Anda di halaman 1dari 10

Patogenesis Neoplasma

Neoplasma atau tumor adalah transformasi sejumlah gen yang menyebabkan gen tersebut
mengalami mutasi pada sel DNA. Karsinogenesis akibat mutasi materi genetik ini
menyebabkan pembelahan sel yang tidak terkontrol dan pembentukan tumor atau neoplasma.
Gen yang mengalami mutasi disebut proto-onkogen dan gen supresor tumor, yang dapat
menimbulkan abnormalitas pada sel somatik. Usia sel normal ada batasnya, sementara sel
tumor tidak mengalami kematian sehingga multiplikasi dan pertumbuhan sel berlangsung tanpa
kendali. Sel neoplasma mengalami perubahan morfologi, fungsi, dan siklus pertumbuhan.
Untuk terjadinya karsinogenesis diperlukan lebih dari satu mutasi untuk mengubah suatu
sel normal menjadi sel-sel kanker. Hampir semua sel neoplasma berasal dari satu sel yang
mengalami mutasi karsinogenik. Sel tersebut mengalami proses evolusi klonal yang akan
menambah resiko terjadinya mutasi ekstra pada sel desendens mutan. Sel-sel yang hanya
memerlukan sedikit mutasi untuk menjadi ganas diperkirakan bersumber dari tumor jinak.
Ketika mutasi berakumulasi , maka sel tumor jinak itu akan menjadi tumor ganas.
Pertumbuhan neoplasma / kanker pada dasarnya dibagi menjadi beberapa fase yaitu:
 Fase inisiasi yaitu fase dimana berubahnya sel normal tubuh menjadi sel yang peka / terinisiasi.
 Fase induksi yaitu fase dimana sel tubuh yang sudah peka itu oleh karsinogen akan merubah
menjadi sel kanker. Fase initiasi dan fase induksi tidak bisa diketahui, diperkirakan dapat
berlangsung puluhan tahun.
 Fase insitu yaitu fase dimana sel kanker itu bertumbuh terus tetapi masih pada tempatnya,
belum menembus membrana basalis  intra epitelial, intra lobuler. Fase ini lamanya sangat
bervariasi bisa selamanya tetap dalam fase ini, biasanya berlangsung sampai 5 tahun.
 Fase Invasif yaitu dimana sel kanker telah keluar dari membrana basalis dan menginfiltrasi
jaringan sekitarnya. Fase ini lebih cepat berlangsung kira-kira kurang dari 5 tahun.
 Fase disseminasi yaitu fase dimana sel kanker itu sudah tumbuh jauh diluar organnya. Bila
telah mencapai fase ini dikatakan kanker sudah tak dapat diobati dan biasanya berlangsung
sangat cepat (1 – 5 tahun).1

Teori Patogenesis Neoplasma.


Sampai sekarang belum diketahui apakah tumor ganas disebabkan oleh hanya satu macam
bahan penyebab atau beberapa macam bahan penyebab yang bekerja serentak atau berturut-
turut, apakah terdapat satu macam mekanisme penyebab atau beberapa macam mekanisme
yang berjalan sejajar atau berbeda-beda.2
a. Teori Perubahan Genetik.
Menurut teori ini, pada suatu saat terjadi perubahan genetik yang menetap pada sel, yang
dinamakan mutasi sehingga terjadi sintesis protein yang lebih aktif dan ini digunakan lebih
banyak untuk reproduksi sel daripada bekerja. Ketika sel sudah mulai berproliferasi aktif,
kemudian terjadi perubahan mutasi lebih lanjut, jadi awalnya terjadi perubahan epigenetic yaitu
perubahan metabolism sel yang menyebabkan gen pengendali pembelahan sel menjadi tidak
aktif (perubahan kariotip). Pada stadium awal pembentukan kanker, kerusakan ini tidak
terlihat, kemudian perubahan yang tidak terlihat ini secara langsung atau melalui bahan
karsinogen lain akan menjadi perubahan yang terlihat, yang secara klinis tampak sebagai
kanker.
b. Teori Feedback Deletion.
