tp
://
w
w
w
.b
ps
.go
.id
ht
tp:
//w
w
w
.b
ps
.g
o.
id
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
p:
ISSN : 2086-2369
No. Publikasi : 07310.1702
Katalog : 4102002
Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm
Jumlah Halaman : xii + 132 halaman
Naskah : Subdirektorat Analisis Statistik
Gambar Kulit : Subdirektorat Analisis Statistik
Diterbitkan oleh : ªBadan Pusat Statistik
Dicetak oleh : CV Nario Sari
Tim Laporan
w
Pengarah
//w
Sri Soelistyowati
Sentot Bangun Widoyono
p:
Editor
t
ht
Iswadi
Yoyo Karyono
Penulis
Adi Nugroho
Pengolah Data
Adi Nugroho
Dina Nur Rahmawati
Nur Putri Cahyo Utami
Desain Kulit
Adi Nugroho
id
peningkatan kapasitas dasar penduduk.
o.
Capaian pembangunan manusia pada tahun 2015-2016 menunjukkan
.g
peningkatan yang cukup berarti. Namun demikian, pencapaian dan kemajuan
ps
tersebut masih menyisakan pekerjaan dan tugas yang tidak ringan karena
masih relatif tingginya ketimpangan pencapaian pembangunan antardaerah.
.b
rujukan. Ucapan terima kasih dan apresiasi kami sampaikan kepada semua
pihak yang telah memberikan saran dan masukan untuk perbaikan publikasi
ini.
t p:
ht
Dr. Suhariyanto
1
Bab 7 Konsep Dasar Pembangunan Manusia
9 Pengukuran Pembangunan Manusia
10 Pertumbuhan Ekonomi atau Pembangunan Manusia yang
id
Harus Didahulukan?
12 Pembangunan Manusia: Tak Pernah Sepi Isu
o.
Potret Pembangunan Manusia .g
ps
2
Bab 19 Indonesia di Jajaran ASEAN
21 Status Pembangunan Manusia Indonesia
.b
3
Bab 43 Capaian dan Tantangan Bidang Pendidikan
49 Capaian dan Tantangan Bidang Kesehatan
p:
4
Bab 61 Ketimpangan Antarindividu
64 Ketimpangan Gender
67 Ketimpangan Antardimensi
68 Ketimpangan Antarwilayah
91 Daftar Pustaka
95 Lampiran
127 Catatan Teknis
id
(2015-2016)........................................................................................... 39
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
t p:
ht
id
Gambar 2.7 Pengeluaran per Kapita yang Disesuaikan Indonesia,
o.
2010-2016 (Ribu Rupiah/Tahun)............................................. 25
Gambar 2.8 Provinsi dengan Pertumbuhan Tertinggi dan
.g
Terendah, 2015-2016.................................................................. 26
ps
Gambar 2.9 Peta IPM Provinsi di Indonesia, 2016.................................... 28
Gambar 2.10 Peta Angka Harapan Hidup saat Lahir Menurut
.b
(tahun).............................................................................................. 31
w
id
Gambar 4.5 Gender Inequality Index (GII) di Indonesia, 2000-2016..... 66
Gambar 4.6 Perkembangan Indeks Dimensi Pembangunan
o.
Manusia di Indonesia, 2010-2016.......................................... 67
.g
Gambar 4.7 Perkembangan Standar Deviasi Indeks Dimensi
Pembangunan Manusia di Indonesia, 2010-2016............ 68
ps
Gambar 4.8 Persentase Penolong Persalinan Terakhir oleh Dokter
dan Bidan di Indonesia, 2016................................................... 69
.b
id
2016.................................................................................................. 88
Gambar 4.29 Stasus IPM Indonesia Menurut Kawasan Barat dan
o.
Timur, 2016..................................................................................... 89
.g
ps
.b
w
w
//w
t p:
ht
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
t p:
ht
id
Konsep pembangunan manusia diukur dengan menggunakan pendekatan
o.
tiga dimensi dasar manusia, yaitu umur panjang dan sehat, pengetahuan,
.g
dan standar hidup yang layak. Dimensi umur panjang dan sehat diwakili
oleh indikator harapan hidup saat lahir. Dimensi pengetahuan diwakili oleh
ps
indikator harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah. Sementara itu,
dimensi standar hidup layak diwakili oleh pengeluaran per kapita. Ketiga
.b
dimensi ini terangkum dalam suatu indeks komposit yang disebut Indeks
w
pertama pada tahun 1990. Sampai dengan tahun 2016, UNDP telah beberapa
kali melakukan revisi metode penghitungan IPM. Revisi yang cukup besar
dilakukan pada tahun 2010. UNDP menyebut revisi itu dengan era baru
p:
Di Indonesia, IPM mulai dihitung pada tahun 1996. Sejak saat itu, IPM dihitung
secara berkala setiap tiga tahun. Sejak tahun 2004, IPM dihitung setiap tahun
untuk memenuhi kebutuhan Kementerian Keuangan dalam menghitung
Dana Alokasi Umum (DAU). Indikator yang digunakan dalam penghitungan
IPM di Indonesia sampai saat ini sudah mengacu pada metode baru yang
diterapkan oleh UNDP dengan beberapa penyesuaian. Indikator pengeluaran
per kapita tetap digunakan dalam penghitungan. Metode baru diaplikasikan
di Indonesia sejak tahun 2014 dengan angka backcasting dari tahun 2010.
id
Pada tingkat nasional, agenda pembangunan pemerintah tertuang dalam
Nawacita. Nawacita berisi sembilan agenda prioritas untuk menuju Indonesia
o.
yang berdaulat secara politik, serta mandiri dalam bidang ekonomi dan
.g
berkepribadian dalam kebudayaan. Isu tentang pembangunan manusia juga
menjadi butir penting dalam Nawacita. Butir kelima Nawacita menegaskan
ps
bahwa pemerintah akan memprioritaskan peningkatan kualitas hidup
manusia Indonesia. Hal itu dilakukan dengan melakukan dua program, yaitu
.b
Deret atau rumah susun murah yang disubsidi serta jaminan sosial untuk
rakyat di tahun 2019.
p:
Dalam Human Development Report (HDR) 2016, UNDP mencatat IPM 2015
t
Badan Pusat Statistik mencatat IPM Indonesia pada tahun 2016 telah mencapai
70,18, meningkat sebesar 0,63 dari tahun sebelumnya. Capaian pada tahun
2016 menempatkan Indonesia pada status pembangunan manusia “tinggi”.
Status ini merupakan babak baru dalam pembangunan kualitas manusia di
Indonesia. Harapan hidup saat lahir di Indonesia sudah mencapai 70,90 tahun.
Ini berarti bahwa hidup bayi yang baru lahir dapat bertahan hidup hingga
usia 70,90 tahun. Secara rata-rata, penduduk Indonesia usia 25 tahun ke atas
sudah menempuh 7,95 tahun masa sekolah atau hampir menyelesaikan
pendidikan setara kelas VIII. Selain itu, rata-rata penduduk usia 7 tahun yang
id
dengan IPM sebesar 85,32 sementara capaian terendah berada di
o.
Kabupaten Nduga dengan IPM hanya sebesar 26,56. Berbeda dengan status
pembangunan manusia di tingkat provinsi, terdapat kabupaten/kota yang
.g
sudah berada pada kategori pembangunan manusia “sangat tinggi” pada
tahun 2016. Tercatat sebanyak 19 kabupaten/kota telah mencapai status
ps
“sangat tinggi”. Jumlah ini meningkat dari tahun sebelumya yang hanya 12
kabupaten/kota saja. Sebagian besar dari kabupaten/kota yang berstatus
.b
id
hanya mencapai 66,98 atau masih berstatus “sedang”. Ketimpangan ini
o.
tergambar dalam Indeks Pembangunan Gender (IPG) Indonesia yang baru
mencapai 91,03 pada tahun 2015. Hal ini menunjukkan bahwa capaian
perempuan masih di bawah laki-laki. .g
ps
Pada cakupan antardimensi, ketimpangan juga masih terjadi. Hal ini
.b
mengecil setiap tahun. Hal ini tentu menjadi sinyal baik untuk mencapai
pembangunan yang merata. Dengan strategi pembangunan yang holistik,
p:
Pembangunan Manusia
w
w
//w
p:
t
ht
1
ht
tp:
//w
w
w
.b
ps
.g
o.
id
Bab Konsep dan Pengukuran
1
Pembangunan Manusia
id
laporan pertamanya menegaskan ide ini,
o.
“Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Oleh karena itu,
.g
tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang
memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati umur panjang, sehat, dan
ps
menjalankan kehidupan yang produktif. Hal ini tampaknya merupakan suatu
kenyataan yang sederhana. Tetapi hal ini seringkali terlupakan oleh berbagai
.b
id
kapabilitas masnusia seperti peningkatan kesehatan, pendidikan, dan
kemampuan. Kedua, penggunaan kapabilitas yang mereka miliki, seperti
o.
untuk menikmati waktu luang, untuk tujuan produktif atau aktif dalam
.g
kegiatan budaya, sosial, dan urusan politik. Apabila skala pembangunan
manusia tidak seimbang, kemungkinan akan terjadi ketidakstabilan.
ps
satu pilihan yang harus dimiliki. Akan tetapi, pembangunan bukan sekadar
w
sektor.
id
fokus pada masyarakat dan kesejahteraannya, serta pembangunan manusia
adalah tujuan akhir dari segala macam pembangunan.
o.
.g
Berdasarkan beberapa konsep pembangunan manusia yang ada, UNDP
mendefinisikan pembangunan manusia dalam Human Development Report
ps
1996 sebagai proses dimana masyarakat dapat memperluas berbagai pilihan-
pilihannya. Pendapatan merupakan salah satu faktor penentu pilihan, tetapi
.b
fisik yang baik serta kebebasan dalam bertindak. UNDP juga menyampaikan
dalam laporannya mengenai dimensi dalam pembangunan manusia, yaitu:
w
//w
id
o.
.g
ps
Catatan:
AHH : Angka Harapan Hidup saat Lahir APK : Angka Partisipasi Kasar
.b
angka partisipasi kasar (APK), dan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita.
t
ht
id
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Constantini V. dan M. Salcatore (2008)
mengemukakan bahwa pertumbuhan pembangunan manusia yang tinggi
o.
secara tidak langsung berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
.g
Meskipun konsep-konsep menyatakan pertumbuhan ekonomi memiliki
ps
dual causation dengan pembangunan manusia, pada prakteknya banyak
faktor yang mempengaruhi agar dual causation tersebut terjadi. Boozer dkk
.b
Isu pembangunan sempat menghangat di tahun 2015. Pada saat itu, Millenium
Development Goals (MDGs) memasuki batas tahun pencapaian. MDGs
id
merupakan referensi penting pembangunan di Indonesia. Selama 25 tahun,
o.
berbagai capaian telah diraih dan beberapa hal belum dapat dituntaskan.
.g
Agenda MDGs memang tidak berhenti di tahun 2015, tetapi akan ada
ps
kelanjutannya. Babak baru agenda pembangunan telah mengembangkan
konsep agenda pasca 2015, yang disebut Sustainable Development Goals
.b
Hal ini terutama berkaitan dengan perubahan situasi dunia sejak tahun
w
pangan dan energi, dan pembangunan yang lebih berpihak pada kaum
miskin (Bappenas).
t p:
id
o.
.g
ps
.b
w
w
usia kurang dari 70 tahun. Jika dikaitkan dengan salah satu indikator
pembentuk IPM, angka harapan hidup saat lahir secara tidak langsung akan
t
menjadi salah satu indikator dari SDGs. Secara tidak langsung pula, angka
ht
harapan hidup saat lahir akan meningkat jika salah satu indikator SDGs yaitu
angka kematian neonatal ditekan guna mencapai target tersebut.
Tujuan keempat adalah menjamin kualitas pendidikan yang adil dan inklusif
serta meningkatkan kesempatan belajar seumur hidup untuk semua. Pada
target 4b, dinyatakan bahwa memastikan bahwa semua anak perempuan
dan anak laki-laki memiliki akses ke pengembangan anak usia dini yang
setara, perawatan, dan pendidikan anak usia dini sehingga mereka siap
untuk pendidikan dasar. Pada target ini, diharapkan angka kelulusan baik SD,
SMP, maupun SMA ditingkatkan. Secara langsung, ketika target ini dicapai
maka angka rata-rata lama sekolah yang merupakan salah satu indikator
penghitungan IPM akan ikut meningkat.
id
cita-cita dan semangat perjuangan Soekarno, yang disebut Nawacita. Istilah
o.
