Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

KOLESISTEKTOMI LAPAROTOMI

I. Konsep Dasar Kolesistektomi


A. Definisi
Kolesistektomi adalah suatu tindakan pembedahan dengan cara
mengangkat kandung empedu dan salurannya dengan cara membuka
dinding perut.
B. Tujuan
Tujuan dari pengangkatan (pembuangan) kandung empedu adalah
mencegah terbentuknya kembali batu di kandung empedu, sehingga akan
mencegah kekambuhan dan infeksi, mencegah perjalan penyakit menjadi
suatu penyakit menahun.
C. Indikasi
1. Penderita dengan simtomatik batu empedu yang telah dibuktikan secara
imaging diagnostic terutama melalui USG abdomen.
2. Penderita kolesterolosis simtomatik yang telah dibuktikan melalui USG
abdomen.
3. Adenomyomatosis kantung empedu simtomatik.
D. Kontra indikasi
1. Kontra indikasi absolut
a. Koagulopati yang tidak terkontrol
b. Penyakit liver stadium akhir
c. Penyakit Paru obstruktif berat dan penyakit jantung kongestif berat
2. Kontra indikasi relatif (tergantung keahlian operator)
a. Cirrhosis hepatis
b. Obesitas
c. Kolesistitis akut
d. Gangrene dan empyema gall bladder
e. Biliary enteric fistula
f. Kehamilan
g. Ventriculo-peritoneal shunt (VP-shunt)
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes darah untuk menilai fungsi hati;
2. Ultrasonografi untuk mendeteksi batu empedu;
3. Kandung empedu scintigraphy (hepatobilier memindai asam
Iminodiacetic) – Tes X-ray, di mana zat kimia dimasukkan ke kantong
empedu, yang memungkinkan Anda untuk gambar hati, kandung
empedu, saluran dan usus kecil;
4. Teknik pemindaian radiologi lainnya, untuk melihat lokasi kantong
empedu;
5. EKG dada X-ray, Untuk memastikan, bahwa jantung dan paru-paru
cukup sehat, untuk menahan selama operasi.
F. Gambar
G. Pathway
Pola Hidup, Pola Makan, Usia

Pembentukan Batu Empedu

Menyumbat Saluran Kantong Empedu

Nyeri, Mual, Kembung

Indikasi Operasi

Pre Operasi Intra Operasi Post Operasi


Mengaktivasi Trauma jaringan,
reseptor nyeri jaringan kulit
rusak
Gugup, Kurang Pembedahan Pembiusan Menekan pusat
panik Informasi
pernafasan dan
Nyeri
sistem
Insisi perkemihan Resiko
Ansietas Kurang Kerusakan
Pengetahuan Intergitas
Terputus Kulit
Kerja organ
pembuluh pernafasan
Kesadaran
darah menurun
diturunkan

Fungsi ginjal
Perdarahan
Termoregulator Kelemahan menurun
terganggu Otot
Pernafasan
Shock
Hipovolemik Reflek
berkemih
Refleks batuk dan menurun
Resiko Hipotermi
menelan berkurang