Semua sel mempunyai potensi genetic untuk berubah menjadi kanker tetapi dalam keadaan
normal potensi ini terhambat. Karsinogen akan merusak gen pengatur (efek genetic) atau
merusak enzim (efek epigenetik) sehingga merusak mekanisme yang stabil. Padas el tumor,
gen pengatur pertumbuhan menghilang sehingga kemampuan sel untuk membelah menjadi
tidak dihambat. Kehilangan gen pengatur atau rusaknya enzim pengontrol menyebabkan sel
mendekati perubahan menjadi kanker. Konsep kehilangan kontrol ini disebut feedback
deletion.
c. Teori Multifaktor.
Satu tumor dapat disebabkan oleh beberapa penyebab yang bekerja sinergistik atau aditif.
Contohnya : faktor genetik, hormon dan virus atau kimia, virus dan penyinaran. Faktor
hormone memengaruhi jaringan sedemikian rupa sehingga jaringan mudah dipengaruhi oleh
karsinogen lain.
d. Teori Stadium Ganda.
Tumor ganas tidak hanya timbul akibat faktor penyebab yang banyak (multifactor) tetapi
juga melalui stadium yang progresif (multi stage/multi step). Evolusi ini memerlukan waktu
beberapa bulan atau tahum. Menurut teori ini, perubahan terjadi melalui dua stadium yaitu
inisiasi dan promosi. Jadi, mula-mula harus inisiator dulu yang bekerja, baru kemudian
promoter. Promotor disebut juga ko-karsinogen. Inisiator menimbulkan mutasi genetic, tetapi
setiap usaha regenerasi sel akan dirusak oleh promoter, sehingga pada awalnya akan terjadi
hyperplasia baru kemudian terjadi mutasi spontan dengan terbentuknya kanker.
e. Multicellular Origin of Cancer Field Theory.
Neoplasma terbentuk oleh beberapa sel yang berdekatan secara serentak dan bukan berasal
dari satu sel. Neoplasma mulai di tempat yang dipengaruhi karsinogen secara maksimal,
respons neoplastik kemudian terjadi pada jaringan sekitarnya yang juga terkena pengaruh
karsinogen yang sama.

Neoplasma
Carcinoma Mammae
Posted on 13 January 2010 by Agatha Dinar

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kanker adalah penyakit dimana sel-sel ganas beranak-pinak berupa keturunan yang bersifat
ganas pula (Karsono, 2007). Kanker payudara banyak dijumpai di Indonesia khususnya pada
wanita, merupakan kanker terbanyak kedua setelah kanker mulut rahim. Insiden kanker
payudara kira-kira sebanyak 18 per 100.000 penduduk wanita, dengan insiden seluruh kanker di
Indonesia diperkirakan 180 per 100.000 penduduk. Pria juga mungkin mendapat kanker
payudara, dengan kemungkinan 1:100 dari wanita (Haryana dan Soesatyo, 1993).
Berikut ini adalah permasalahan dalam skenario 1:
Seorang wanita 45 tahun, seorang pekerja di perusahaan batik, dirujuk ke dokter ahli bedah
dengan benjolan di payudara kirinya. Benjolan ini baru dirasakan 6 bulan terakhir, makin
bertambah besar dan kadang-kadang disertai nyeri.
Saat penderita di SMA pernah mengalami operasi tumor payudara kanan yang dinyatakan tidak
ganas. Setelah operasi penderita disarankan oleh dokter untuk melakukan SADARI secara rutin.
Terdapat riwayat keluarga, Ibu dan kakak penderita meninggal dengan tumor payudara. Suami
penderita adalah perokok berat.
Pemeriksaan dokter didapati: benjolan pada mammae sinistra kuadran lateral atas terdapat
perubahan gambaran sebagian kulit seperti kulit jeruk, retraksi puting susu dan teraba benjolan
sebesar telur ayam, solid, terfiksir dan tidak berbatas jelas dengan jaringan sekitarnya. Bekas
operasi pada mammae kanan tidak tampak jelas. Pada pemeriksaan aksila kiri teraba benjolan
berdiameter 1 cm yang tidak nyeri. Aksila kanan tidak didapati kelainan.
Dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang sebelum tindakan mastektomi kiri. Selanjutnya
jaringan hasil operasi dikirim ke Laboratorium Patologi Anatomi untuk mendapatkan diagnosa
pasti.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah definisi dan pengertian neoplasma?
2. Apa saja faktor risiko dan predisposisi terjadinya carcinoma?
3. Bagaimanakah patogenesis terjadinya carcinoma?
4. Bagaimanakah klasifikasi neoplasma?
5. Bagaimanakah anatomi, histologi, dan fisiologi mammae?
6. Bagaimana diagnosis carcinoma mammae?
7. Bagaimanakah penatalaksanaan yang tepat untuk carcinoma mammae?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui definisi dan pengertian neoplasma.
2. Mengetahui berbagai faktor risiko dan predisposisi terjadinya carcinoma.
3. Mengetahui patogenesis terjadinya carcinoma.
4. Mengetahui klasifikasi neoplasma.
5. Mengetahui anatomi, histologi, dan fisiologi mammae.
6. Mengetahui diagnosis carcinoma mammae.
7. Mengetahui penatalaksanaan yang tepat untuk carcinoma mammae.
D. MANFAAT PENULISAN
Mahasiswa mampu:
• Menjelaskan definisi dan epidemiologi neoplasma
• Menjelaskan macam faktor dan risiko penyebab neoplasma
• Menjelaskan gejala dan tanda (local symptom, systemic symptom, and metastatic symptom)
• Menjelaskan macam-macam proses dan diagnosis neoplasma
E. HIPOTESIS
Pasien dalam kasus diatas menderita carcinoma mammae.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Neoplasma
Neoplasma ialah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus
menerus secara tidak terbatas, tidak berkoordinasi dengan jaringan sekitarnya, dan tidak
berguna bagi tubuh. Dalam klinik, istilah tumor sering digunakan untuk semua tonjolan dan
diartikan sebagai pembengkakan, yang dapat disebabkan baik oleh neoplasma maupun oleh
radang, atau perdarahan. Neoplasma membentuk tonjolan, tetapi tidak semua tonjolan
disebabkan oleh neoplasma (Tjarta dkk, 1973). Sel- sel neoplasma berasal dari sel- sel yang
sebelumnya adalah sel- sel normal, namun menjadi abnormal akibat perubahan neoplastik (Price
dan Wilson, 2006).
B. Faktor Risiko dan Predisposisi Terjadinya Carcinoma
Faktor predisposisi terjadinya carcinoma:
a. Faktor geografik dan lingkungan
Karsinogen lingkungan banyak ditemukan di lingkungan sekitar. Contohnya seperti sinar
matahari, dapat ditemukan terutama di perkotaan, atau terbatas pada pekerjaan tertentu. Hal
tertentu dalam makanan dilaporkan mungkin merupakan faktor predisposisi. Termasuk
diantaranya merokok dan konsumsi alkohol kronik.
b. Usia
Secara umum, frekuensi kanker meningkat seiring pertambahan usia. Hal ini terjadi akibat
akumulasi mutasi somatik yang disebabkan oleh berkembangnya neoplasma ganas.
Menurunnya kompetensi imunitas yang menyertai penuaan juga mungkin berperan.
c. Hereditas
Saat ini terbukti bahwa pada banyak jenis kanker, terdapat tidak saja pengaruh lingkungan,
tetapi juga predisposisi herediter. Bentuk herediter kanker dapat dibagi menjadi tiga kategori.
Sindrom kanker herediter, pewarisan satu gen mutannya akan sangat meningkatkan risiko
terjangkitnya kanker yang bersangkutan. Predisposisinya memperlihatkan pola pewarisan
dominan autosomal.