Nawacita diserap dari bahasa Sanskerta. Nawa berarti sembilan dan Cita
yang berarti harapan, agenda, keinginan. Nawacita berisi sembilan agenda
.g
prioritas untuk menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, serta mandiri
ps
dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan.
.b
hidup manusia Indonesia. Hal itu dilakukan melalui dua program, yaitu:
//w
Deret atau rumah susun murah yang disubsidi serta jaminan sosial untuk
rakyat di tahun 2019.
id
daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
o.
4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan
.g
penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan
ps
kualitas pendidikan dan pelatihan dengan program “Indonesia
Pintar”; serta peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan program
.b
Pembangunan Manusia
w
w
//w
p:
t
ht
2
ht
tp:
//w
w
w
.b
ps
.g
o.
id
Bab Potret
2
Pembangunan Manusia
id
negara. Pada tahun 2015, UNDP mencatat bahwa IPM di Indonesia telah
mencapai 68,9. IPM 2015 mengalami peningkatan capaian sebesar 0,2
o.
dari tahun sebelumnya. Dengan tingkat IPM tersebut, Indonesia masih
.g
menyandang predikat “sedang” dalam pembangunan manusia. Meskipun
demikian, Indonesia masih berada di peringkat 113 dari 188 negara di tahun
ps
2015. Sementara itu, di ASEAN Indonesia berada pada posisi ke-5 setelah
Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Thailand.
.b
w
2015
//w
Dari 92,5
empat negara yang menempati posisi di atas Indonesia, Singapura
dan Brunei 86,5
Darussalam
78,9
sudah melesat jauh pada kategori “Sangat Tinggi”.
p:
58,6 56,3
bersama dengan Vietnam dan Filipina. Selain itu, terdapat tiga negara
55,6yang
ht
70
60
50
40
30
id
20
o.
10
0
1990 2000 2010 2011 2012
.g 2013 2014 2015
ps
Indonesia Vietnam Filipina
.b
melampaui Filipina.
t
Harapan hidup saat lahir di Indonesia meningkat 5,8 tahun selama periode
ht
PNB per kapita Indonesia sudah mencapai 10.053 (2011 PPP $) pada tahun
id
IPM yang dihitung oleh UNDP digunakan untuk melihat posisi Indonesia di
o.
tingkat global. Sementara dalam rangka memonitor capaian pembangunan
.g
manusia antarwilayah di Indonesia, BPS menghitung IPM pada tingkat
regional, yaitu provinsi dan kabupaten/kota. Selain itu, untuk memantau
ps
keterbandingannya dengan capaian nasional, dihitung pula angka IPM
Indonesia. Metode penghitungan IPM yang digunakan BPS mengacu pada
.b
catatan teknis). Oleh karena itu, angka IPM Indonesia hasil penghitungan BPS
w
tidak dapat dibandingkan dengan angka IPM Indonesia yang dihitung oleh
//w
UNDP.
IPM METODE BARU DI INDONESIA
Gambar 2.3 IPM Indonesia dan Komponen, 2016
t p:
Dimensi Umur Panjang dan Hidup Sehat Dimensi Standar Hidup Layak
Angka Harapan Hidup saat Lahir (AHH) Pengeluaran per Kapita
ht
70,90 th Rp 10.420.000
Dimensi Pengetahuan
• Harapan Lama Sekolah (HLS): Indeks Pembangunan Manusia
12,72 th IPM
• Rata-Rata Lama Sekolah (RLS): 70,18
7,95 th
Sumber : Badan Pusat Statistik
Saat ini, angka harapan hidup saat lahir di Indonesia sudah mencapai 70,90
tahun. Hal ini menunjukkan harapan hidup bayi yang baru lahir dapat
bertahan hidup hingga usia 70,90 tahun. Secara rata-rata, penduduk Indonesia
yang berusia 25 tahun ke atas sudah menempuh 7,95 tahun masa sekolah
atau hampir menyelesaikan kelas VIII. Selain itu, rata-rata penduduk usia 7
tahun yang mulai bersekolah, diharapkan dapat mengenyam pendidikan
hingga 12,72 tahun atau setara dengan Kelas XII atau tamat SMA. Terakhir,
id
pengeluaran per kapita sudah mencapai Rp 10.420.000 per kapita per tahun.
o.
IPM Indonesia Memasuki Status “Tinggi” .g
ps
Sejak metode baru diperkenalkan, BPS sudah melakukan penghitungan IPM
.b
tahun 2016, IPM di Indonesia sudah mencapai 70,18, meningkat 0,63 poin
w
dibanding tahun sebelumnya. Hal ini berarti IPM di Indonesia tumbuh 0,91
persen pada periode 2015-2016. Dalam kurun waktu lima tahun, telah terjadi
//w
2010-2016
id
status pembangunan manusia.
o.
Dimensi Kesehatan Indonesia Terus Meningkat
.g
ps
Seluruh dimensi yang membentuk IPM mengalami peningkatan dari tahun
ke tahun. Dimensi pertama yaitu umur panjang dan hidup sehat diukur
.b
dengan angka harapan hidup (AHH) saat lahir. Angka harapan hidup saat
lahir merupakan indikator yang dapat mencerminkan derajat kesehatan
w
suatu wilayah, baik dari sarana prasarana, akses, hingga kualitas kesehatan.
w
//w
70,90
ht
70,78
70,59
70,40
70,20
70,01
69,81
Dimensi pengetahuan dalam penghitungan IPM terdiri dari dua indikator, yaitu
harapan lama sekolah dengan rata-rata lama sekolah. Harapan lama sekolah
menghitung pendidikan penduduk dari usia 7 tahun ke atas, sementara rata-
rata lama sekolah menghitung dari usia 25 tahun ke atas. Kedua indikator ini
diagregasikan menjadi indeks pendidikan dalam penghitungan.
id
dari tahun ke tahun. Meskipun demikian, rata-rata lama sekolah cenderung
o.
lebih lambat petumbuhannya dibandingkan harapan lama sekolah.
Hal ini wajar karena rata-rata lama sekolah menggambarkan indikator
.g
output pembangunan jangka panjang, sedangkan harapan lama sekolah
ps
menggambarkan partisipasi sekolah penduduk umur 7 tahun ke atas. Perlu
diketahui, indikator ini merupakan indikator proses pembangunan sebagai
.b
12,72
ht
12,39 12,55
12,10
11,44 11,68
11,29
HLS RLS
id
Gambar 2.7 Pengeluaran per Kapita yang Disesuaikan Indonesia,
o.
2010-2016 (Ribu Rupiah/Tahun)
.g 10.420
ps
10.150
.b
9.858 9.903
9.815
w
9.647
w
9.437
//w
t p:
Provinsi DKI Jakarta sudah menjadi provinsi dengan IPM tertinggi sejak indeks
pembangunan manusia dihitung oleh BPS pada tahun 1996. Sebagai ibukota
negara, Provinsi DKI Jakarta merupakan pusat dari seluruh kegiatan, baik
pendidikan, perekonomian, bisnis, wisata, dan lain-lain. Hal ini mendukung
id
pembangunan manusia. Kecepatan pembangunan manusia dapat
o.
melengkapi sudut pandang capaian pembangunan manusia. Kecepatan
lebih menunjukkan upaya yang telah dilakukan untuk mencapai suatu level
tertentu dalam pembangunan manusia. .g
ps
Gambar 2.8 Provinsi dengan Pertumbuhan Tertinggi dan Terendah,
KECEPATAN IPM 2015-2016
.b
2015-2016
w
w
//w
id
kapita yang mewakili dimensi standar hidup layak hanya sebesar 1,38 persen.
o.
Status Pembangunan Manusia di Provinsi Kian Membaik
.g
ps
Pada tahun 2016, terdapat 12 provinsi yang telah mencapai level
pembangunan manusia dengan kategori “tinggi”. Jumlah ini meningkat
.b
dibanding tahun 2015. Tercatat pada 2015 hanya 8 provinsi yang masuk
dalam kategori “tinggi”. Sementara itu, pada tahun 2016 terdapat 21 provinsi
w
di Indonesia yang berada pada kategori “Sedang”. Akan tetapi, masih terdapat
w
Secara garis besar, Indonesia terbagi menjadi lima gugusan pulau besar, yaitu
Pulau Sumatera, Gugusan Pulau Jawa Bali Nusa Tenggara, Pulau Kalimantan,
p:
mencapai level kategori “tinggi”. Namun, belum ada satu pun provinsi di
Kepulauan Maluku dan Papua yang masuk kedalam kategori “tinggi”.
Di Pulau Sumatera, kini terdapat lima provinsi yang sudah mencapai kategori
“tinggi” yaitu Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, dan
Kepulauan Riau. Sementara provinsi lainnya di Pulau Sumatera masih berada
pada kategori “sedang”. Di gugusan Pulau Jawa Bali dan Nusa Tenggara juga
telah memiliki lima provinsi dengan IPM kategori “tinggi”, yaitu DKI Jakarta,
Jawa Barat, DI Yogyakarta, Banten, dan Bali. Sementara provinsi lainnya di
Jawa Bali dan Nusa Tenggara masih berada pada kategori “sedang”. Pulau
Kalimantan memiliki satu provinsi dengan kategori tinggi, yaitu Kalimantan
Timur. Begitu pula di Sulawesi hanya Provinsi Sulawesi Utara saja yang masuk
dalam kategori “tinggi”.
id
Sulawesi Tengah
o.
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
.gGorontalo
Sulawesi Barat
ps
Maluku
Maluku Utara
.b
Papua Barat
w
Sumatera Barat, dan Jawa Barat. Keempat provinsi ini berhasil meningkatkan
status pembangunan manusia dari “sedang” menjadi “tinggi”. Dengan
t
perubahan status ini, hingga tahun 2016 telah terdapat dua belas provinsi
ht
Tabel 2.2 Provinsi yang Mengalami Perubahan Status dari 2015 ke 2016
2015 2016
Provinsi
IPM Status IPM Status
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 69,45 Sedang 70,00 Tinggi
Sumatera Utara 69,51 Sedang 70,00 Tinggi
Sumatera Barat 69,98 Sedang 70,73 Tinggi
Jawa Barat 69,50 Sedang 70,05 Tinggi
Sumber : Badan Pusat Statistik
Tahun 2016, harapan hidup saat lahir paling tinggi berada di DI Yogyakarta
dengan capaian sebesar 74,71 tahun. Sementara itu, harapan hidup saat
lahir paling rendah berada di Provinsi Sulawesi Barat sebesar 64,31 tahun.
Meskipun berada di posisi terendah, pertumbuhan harapan hidup saat lahir
di Provinsi Sulawesi Barat selama tahun 2015-2016 cukup tinggi yaitu sebesar
0,14 persen.
Gambar 2.10 Peta Angka Harapan Hidup saat Lahir Menurut Provinsi,
2016 (tahun)
id
o.
.g
ps
.b
w
w
peningkatan harapan hidup paling cepat di antara provinsi lain. Selama 2015-
ht
2016, harapan hidup di provinsi ini tumbuh 0,37 persen. Berbanding terbalik
dengan Provinsi Kalimantan Utara, harapan hidup di Provinsi Aceh relatif
stagnan. Pada periode 2015-2016, harapan hidup di Provinsi Aceh hanya
tumbuh 0,01 persen saja.
id
Pertumbuhan harapan lama sekolah pada tahun 2015-2016 di tingkat
o.
provinsi cukup beragam. Secara umum, sebagian harapan lama sekolah di
tingkat provinsi tumbuh di atas satu persen. Bahkan, tercatat empat provinsi
.g
tumbuh di atas 2 persen, yaitu Provinsi Jawa Timur, Banten, Maluku Utara,
ps
dan Papua. Provinsi Banten mencatat pertumbuhan 2,87 persen dan manjadi
provinsi dengan pertumbuhan paling tinggi selama periode 2015-2016.