Inkontinensia
Terakumulasi
Suhu
sekret
Ruangan
DIngin
Perubahan
Bersihan jalan nafas pola eliminasi
tidak efektif urin
II. Konsep Asuhan Keperawatan
A. Keperawatan Preoperatif
Preoperatif adalah merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan
pembedahan yang dimulai sejak ditentukannya persiapan pembedahan
dan berakhir sampai pasien berada di meja bedah.
1. Persiapan Klien Di Unit Perawatan
a. Persiapan Fisik
1) Status kesehatan fisik secara umum
Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan
pemeriksaan status kesehatan secara umum, meliputi identitas
klien, riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat
kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap, antara lain
status hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan,
fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi,
dan lain-lain. Selain itu pasien harus istirahat yang cukup,
karena dengan istirahat dan tidur yang cukup pasien tidak akan
mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien
yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat
stabil dan bagi pasien wanita tidak akan memicu terjadinya
haid lebih awal
2) Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas,
kadar protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan
nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus di koreksi
sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup
untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat
mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca
operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat
di rumah sakit. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah
infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga
luka tidak bisa menyatu), demam dan penyembuhan luka yang
lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat mengalami sepsis
yang bisa mengakibatkan kematian
3) Keseimbangan cairan dan elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya
dengan input dan output cairan. Demikaian juga kadar
elektrolit serum harus berada dalam rentang normal. Kadar
elektrolit yang biasanya dilakuakan pemeriksaan diantaranya
dalah kadar natrium serum (normal : 135 -145 mmol/l), kadar
kalium serum (normal : 3,5 - 5 mmol/l) dan kadar kreatinin
serum (0,70 - 1,50 mg/dl). Keseimbangan cairan dan elektrolit
terkait erat dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi
mengatur mekanisme asam basa dan ekskresi metabolit obat-
obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat
dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal mengalami
gangguan seperti oliguri/anuria, insufisiensi renal akut, nefritis
akut maka operasi harus ditunda menunggu perbaikan fungsi
ginjal. Kecuali pada kasus-kasus yang mengancam jiwa.
4) Kebersihan lambung dan kolon
Lambung dan kolon harus di bersihkan terlebih dahulu.
Intervensi keperawatan yang bisa diberikan diantaranya adalah
pasien dipuasakan dan dilakukan tindakan pengosongan
lambung dan kolon dengan tindakan enema/lavement.
Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai 8 jam (biasanya
puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB). Tujuan dari
pengosongan lambung dan kolon adalah untuk menghindari
aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan
menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga
menghindarkan terjadinya infeksi pasca pembedahan. Khusus
pada pasien yang menbutuhkan operasi CITO (segera), seperti
pada pasien kecelakaan lalu lintas. Maka pengosongan
lambung dapat dilakukan dengan cara pemasangan NGT (naso
gastric tube).
5) Pencukuran daerah operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk
menghindari terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan
pembedahan karena rambut yang tidak dicukur dapat menjadi
tempat bersembunyi kuman dan juga mengganggu /
menghambat proses penyembuhan dan perawatan luka.
Meskipun demikian ada beberapa kondisi tertentu yang tidak
memerlukan pencukuran sebelum operasi, misalnya pada
pasien luka incisi pada lengan. Tindakan pencukuran (scheren)
harus dilakukan dengan hati-hati jangan sampai menimbulkan
luka pada daerah yang dicukur. Sering kali pasien di berikan
kesempatan untuk mencukur sendiri agar pasien merasa lebih
nyaman. Daerah yang dilakukan pencukuran tergantung pada
jenis operasi dan daerah yang akan dioperasi. Biasanya daerah
sekitar alat kelamin (pubis) dilakukan pencukuran jika yang
dilakukan operasi pada daerah sekitar perut dan paha.
Misalnya : apendiktomi, herniotomi, uretrolithiasis, operasi
pemasangan plate pada fraktur femur, hemmoroidektomi.