Kanker familial, kanker ini tidak disertai fenotipe penanda tertentu. Contohnya mencakup
karsinoma kolon, payudara, ovarium, dan otak. Kanker familial tertentu dapat dikaitkan dengan
pewarisan gen mutan. Contohnya keterkaitan gen BRCA1 dan BRCA2 dengan kanker payudara
dan ovarium familial.
Sindrom resesif autosomal gangguan perbaikan DNA. Selain kelainan prakanker yang
diwariskan secara dominan, sekelompok kecil gangguan resesif autosomal secara kolektif
memperlihatkan cirri instabilitas kromosom atau DNA (Kumar dkk, 2007).
Faktor- Faktor Risiko Karsinoma Payudara diantaranya mencakup usia, lokasi geografis, ras,
status sosioekonomi, status perkawinan, paritas, riwayat menstruasi, riwayat keluarga, bentuk
tubuh, penyakit payudara lain, terpajan radiasi, dan kanker primer kedua (Price dan Wilson,
2006).
Berdasarkan etiologinya, patogenesis karsinogenesis dapat disebabkan oleh 1) Karsinogen
kimiawi, 2) Virus, 3) Karsinogen fisik, 4) Hormon, dan 5) Kokarsinogen, berupa: Diet, Umur,
Keturunan, Rangsang menahun, dan Trauma (Tjarta dkk, 1973).
C. Patogenesis Terjadinya Carcinoma (Karsinogenesis)
Model klasik karsinogenesis membagi proses menjadi 3 tahap: inisiasi, promosi, progresi. Inisiasi
adalah proses yang melibatkan mutasi genetik yang menjadi permanen dalam DNA sel. Promosi
adalah suatu tahap ketika sel mutan berproliferasi. Progresi adalah tahap ketika klon sel mutan
mendapatkan satu atau lebih karakteristik neoplasma ganas seiring berkembangnya tumor, sel
menjadi lebih heterogen akibat mutasi tambahan. Selama stadium porgresif, massa tumor yang
meluas mendapat lebih banyak perubahan yang memungkinkan tumor mnginvasi jaringan yang
berdekatan, membentuk pasokan darah sendiri (angiogenesis), penetrasi ke pembuluh darah,
dan bermetastasis untuk membentuk tumor sekunder (Price dan Wilson, 2006).
Dalam kondisi fisiologis normal, mekanisme sinyal sel yang memulai proliferasi sel dapat dibagi
menjadi langkah- langkah sebagai berikut: (1) factor pertumbuhan, terikat pada reseptor khusus
pada permukaan sel; (2) reseptor factor pertumbuhan diaktifkan yang sebaliknya mengaktifkan
beberapa protein transduser; (3) sinyal ditransmisikan melewati sitosol melalui second messager
menuju inti sel; (4) factor transkripsi inti yang memulai pengaktifan transkripsi asam
deoksiribonukleat (DNA).
Ketika keadaan menguntungkan untuk pertumbuhan sel, sel terus melalui fase replikasi sel,
Siklus sel tersebut dibagi menjadi empat fase: G1 (gap 1), S (sintesis), G2 (gap 2), dan M
(mitosis). Sel tidak aktif yang terdapat dalam keadaan tidak membelah disebut G 0.
Proses dasar yang sering terdapat pada semua neoplasma adalah perubahan gen yang
disebabkan oleh mutasi pada sel somatik. Ada empat golongan gen yang memainkan peranan
penting dalam mengatur sinyal mekanisme faktor pertumbuhan dan siklus sel itu sendiri, yaitu
protoonkogen, gen supresi tumor, gen yang mengatur apoptosis, dan gen yang memperbaiki
DNA.
 Protoonkogen, berfungsi untuk mendorong dan meningkatkan pertumbuhan normal dan
pembelahan sel. Sel yang memperlihatkan bentuk mutasi dari gen ini disebut onkogen dan
memiliki kemungkinan yang besar untuk berkembang menjadi ganas setelah pembelahan sel
dalam jumlah yang terbatas.