.b
id
rata lama sekolah di Sulawesi Barat tumbuh sebesar 2,91 persen. Di sisi
lain, terdapat delapan provinsi dengan pertumbuhan di bawah satu persen
o.
selama periode itu. Bahkan, pertumbuhan di Provinsi Kep. Bangka Belitung
.g
hanya 0,17 persen saja dan tercatat paling rendah selama periode tersebut.
ps
Gambar 2.13 Peta Pengeluaran per Kapita yang Disesuaikan Menurut
.b
Pada dimensi standar hidup layak, indikator pengeluaran per kapita yang
disesuaikan pada tingkat provinsi cukup beragam. Tercatat pengeluaran
per kapita di Provinsi DKI Jakarta menempati posisi tertinggi yaitu sebesar
Rp 17.468.000 per tahun. Sementara itu, Provinsi Papua kembali menempati
urutan terakhir dengan capaian sebesar Rp 6.637.000 per tahun. Pengeluaran
per kapita disesuaikan pada level nasional tumbuh sebesar 2,66 persen
selama 2015-2016. Di tingkat provinsi, pertumbuhan pengeluaran per kapita
cukup bervariasi antarprovinsi. Secara umum perngeluaran per kapita di
tingkat provinsi tumbuh di atas 1 persen per tahun. Lima provinsi tercatat
id
Kabupaten Nduga (Provinsi Papua) dengan IPM sebesar 26,56. Secara umum,
o.
sebagian besar kabupaten/kota di Indonesia sudah mencapai kategori
pembangunan manusia “sedang” pada tahun 2016. Terdapat 312 kabupaten/
.g
kota atau sekitar 60,70 persen yang telah mencapai kategori ini. Sekitar 28,21
ps
persen kabupaten/kota sudah berada pada level “tinggi” dan sisanya sebagian
kecil berada pada level “sangat tinggi” dan “rendah”.
.b
w
Rendah
7,39%
t
ht
Sangat tinggi
3,70%
Tinggi
28,21%
Sedang
60,70%
id
o.
Di antara 19 kabupaten/kota yang telah mencapai status pembangunan
.g
manusia “sangat tinggi”, terdapat fenomena yang cukup unik. Terdapat satu
kabupaten yang berstatus “sangat tinggi” yaitu Kabupaten Sleman. Meskipun
ps
berstatus kabupaten, Sleman nyatanya mampu bersaing dengan wilayah
kota. Terletak di ujung utara Provinsi DI Yogyakarta, Kabupaten Sleman
.b
langsung dengan Jawa Tengah ini cukup komprehensif pada semua dimensi
pembangunan manusia. Harapan hidup saat lahir di kabupaten ini telah
w
sisi ekonomi, Sleman juga cukup sejahtera dengan rata-rata pengeluaran per
t
id
11. Pulau Taliabu 58,66 30. Tolikara 47,11
o.
12. Sumba Tengah 58,52 31. Puncak Jaya 45,49
13. Malaka
14. Kepulauan Mentawai
58,29
58,27 .g
32. Lanny Jaya
33. Yalimo
45,16
44,95
ps
15. Manggarai Timur 57,50 34. Intan Jaya 44,82
.b
tahun (setara kelas XII). Sementara penduduk dewasa yang berusia 25 tahun
ke atas secara rata-rata hanya berpendidikan formal selama 3,79 tahun (setara
dengan kelas IV). Dengan berpegang pada program wajib belajar 9 tahun,
perlu upaya yang sangat ekstra agar penduduk dewasa usia 25 tahun ke atas
berpendidikan layak.
id
Kota Banjar Manokwari
Sumber : Badan Pusat Statistik
o.
.g
Di antara tiga kabupaten yang berhasil merubah statusnya dari “rendah”
ps
menjadi “sedang”, terdapat satu kabupaten yang termasuk baru. Kabupaten
Nias Utara diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Indonesia pada 29 Oktober
.b
2008, sebagai salah satu hasil pemekaran dari Kabupaten Nias. Meski
terbilang kabupaten baru, kemajuan yang dicapai Kabupaten Nias Utara
w
Megoto ini meningkat menjadi 60,23. Dengan capaian ini, Kabupaten Nias
Utara berhasil masuk dalam kategori pembangunan manusia “sedang”.
t p:
Dalam pembahasan IPM, hal yang menarik untuk diangkat selain level
dan status pembangunan manusia yaitu kecepatan pertumbuhannya.
Pada beberapa kasus, wilayah yang memiliki IPM rendah justru terkadang
menunjukkan prestasi yang baik. Seperti halnya yang terjadi pada beberapa
kabupaten yang tertera pada Tabel 2.6 yang memiliki predikat sebagai 10
(sepuluh) “top movers” di tahun 2016. Dari sepuluh besar kabupaten/kota
dengan pertumbuhan IPM tertinggi tidak semuanya berada di Pulau Jawa.
Hal ini mengindikasikan bahwa tidak menutup kemungkinan konvergensi
id
wilayah dapat terwujud dengan adanya perbaikan pembangunan manusia
di Wilayah Timur yang dapat mengejar ketertinggalannya.
o.
Tabel 2.6
.g
10 Kabupaten/Kota dengan Pertumbuhan Tertinggi (2015-
2016)
ps
Kabupaten/Kota Pertumbuhan (%)
.b
(1) (2)
Nduga 4,27
w
Lingga 1,89
Hulu Sungai Selatan 1,82
p:
Harapan hidup saat lahir pada tahun 2016 di kabupaten/kota cukup beragam.
Kabupaten Sukoharjo di Jawa Tengah meraih harapan hidup saat lahir
paling tinggi yaitu sebesar 77,46 tahun. Sementara itu, Kabupaten Nduga di
Papua menempati posisi terbawah dengan angka harapan hidup saat lahir
hanya sebesar 54,50 tahun. Pertumbuhan angka harapan hidup di kedua
kabupaten tersebut relatif tidak mengalami perubahan. Kondisi ini umum
terjadi pada semua wilayah mengingat keterkaitan multi-faktor yang dapat
mempengaruhi harapan hidup saat lahir seseorang, sehingga perubahan
yang signifikan dapat terjadi hanya dalam jangka waktu yang cukup lama.
Tertinggi
id
AHH HLS RLS Pengeluaran
o.
Sukoharjo Kota Banda Aceh Kota Banda Aceh Kota Jakarta Selatan
Kota Semarang Kota Yogyakarta Kota Kendari Kota Jakarta Barat
Karanganyar Sleman .g Kota Ambon Kota Denpasar
ps
Kota Surakarta Kota Kendari Kota Tangerang Selatan Kota Yogyakarta
Kota Salatiga Kota Ambon Kota Jakarta Timur Kota Jakarta Utara
.b
Terendah
w
Pada indikator pendidikan rata-rata lama sekolah, Kota Banda Aceh kembali
menempati posisi tertinggi dengan capaian 12,57 tahun. Artinya, di kota
ini rata-rata penduduk yang berumur 25 tahun ke atas telah mampu
menyelesaikan pendidikan menengah atas dan tengah menjalani jenjang
perguruan tinggi. Sangat kontras dengan penduduk di kategori yang sama di
POTRET PEMBANGUNAN MANUSIA 39
Kabupaten Nduga yang belum mampu menyelesaikan pendidikan formalnya
karena hanya mampu mengenyam pendidikan dalam 0,70 tahun. Hal ini
berarti bahwa secara rata-rata penduduk 25 tahun ke atas di Kabupaten
Nduga hanya mengenyam bangku kelas I, itu pun tidak sampai tamat.
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
t p:
ht
Kapabilitas Dasar:
.b
3
ht
tp:
//w
w
w
.b
ps
.g
o.
id
Bab Kapabilitas Dasar:
3
Capaian dan Tantangan
id
merupakan tujuan utama dari pembangunan yaitu untuk menciptakan
o.
sumber daya manusia yang berkualitas.
.g
Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan aset kekayaan bangsa
ps
sekaligus sebagai modal dasar pembangunan. Untuk menghasilkan sumber
daya manusia yang berkualitas, pendidikan dan kesehatan merupakan modal
.b
kapabilitas dasar yang dimiliki suatu bangsa, semakin tinggi peluang untuk
w
demikian, masih terdapat persoalan dasar yang harus diselesaikan pada masa
ht
id
masyarakat, terutama antara penduduk kaya dan penduduk miskin,
o.
antara penduduk laki-laki dan penduduk perempuan, antara wilayah
perkotaan dan perdesaan, dan antardaerah;
.g
4. Meningkatnya kesiapan siswa pendidikan menengah untuk memasuki
ps
pasar kerja atau melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi;
5. Meningkatnya jaminan kualitas pelayanan pendidikan, tersedianya
.b
pemagangan di industri;
7. Meningkatnya kualitas pengelolaan guru dengan memperbaiki
//w
78,02 80,89
74,26
68,80 66,61
64,90
36,70
23,06 25,76 23,44
18,06 18,85 20,89
id
APK SD/MI/Paket A APK SMP/MTs/Paket B APK SM/MA/Paket C APK PT
o.
Sumber : Badan Pusat Statistik
.g
cukup tinggi. APK pada jenjang SD/Sederajat telah mencapai 109,31 persen.
Sementara itu, APK pada jenjang lain masih di bawah 100 persen. Pada jenjang
ps
SMP/Sederajat, APK telah mencapai 90,12 persen. Pada level SMA/sederajat,
persentase lebih rendah yaitu 80,89 persen. Pada jenjang perguruan tinggi
.b
Selain APK, indikator pendidikan lain yang tercantum dalam RPJMN 2015-
w
(Persen)
ht
Mencapai target RPJMN pada tahun 2019 untuk indikator partisipasi sekolah
id
bukanlah pekerjaan yang mudah. Dengan melihat capaian pada tahun 2016,
o.
pekerjaan berat yang menanti pemerintah adalah meningkatkan APK SMP/
Sederajat, APK perguruan tinggi, serta APM SMA/Sederajat. Dalam tiga tahun
.g
ke depan, APK SMP/Sederajat harus meningkat sekitar 17 persen. Padahal,
dalam enam tahun terakhir APK SMP/Sederajat relatif stagnan pada kisaran
ps
90 persen. Sementara itu, APK perguruan tinggi harus mencapai target 36,70
persen pada tahun 2019. Padahal, dalam tiga tahun terakhir APK perguruan
.b
tinggi hanya berkisar pada angka 23 persen. Terakhir, target APM SMA/
w
Sederajat pada 2019 juga butuh upaya yang keras. Selama dua tahun terakhir,
APM SMA/Sederajat hanya berkisar pada angka 59 persen. Padahal, target
w
Jumlah siswa yang putus sekolah selama periode 2014 hingga 2016 semakin
turun. Kondisi ini terjadi pada semua jenjang, dari SD hingga SMA/Sederajat.
Nampaknya upaya yang dilakukan pemerintah mencatat perkembangan yang
positif. Penurunan angka putus sekolah pada tahun 2014/2015 di tingkat SD
mencapai 176.909 siswa. Angka ini bekurang drastis pada 2016/2017 menjadi
39.213 siswa.
176.909
154.501 118.353
109.163
68.066
85.000
39.213
51.541
38.702
id
o.
semakin tinggi pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini menjadi
pekerjaan rumah pemerintah yang tidak mudah.
.g
ps
Minat Siswa Melanjutkan Sekolah ke SMA Masih Tinggi
.b
Selain persolan putus sekolah, fokus pemerintah juga terhadap minat siswa
untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Perkembangan
w
Indikator ini berguna untuk melihat persentase siswa yang melanjutkan dari
SD ke tingkat SMP dan dari SMP ke SMA/SMK. Kesadaran masyarakat untuk
//w
102,18
98,62 96,44 96,79
93,17 94,90
81,66 78,54
75,32 78,08
74,21 74,21
id
mengajar yang berkualitas.
o.
Gambar 3.5 Perkembangan Jumlah Ruang Kelas Baik di Indonesia,
2014-2016 (persen)
.g
ps
44,93 46,56 45,66
.b
28,73
w
26,97
24,25
w
25,74
23,85
21,93
//w
p:
Secara umum, jumlah ruang kelas yang berstatus baik semakin meningkat
selama dua tahun terakhir. Peningkatan terjadi pada jenjang SD dan SMP.
Hal ini berdampak positif terhadap aktivitas belajar mengajar. Namun pada
jenjang SMA dan SMK terjadi sedikit penurunan pada tahun 2016/2017.