Selain terkait daerah pembedahan, pencukuran pada lengan
juga dilakukan pada pemasangan infus sebelum pembedahan.
6) Personal Hygine
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk
persiapan operasi karena tubuh yang kotor dapat merupakan
sumber kuman dan dapat mengakibatkan infeksi pada daerah
yang dioperasi. Pada pasien yang kondisi fisiknya kuat
diajurkan untuk mandi sendiri dan membersihkan daerah
operasi dengan lebih seksama. Sebaliknya jika pasien tidak
mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene secara mandiri
maka perawat akan memeberikan bantuan pemenuhan
kebutuhan personal hygiene.
7) Pengosongan kandung kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan
melakukan pemasangan kateter. Selain untuk pengongan isi
bladder tindakan kateterisasi juga diperluka untuk
mengobservasi balance cairan.
8) Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien
sebelum operasi, hal ini sangat penting sebagai persiapan
pasien dalam menghadapi kondisi pasca operasi, seperti : nyeri
daerah operasi, batuk dan banyak lendir pada tenggorokan.
Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara
lain :
a) Latihan Nafas Dalam
Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien
untuk mengurangi nyeri setelah operasi dan dapat
membantu pasien relaksasi sehingga pasien lebih mampu
beradaptasi dengan nyeri dan dapat meningkatkan kualitas
tidur. Selain itu teknik ini juga dapat meningkatkan
ventilasi paru dan oksigenasi darah setelah anastesi umum.
Dengan melakukan latihan tarik nafas dalam secara efektif
dan benar maka pasien dapat segera mempraktekkan hal
ini segera setelah operasi sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan pasien.
b) Latihan Batuk Efektif
Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi
klien terutama klien yang mengalami operasi dengan
anstesi general. Karena pasien akan mengalami
pemasangan alat bantu nafas selama dalam kondisi
teranstesi. Sehingga ketika sadar pasien akan mengalami
rasa tidak nyaman pada tenggorokan. Dengan terasa
banyak lendir kental di tenggorokan. Latihan batuk efektif
sangat bermanfaat bagi pasien setalah operasi untuk
mengeluarkan lendir atau sekret tersebut.
c) Latihan Gerak Sendi
Keuntungan:
1. Lebih cepat merangsang usus (peristaltik usus)
sehingga pasien akan lebih cepat kentut/flatus
2. Menghindarkan penumpukan lendir pada saluran
pernafasan dan terhindar dari kontraktur sendi dan
terjadinya dekubitus
3. memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan
menunjang fungsi pernafasan optimal.
2. Persiapan Penunjang
a. Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti : Foto thoraks,
abdomen, foto tulang (daerah fraktur), USG (Ultra Sono Grafi),
CT scan (computerized Tomography Scan) , MRI (Magnrtic
Resonance Imagine), BNO-IVP, Renogram, Cystoscopy,
Mammografi, CIL (Colon in Loop), EKG/ECG (Electro Cardio
Grafi), ECHO, EEG (Electro Enchephalo Grafi), dll.
b. Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksaan darah :
hemoglobin, angka leukosit, limfosit, LED (laju enap darah),
jumlah trombosit, protein total (albumin dan globulin), elektrolit
(kalium, natrium, dan chlorida), CT/BT, ureum kretinin, BUN, dll.
Bisa juga dilakukan pemeriksaan pada sumsun tulang jika
penyakit terkaut dengan kelainan darah.
c. Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan
jaringan tubuh untuk memastikan penyakit pasien sebelum
operasi. Biopsi biasanya dilakukan untuk memastikan apakah ada
tumor ganas/jinak atau hanya berupa infeksi kronis saja.
d. Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD).
e. Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui apakah kadar gula
darah pasien dalan rentang normal atau tidak. Uji KGD biasanya
dilakukan dengan puasa 10 jam (puasa jam 10 malam dan diambil
darahnya jam 8 pagi) dan juga dilakukan pemeriksaan KGD 2 jam
PP (ppst prandial).
3. Pemeriksaan Status Anastesi
Pemeriksaan yang biasa digunakan adalah pemeriksaan dengan
menggunakan metode ASA (American Society of Anasthesiologist).
Pemeriksaan ini dilakukan karena obat dan teknik anastesi pada
umumnya akan mengganggu fungsi pernafasan, peredaran darah dan
sistem saraf.
Berikut pemeriksaan ASA :
a. ASA grade I
Status fisik : Tidak ada gangguan organik, biokimia dan
psikiatri.
Misal: penderita dengan herinia ingunalis tanpa kelainan lain,
orang tua sehat, bayi muda yang sehat.
Mortality (%) : 0,05
b. ASA grade II
Status fisik : Gangguan sistemik ringan sampai sedang yang
bukan diseababkan oleh penyakit yang akan dibedah.
Misal : penderita dengan obesitas, penderita dengan
