengan fasilitas sanitasi dasar. Aspek sosial diantaranya
adalah ekonomi dan sosial budaya dan aspek administrasi dan
manajemen diantaranya adalah pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen
dengan baik (Sutrisno, 2008)
Pada umumnya di dalam penerapan usaha sanitasi lingkungan
pelabuhan dibutuhkan pendekatan terhadap aspek sosial. Dalam
pendekatan aspek sosial diperlukan penguasaan pengetahuan antara lain
tentang kebiasaan hidup, adat istiadat, kebudayaan, keadaan ekonomi,
kepercayaan, komunikasi dan motivasi.
Upaya pelaksanaan pengelolaan sanitasi Pelabuhan dilakukan oleh
pengelolahdan masyarakat pelabuhan dan selalu dipantau serta dilakukan
pengawasan oleh PT.(Persero) Pelindo, KKP dan mayarakat. Dalam
penyelenggaraan sanitasi pelabuhan harus dipertimbangkan fungsi-
fungsi manajemen yang meliputi perencanaan (Planning),
pengorganisasian (Organizing), penggerakan (Actuating) serta unsur
pengawasan (Controlling) yang baik. Upaya ini diarahkan pada ruang
lingkup dalam pengelolaan sarana sanitasi lingkungan pelabuhan
diantaranya: Penyediaan air bersih, pembuangan air limbah, kamar
mandi/WC dan penyediaan tempat sampah serta sumber pencemaran,
dan pengendalian vektor dan binatang penular penyakit.
Pelabuhan memiliki berbagai kegiatan yang sangat penting. Salah satu
hal utama dalam bidang sosial, pelabuhan bisa dimanfaatkan sebagai
tempat untuk memperoleh akses jalur transportasi dari satu pulau ke
pulau yang lainnya maupun dari satu negara ke negara yang lain. Dapat
dimungkinkan dari kegiatan tersebut, lingkungan pelabuhan akan
tercemar dengan mudah baik karena aktifitas manusia maupun karena
faktor alam atau dari lingkungan itu sendiri.
Kondisi lingkungan yang telah tercemar dapat menimbulkan berbagai
gangguan kesehatan terutama kepada masyarakat yang sering mengakses
pelabuhan. Apabila hal ini dibiarkan terus menerus maka akan terjadi
permasalahan kesehatan yang cukup serius dimana wilayah pelabuhan
18

yang merupakan titik awal kegiatan sosial lintas pulau dan negara
akandapat memperluas penyebaran penyakit dari lingkungan pelabuhan
itu, baik dari satu pulau ke pulau, dari satu negara ke negara yang lain
maupun dari wilayah pelabuhan ke daerah daratan di pulau tersebut.
f. Aspek Penilaian Sanitasi Pelabuhan
Adapun hal-hal atau aspek yang merupakan komponen penting dalam
suatu penilaian pelabuhan yakni sebagai berikut :
1) Hygiene Sanitasi Gedung dan Bangunan Umum Di Pelabuhan
Pengawasan Hygiene gedung dan bangunan umum di
pelabuhan adalah pengawasan kondisi dari komponen atau bagian-
bagian bangunan serta fasilitas pendukungnya yang ada dipelabuhan
dari kemungkinan timbulnya masalah kesehatan mulai dari kondisi
fisik bangunan gedung dan halamannya, penanganan sampah,
sarana pembuangan air limbah, vektor, prilaku dan lain sebagainya.
Pengawasan Hygiene gedung dan bangunan pelabuhan dilakukan
secara rutin setiap satu bulan sekali dan dilakukan apabila terjadi
KLB (Kepmenkes RI Nomor 431, 2007).
2) Penyediaan Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-
hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
diminum apabila telah dimasak (Permenkes Nomor 416, 1990).
Pengawasan penyediaan air bersih adalah pengawasan terhadap
sarana penyediaan air bersih, kualitas air (fisik, kimia, bakteriologi).
Sumber air bersih berasal dari PDAM.
Penyediaan air bersih adalah upaya pemenuhan kebutuhan air
didaerah pelabuhan, dengan cara menampung air dari PDAM ke
dalam bak penampungan/ tandon khusus untuk
kemudian disupplay dengan sistem perpipaan menuju kapal,
perkantoran, dan keperluan lain dalam kegiatan didaerah pelabuhan.
Pengawasan terhadap sarana penyediaan air minum juga perlu
dilakukan mulai dari sumber, distribusi hingga ke konsumen yang
meliputi kondisi, pemeliharaan, perbaikan (bila tidak memenuhi
19