Tren ruang kelas yang berstatus baik selama dua tahun terakhir menunjukkan
perkembangan positif terhadap program pendidikan yang digulirkan
pemerintah. Persoalan lain yang perlu mendapat perhatian secara terus
menerus adalah jumlah ruang kelas berstatus baik yang masih minim. Tahun
2016/2017, jumlah ruang kelas berstatus baik di tingkat SD hanya 25,74
persen saja. Artinya, hampir tiga per empat ruang kelas di SD masih kurang
baik. Hal yang sama juga terjadi pada jenjang SMP. Sementara pada jenjang
id
Kotak 6 RPJMN 2015-2019: Pelaksanaan Program Indonesia Sehat
o.
Sasaran yang ingin dicapai dalam Program Indonesia Sehat pada RPJMN
.g
2015-2019 adalah meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi
ps
masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan
.b
id
tahun 2015 yaitu sebesar 16,15 persen. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
kesehatan penduduk Indonesia semakin membaik dalam setahun terakhir.
o.
Adapun keluhan kesehatan yang sering dialami penduduk adalah panas,
.g
sakit kepala, batuk, pilek, diare, asma/sesak nafas, dan sakit gigi.
ps
Berdasarkan teori Henrik L. Blum, tingkat mortalitas dan morbiditas penduduk
yang merupakan ukuran dari derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh
.b
id
89,16 persen rumah tangga Indonesia yang sudah memiliki tempat buang air
o.
besar. Dengan kata lain masih ada 10,84 persen rumah tangga di Indonesia
yang tidak memiliki tempat buang air besar.
.g
ps
Indikator lain adalah akses sanitasi layak yang merupakan fasilitas sanitasi
yang memenuhi syarat kesehatan (dilengkapi dengan kloset leher angsa dan
.b
layak tidak terpenuhi, maka fasilitas tersebut akan rentan dalam menularkan
w
dan menumbuhkan penyakit. Pada tahun 2016 rumah tangga Indonesia yang
sudah menikmati sanitasi layak hanya sebesar 67,80 persen. Artinya, masih
//w
ada sekitar 33,2 persen rumah tangga yang belum menggunakan fasilitas
buang air dengan sanitasi layak.
t p:
Sementara itu, akses terhadap air bersih merupakan salah satu indikator
ht
89,16 % 67,80 %
Rumah tangga Rumah tangga
yang memiliki dengan lantai
sumber air minum terluas bukan
layak tanah
74,14 % 93,58 %
id
Sumber : Badan Pusat Statistik
o.
pada musim kemarau dan tidak basah pada musim hujan, sehingga penularan
penyakit dapat dihindari. Kriteria lantai yang baik adalah yang berasal dari
.g
ubin atau semen, bukan dari tanah, karena tanah cenderung lembab dan
ps
tidak memenuhi kriteria tersebut. Namun demikian, pada tahun 2016 masih
terdapat 6,42 persen rumah tangga di Indonesia yang jenis lantai terluasnya
.b
adalah tanah, karena yang menggunakan lantai bukan tanah tercatat sebesar
93,58 persen. Hal ini juga terkait dengan tingkat kemiskinan penduduk. Oleh
w
dan akses terhadap air bersih, capaian angka indikatornya masih jauh dari
angka ideal. Oleh sebab itu, upaya memperbaiki lingkungan menjadi lebih
sehat menjadi suatu hal yang menjadi prioritas untuk memperbaiki kesehatan
masyarakat. Tanpa lingkungan yang sehat, berbagai penyakit akan cepat
muncul dan menular sehingga akan menambah angka morbiditas yang pada
akhirnya akan mengurangi angka harapan hidup.
Salah satu faktor penentu untuk mewujudkan peningkatan derajat dan status
kesehatan penduduk adalah pelayanan kesehatan. Indikator yang dapat
mengukur pelayanan kesehatan adalah ketersediaan fasilitas dan sarana
kesehatan. Pemerintah sendiri telah menjamin penyediaan fasilitas kesehatan
dalam Undang Undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang Kesehatan, dimana
setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang
aman, bermutu, dan terjangkau. Oleh sebab itu faktor kemudahan akses
94,06
93,98
46,62
45,47
38,90
35,13
30,36
28,05
20,09
17,50
16,77
16,27
12,05
11,54
10,92
9,00
9,00
7,76
4,48
2,81
2,44
2,27
Rumah Sakit Rumah Sakit Poliklinik Puskesmas Pustu Praktek Praktek Poskesdes Polindes Posyandu Apotek
Bersalin Dokter Bidan
2011 2014
id
Sumber : Badan Pusat Statistik
o.
terhadap fasilitas kesehatan dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
.g
harus terus diupayakan dalam rangka membangun kesehatan masyarakat.
Akses terhadap fasilitas kesehatan ditunjukkan dengan adanya peningkatan
ps
jumlah, jaringan dan kualitas fasilitas kesehatan (Ridwan dan Saftarina, 2015).
.b
meningkat selama periode 2011-2014, yang terlihat dari persentase desa yang
memiliki fasilitas kesehatan namun masih belum menjangkau di semua desa
w
untuk balita dan ibu hamil lebih diupayakan merata hampir di semua desa.
ht
20,78% 2,22%
Perkotaan Perdesaan
0,65 0,79
77,51 74,98
2,26 2,18
Tidak Merokok
76,28%
19,58 22,05
id
Sumber : Badan Pusat Statistik
o.
mengandung polutan bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Oleh sebab
itu, seseorang yang merokok tidak hanya membahayakan dirinya namun
juga orang-orang sekitarnya yang umum disebut perokok pasif.
.g
ps
.b
hidup sehat di kota sedikit lebih baik dibandingkan di desa. Meskipun hanya
kurang dari seperempat penduduk di Indonesia yang merokok, namun
//w
dampaknya tidak hanya pada penduduk yang merokok tetapi juga kepada
penduduk di sekitarnya.
p:
(1996) biasanya orang mulai merokok karena orang lain merokok. Hal ini akan
berdampak sangat cepat menyerang anak-anak karena mencontoh orang di
sekelilingnya, yaitu orang tua, saudara, dan teman-temannya. Oleh sebab itu,
anak-anak sebagai generasi penerus bangsa harus dilindungi dari kebiasaan
merokok agar mereka terhindar dari berbagai penyakit di kemudian hari.
Regulasi yang ketat terhadap penggunaan rokok harus diterapkan agar
penggunaan rokok dapat agar lebih terawasi.
Gizi memegang peranan yang sangat penting dalam kesehatan. Gizi yang
seimbang akan memastikan tumbuh kembang penduduk yang berkualitas.
Dalam RPJMN 2015-2019, pemerintah memprioritaskan gizi terhadap ibu dan
balita. Untuk memastikan balita mendapatkan gizi yang cukup, pemerintah
menargetkan dua indikator, yaitu prevalensi kekurangan gizi (underweight)
pada anak balita dan prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) pada
Sangat Pendek
7,1
Gizi Kurang
14,4 Pendek
14,6
Normal
Gizi Baik 78,3
id
80,7
o.
Sumber : Profil Kesehatan Indonesia 2016, Kementerian Kesehatan RI
.g
anak bawah dua tahun (baduta). Prevalensi kurang gizi ditargetkan 17 persen
ps
dan prevalensi stunting ditargetkan 28 persen pada tahun 2019.
.b
Saat ini, angka prevalensi kurang gizi di Indonesia tercatat 17,8 persen. Hal ini
w
berarti bahwa balita yang gizinya cukup telah mencapai 82,2 persen. Dengan
upaya yang konsisten, target prevalensi sebesar 17 persen pada tahun 2019
w
bukanlah hal yang mustahil untuk dicapai. Sementara itu, prevalensi stunting
//w
pada baduta hingga saat ini tersisa 21,7 persen. Artinya, satu dari lima baduta
di Indonesia memiliki tinggi badan yang tidak normal sesuai umurnya.
p:
Meskipun demikian, angka ini telah melebihi target pada tahun 2019. Namun,
upaya untuk terus menekan prevalensi stunting harus terus dilakukan agar
t
12,49
12,36
11,96
11,66
11,37 11,47
11,25 11,22 11,13
10,96 10,86
10,70
2011 2011 2012 2012 2013 2013 2014 2014 2015 2015 2016 2016
Mar Sept Mar Sept Mar Sept Mar Sept Mar Sept Mar Sept
id
Selama periode 2011 hingga 2016, jumlah maupun persentase penduduk
o.
yang berada di bawah garis kemiskinan cenderung berkurang. Namun
demikian, pergerakan kedua indikator tersebut belum secepat yang
.g
diharapkan, terlebih lagi jika melihat perbandingan kemiskinan di perkotaan
ps
dan perdesaan yang masih terlihat sangat berbeda. Pada September 2016,
tercatat sebanyak 13,96 persen penduduk miskin di perdesaan dan hanya
.b
rasio. Perkembangan gini rasio Indonesia dari tahun 2011 hingga 2014rasio
cenderung tetap dengan ketimpangan yang lebih tinggi di wilayah perkotaan
dibanding wilayah perdesaan.
t p:
ht
0,408
0,406 0,406
0,402
0,397
0,394
0,388
2011 2011 2012 2012 2013 2013 2014 2014 2015 2015 2016 2016
Mar Sept Mar Sept Mar Sept Mar Sept Mar Sept Mar Sept
Penurunan kemiskinan yang kurang cepat pada tahun 2016 juga dibarengi
dengan punurunan pengangguran yang belum optimal. Pada Agustus 2016,
tingkat pengangguran terbuka mencapai 5,61 persen atau sekitar 7 juta
penduduk yang menganggur. Jumlah ini hampir mendekati dua kali lipat
penduduk DI Yogyakarta pada tahun 2016. Tingkat pengangguran terbuka
sedikit lebih tinggi dari Februari 2016 yang mencapai 5,50. Kondisi ini cukup
memprihatinkan mengingat kemiskinan dan pengangguran saling berkaitan
satu sama lain. Pengangguran mengurangi pendapatan yang pada akhirnya
id
mengurangi tingkat kemakmuran yang telah dicapai seseorang. Semakin
o.
turunnya kesejahteraan masyarakat karena menganggur tentunya akan
meningkatkan peluang mereka terjebak dalam kemiskinan karena tidak
.g
memiliki pendapatan. Sebaliknya, kemiskinan akan menjerat seseorang
dalam lingkaran setan sehingga membatasi kapabilitas seseorang untuk
ps
menciptakan output yang bernilai ekonomi akibat keterbatasan sumber daya
yang dimiliki.
.b
w
2016 (Persen)
//w
7,48
6,18
p:
6,37 6,13
ht
2010 2010 2011 2011 2012 2012 2013 2013 2014 2014 2015 2015 2016 2016
Feb Agt Feb Agt Feb Agt Feb Agt Feb Agt Feb Agt Feb Agt
Akademi/
Diploma Tidak/belum
Tidak/belum 3,12
pernah sekolah
tamat SD
0,84
5,46
Universitas
8,07
SD SMA/SMK
14,73 49,36
id
o.
.g
ps
SLTP
18,41
.b
w
w
Ketimpangan
.b
w
Pembangunan Manusia
w
//w
p:
t
ht
4
ht
tp:
//w
w
w
.b
ps
.g
o.
id
Bab Ketimpangan
4
Pembangunan Manusia
id
dari kesempatan-kesempatan ini. Artinya, semua penduduk dijamin oleh
o.
pemerintah untuk dapat memperluas pilihan-pilihannya tanpa membeda-
bedakan.
.g
ps
Namun, berbagai macam faktor menyebabkan kemajuan pembangunan
manusia menjadi berbeda-beda. Hal ini berdampak pada lahirnya kesenjangan
.b
dengan kesempatan dan pilihan yang dimiliki oleh laki-laki dan perempuan.
Tentu saja hal tersebut harus merata di semua wilayah, di manapun mereka
p:
berada dan pada dimensi apapun. Oleh karena itu, pemerintah memiliki
tanggung jawab dalam mengatasi kesenjangan pembangunan termasuk
t
ht
Ketimpangan Antarindividu
Manusia adalah fokus utama dalam pembangunan manusia. Individu harus
dapat dipastikan memiliki kesempatan yang sama dalam memperluas pilihan-
pilihannya. Konsep ini akan menjamin bahwa semua individu mempunyai
capaian pembangunan manusia yang sama.
Gambar 4.1 Tren Gini Rasio Lama Sekolah Usia 25 Tahun ke Atas di
Indonesia, 2010-2016
0,396
0,326
0,345 0,336 0,329 0,327 0,325
id
o.
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
tahun terakhir, gini rasio lama sekolah cenderung konstan pada level 0,326.