bronkitis dan penderita dengan diabetes mellitus
ringan yang akan mengalami appendiktomi
Mortality (%) : 0,4
c. ASA grade III
Status fisik : Penyakit sistemik berat;
misal : penderita diabetes mellitus dengan komplikasi
pembuluh darah dan datang dengan appendisitis akut.
Mortality (%) : 4,5.
d. ASA grade IV
Status fisik : Penyakit/gangguan sistemik berat yang
menbahayakan jiwa yang tidak selalu dapat diperbaiki
dengan pembedahan
misalnya : insufisiensi koroner atau infark miokard
Mortality (%) : 25
e. ASA grade V
Status fisik : Penyakit/gangguan sistemik berat yang
menbahayakan jiwa yang tidak selalu dapat diperbaiki
dengan pembedahan
misalnya : insufisiensi koroner atau infark miokard
Mortality (%) : 50.
4. Inform Consent
Setiap pasien yang akan menjalani tindakan medis, wajib menuliskan
surat pernyataan persetujuan dilakukan tindakan medis (pembedahan
dan anastesi). Inform Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit
menjunjung tinggi aspek etik hukum, maka pasien atau orang yang
bertanggung jawab terhdap pasien wajib untuk menandatangani surat
pernyataan persetujuan operasi. Artinya apapun tindakan yang
dilakukan pada pasien terkait dengan pembedahan, keluarga
mengetahui manfaat dan tujuan serta segala resiko dan
konsekuensinya
5. Persiapan Mental/Psikis
Contoh perubahan fisiologis yang muncul akibat kecemasan dan
ketakutan antara lain :
a. Pasien dengan riwayat hipertensi jika mengalami kecemasan
sebelum operasi dapat mengakibatkan pasien sulit tidur dan
tekanan darahnya akan meningkat sehingga operasi bisa
dibatalkan
b. Pasien wanita yang terlalu cemas menghadapi operasi dapat
mengalami menstruasi lebih cepat dari biasanya, sehingga operasi
terpaksa harus ditunda.
Berbagai alasan yang dapat menyebabkan ketakutan/kecemasan
pasien dalam menghadapi pembedahan antara lain :
a. Takut nyeri setelah pembedahan
b. Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak
berfungsi normal (body image)
c. Takut keganasan (bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti)
d. Takut/cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain
yang mempunyai penyakit yang sama.
e. Takut/ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan
petugas.
f. Takut mati saat dibius/tidak sadar lagi.
g. Takut operasi gagal.
Ketakutan dan kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat
dideteksi dengan adanya perubahan-perubahan fisik seperti :
a. Meningkatnya frekuensi nadi dan pernafasan
b. Gerakan-gerakan tangan yang tidak terkontrol
c. Telapak tangan yang lembab
d. Gelisah
e. Menayakan pertanyaan yang sama berulang kali
f. Sulit tidur
g. Sering berkemih
Untuk mengurangi / mengatasi kecemasan pasien, perawat dapat
menanyakan hal-hal yang terkait dengan persiapan operasi, antara
lain:
a. Pengalaman operasi sebelumnya
b. Persepsi pasien dan keluarga tentang tujuan/alasan tindakan
operasi
c. Pengetahuan pasien dan keluarga tentang persiapan operasi baik
fisik maupun penunjang
d. Pengetahuan pasien dan keluarga tentang situasi/kondisi kamar
operasi dan petugas kamar operasi
e. Pengetahuan pasien dan keluarga tentang prosedur (pre, intra, post
operasi)
f. Pengetahuan tentang latihan-latihan yang harus dilakukan sebelum
operasi dan harus dijalankan setalah operasi, seperti : latihan nafas
dalam, batuk efektif, ROM, dll.
Peranan perawat dalam memberikan dukungan mental dapat
dilakukan dengan berbagai cara:
a. Membantupasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang
dialami pasien sebelum operasi, memberikan informasi pada
pasien tentang waktu operasi, hal-hal yang akan dialami oleh
pasien selama proses operasi, menunjukkan tempat kamar operasi,
dll.
b. Dengan mengetahui berbagai informasi selama operasi maka
diharapkan pasien mejadi lebih siap menghadapi operasi,
meskipun demikian ada keluarga yang tidak menghendaki pasien
mengetahui tentang berbagai hal yang terkait dengan operasi yang
akan dialami pasien
c. Memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum setiap tindakan
persiapan operasi sesuai dengan tingkat perkembangan. Gunakan
bahasa yang sederhana dan jelas. Misalnya: jika pasien harus
puasa, perawat akan menjelaskan kapan mulai puasa dan samapai
kapan, manfaatnya untuk apa, dan jika diambil darahnya, pasien
perlu diberikan penjelasan tujuan dari pemeriksaan darah yang
dilakukan, dll. Diharapkan dengan pemberian informasi yang
lengkap, kecemasan yang dialami oleh pasien akan dapat
diturunkan dan mempersiapkan mental pasien dengan baik
d. Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk
menanyakan tentang segala prosedur yang ada. Dan memberi