 Gen- Gen Supresor Tumor, berfungsi untuk menghambat atau “mengambil kerusakan” pada
pertumbuhan sel dan siklus pembelahan. Mutasi pada gen supresor tumor menyebabkan sel
mengabaikan satu atau lebih komponen jaringan sinyal penghambat, memindahkan kerusakan
dari siklus sel dan menyebabkan angka yang tinggi dari pertumbuhan yang tidak terkontrol¬–
kanker. Neoplasia adalah akibat dari hilangnya fungsi kedua gen supresor tumor. Gen supresor
tumor Rb yang menyandi protein pRb penting untuk mengontrol siklus sel (master brake) pada
titik pemeriksaan G1-S, sedangkan gen TP53 (yang mengkode untuk protein p53) adalah
emergency brake di titik pemeriksaan G1-S namun biasanya tidak dalam perjalanan replikasi
normal. Tapi bila terjadi kerusakan DNA, p53 akan memengaruhi transkripsi untuk menghentikan
siklus sel (melalui ekspresi p21). Jika kerusakan terlalu berat, maka p53 merangsang apoptosis.
Contoh lain gen supresor tumor adalah BRCA1 dan BRCA2 yang berkaitan dengan kanker
payudara dan ovarium.
 Gen- Gen yang Mengatur Apoptosis. Kerja gen ini mengatur apoptosis, dengan menghambat
apoptosis, mirip dengan gen bcl-2, sedangkan yang lain meningkatkan apoptosis (seperti
sebagai bad atau bax).
 Gen- Gen Perbaikan DNA. Mutasi dalam gen perbaikan DNA dapat menyebabkan kegagalan
perbaikan DNA, yang pada gilirannya memungkinkan mutasi selanjutnya pada gen supresor
tumor dan protoonkogen untuk menumpuk. (Price dan Wilson, 2006).
D. Klasifikasi Neoplasma
Dalam penggunaan istilah kedokteran yang umum, neoplasma sering disebut sebagai tumor.
Dalam onkologi (ilmu yang mempelajari tentang tumor), tumor dikategorikan jinak (benigna) dan
ganas (maligna). Tumor ganas secara kolektif disebut juga sebagai kanker (Kumar dkk, 2007).
Karakteristik Jinak Ganas
Diferensiasi/ anaplasia Berdiferensiasi baik; struktur mungkin khas jaringan asal Sebagian tidak
memperlihatkan diferensiasi disertai anaplasia; struktur sering tidak khas
Laju pertumbuhan Biasanya progresif dan lambat Tidak terduga dan mungkin cepat atau lambat
Invasi local Biasanya kohesif dan ekspansif, massa berbatas tegas yang tidak menginvasi atau
menginfiltrasi jaringan normal di sekitarnya Invasi lokal, menginfiltrasi jaringan normal di
sekitarnya; kadang- kadang mungkin tampak kohesif dan ekspansif tetapi dengan jarak
mikroskopik
Metastasis Tidak ada Sering ditemukan; semakin besar dan semakin kurang berdiferensiasi
tumor primer, semakin besar kemungkinan metastasis
(Kumar dkk, 2007).
Klasifikasi neoplasma umumnya dipakai berdasarkan gambaran histologik. Untuk tumor jinak
dinamai dengan menambahkan akhiran –oma pada nama sel tempat tumor itu berasal. Tumor
ganas dinamai seperti tumor jinak dengan tambahan dibelakangnya. Tumor ganas yang berasal
dari jaringan mesenchym disebut sarcoma. Misalnya, tumor ganas jaringan ikat disebut fibro-
sarcoma. Tumor ganas yang berasal dari ketiga lapis benih disebut carcinoma. Tumor ganas
yang membentuk kelenjar seperti yang terlihat pada gambaran mikroskopik disebut
adenocarcinoma dan pembagian lebih lanjut berdasarkan asal alat tubuhnya. (Tjarta dkk, 1973).