Hal ini mengindikasikan bahwa kesenjangan lama sekolah antarindividu
p:
tidak banyak berubah. Tentunya hal ini menjadi pekerjaan berat pemerintah
agar masyarakat dapat memperoleh pendidikan secara merata.
t
ht
id
indikator loss pembangunan manusia. Indikator ini dapat diartikan sebagai
o.
pembangunan manusia yang hilang akibat ketimpangan. Semakin besar nilai
loss, semakin besar pula ketimpangan pembangunan manusia yang terjadi.
.g
Ketika loss bernilai nol, ketimpangan pembangunan manusia tidak terjadi.
ps
Gambar 4.2 Komponen Inequality adjusted Human Development Index
(IHDI) di Indonesia, 2015
.b
w
Life
Expectancy
w
Index
//w
t p:
ht
Education
Income Index
Index
Potential Adjusted
Sumber : Human Development Report (HDR) 2016, UNDP
id
o.
Ketimpangan Gender .g
ps
Istilah gender berbeda dengan karakteristik laki-laki dan perempuan secara
.b
Perbedaan ini tidak menjadi masalah bila disertai dengan keadilan. Akan
w
aspek kehidupan.
t
ht
Isu gender memang sudah sejak lama menjadi perhatian dunia. Dalam
agenda pembangunan global yang bertajuk Sustainable Development Goals
(SDGs), isu gender menjadi salah satu target dalam SDGs. Pada goal kelima,
United Nations (UN) berkomitmen untuk mencapai kesetaraan gender dan
pemberdayaan perempuan di seluruh dunia.
UNDP juga sangat menyoroti isu gender dan memasukkannya dalam beberapa
indikator yang lebih spesifik. Pada HDR 2010, UNDP telah memperkenalkan
dua indikator yang telah mempertimbangkan aspek gender. Kedua indikator
itu adalah Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan Gender Inequality Index
(GII). IPG dihitung untuk melihat capaian pembangunan manusia yang
diraih oleh laki-laki dan perempuan, sementara GII lebih menekankan pada
ketimpangan yang terjadi antargender.
73,58
id
72,69 73,36
70,94 71,45 71,98
o.
63,43 63,96 .g64,83 65,56 66,27 66,98
ps
.b
pendidikan selama 8,35 tahun. Dari sisi ekonomi, rata-rata pengeluaran per
ht
kapita perempuan di Indonesia sekitar Rp 8,5 juta selama setahun. Ini jauh
lebih kecil dibanding pengeluaran per kapita laki-laki yang mencapai Rp 14,2
juta selama setahun.
2.192,72
1.858,21
1.655,60
1.250,36
1.157,14
679,42 736,63
Laki-laki Perempuan
id
Sumber : Badan Pusat Statistik, Keadaan Pekerja di Indonesia Agustus 2016
o.
Dari sisi ekonomi, ketimpangan gender cenderung lebih lebar. Survei
Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2016 mencatat bahwa sekitar
.g
61,6 persen penduduk yang bekerja adalah laki-laki. Upah yang diterima laki-
ps
laki juga lebih tinggi dibanding perempuan, baik pada yang berusaha sendiri,
buruh/karyawan/pegawai, pekerja bebas di pertanian, maupun pekerja
.b
0,564
0,533
0,486 0,481 0,476 0,472 0,472 0,467
Sumber : http://hdr.undp.org/en/data
Ketimpangan Antardimensi
Konsep yang diusung dalam pembangunan manusia adalah pemerataan
pembangunan dan sangat anti terhadap ketimpangan pembangunan.
Konsep ini mengandung konsekuensi bahwa capaian semua dimensi harus
merata. Untuk mencapai hal itu, pembangunan pada semua dimensi harus
bersifat holistik.
id
adanya rata-rata geometrik dalam penghitungan. Penggunaan rumus rata-
rata geometrik dalam penghitungan IPM menggambarkan bahwa capaian
o.
yang rendah di suatu dimensi tidak dapat ditutupi oleh capaian tinggi dari
dimensi lain. Capaian dimensi yang rendah akan menarik dimensi yang lain
.g
menjadi rendah. Hal ini karena rata-rata geometrik cukup sensitif terhadap
ps
nilai yang rendah.
.b
1,0
0,9
//w
0,8
0,7
p:
0,6
0,5
t
ht
0,4
0,3
0,2
0,1
0,0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
0,100
0,080
0,060
0,040
id
o.
0,020
0,000
2010 2011 2012 2013 .g
2014 2015 2016
ps
Sumber : Badan Pusat Statistik
.b
w
Ketimpangan Antarwilayah
w
//w
Indonesia terhampar pada 60 04’ 30” Lintang Utara hingga 110 00’ 36” Lintang
Selatan dan 940 58’ 21” hingga 1410 01’ 10” Bujur Timur (Statistik Indonesia
p:
Berpenduduk sekitar 258,7 juta jiwa pada tahun 2016 (Proyeksi Sensus
Penduduk 2010), Indonesia memiliki potensi penduduk dan wilayah yang
sangat kaya. Namun, potensi itu belum mampu dimanfaatkan secara optimal.
Pembangunan manusia yang terus bergulir hingga saat ini masih menyisakan
permasalahan ketimpangan antarwilayah. Luasnya wilayah Indonesia dan
tidak meratanya pembangunan menyebabkan ketimpangan terjadi, baik
antara perkotaan dengan perdesaan, antarprovinsi, antarkabupaten, antara
kota dengan kabupaten, maupun antara wilayah barat dengan timur.
Istilah perkotan dan perdesaan dalam pembagian wilayah yang dilakukan oleh
BPS mengacu pada wilayah administratif setingkat desa/kelurahan. Daerah
Secara konsep, perbedaan fisilitas yang dimiliki oleh perkotaan dan perdesaan
akan menyebabkan ketimpangan. Hal ini tentu tidak sejalan dengan prinsip
pembangunan manusia yang mengedepankan pemerataan. Namun, fakta
bahwa ketimpangan antara perkotaaan dengan perdesaan telah terjadi tidak
dapat terelakkan. Ketimpangan antara perkotaan dan perdesaan terjadi pada
semua dimensi pembangunan manusia.
Gambar 4.8 Persentase Penolong Persalinan Terakhir oleh Dokter dan
Bidan di Indonesia, 2016
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
Persalinan terakhir yang ditolong oleh dokter dan bidan telah mencapai
t
107,84 110,90
90,92 89,51
85,40
71,44
SD SMP SMA
Perkotaan Perdesaan
id
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
o.
Parisipasi pendidikan di perkotaan dan perdesaan juga menunjukkan adanya
ketimpangan. Kondisi ini tergambar dari indikator APK dan APM. Baik APK
.g
maupun APM, keduanya cenderung lebih tinggi di wilayah perkotaan kecuali
ps
pada jenjang SD. Perbedaan APK antara perkotaan dengan perdesaan pada
jenjang SMP tidak begitu signifikan. Sementara itu, perbedaan APK pada
.b
jenjang SMA cukup jauh, hampir mencapai 14 persen. Hal yang sama juga
terjadi pada APM SMA. Perbedaan APM antara perkotaan dengan perdesaan
w
96,85 96,58
79,33
75,49
64,89
53,38
SD SMP SMA
Perkotaan Perdesaan
id
Status Wilayah, 2016 (persen)
o.
15,72 15,59 15,12 14,70 14,32 14,42 14,17 14,21 14,09 14,11 13,96
13,76
.g
ps
9,23 9,09 8,78 8,60 8,39 8,52 8,34 8,16 8,29 8,22 7,79 7,73
.b
w
w
//w
2011 2011 2012 2012 2013 2013 2014 2014 2015 2015 2016 2016
Mar Sept Mar Sept Mar Sept Mar Sept Mar Sept Mar Sept
p:
Perkotaan Perdesaan
t
Ketimpangan antarprovinsi
Pada tahun 2016, IPM Provinsi DKI Jakarta telah mencapai 79,60. Provinsi
dengan penduduk terpadat di Indonesia ini merupakan provinsi dengan IPM
tertinggi di Indonesia. Sementara itu, IPM Provinsi Papua hanya 58,05 dan
merupakan yang terendah di Indonesia. Capaian IPM kedua provinsi berjarak
21,55.
21,97 21,98
21,87
21,74
21,84
21,64
21,55
id
Sumber : Badan Pusat Statistik
o.
Penurunan selisih IPM di tahun terakhir disebabkan oleh peningkatan
IPM Provinsi Papua lebih cepat dibandingkan peningkatan IPM Provinsi
.g
DKI Jakarta. Pada tahun 2016, IPM Provinsi Papua meningkat sebesar 0,80
ps
poin. Provinsi yang terletak di wilayah paling timur Indonesia ini berhasil
meningkatkan level IPM dari 57,25 menjadi 58,05. Sementara itu, IPM Provinsi
.b
DKI Jakarta meningkat hanya 0,61 poin, yaitu dari 78,99 menjadi 79,60.
w
Ketimpangan yang terjadi pada IPM juga terjadi pada indikator yang
membentuknya. Beberapa indikator menunjukkan perkembangan yang
positif. Angka harapan hidup dan harapan lama sekolah menunjukkan
ketimpangan yang semakin kecil. Ketimpangan rata-rata lama sekolah
cenderung stagnan. Sementara itu, ketimpangan pengeluaran per kapita
cenderung kian melebar.
11,67
11,48
11,32
11,13
10,46 10,45
10,40
id
Sumber : Badan Pusat Statistik
o.
Harapan hidup saat lahir di Provinsi DI Yogyakarta pada tahun 2016 telah
.g
mencapai 74,71 tahun. Provinsi dengan penduduk mencapai 3,72 juta
ps
jiwa pada tahun 2016 (proyeksi penduduk 2010-2035) merupakan provinsi
dengan harapan hidup tertinggi di Indonesia. Sementara itu, provinsi dengan
.b
harapan hidup saat lahir paling rendah yaitu Provinsi Sulawesi Barat. Provinsi
yang hanya berpenduduk 1,31 juta jiwa pada tahun 2016 (proyeksi penduduk
w
2010-2035) ini memiliki angka harapan hidup saat lahir sebesar 64,31.
w
5,69
5,57
5,52
5,08
5,09
5,00
4,90
id
Sumber : Badan Pusat Statistik
o.
satu indikator input dalam bidang pendidikan. Sementara itu, rata-rata lama
.g
sekolah merupakan indikator output dari sebuah proses pendidikan.
ps
Secara umum, selama kurun waktu 2010 hingga 2016, ketimpangan harapan
.b
Pada tahun 2016, harapan lama sekolah usia 7 tahun ke atas di Provinsi DI
ht
Yogyakarta telah mencapai 15,23 tahun. Sementara itu, harapan lama sekolah
di Provinsi Papua hanya sebesar 10,23 tahun. Jika dilihat dari pertumbuhan
harapan lama sekolah usia 7 tahun dari tahun 2015 ke 2016, terjadi perbedaan
antara keduanya. Harapan lama sekolah usia 7 tahun ke atas di Provinsi DI
Yogyakarta tumbuh sebesar 1,30 persen. Hal tersebut bisa mengindikasikan
bahwa terjadi banyak perbaikan di bidang pendidikan di Provinsi DI
Yogyakarta yang menyebabkan pertumbuhan harapan lama sekolah cukup
tinggi. Sementar itu, pertumbuhan harapan lama sekolah di Provinsi Papua
hanya 1,01 persen. Kondisi ini memberikan gambaran bahwa perbaikan di
bidang pendidikan harus lebih ditingkatkan, baik sarana prasarana, akses,
hingga kualitas pendidikannya sendiri.
4,70 4,72
id
Sumber : Badan Pusat Statistik
o.
kisaran 4,7 tahun. Pada tahun 2016, Indonesia belum dapat memperkecil
.g
ketimpangan rata-rata lama sekolah pada level provinsi, dari 4,72 tahun
ps
menjadi 4,73 tahun.
.b
Pada tahun 2016, Provinsi DKI Jakarta masih bertengger di posisi teratas dalam
capaian rata-rata lama sekolah sebesar 10,88 tahun sedangkan Provinsi Papua
w
provinsi Papua paling rendah, Provinsi Papua tumbuh paling cepat kedua
//w
Selama kurun waktu 2010 hingga 2016, Ketimpangan rata-rata lama sekolah
ht
antara Provinsi DKI Jakarta dengan Provinsi Papua berkisar 4,7 tahun hingga
4,8 tahun. Hal ini memberikan gambaran bahwa belum ada perubahan yang
signfikan dalam capaian pendidikan di Papua.