kesempatan pada pasien dan keluarga untuk berdoa bersama-sama
sebelum pasien di antar ke kamar operasi.
e. Mengoreksi pengertian yang saah tentang tindakan pembedahan
dan hal-hal lain karena pengertian yang salah akan menimbulkan
kecemasan pada pasien.
Kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian obat pre
medikasi, seperti valium dan diazepam tablet sebelum pasien tidur
untuk menurunkan kecemasan dan pasien dapat tidur sehingga
kebutuhan istirahatnya terpenuhi.
f. Pada saat pasien telah berada di ruang serah terima pasien di
kamar operasi, petugas kesehatan di situ akan memperkenalkan
diri sehingga membuat pasien merasa lebih tenang.
g. Untuk memberikan ketenangan pada pasien, keluarga juga
diberikan kesempatan untuk mengantar pasien sampai ke batas
kamar operasi dan diperkenankan untuk menunggu di ruang
tunggu yang terletak di depan kamar operasi.
6. Obat-Obatan Pre Medikasi
a. Sebelum operasi dilakukan pada esok harinya. Pasien akan
diberikan obat-obatan premedikasi untuk memberikan kesempatan
pasien mendapatkan waktu istirahat yang cukup
b. Obat-obatan premedikasi yang diberikan biasanya adalah valium
atau diazepam.
c. Antibiotik profilaksis biasanya di berikan sebelum pasien di
operasi.
d. Antibiotik profilaksis yang diberikan dengan tujuan untuk
mencegah terjadinya infeksi selama tindakan operasi, antibiotika
profilaksis biasanya di berikan 1-2 jam sebelum operasi dimulai
dan dilanjutkan pasca bedah 2- 3 kali.
e. Antibiotik yang dapat diberikan adalah ceftriakson 1gram dan
lain-lain sesuai indikasi pasien.
B. Perawatan Intraoperatif
Fase intraoperatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah ke instalasi
bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Pada
fase ini lingkup aktivitas keperawatan mencakup :
1. Pemasangan IV cath
2. Pemberian medikasi intaravena
3. Melakukan pemantauan kondisi fisiologis menyeluruh sepanjang
prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien
4. Contoh : memberikan dukungan psikologis selama induksi anstesi,
bertinda k sebagai perawat scrub, atau membantu mengatur posisi
pasien di atas meja operasi denganmenggunakan prinsip-prinsip dasar
kesimetrisan tubuh.
Perawat yang bekerja di kamar bedah harus telah mengambil program
proregristation education courses in anasthetic and operating theater
nursing. Dalam pembedahan perawat disebut scrubbed nurse yang
bertindak sebagai asisten ahli bedah. Perawat bertanggung jawab akan
pemeliharaan sterilitas daerah pembedahan dan instrument dan menjamin
ketersediaan peralatan ahli bedah untuk terlaksananya pembedahan
yangdirencanakan. Circulating nurse bertanggung jawab untuk menjamin
terpenuhinya perlengkapanyang dibutuhkan oleh scrubbed nurse dan
bertanggung jawab terhadap observasi dan perawatan pasien tanpa
menimbulkan kontaminasi daerah steril.
Tahap Intraoperatif :
1. Ruang Sementara (Holding area)
Perawat dapat menjelakan tahap-tahap yang akan dilaksanakan untuk
menyiapkan klien menjalani pembedahan. Perawat diruang tahanan
sementara biasanya adalah bagian dari petugas ruang oprasi dan
menggunakan pakaian, topi, dan alas kaki khusus ruang oprasi sesuai
dengan kebijakan pengontrolan infeksi rumah sakit. Pada beberapa
tempat bedah sehari, perawat primer perioperatif menerima
kedatangan klien, menjadi perawat sirkulator selama prosedur
berlangsung, dan mengelola pemulihan serta kepulangan klien.
Di dalam ruangan tahanan sementara, perawat, anestesi, atau ahli
anestesi memasang kateter infus ke tangan klien untuk memberikan
prosedur rutin penggantian cairan dan obat-obatan melalui intravena.
Biasanya menggunakan kateter IV yang berukuran besar agar
pemasukan cairan menjadi lebih mudah. Perawat juga memasang
manset tekanan darah. Manset juga terpasang pada lengan klien
selama pembedahan berlangsung sehingga ahli anestesi dapat
mengkaji tekanan darah klien.
2. Kedatangan ke Ruang Operasi
Perawat ruang opersi identifikasi dan kardeks klien, melihat kembali
lembar persetujuan tindakan, riwayat kesehatan, hasil pemeriksaan
fisik, dan berbagai hasil pemeriksaan. Pastikan bahwa alat prostese
dan barang berharga telah dilepas dan memeriksa kembali rencana
perawatan preoperatif yang berkaitan dengan intraoperatif.
3. Pemberian Anestesi
a. Anestesi Umum
Klien yang mendapat anestesi umum akan kehilangan seluluh
sensasi dan kesadarannya. Relaksasi mempermudah manipulasi
anggota tubuh. Klien juga mengalami amnesia tentang seluruh
proses yang terjadi selama pembedahan yang menggunakan
anestesi umum melibatkan prosedur mayor, yang membutuhkan