(Detail klasifikasi dilampirkan)
E. Anatomi, Histologi, dan Fisiologi Mammae
Mammae terdiri dari berbagai struktur, yaitu 1) Parenkim epitel, 2) Lemak, pembuluh darah, saraf
dan saluran getah bening, dan 3) Otot dan fascia (Guyton dan Hall, 2007). Kelenjar mammae
dewasa adalah kelenjar tubuloalveolar kompleks yang terdiri atas ±20 lobi. Semua lobi
berhubungan dengan duktus laktiferus yang bermuara di puting susu. Lobi dipisahkan oleh
sekat-sekat jaringan ikat dan jaringan lemak (Eroschenko, 2003).
Mammae dibungkus oleh fasiapektoralis superficial dimana permukaan dan posterior
dihubungkan oleh ligamentum cooper yang berfungsi sebagai penyangga.
Mammae mulai berkembang saat pubertas, yang distimulasi oleh estrogen yang berasal dari
siklus seksual wanita bulanan; estrogen merangsang pertumbuhan kelenjar mammaria payudara
ditambah dengan deposit lemak untuk memberi massa payudara. Pertumbuhan yang lebih besar
terjadi selama kehamilan. Selama kehamilan, sejumlah besar estrogen disekresikan oleh
plasenta sehingga sistem duktus payudara tumbuh dan bercabang. Secara bersamaan, stroma
payudara juga bertambah besar dan sejumlah besar lemak terdapat di dalam stroma. Empat
hormon lain yang juga penting untuk pertumbuhan sistem duktus: hormon pertumbuhan,
prolaktin, glukokortikoid adrenal, dan insulin. Perkembangan akhir mammae menjadi organ yang
menyekresi air susu juga memerlukan progesteron. Sekali sistem duktus telah berkembang,
progesteron—bekerja secara sinergistik dengan estrogen, juga dengan semua hormon-hormon
lain yang beru disebutkan di atas—menyebabkan pertumbuhan lobulus payudara, dengan
pertunasan alveolus, dan perkembangan sifat-sifat sekresi dari sel-sel alveoli (Guyton dan Hall,
2007). Penurunan mendadak estrogen dan progesteron yang terjadi seiring dengan keluarnya
plasenta pada persalinan memicu laktasi. Setelah persalinan, laktasi dipertahankan oleh dua
hormon penting: (1) prolaktin, yang bekerja pada epitel alveolus untuk meningkatkan sekresi
susu, dan (2) oksitosin, yang menyebabkan penyemprotan susu (Sheerwood, 2001)
F. Diagnosis Carcinoma Mammae
Berikut adalah beberapa penyakit tumor pada payudara yang bukan merupakan pertumbuhan
abnormal (bukan neoplasma):
1. Peradangan. Biasanya menimbulkan nyeri spontan dan nyeri tekan di bagian yang terkena.
Contoh peradangan payudara adalah Mastitis dan nekrosis lemak traumatik. Peradangan
tersebut dapat terjadi akibat proses infeksi maupun bukan infeksi (Kumar dkk, 2007; Price dan
Wilson, 2006)
2. Galactocele. Adalah dilatasi kistik suatu duktus yang tersumbat yang terbentuk selama masa
laktasi. Selain menyebabkan “benjolan” yang nyeri, kista mungkin pecah sehingga memicu
reaksi peradangan lokal (Kumar dkk, 2007)
3. Perubahan Fibrokistik (Mammary dysplasia). Adalah kelainan akibat dari peningkatan dan
distorsi perubahan siklik payudara yang terjadi secara normal selama daur haid. Perubahan
fibrokistik dibagi menjadi perubahan nonproliferatif dan perubahan proliferatif (Kumar dkk, 2007)
Berikut adalah tumor payudara yang disebabkan pertumbuhan jaringan abnormal (neoplasma):
1. Fibroadenoma mammae (FAM). Adalah tumor jinak tersering pada payudara dan umumnya