Pada tahun 2016, Provinsi DKI Jakarta menempati posisi teratas dalam capaian
pengeluaran per kapita yang disesuaikan yaitu sebesar Rp 17.468.000.
Sementara itu, Provinsi Papua menempati posisi terbawah dengan capaian
sebesar Rp 6.637.000 atau hampir tiga kali lipat dibanding Provinsi DKI
Jakarta. Jika dilihat dari pertumbuhannya, Provinsi Papua tumbuh lebih cepat
dibandingkan Provinsi DKI Jakarta. Perngeluaran per kapita Provinsi Papua
id
Sumber : Badan Pusat Statistik
o.
tumbuh 2,60 persen pada tahun 2016 sementata DKI Jakarta tumbuh 2,30
persen. .g
ps
.b
Ketimpangan antarkabupaten/kota
w
w
Jawa Tengah
Kalimantan Barat
Kepulauan Riau
Sulawesi Barat
Kalimantan Timur
Lampung
Maluku Utara
Maluku
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Banten
Sumatera Utara
Jawa Timur
Aceh
Sumatera Barat
Papua Barat
Jambi
Sumatera Selatan
Sulawesi Tenggara
Jawa Barat
D I Yogyakarta
Sulawesi Tengah
Papua
Gorontalo
Bengkulu
Riau
Bali
DKI Jakarta
Sulawesi Selatan id
Maksimum Median Minimum
o.
Sumber : Badan Pusat Statistik
.g
2016 telah mencapai 78,56 sedangkan capaian IPM Kabupaten Nduga hanya
ps
26,56. Selisih IPM antara Kota Jayapura dengan Kabupaten Nduga sebesar
52,00. Jika dibandingkan dengan Provinsi Sulawesi Barat, selisih IPM antara
.b
Provinsi Sulawesi Barat tidak terlalu tinggi. Capaian IPM tertinggi di Provinsi
w
Kabupaten Nduga yang tinggi terjadi pada semua dimensi. Pada dimensi
t
kesehatan, angka harapan hidup saat lahir di Kota Jayapura pada tahun 2016
ht
57,08
55,85
54,18 52,57
53,04
52,48
52,00
id
Sumber : Badan Pusat Statistik
o.
.g
upaya serius dan berkelanjutan agar kesenjangan antara kedua kabupaten/
kota semakin terus mengecil dari waktu ke waktu.
ps
Level pencapaian pembangunan manusia yang sudah cukup tinggi juga tidak
.b
capaian IPM tertinggi, yaitu Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi DI Yogyakarta
juga mengalami hal serupa. Namun, ketimpangan pembangunan manusia
w
Kalimantan Barat
Jawa Tengah
Kepulauan Riau
Kalimantan Timur
Lampung
Maluku Utara
Sulawesi Barat
Maluku
Aceh
Kalimantan Tengah
Banten
Sumatera Barat
Papua Barat
D I Yogyakarta
Sumatera Selatan
Sulawesi Tenggara
Jambi
Sulawesi Tengah
Jawa Timur
Kalimantan Selatan
Jawa Barat
Sumatera Utara
Papua
Bali
Riau
Sulawesi Utara
Gorontalo
DKI Jakarta
Bengkulu
Sulawesi Selatan
id
Maksimum Median Minimum
o.
Sumber : Badan Pusat Statistik
.g
Ketimpangan harapan hidup saat lahir di Provinsi Kepulauan Riau terjadi
ps
antara Kota Batam dengan Kabupaten Lingga. Angka harapan hidup saat lahir
di Kota Batam mencapai 73,09 tahun sedangkan di Kabupaten Lingga hanya
.b
2010-2016 (Tahun)
ht
16,04
15,06
14,26
13,64 13,33 13,23
12,65
id
relatif cukup tinggi.
o.
Provinsi Papua mengalami kesenjangan harapan lama sekolah paling tinggi.
.g
Hal ini terjadi akibat perbedaan capaian Kota Jayapura dengan Kabupaten
Nduga yang cukup tinggi. Harapan lama sekolah Kota Jayapura telah mencapai
ps
14,61 tahun. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan angka harapan lama
sekolah di level nasional yang hanya mencapai 12,72 tahun. Sementara itu,
.b
Papua dengan harapan lama sekolah hanya sebesar 2,34 tahun, yang berarti
penduduk usia tujuh tahun hanya memiliki harapan sekolah selama 2 tahun
w
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
Kalimantan Utara
Kepulauan Riau
Kalimantan Barat
Jawa Tengah
Kalimantan Timur
Lampung
Sulawesi Barat
Maluku
Banten
Kalimantan Tengah
Maluku Utara
Papua Barat
Kalimantan Selatan
Jawa Timur
Aceh
Sumatera Selatan
Jambi
D I Yogyakarta
Sumatera Barat
Sulawesi Tenggara
Nusa Tenggara Timur
Kep. Bangka Belitung
Jawa Barat
Sumatera Utara
Sulawesi Tengah
Papua
Gorontalo
Bali
Sulawesi Utara
Sulawesi Selatan
Riau
DKI Jakarta
12
10
0
Kalimantan Utara
Kalimantan Barat
Jawa Tengah
Kepulauan Riau
Kalimantan Timur
Sulawesi Barat
Maluku Utara
Maluku
Lampung
Sumatera Selatan
Kalimantan Tengah
Jambi
Banten
Sulawesi Tenggara
Aceh
Papua Barat
Jawa Timur
Kalimantan Selatan
D I Yogyakarta
Sumatera Barat
Jawa Barat
Sumatera Utara
Sulawesi Tengah
Papua
DKI Jakarta
Sulawesi Utara
Gorontalo
Riau
Bengkulu
Nusa Tenggara Barat
Sulawesi Selatan
Bali
id
Maksimum Median Minimum
o.
Sumber : Badan Pusat Statistik
.g
Ketimpangan yang terjadi pada indikator rata-rata lama sekolah juga
ps
kembali menempatkan Provinsi Papua pada sebagai provinsi paling timpang.
Ketimpangan rata-rata lama sekolah yang terjadi di provinsi ini cukup tinggi.
.b
Jayapura dengan capaian sebesar 11,14 tahun. Sementara itu, rata-rata lama
sekolah terendah berada di Kabupaten Nduga dengan capaian yang hanya
w
12,27
11,99
12,42 12,40
12,19
12,02 11,90
10,46 10,47
id
Sumber : Badan Pusat Statistik
o.
Selama 2010 hingga 2014, ketimpangan harapan lama sekolah antara
.g
Kota Jayapura dengan Kabupaten Nduga cenderung menurun. Meskipun
ps
demikian, pada tahun 2015-2016 ketimpangan harapan lama sekolah antara
kedua wilayah cenderung meningkat. Selama kurun waktu 2010 hingga 2013,
.b
ini relatif jauh, berkisar antara 12,55 tahun hingga 17,03 tahun. Ketimpangan
pendidikan ini merupakan kesenjangan harapan lama sekolah antara
Kabupaten Aceh Timur dengan Kota Banda Aceh.
20.000
15.000
10.000
5.000
Kalimantan Utara
Kepulauan Riau
Kalimantan Barat
Jawa Tengah
Kalimantan Timur
Sulawesi Barat
Lampung
Maluku
Kalimantan Tengah
Maluku Utara
Jambi
Banten
Sumatera Selatan
Papua Barat
Jawa Timur
Aceh
Kalimantan Selatan
Sulawesi Tenggara
Sumatera Barat
Nusa Tenggara Timur
Jawa Barat
Kep. Bangka Belitung
Sumatera Utara
D I Yogyakarta
Gorontalo
Sulawesi Tengah
Papua
Riau
Bengkulu
Sulawesi Utara
Bali
Sulawesi Selatan
DKI Jakarta
Maksimum Median Minimum
id
Sumber : Badan Pusat Statistik
o.
pencapaian yang masih rendah dan belum optimalnya pemerataan
pembangunan menjadi pekerjaan penting bagi pemerintah. Pada tahun 2016,
.g
perbedaan pengeluaran per kapita antara Kota Jayapura dengan Kabupaten
ps
Nduga mencapai empat kali lipat. Kesenjangan yang terjadi di Provinsi
Papua mengharuskan adanya strategi pembangunan yang menyeluruh dan
.b
Papua, Provinsi DKI Jakarta juga perlu berbenah dalam hal redistribusi
//w
9.406
id
o.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kota memiliki daya tarik tersendiri dibanding
kabupaten. Kota menyediakan berbagai macam fasilitas yang memadai
.g
sehingga masyarakat dapat melakukan aktivitas dengan mudah. Kemudahan
ps
akses yang tersedia di kota cukup banyak, mulai dari pendidikan, kesehatan,
ekonomi, sosial, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, secara fisik umumnya
.b
kota pada tingkat wilayah yang lebih kecil. Terdapat 98 wilayah kota dan
416 wilayah kabupaten pada tahun 2016. Secara geografis, kabupaten/kota
//w
paling banyak.
t
ht
M < 60
id
Rendah
o.
Kota Subulussalam
- IPM 62,18
9,1% Kabupaten
.g
ps
Kab. Nduga
IPM 26,56
.b
w
w
//w
“rendah” .
ht
Sangat Tinggi
18,4% IPM > 80
0,2%
id
70 ≤ IPM < 80
o.
Sedang
.g
6,1% 73,6%
ps
60 ≤ IPM < 70
.b
w
Rendah
- 9,1%
w
IPM < 60
//w
p:
id
mencapai 13,74 tahun. Menariknya, perbaikan kesenjangan harapan lama
sekolah di kabupaten lebih lambat dibanding di kota. Artinya, program yang
o.
berkaitan dengan peningkatan partisipasi sekolah di kabupaten dengan
.g
capaian harapan lama sekolah yang rendah perlu dilakukan secara intensif.
ps
Ketimpangan rata-rata lama sekolah yang terjadi di kabupaten hampir dua
kali lebih parah dibanding ketimpangan di kota. Tahun 2016, perbedaan
.b
antara rata-rata lama sekolah tertinggi dan terendah di kota hanya 5,69 tahun.
w
1,8% Barat
0,6% Timur
id
Tinggi 70 ≤ IPM < 80
Kep. Mentawai
o.
IPM 58,27 29,9% Barat
.g
Kab. Nduga
12,5% Timur
ps
IPM 26,56
.b
w
w
•
(1) Kawasan Barat Indonesia, terdiri dari Jawa, Sumatera, dan Bali;
p:
Sangat Tinggi
6,0% IPM > 80
0,9%
id
70 ≤ IPM < 80
o.
55,7% .gSedang
66,8%
ps
60 ≤ IPM < 70
.b
Rendah
w
barat.
Ketimpangan yang cukup tinggi ini tidak bisa dibiarkan berlanjut ke generasi
yang akan datang. Upaya percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi
Indonesia adalah hal yang perlu dilakukan sebagai titik awal menuju
Indonesia yang lebih merata karena upaya pemerataan pembangunan tidak
akan terwujud dalam jangka waktu singkat.
id
o.
Upaya pemerataan pencapaian pembangunan antar kawasan sebetulnya
sudah diupayakan pemerintah dalam pelaksanaan RPJMN 2015-2019.
.g
Pembangunan nasional adalah untuk menghilangkan/memperkecil
kesenjangan yang ada, baik kesenjangan antarkelompok pendapatan,
ps
maupun kesenjangan antarwilayah, dengan prioritas:
1. wilayah desa, untuk mengurangi jumlah penduduk miskin, karena
.b
2. wilayah pinggiran;
3. luar Jawa; dan
w
4. Kawasan Timur.
//w
8 persen pada tahun 2019. Hal ini dimaksudkan agar kesenjangan antar
kelompok ekonomi turun. Pemerintah juga memprioritaskan pembangunan
t
ht
id
Istiqomah, Umi. 2003. Upaya Menuju Generasi Tanpa Merokok. Setiaji, Jakarta.
o.
Kasnodihardjo. 1997. Gambaran Perilaku Penduduk Mengenai Kesehatan
Lingkungan di Daerah Pedesaan Subang Jawa Barat. Pusat Penelitian
.g
Ekologi Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
ps
Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Cermin Dunia Kedokteran No. 119,
1997
.b
Mandagi, Jeanne. 1996. Masalah Narkotika dan Zat Adiktif Lainnya serta
Penanggulangannya. Bina Darma Pemuda Printing, Jakarta.
w
Notoatmodjo, Sukidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta,
w
Jakarta.