manipulasi jaringan yang luas.
Ahli anestesi memberi anestesi umum melalui jalur IV dan
inhalasi melalui empat tahap anestesi. Tahap 1 dimulai saat klien
masih sadar. Klien menjadi pusing dan kehilangan kesadaran
secara bertahap, dan status analgesic dimulai. Tahap 2 adalah
eksitasi. Otot kilen kadang-kadang menegang dan hampir kejang.
Reflek menelan dan mudah tetap ada, dan pola nafas klien
mungkin menjadi tidak teratur. Tahap 3 dimulai pada saat irama
pernafasan mulai teratur. Fungsi vital terdepresi. Tahap 4 adalah
tahap depresi pernafasan lengkap.
b. Anestesi Regional
Induksi anestesi regional menyebabkan hilangnya sensasi pada
daerah tubuh tertentu. Selama pembedaan berlangsung klien
dengan anestesi regional akan tetap sadar kecuali jika dokter
memprogramkan pemberian tranquilizer yang dapat menyebabkan
klien tidur. Perawat harus ingat bahwa luka bakar dan cidera
lainnya dapat terjadi pada bagian tubuh yang berada dibawah
pengaruh anestesi tanpa disadari oleh klien. Oleh karena itu posisi
ekstermitas dan kondisi kulit klien perlu sering observasi.
c. Anestesi Lokal
Anestesi lokal menyebabkan hilangnya sensasi pada tempat yang
diinginkan (mis, adanya sel tumbuh pada kulit atau kornea mata).
Obat anestesi (mis, lidokain ) menghambat konduksi saraf sampai
obat terdifusi kedalam sirkulasi. Klien akan kehilangan rasa nyeri
dan sentuhan, aktifitas motorik, dan otonom.
4. Monitoring Pasien
Aktivitas keperawatan yang dilakukan pada tahap intra operatif ada 4
tahap yaitu:
a. Safety Managemen
Tindakan ini meruakan suatu bentuk jaminan keamanan bagi
pasien selama prosedur pembedahan. Tindakan yang dilakukan
untuk jaminan keamanan diantaranya adalah:
1) Pengaturan Posisi Klien Selama Pembedahan
Prinsip tindakan keperawatan selama pelaksanaan operasi
yaitu pengaturan posisi karena posisi yang diberikan perawat
akan mempengaruhi rasa nyaman pasien dan keadaan
psikologis pasien.
Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan
posisi pasien adalah :
a) Letak bagian tubuh yang akan dioperasi.
b) Umur dan ukuran tubuh pasien.
c) Tipe anaesthesia yang digunakan.
d) Nyeri/Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada
pergerakan (arthritis).
Hal-hal yang dilakukan oleh perawat terkait dengan
pengaturan posisi pasien meliputi :
a) Kesejajaran fungsional
Maksudnya adalah memberikan posisi yang tepat selama
operasi. Operasi yang berbeda akan membutuhkan posisi
yang berbeda pula. Contoh :
 Supine (dorsal recumbent) : hernia, laparotomy,
laparotomy eksplorasi, appendiktomi, mastectomy atau
pun reseksi usus.
 Pronasi : operasi pada daerah punggung dan spinal.
Misal : Lamninectomy
 Trendelenburg : dengan menempatkan bagian usus
diatas abdomen, sering digunakan untuk operasi pada
daerah abdomen bawah atau pelvis.
 Lithotomy : posisi ini mengekspose area perineal dan
rectal dan biasanya digunakan untuk operasi vagina.
Dilatasi dan kuretase dan pembedahan rectal seperti :
Hemmoiroidektomy
 Lateral : digunakan untuk operasi ginjal, dada dan
pinggul.
2) Pemajanan area pembedahan
Pemajanan daerah bedah maksudnya adalah daerah mana yang
akan dilakukan tindakan pembedahan. Dengan pengetahuan
tentang hal ini perawat dapat mempersiapkan daerah operasi
dengan teknik drapping
3) Mempertahankan posisi sepanjang prosedur operasi
Posisi pasien di meja operasi selama prosedur pembedahan
harus dipertahankan sedemikian rupa. Hal ini selain untuk
mempermudah proses pembedahan juga sebagai bentuk
jaminan keselamatan pasien dengan memberikan posisi
fisiologis dan mencegah terjadinya injury.
4) Memonitoring Fisiologis
Pemantauan fisiologis yang dilakukan oleh perawat meliputi
hal-hal sebagai berikut:
a) Melakukan balance cairan
Perhitungan balance cairan dilakuakan untuk memenuhi
kebutuhan cairan pasien. Pemenuhan balance cairan
dilakukan dengan menghitung jumlah cairan yang masuk
dan yang keluar kemudian melakukan koreksi terhadap
imbalance cairan yang terjadi. Misalnya dengan
pemberian cairan infuse.
b) Pemantauan terhadap perubahan vital sign
Pemantauan tanda-tanda vital penting dilakukan untuk
memastikan kondisi klien dalam batas normal. Jika terjadi
gangguan harus dilakukan intervensi secepatnya.
c) Monitoring psikologis
Dukungan psikologis yang dilakukan oleh perawat kepada
pasien antara lain:
 Memberika dukungan emosional pada pasien.
 Mengkaji status emosional pasien.
 Mengkomunikasikan status emosional pasien kepada
tim kesehatan.
d) Pengaturan dan koordinasi nursing care
Tindakan yang dilakukan antara lain:
 Memanage keamanan pasien
 Mempertahankan prinsip dan teknik asepsis