menyerang para remaja dan wanita dengan usia <30 tahun. Berbatas tegas, konsistensi padat
kenyal, muncul sebagai nodus diskret, biasanya tunggal, mudah digerakkan, dan diameter 1-10
cm (Kumar dkk, 2007; Price dan Wilson, 2006)
2. Tumor Filoides. Diperkirakan berasal dari stroma intralobulus, jarang dari fibroadenoma yang
sudah ada. Tumor ini mungkin kecil (diameter 3 hingga 4 cm), tetapi sebagian besar tumbuh
hingga berukuran besar / masif sehingga payudara membesar. Sebagian besar tumor ini tetap
lokalisata dan disembuhkan dengan eksisi (Kumar dkk, 2007)
3. Papiloma Intraduktus. Adalah pertumbuhan tumor neoplastik di dalam suatu duktus. Gejala
klinis berupa : (1) keluarnya discharge serosa atau berdarah dari puting payudara; (2) adanya
tumor subareola kecil, atau (3) retraksi puting payudara (jarang terjadi) (Kumar et al, 2007)
4. Karsinoma
G. Carcinoma Mammae
Kanker payudara memperlihatkan proliferasi keganasan sel epitel yang membatasi duktus atau
lobus payudara. Pada awalnya hanya terdapat hiperplasia sel dengan perkembangan sel-sel
yang atipikal. Sel-sel ini kemudian berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma.
Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk tumbuh dari satu sel menjadi massa yang cukup
besar untuk dapat dipalpasi (kira-kira berdiameter 1 cm).
Penyebab kanker payudara belum dapat ditentukan namun terdapat beberapa faktor risiko yang
telah ditetapkan, keduanya adalah lingkungan dan genetik. Faktor-faktor yang berkaitan dengan
peningkatan risiko kanker payudara adalah tempat tinggal di negara berkembang bagian barat,
keadaan sosial ekonomi yang rendah, ras, riwayat penyakit payudara proliferatif, awitan dini
menarke, terlambatnya kelahiran anak pertama, menopause yang terlambat, keadaan nulipara,
terapi hormon eksogen, terpajan radiasi, dan faktor-faktor makanan (obesitas dan asupan
alkohol yang tinggi) (Price dan Wilson, 2006)
Pada keluarga dengan riwayat kanker payudara yang kuat, banyak perempuan memiliki mutasi
dalam gen kanker payudara, yang disebut BRCA-1 (di kromosom 17q21.3). Pola keturunan
adalah dominan autosomal dan dapat diturunkan melalui garis maternal maupun paternal.
Sindrom kanker payudara familial lainnya berkaitan dengan gen pada kromosom 13, yang
disebut BRCA-2 (di kromosom 13q12-13). Kedua gen ini diperkirakan berperan penting dalam
perbaikan DNA. Keduanya bekerja sebagai gen penekan tumor, karena kanker muncul jika
kedua alel inaktif atau cacat – pertama disebabkan oleh mutasi sel germinativum dan kedua oleh
sel somatik berikutnya.
Kanker payudara dibagi menjadi kanker yang belum menembus membran basal (noninvasif) dan
kanker yang sudah menembus membran basal (invasif). Karsinoma noninvasif diklasifikasikan
menjadi : karsinoma duktus in situ (DCI), karsinoma intraduktu, dan karsinoma lobulus in situ
(LCIS). Karsinoma invasif diklasifikasikan menjadi : karsinoma duktus invasif, karsinoma lobulus
invasif, karsinoma medularis, karsinoma koloid (karsinoma musinosa), karsinoma tubulus, dan
tipe lain. Dari tumor-tumor ini, karsinoma duktus invasif merupakan jenis tersering. Karena
biasanya memiliki banyak stroma, karsinoma ini juga disebut sebagai scirrhous carcinoma
(Kumar dkk, 2007; Price dan Wilson, 2006).