//w
Ridwan, Ivani, Fitria Saftarina. 2015. Pelayanan Fasilitas Kesehatan: Faktor Kepuasan
dan Loyalitas Pasien. Abstrak Majority Volume 4 Nomor 9 Desember 2015.
Said, Nusa Idaman. 1999. Kesehatan Masyarakat Dan Teknologi Peningkatan
Kualitas Air. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Cetakan
Pertama, Jakarta.
UNDP, BPS, dan Bappenas. 2001. Indonesia Laporan Pembangunan Manusia 2001:
Demokrasi dan Pembangunan Manusia.
_______. 2004. Laporan Pembangunan Manusia Indonesia 2004: Ekonomi dari
Demokrasi.
United Nations Development Programme. 1990. Human Development Report. New
York: UNDP.
_______. 1996. Human Development Report. New York: UNDP.
_______. 2015. Human Development Report. New York: UNDP.
_______. 2016. Human Development Report. New York: UNDP.
L
Lampiran
ht
tp:
//w
w
w
.b
ps
.g
o.
id
Lampiran 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut Provinsi,
2016
id
DKI JAKARTA 72,49 12,73 10,88 17.468 79,60 0,77
JAWA BARAT 72,44 12,30 7,95 10.035 70,05 0,79
o.
JAWA TENGAH 74,02 12,45 7,15 10.153 69,98 0,70
D I YOGYAKARTA
JAWA TIMUR .g
74,71 15,23
70,74 12,98
9,12
7,23
13.229 78,38
10.715 69,74
1,01
1,14
ps
BANTEN 69,46 12,70 8,37 11.469 70,96 0,98
BALI 71,41 13,04 8,36 13.279 73,65 0,53
.b
id
Bireuen 70,72 14,42 9,15 7.885 70,21 0,63
Aceh Utara 68,51 14,11 8,09 7.520 67,19 0,51
o.
Aceh Barat Daya 64,35 13,54 7,93 7.567 64,57 1,26
Gayo Lues
Aceh Tamiang
64,88 13,27
69,08 13,55 .g
7,10
8,21
8.048 64,26
7.766 67,41
0,93
0,56
ps
Nagan Raya 68,67 14,09 8,24 7.460 67,32 0,88
Aceh Jaya 66,70 13,94 7,95 8.796 67,70 0,25
.b
id
Kota Tebing Tinggi 70,21 12,65 10,07 11.747 73,58 1,05
Kota Medan 72,34 14,06 11,18 14.393 79,34 0,59
o.
Kota Binjai 71,67 13,57 10,28 10.342 74,11 0,41
Kota Padangsidimpuan .g
68,37 14,49 10,48 10.198 73,42 0,85
ps
Kota Gunungsitoli 70,36 13,66 8,20 6.963 66,85 0,66
SUMATERA BARAT 68,73 13,79 8,59 10.126 70,73 1,07
.b
id
Batang Hari 70,03 12,88 7,69 9.512 68,70 0,96
Muaro Jambi 70,86 12,79 8,02 7.990 67,55 1,34
o.
Tanjung Jabung Timur 65,56 11,48 6,32 8.136 61,88 1,24
Tanjung Jabung Barat 67,71 12,21 .g
7,43 8.872 65,91 1,36
ps
Tebo 69,66 12,36 7,54 9.745 68,05 1,13
Bungo 67,18 12,55 7,99 10.937 68,77 0,63
.b
id
Lampung Tengah 69,15 12,21 7,37 10.674 68,33 1,07
Lampung Utara 68,30 12,42 7,71 8.212 65,95 1,15
o.
Way Kanan 68,58 12,31 7,33 8.411 65,74 0,86
Tulangbawang .g
69,28 11,55 7,12 10.034 66,74 1,00
ps
Pesawaran 68,05 12,25 7,24 7.055 63,47 1,23
Pringsewu 68,88 12,76 7,84 9.533 68,26 1,06
.b
id
Kuningan 72,76 12,04 7,34 8.580 67,51 0,48
Cirebon 71,43 12,03 6,41 9.463 66,70 0,96
o.
Majalengka 69,22 11,89 6,89 8.594 65,25 0,78
Sumedang 71,96 12,91 .g
7,72 9.339 69,45 0,24
ps
Indramayu 70,72 12,20 5,56 8.866 64,78 0,66
Subang 71,61 11,66 6,58 10.012 67,14 0,93
.b
id
Semarang 75,54 12,83 7,48 11.102 72,40 0,72
Temanggung 75,39 12,06 6,55 8.593 67,60 0,79
o.
Kendal 74,20 12,68 6,65 10.631 70,11 0,78
Batang .g
74,46 11,51 6,42 8.568 66,38 1,41
ps
Pekalongan 73,41 12,15 6,56 9.300 67,71 0,46
Pemalang 72,87 11,87 6,05 7.447 64,17 0,74
.b
id
Bojonegoro 70,67 12,11 6,65 9.420 66,73 0,85
Tuban 70,67 12,17 6,25 9.353 66,19 1,03
o.
Lamongan 71,77 13,44 7,29 10.252 70,34 0,72
Gresik 72,33 13,69 .g
8,94 11.961 74,46 1,21
ps
Bangkalan 69,77 11,56 5,13 8.030 62,06 0,93
Sampang 67,62 11,37 3,79 8.096 59,09 1,56
.b
id
Bima 65,13 13,25 7,45 7.585 64,15 1,06
Sumbawa Barat 66,66 13,58 8,05 10.528 69,26 1,29
o.
Lombok Utara 65,88 12,68 5,47 8.155 62,24 1,78
Kota Mataram .g
70,70 15,50 9,25 13.733 77,20 1,08
ps
Kota Bima 69,35 14,96 10,13 9.930 73,67 0,93
NUSA TENGGARA TIMUR 66,04 12,97 7,02 7.122 63,13 0,73
.b
id
Kota Pontianak 72,14 14,49 9,78 13.838 77,63 0,14
Kota Singkawang 71,08 12,85 7,29 11.006 70,10 0,10
o.
KALIMANTAN TENGAH 69,57 12,33 8,13 10.155 69,13 0,88
Kotawaringin Barat 70,21 12,42 .g
8,05 12.101 71,13 0,75
ps
Kotawaringin Timur 69,60 12,21 7,88 10.922 69,42 1,18
Kapuas 68,49 11,92 7,09 10.287 66,98 1,37
.b
id
KALIMANTAN UTARA 72,43 12,59 8,49 8.434 69,20 0,64
Malinau 71,24 13,24 8,56 9.529 70,71 0,80
o.
Bulungan 72,36 12,75 8,43 8.933 69,88 0,73
Tana Tidung .g
71,31 12,17 8,11 6.919 65,64 1,11
ps
Nunukan 71,23 12,58 7,57 6.333 64,35 1,57
Kota Tarakan 73,69 13,42 9,92 10.715 74,88 0,24
.b
id
Gowa 69,92 13,03 7,52 8.717 67,70 1,24
Sinjai 66,54 12,83 7,06 8.706 65,36 1,37
o.
Maros 68,58 12,96 7,20 9.758 67,76 0,94
Pangkajene dan Kepulauan 65,77 12,39 .g
7,33 10.670 66,86 0,31
ps
Barru 68,16 13,54 7,61 10.155 69,07 0,62
Bone 66,12 12,42 6,76 8.275 63,86 1,19
.b
id
Gorontalo Utara 65,06 12,26 6,62 8.270 63,02 0,75
Kota Gorontalo 71,74 14,19 10,30 11.360 75,75 0,17
o.
SULAWESI BARAT 64,31 12,34 7,14 8.450 63,60 1,01
Majene .g
60,64 13,54 7,81 9.441 64,80 0,62
ps
Polewali Mandar 61,65 12,96 6,89 7.559 61,51 1,05
Mamasa 70,43 11,36 6,98 7.231 63,51 0,55
.b
id
Maybrat 64,73 12,31 6,33 4.692 56,35 1,02
Manokwari Selatan 66,82 12,20 6,32 4.702 57,12 0,94
o.
Pegunungan Arfak 66,61 11,07 4,90 4.594 53,89 0,30
Kota Sorong 69,36 14,00 10,91 .g 12.858 76,33 0,56
ps
PAPUA 65,12 10,23 6,15 6.637 58,05 1,40
Merauke 66,53 12,71 8,26 10.016 68,09 0,50
.b
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
t p:
ht
id
JAWA BARAT 66,15 66,67 67,32 68,25 68,80 69,50 70,05
JAWA TENGAH 66,08 66,64 67,21 68,02 68,78 69,49 69,98
o.
D I YOGYAKARTA 75,37 75,93 76,15 76,44 76,81 77,59 78,38
JAWA TIMUR
BANTEN
65,36
67,54
66,06
68,22
.g
66,74
68,92
67,55
69,47
68,14
69,89
68,95
70,27
69,74
70,96
ps
BALI 70,10 70,87 71,62 72,09 72,48 73,27 73,65
NUSA TENGGARA BARAT 61,16 62,14 62,98 63,76 64,31 65,19 65,81
.b
NUSA TENGGARA TIMUR 59,21 60,24 60,81 61,68 62,26 62,67 63,13
w
id
Aceh Utara 63,56 64,22 64,82 65,36 65,93 66,85 67,19
Aceh Barat Daya 60,91 61,75 62,15 62,62 63,08 63,77 64,57
o.
Gayo Lues 60,93 61,91 62,85 63,22 63,34 63,67 64,26
Aceh Tamiang
Nagan Raya
.g
64,67
63,57
64,89
64,24
65,21
64,91
65,56
65,23
66,09
65,58
67,03
66,73
67,41
67,32
ps
Aceh Jaya 64,75 65,17 66,42 66,92 67,30 67,53 67,70
Bener Meriah 67,29 68,24 69,14 69,74 70,00 70,62 71,42
.b
Kota Banda Aceh 80,36 80,87 81,30 81,84 82,22 83,25 83,73
w
id
Kota Binjai 70,54 70,85 71,54 72,02 72,55 73,81 74,11
o.
Kota Padangsidimpuan 70,23 71,08 71,38 71,68 71,88 72,80 73,42
Kota Gunungsitoli 63,71 64,34 65,25 65,91 66,41 66,85
SUMATERA BARAT 67,25 67,81 68,36.g 68,91 69,36 69,98 70,73
ps
Kepulauan Mentawai 55,66 55,90 56,10 56,33 56,73 57,41 58,27
Pesisir Selatan 65,09 65,80 66,49 67,31 67,75 68,07 68,39
.b
Lima Puluh Kota 64,64 65,20 65,87 66,30 66,78 67,65 68,37
Pasaman 60,88 61,57 62,26 62,91 63,33 64,01 64,57
p:
id
Tanjung Jabung Barat 61,49 61,98 62,86 63,54 64,04 65,03 65,91
o.
Tebo 63,62 64,45 65,23 65,91 66,63 67,29 68,05
Bungo 66,28 66,70 67,20 67,54 67,93 68,34 68,77
Kota Jambi .g
72,23 72,96 73,78 74,21 74,86 75,58 76,14
ps
Kota Sungai Penuh 69,91 70,55 71,23 72,09 72,48 73,03 73,35
SUMATERA SELATAN 64,44 65,12 65,79 66,16 66,75 67,46 68,24
.b
Ogan Komering Ulu 64,13 64,62 65,09 65,51 66,21 67,18 67,47
Ogan Komering Ilir 61,04 61,68 62,29 63,52 63,87 64,73 65,44
w
Ogan Komering Ulu Selatan 58,88 59,74 60,63 61,58 61,94 62,57 63,42
t
Ogan Komering Ulu Timur 63,36 64,27 65,18 66,09 66,74 67,17 67,38
ht
id
Pesawaran 58,64 59,44 59,98 60,94 61,70 62,70 63,47
o.
Pringsewu 64,86 65,37 66,14 66,58 67,55 68,26
Mesuji 57,32 57,67 58,16 58,71 59,79 60,72
Tulang Bawang Barat 60,13 .g
60,77 61,46 62,46 63,01 63,77
ps
Pesisir Barat 58,95 59,76 60,55 61,50
Kota Bandar Lampung 71,11 72,04 72,88 73,93 74,34 74,81 75,34
.b
Kota Pangkal Pinang 74,68 75,02 75,69 76,14 76,28 76,61 76,73
ht
id
Subang 63,54 64,21 64,86 65,48 65,80 66,52 67,14
o.