5. Peran Perawat Selama Pembedahan


a. Perawat instrumentator (scrub nurse)
Perawat instrumentator (scrub nurse) atau perawat sirkulator
memberikan intrumen dan bahan-bahan yang di butuhkan oleh
dokter bedah selam pembedahan berlangsung dengan menggunakn
tehnik aspek pembedahan yang ketat dan terbiasa dengan intrumen
pembedahan.
b. Perawat Sirkulator
Perawat Sirkulator adalah asisten perawat intrumentator dan
dokter bedah. Perawat sirkulator membantu mengatur posisi klien
dan menyediakan alat dan duk bedah yang di butuhkan dalam
pembedahan. Perawat sirkulator menyediakan bahan-bahan yang
di butuhkan perawat instrumentator, membuang alat dan spon kasa
yang telah kotor, serta tetap hitung instrument jarum dan spon
kasa yang telah di gunakan. Perawat sirkulator juga dpat
membantu mengubah posisi klien atau memindahkan posisi lampu
opersi. Perawat sirkulator juga menggunakan teknik aseptik bedah.
Apabila teknik aseptik telah hilang, Perawat sirkulator membantu
anggota tim bedah dengan mengganti dan memakai gaun dan
sarung tangan steril. Prosedur ini mencegah tertinggalnay bahan-
bahan tersebut di dalam luka bedah klien.
C. Perawatan Post Operatif
Keperawatan post operatif adalah periode akhir dari keperawatan
perioperatif. Selama periode ini proses keperawatan diarahkan pada
menstabilkan kondisi pasien pada keadaan equlibrium fisiologis pasien,
menghilangkan nyeri dan pencegahan komplikasi. Pengkajian yang
cermat dan intervensi segera membantu pasien kembali pada fungsi
optimalnya dengan cepat, aman dan nyaman.
1. Pemindahan Pasien Dari Kamar Operasi Ke Ruang Pemulihan
Pemindahan pasien dari kamar operasi ke ruang pemulihan atau unit
perawatan pasca anastesi (PACU: post anasthesia care unit)
memerlukan pertimbangan-pertimbangan khusus. Pertimbangan itu
diantaranya adalah letak incisi bedah, perubahan vaskuler dan
pemajanan. Letak incisi bedah harus selalu dipertimbangkan setiap
kali pasien pasca operatif dipidahkan. Banyak luka ditutup dengan
tegangan yang cukup tinggi, dan setiap upaya dilakukan untuk
mencegah regangan sutura lebih lanjut. Selain itu pasien diposisikan
sehingga ia tidak berbaring pada posisi yang menyumbat drain dan
selang drainase.
Hipotensi arteri yang serius dapat terjadi ketika pasien digerakkan dari
satu posisi ke posisi lainnya. Seperti posisi litotomi ke posisi
horizontal atau dari posisi lateral ke posisi terlentang. Bahkan
memindahkan pasien yang telah dianastesi ke brankard dapat
menimbulkan masalah gangguan vaskuler juga. Untuk itu pasien harus
dipindahkan secara perlahan dan cermat. Segera setelah pasien
dipindahkan ke barankard atau tempat tidur, gaun pasien yang basah
(karena darah atau cairan lainnnya) harus segera diganti dengan gaun
yang kering untuk menghindari kontaminasi. Selama perjalanan
transportasi tersebut pasien diselimuti dan diberikan pengikatan diatas
lutut dan siku serta side rail harus dipasang untuk mencegah terjadi
resiko injury. Selain hal tersebut diatas untuk mempertahankan
keamanan dan kenyamanan pasien. Selang dan peralatan drainase
harus ditangani dengan cermat agar dapat berfungsi dengan optimal.
Proses transportasi ini merupakan tanggung jawab perawat sirkuler
dan perawat anastesi dengan koordinasi dari dokter anastesi yang
bertanggung jawab.
2. Perawatan Post Anastesi Di Ruang Pemulihan (Recovery Room)
Setelah selesai tindakan pembedahan, paseien harus dirawat
sementara di ruang pulih sadar (recovery room : RR) sampai kondisi
pasien stabil, tidak mengalami komplikasi operasi dan memenuhi
syarat untuk dipindahkan ke ruang perawatan (bangsal perawatan).
PACU atau RR biasanya terletak berdekatan dengan ruang operasi.
Hal ini disebabkan untuk mempermudah akses bagi pasien untuk :
a. Perawat yang disiapkan dalam merawat pasca operatif (perawat
anastesi)
b. Ahli anastesi dan ahli bedah
c. Alat monitoring dan peralatan khusus penunjang lainnya.
Alat monitoring yang terdapat di ruang ini digunakan untuk
memberikan penilaian terhadap kondisi pasien. Jenis peralatan yang
ada diantaranya adalah alat bantu pernafasan : oksigen, laringoskop,
set trakheostomi, peralatan bronkhial, kateter nasal, ventilator
mekanik dan peralatan suction. Selain itu di ruang ini juga harus
terdapat alat yang digunakan untuk memantau status hemodinamika
dan alat-alat untuk mengatasi permasalahan hemodinamika, seperti :
apparatus tekanan darah, peralatan parenteral, plasma ekspander, set
intravena, set pembuka jahitan, defibrilator, kateter vena, torniquet.
Bahan-bahan balutan bedah, narkotika dan medikasi
kegawatdaruratan, set kateterisasi dan peralatan drainase.
Selain alat-alat tersebut diatas, pasien post operasi juga harus
ditempatkan pada tempat tidur khusus yang nyaman dan aman serta
memudahkan akses bagi pasien, seperti : pemindahan darurat. Dan
dilengkapi dengan kelengkapan yang digunakan untuk mempermudah
perawatan. Seperti tiang infus, side rail, tempat tidur beroda, dan rak
penyimpanan catatan medis dan perawatan. Pasien tetap berada dalam
PACU sampai pulih sepenuhnya dari pegaruh anastesi, yaitu tekanan
darah stabil, fungsi pernafasan adekuat, saturasi oksigen minimal 95%
dan tingkat kesadaran yang baik. Kriteria penilaian yang digunakan
untuk menentukan kesiapan pasien untuk dikeluarkan dari PACU
adalah :
a. Fungsi pulmonal yang tidak terganggu
b. Hasil oksimetri nadi menunjukkan saturasi oksigen yang adekuat
c. Tanda-tanda vital stabil, termasuk tekanan darah
d. Orientasi pasien terhadap tempat, waktu dan orang
e. Haluaran urine tidak kurang dari 30 ml/jam
f. Mual dan muntah dalam kontrol
g. Nyeri minimal

D. Diagnosa Keperawatan
1. Pre Operasi
Ansietas bd kurang pengetahuan tentang peristiwa operasi
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat kecemasan pasein 1. Mengetahui tingkat kecemasan
2. Berikan penjelasan yang akurat pasien
tentang kondisi penyakit saat ini 2. Pasien mengetahui secara pasti
dan proses terjadinya penyakit. apa yang sedang dihadapi saat
3. Bantu klien untuk ini.
mengidentifikasi cara memahami
berbagai perubahan akibat 3. Usaha memberikan koping
penyakitnya. adaptif.
4. Beri dukungan untuk tindakan
operasi
4. Meningkatkan kekuatan diri
5. Biarkan pasien mengekspresikan untuk berani menghadapi oprasi
perasaan mereka. 5. Setelah pasien mengekpresikan
diharapkan pasien mampu
6. Ciptakan lingkungan yang tenang mengkontrol ansietasnya
dan tidak menakutkan bagi dikemudian.
pasien. 6. Mengurangi factor terjadinya
kecemasan yang semakin
7. Kolaborasi dengan tim medis mendalam
untuk tindakan pemberian obat
sedative 7. Mengurangi kegelisahan pasien
pada saat operasi.