standar, serta pengawasan dan penyuluhan tentang cara-


carasupplay air minum yang hygienis dan sanitair.
3) Pengendalian Pencemaran
Pengendalian pencemaran adalah upaya pengawasan yang
dilakukan terhadap sumber pencemar yang ada diwilayah
pelabuhan. Umumnya jenis dan sumber sampah dipelabuhan terdiri
dari : sampah domestik (domestic waste),sampah
komersil (commercial waste) dan sampah dari aktivitas perkantoran
dan sejenisnya. Sampah yang dihasilkan dari kapal dipisahkan
(sampah organik dan non-organik) didalam kantong plastik untuk
kemudian diturunkan di dermaga dan langsung di angkut dengan
gerobak sampah. Bak pengumpulan sampah harus memenuhi
ketentuan persyaratan, sehingga apabila terjadi keterlambatan dalam
proses pengangkutan, maka tidak mengganggu lingkungan maupu
kesehatan pada umumnya.
4) Pengawasan pengelolaan
Pada limbah cairnya dilakukan mulai dari sumber,
pengaliran, pengangkutan, penampungan sementara, pengolahan
limbah cair. Air merupakan salah satu kebutuhan primer manusia.
Akibat adanya pemakaian air dipelabuhan dan alat-alat transpor,
terjadilah produksi air kotor yang perlu mendapat penyaluran
sebaik-baiknya agar tidak mennganggu pemandangan, tidak
menimbulkan bau busuk, tidak merupakan potential health hazard,
tidak menjadi sarang nyamuk atau vektor lainnya. Di upayakan ada
sistem pembuangan air kotor dan IPAL yang memenuhi syarat.
5) Pengendalian Vektor dan Binatang Penular Penyakit
Pengendalian vektor dan binatang penular penyakit adalah
upaya yang dilakukan petugas sanitasi melalui pengamatan dan
pengendalian. Tujuannya untuk menurunkan populasi atau
melenyapkan vektor binatang penular penyakit melalui pengamatan
dan pemberantasan penyakit yang ditularkan oleh vektor dan
binatang penular penyakit didaerah pelabuhan. Jenis pengendalian
20

vektor dan binatang penular penyakit yang dilakukan


dengan pemberantasan nyamuk, pemberantasan tikus dan pinjal,
pemberantasan lalat dan kecoa, dan fumigasi.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Vektor adalah serangga yang membawa agent penyebab penyakit,
di pelabuhan ada beberapa vektor pembawa penyakit yaitu Lalat, Nyamuk
dan Kecoa. Rodent adalah binatang pengerat yang menggangu kehidupan
manusia, di pelabuhan ada beberapa rodent yaitu tikus
Dari beberapa vektor dan rodent yang berada di pelabuhan ini juga
dapat menimbulkan penyakit terhadap pegawai di pelabuhan tersebut
diantaranya lalat secara umum dapa menyebabkan gangguan saluran
pencernaan, nyamuk secara umum dapat menimbulkan penyakit DBD,
Cikungunya, Malaria dll, Kecoa dapat menimbulkan disentri, kolera dll,
serta tikus dapat menimbulkan penyakit PES, pembesaran kelenjar, panas
tinggi, sakit kepala muntah dan nyeri pada persendian, leptospirosis.
Vektor dan Rodent ini perlu di lakukan tidak pengendalian dan
pencegahan agar pekerja di pelabuhan dapat memaksimalkan kinerjanya.
Tikus dapat dikendalikan dengan perbaikan sanitasi, Rat Proofing,
Pemasangan Perangkap (Trapping), Peracunan (Poisoning). Kecoa dapat
dikendalikan dengan cara pengendalian secara lingkungan dan secara kimia.
Lalat dapat dikendalikan dengan cara Sanitasi penghalang Fisik, perangkam
Lem, perangkap Umpan, perangkap Cahaya. Nyamuk dapat dikendalika
dengan cara pemantauan stadium telur, pemantauan stadium larva,
pemantauan stadium jentik, pemantauan stadium nyamuk dewasa,
pengendalian larva serta pemberantasan nyamuk dewasa.

4.2 Saran
Sebaiknya didalam pelabuhan ada pegawai yang khusus
menangani kasus tentang pengendalian vektor dan rodent agar menunjang
aktifitas seerta meningkatkan kualitas manusia dan lingkunagn di
pelabuhan

21
22

Sanitasi yang benar dan memenuhi standar serta peraturan yang


ada juga dapat mencegah beberapa vektor dan rodent memasuki sebuah
pelabuhan sehingga tercipta lingkungan yang baik, aman dan bersih.
DAFTAR PUSTAKA

Aryatie, 2005. Pentingnya Pemeliharaan Kebersihan dan Kesehatan di Atas Kapal


dari Vektor Kecoa, SHE-C Division, Jakarta.
Budiarty Indah Tri. 2012. Gambaran Manajemen Pengendalian Vector di Bandara
Soekarno Hatta.

Hanang, S., 2005. jurnal kesehatan lingkungan (Pengendalian Rodent, Suatu


Tindakan Karantina) vol. 2, no.56 1, juli 2005 : 53 – 66.

M. Hidayatsyah. 2012. Pengaruh Faktor Risiko Terhadap Keberadaan Vektor


Penyakit Di Kapal Pada Pelabuhan Tembilahan. Tesis. Universitas
Sumatera Utara
Soemirat. J. S. 2005. Epidemiologi Lingkungan Yogyakarta : Gajah Mada.
University Press

Sutrisno., 2008. Kajian Manajemen Dalam Pelaksanaan Sanitasi Lingkungan di


Pelabuhan Pontianak. UNDIP Semarang.

World Health Organization. 2005. Guidelines for Laboratory and Field Testing of
Mosquito Larvicides. World Organization Geneva

23

Anda mungkin juga menyukai