Purwakarta 64,93 65,51 66,30 67,09 67,32 67,84 68,56
Karawang 64,58 65,21 65,97 66,61 67,08 67,66 68,19
Bekasi .g
67,58 68,66 69,38 70,09 70,51 71,19 71,83
ps
Bandung Barat 61,34 62,36 63,17 63,93 64,27 65,23 65,81
Pangandaran 64,73 65,29 65,62 65,79
.b
id
Tegal 61,14 61,97 62,67 63,50 64,10 65,04 65,84
o.
Brebes 59,49 60,51 60,92 61,87 62,55 63,18 63,98
Kota Magelang 73,99 74,47 75,00 75,29 75,79 76,39 77,16
Kota Surakarta 77,45 78,00 .g
78,44 78,89 79,34 80,14 80,76
ps
Kota Salatiga 78,35 78,76 79,10 79,37 79,98 80,96 81,14
Kota Semarang 76,96 77,58 78,04 78,68 79,24 80,23 81,19
.b
id
Sumenep 57,27 58,70 60,08 60,84 61,43 62,38 63,42
o.
Kota Kediri 72,20 72,93 73,66 74,18 74,62 75,67 76,33
Kota Blitar 72,56 73,08 73,53 74,53 75,26 76,00 76,71
Kota Malang .g
76,69 77,36 78,04 78,44 78,96 80,05 80,46
ps
Kota Probolinggo 67,30 68,14 68,93 70,05 70,49 71,01 71,50
Kota Pasuruan 69,69 70,41 72,01 72,89 73,23 73,78 74,11
.b
id
Kupang 58,57 59,74 60,34 61,07 61,68 62,04 62,39
o.
Timor Tengah Selatan 55,72 56,82 57,94 58,76 59,41 59,90 60,37
Timor Tengah Utara 56,93 57,87 59,04 59,56 60,41 60,96 61,54
Belu 55,78 56,63 .g
57,58 59,12 59,72 60,54 61,04
ps
Alor 55,46 56,01 56,47 57,52 58,00 58,50 58,99
Lembata 57,78 58,76 59,51 60,56 61,45 62,16 62,81
.b
Sumba Barat Daya 56,37 57,35 58,22 59,26 59,90 60,53 61,31
ht
id
Seruyan 61,60 62,16 62,39 62,81 63,49 64,77 65,40
o.
Katingan 63,25 64,54 64,87 65,29 65,79 66,81 67,41
Pulang Pisau 63,76 64,06 64,28 64,76 65,00 65,76 66,49
Gunung Mas .g
66,33 66,85 67,30 67,75 68,13 69,24 69,73
ps
Barito Timur 66,76 67,31 67,97 68,82 69,12 69,71 70,33
Murung Raya 63,18 64,39 64,85 65,62 66,10 66,46 66,96
.b
Kota Palangka Raya 76,53 76,98 77,40 78,02 78,50 78,62 79,21
KALIMANTAN SELATAN 65,20 65,89 66,68 67,17 67,63 68,38 69,05
w
Hulu Sungai Selatan 62,80 63,44 64,03 64,59 65,25 66,31 67,52
t
Hulu Sungai Tengah 63,49 63,90 64,34 64,63 65,37 66,56 67,07
ht
Hulu Sungai Utara 58,50 59,24 60,12 60,77 61,32 62,49 63,38
Tabalong 65,87 66,60 67,36 68,08 68,36 69,35 70,07
Tanah Bumbu 64,98 65,59 66,13 66,51 66,94 67,58 68,28
Balangan 62,88 63,28 63,69 64,03 64,44 65,34 66,25
Kota Banjarmasin 71,01 72,01 73,45 74,59 74,94 75,41 75,94
Kota Banjar Baru 75,49 76,23 76,67 77,10 77,30 77,56 77,96
KALIMANTAN TIMUR 71,31 72,02 72,62 73,21 73,82 74,17 74,59
Paser 66,54 67,11 68,18 69,61 69,87 70,30 71,00
Kutai Barat 65,90 66,92 67,14 68,13 68,91 69,34 69,99
Kutai Kartanegara 67,45 68,47 69,12 70,71 71,20 71,78 72,19
Kutai Timur 66,94 67,73 68,71 69,79 70,39 70,76 71,10
Berau 69,16 70,43 70,77 72,02 72,26 72,72 73,05
Penajam Paser Utara 66,37 66,92 67,17 68,07 68,60 69,26 69,96
Mahakam Ulu 63,81 64,32 64,89 65,51
id
Minahasa Selatan 66,11 66,61 67,26 67,68 68,36 69,18 69,97
o.
Minahasa Utara 68,74 69,62 70,00 70,19 70,54 71,09 71,49
Bolaang Mongondow Utara 61,34 62,11 62,88 63,67 64,24 64,46 65,16
Siau Tagulandang Biaro 61,83 62,45 63,35.g 63,91 64,35 65,00 65,66
ps
Minahasa Tenggara 65,66 66,07 67,10 67,34 67,86 68,05 68,42
Bolaang Mongondow Selatan 59,77 60,47 61,48 62,84 63,57 63,72 63,92
.b
Bolaang Mongondow Timur 60,04 60,93 61,93 62,64 63,12 63,81 64,44
Kota Manado 74,47 75,47 76,15 76,56 77,27 77,32 77,59
w
id
Tana Toraja 62,83 63,22 63,96 64,55 65,08 65,75 66,25
o.
Luwu Utara 64,77 65,57 65,99 66,40 66,90 67,44 67,81
Luwu Timur 68,47 68,94 69,34 69,53 69,75 70,43 70,95
Toraja Utara .g
63,51 64,48 64,89 65,65 66,15 66,76 67,49
ps
Kota Makasar 77,63 77,82 78,47 78,98 79,35 79,94 80,53
Kota Parepare 73,55 74,20 74,67 75,10 75,66 76,31 76,48
.b
id
Buru 61,60 62,50 63,50 64,31 65,15 65,75 66,63
o.
Kepulauan Aru 58,22 58,60 59,17 59,62 59,91 60,50 61,32
Seram Bagian Barat 59,90 60,59 61,47 61,79 62,39 63,02 63,76
Seram Bagian Timur 57,88 58,07 .g
58,47 58,88 59,50 60,27 61,15
ps
Maluku Barat Daya 55,75 56,10 56,74 57,34 58,09 58,64 59,43
Buru Selatan 57,30 57,98 58,91 59,89 60,74 61,48 62,19
.b
id
Boven Digoel 56,15 56,89 57,45 57,96 58,21 59,02 59,35
o.
Mappi 54,09 54,61 55,09 55,51 55,74 56,11 56,54
Asmat 43,69 44,58 45,08 45,54 45,91 46,62 47,31
Yahukimo .g
40,63 41,72 43,82 45,63 46,36 46,63 47,13
ps
Pegunungan Bintang 35,45 36,61 37,82 38,94 39,68 40,91 41,90
Tolikara 43,44 44,41 44,86 45,68 46,16 46,38 47,11
.b
id
Myanmar 0,353 0,427 0,526 0,533 0,540 0,547 0,552 0,556
o.
Sumber: Human Development Report 2016
.g
ps
.b
w
w
//w
t p:
ht
Ct
Teknis
Catatan
ht
tp:
//w
w
w
.b
ps
.g
o.
id
Catatan
Ct
Teknis
id
jangka pendek untuk mengumpulkan harta dan uang.”
o.
Kalimat pembuka pada HDR pertama yang dipublikasikan oleh UNDP tahun
.g
1990 secara jelas menekankan arti pentingnya pembangunan yang berpusat
ps
pada manusia – yang menempatkan manusia sebagai tujuan akhir, dan bukan
sebagai alat pembangunan.
.b
id
Dengan demikian, pembangunan manusia tidak hanya memperhatikan
sektor sosial, tetapi merupakan pendekatan yang komprehensif dari semua
o.
sektor.
tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut mencakup umur panjang dan sehat;
pengetahuan, dan kehidupan yang layak. Ketiga dimensi tersebut memiliki
//w
pengertian sangat luas karena terkait banyak faktor. Untuk mengukur dimensi
kesehatan, digunakan angka harapan hidup waktu lahir. Selanjutnya untuk
p:
Angka Harapan Hidup saat lahir (AHH) merupakan rata-rata perkiraan banyak
tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang selama hidup. Penghitungan
angka harapan hidup melalui pendekatan tak langsung (indirect estimation).
Jenis data yang digunakan adalah Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih
Hidup (AMH). Paket program Mortpack digunakan untuk menghitung angka
harapan hidup berdasarkan input data ALH dan AMH. Selanjutnya, dipilih
metode Trussel dengan model West, yang sesuai dengan histori kependudukan
Indeks harapan hidup dihitung dengan menghitung nilai maksimum dan nilai
minimum harapan hidup sesuai standar UNDP, yaitu angka tertinggi sebagai
batas atas untuk penghitungan indeks dipakai 85 tahun dan terendah adalah
20 tahun.
Tingkat Pendidikan
Salah satu komponen pembentuk IPM adalah dari dimensi pengetahuan yang
diukur melalui tingkat pendidikan. Dalam hal ini, indikator yang digunakan
adalah rata-rata lama sekolah (mean years of schooling) dan harapan lama
sekolah (expected years of schooling). Pada proses pembentukan IPM, rata-rata
lama sekolah dan harapan lama sekolah diberi bobot yang sama, kemudian
penggabungan kedua indikator ini digunakan sebagai indeks pendidikan
id
sebagai salah satu komponen pembentuk IPM.
o.
Rata-rata lama sekolah menggambarkan jumlah tahun yang digunakan
.g
oleh penduduk usia 25 tahun ke atas dalam menjalani pendidikan formal.
ps
Penghitungan rata-rata lama sekolah menggunakan dua batasan yang
dipakai sesuai kesepakatan UNDP. Rata-rata lama sekolah memiliki batas
.b
yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa
mendatang. Harapan lama sekolah dihitung untuk penduduk berusia 7
//w
Dimensi lain dari ukuran kualitas hidup manusia adalah standar hidup layak.
Dalam cakupan lebih luas, standar hidup layak menggambarkan tingkat
kesejahteraan yang dinikmati oleh penduduk sebagai dampak semakin
membaiknya ekonomi. UNDP mengukur standar hidup layak menggunakan
Produk Nasional Bruto (PNB) per kapita yang disesuaikan, sedangkan BPS
dalam menghitung standar hidup layak menggunakan rata-rata pengeluaran
per kapita riil yang disesuaikan dengan paritas daya beli (purcashing power
parity) berbasis formula Rao.
Keterangan:
PPPj : paritas daya beli di wilayah j
pij : harga komoditas i di kabupaten/kota j
pik : harga komoditas i di Jakarta Selatan
m : jumlah komoditas
id
Kentang Minyak goreng lainnya Rumah kontrak
Tongkol/tuna/cakalang Kelapa Rumah sewa
o.
Kembung Gula pasir Rumah dinas
Bandeng
Mujair
Teh
Kopi
.g
Listrik
Air PAM
ps
Mas Garam LPG
Lele Kecap Minyak tanah
.b
Penyusunan Indeks
id
HLS − HLSmin
IHLS = (3)
HLSmaks − HLSmin
o.
IRLS =
RLS − RLSmin
RLSmaks − RLSmin
.g (4)
ps
.b
ln ( pengeluaran) − ln ( pengeluaranmin )
Ipengeluaran = (6)
//w
ln ( pengeluaranmaks ) − ln ( pengeluaranmin )
p:
Keterangan:
* Daya beli minimum merupakan garis kemiskinan terendah kabupaten tahun 2010 (data
empiris) yaitu di Tolikara-Papua
** Daya beli maksimum merupakan nilai tertinggi kabupaten yang diproyeksikan hingga 2025
(akhir RPJPN) yaitu perkiraan pengeluaran per kapita Jakarta Selatan tahun 2025
id
3. Kelompok “sedang” : 60 ≤ IPM < 70
4. Kelompok “rendah” : IPM < 60
o.
Pertumbuhan IPM
.g
ps
.b
IPMt − IPMt −1
t
IPMt −1
Keterangan:
IPMt : IPM suatu wilayah pada tahun t
IPM(t-1) : IPM suatu wilayah pada tahun (t-1)