2. Intra Operasi
a. Syok Hipovolemik bd perdarahan
Intervensi Rasional
1. Monitor keadaan umum pasien 1. untuk monitor kondisi pasien
2. Observasi vital sign setiap 3 selama perawatan terutama saat
jam atau lebih. terjadi Pendarahan.
3. kolaborasi : Pemberian cairan 2. Perawat perlu terus
Intravena. mengobservasi vital sign untuk
4. Kolaborasi : pemberian HB, memastikan tidak terjadi presyok
PCV, trombosit / syok.
3. Cairan Intravena di perlukan
untuk mengatasi kehilangan
cairan tubuh secara hebat.
4. Untuk mengetahui tingakt
pembuluh darah yang dialami pasien
untuk acuan tindakan lanjut
b. Resiko hipotermi bd berada diruangan yang dingin
Intervensi Rasional
Kontrol temperatur ruangan Membantu menstabilkan suhu

3. Post Operasi
a. Nyeri bd agent cidera biologis (trauma jaringan pembedahan)
Intervensi Rasional
1. Lakukan pengkajian nyeri secara 1. Untuk mengetahui keadaan neri
komprehensif termasuk faktor yang dialami klien dan
pencetus, kualitas, lokasi, skala, menentukan tindakan selanjutnya
durasi, dan frekuensi nyeri 2. Membantu mengurangi nyeri
2. Lakukan pengajaran tentang yang dialami klien dengan
teknik distraksi pengalihan nyeri
3. Kolaborasi pemberian obat- 3. Membantu mengatsai nyeri
obatan analgetik untuk secara farmakologi
meredakan nyeri 4. Mengurangi stimulus nyeri
4. Tingkatkan istirahat 5. Membantu klien dalam
5. Berikan informasi tentang nyeri mengontrol nyeri yanag dialami
seperti penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan berkurang dan
antisipasi ketidaknyamanan dari
prosedur

b. Resiko Kerusakan Integritas Kulit bd Proses Insisi


Intervensi Rasional
1.Berikan perawatan luka operasi 1. mencegah terjadinya infeksi yang
yang bersih. dapat membuat terjadinya kerusakan
2. 2. Hindari terjadinya infeksi pada integritas kulit lebih lanjut.
luka operasi yang dapat membuat 2.Adanya infeksi dapat membuat
parahnya integritas kulit. kerusakan integritas kulit lebih parah
c. Ketidakefektifan Bersihan jalan nafas berhubungan dengan
penumpukkan sekret
Intervensi Rasional
1. Kaji fungsi pernapasan (bunyi 1. Penurunan bunyi nafas
nafas, kecepatan, irama, menunjukkan atelektatis, ronkhi
kedalaman dan penggunaan otot menunjukkan akumulasi sekret
sensori) dan ketidakefektifan
2. Kaji kemampuan klien pengeluaran sekresi yang
mengeluarkan sekresi, catat selanjutnya dapat menimbulkan
kateter sputum penggunaan otot sesesori dan
3. Berikan posisi yang nyaman peningkatan kerja pernapasan
(fowler/semi fowler) 2. Pengeluaran sulit bila sekret
4. Ajarkan klien latihan napas sangat kental (efek infeksi dan
dalam dan batuk efektif hidrasi yang tidak adekuat)
5. Berikan cairan sedikitnya 2500 3. Posisi fowler memaksimalkan
ml/hari (kecuali kontraindikasi), ekspansi paru dan menurunkan
tawarkan air hangat, daripada upaya bernapas
dingin. 4. Ventislasi maksimal membuka
6. Kolaborasi dalam pemberian area atelektasis dan
obat ekspektoran meningkatkan gerakan sekret
kedalam jalan napas besar untuk
dikeluarkan
5. Cairan khususnya yang hangat
mobilisasi dan mengeluarkan
sekret
6. menurunkan spasme bronkus
dengan mobilisasi sekret.
Analgetik diberikan untuk
memperbaiki batuk dengan
menurunkan ketidaknyamanan
tetapi harus digunakan secara
hati-hati, karena dapat
menurunkan upaya
batuk/menekan pernapasan.
DAFTAR PUSTAKA

Kapita Selekta Kedokteran. 2009. Jakarta : Media Aesculapius


Nanda.2015.Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda definisi dan
Klasifikasi 2015. Yogyakarta : MediAction
http://familiamedika.net/referensi-tindakan-medis/operasi-pengangkatan-
kantung-empedu-kolesistektomi.html
https://www.academia.edu/5802963/
http://www.njbariatricsurgeons.com/id/general-surgery/laparoscopic-
gallbladder-removal-nj/
LAPORAN PENDAHULUAN
STASE GADAR KRITIS

KOLESISTEKTOMI LAPAROTOMI
DI INSTALASI BEDAH SENTRAL RSUD PROVINSI NTB

DISUSUN OLEH

YUMNI RUMIWANG, S. Kep.


148 STYJ 17

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
MATARAM
2017

Anda mungkin juga menyukai