H. Penatalaksanaan Carcinoma Mammae
Terapi Bedah. Pasien yang pada awal terapi termasuk stadium 0, I, II, dan sebagian stadium III
disebut kanker mamae operabel. Terdapat banyak pilihan pola operasi mastektomi, pilihan
didasarkan pada stadium dengan syarat harus dapat mereseksi tuntas tumor. Secara umum,
terhadap lesi <3cm dan kelenjar limfe aksiler tidak jelas membesar, harus lebih
mempertimbangkan terapi kombinasi konservasi mamae, kalau tidak lebih mempertimbangkan
operasi radikal modifikasi.
Radioterapi. Ada 3 tujuan radioterapi, yaitu radioterapi murni kuratif, radioterapi adjuvan, dan
radioterapi paliatif. Untuk radioterapi kuratif, terutama digunakan untuk pasien dengan
kontraindikasi atau menolak operasi.
Kemoterapi. Dibagi menjadi kemoterapi pra-operasi, kemoterapi adjuvan pasca operasi, dan
kemoterapi terhadap kanker mamae stadium lanjut atau rekuren dan metastasis (BA Onkologi
Klinis)
Terapi Hormonal. Ada berbagai obat hormonal yang diindikasikan sebagai terapi kanker yang
responsif hormon, seperti kanker payudara, prostat, atau endometrium. Untuk kanker payudara,
contohnya adalah tamoksifen dan aromatase inhibitor (Sutandyo, 2007).
Terapi biologis. Overekspresi onkogen berperanan penting dalam timbul dan berkembangnya
tumor, antibody monoclonal yang dihasilkan melalui teknik transgenetik dapat menghambat
perkembangan tumor (BA Onkologi Klinis).
BAB III
PEMBAHASAN
Dari anamnesis dasar dan keluhan pasien dalam skenario, penulis mendapatkan informasi
bahwa terdapat keluhan benjolan di payudara yang belum diketahui apakah berupa benjolan
neoplasmik atau non-neoplasmik.
Wanita 45 tahun. Diketahui bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang lebih rentan terkena
neoplasma, karena telah terpapar karsinogen dan berbagai faktor lainnya lebih lama daripada
orang yang berusia lebih muda. Karena itu juga, apabila terjadi mutasi, mutasi tersebut sudah
terakumulasi sejak lama. Selain itu, system imunitas menurun, sehingga kemungkinan terkena
neoplasma dari etiologi virus mungkin saja terjadi.
Pekerja di perusahaan batik. Pewarna batik yang dewasa ini digunakan merupakan pewarna
kimia, yang salah satunya berbahan senyawa aromatic amin, yang mempunyai sifat
karsinogenik.
Benjolan di payudara kiri, dirasakan 6 bulan terakhir, bertambah besar dan kadang-kadang
disertai nyeri. Hal ini dipengaruhi oleh semakin banyaknya paparan terhadap hormon maupun
karsinogen. Nyeri timbul akibat mammae yang dipersarafi berbagai saraf tersebut tertekan oleh
massa tumor.
Saat penderita di SMA pernah mengalami operasi tumor payudara kanan yang dinyatakan tidak
ganas. Predisposisi terjadinya carcinoma mammae (tumor ganas) pada orang yang pernah
menderita tumor jinak timbul akibat sel-sel yang ada rentan terkena mutasi sehingga berubah
menjadi sel-sel tumor.
Terdapat riwayat keluarga, Ibu dan kakak penderita meninggal dengan tumor payudara. Hal ini
lebih menguatkan predisposisi herediter terjadinya carcinoma mammae, yang termasuk dalam
kategori kanker familial yang terkait dengan gen BRCA1 dan BRCA2.
Suami penderita adalah perokok berat. Senyawa polisiklik aromatic hidrokarbon yang
terkandung dalam asap rokok juga merupakan salah satu karsinogen kimiawi, walaupun
karsinogen ini lebih sering terkait pada kanker paru.
Benjolan pada mammae sinistra kuadran lateral atas. Berdasarkan data statistik, carcinoma
mammae lebih sering terdapat pada kuadran lateral atas.
Gambaran sebagian kulit seperti kulit jeruk. Hal ini disebabkan oleh karena adanya metastasis
pada saluran limfe kulit yang menyebabkan bendungan, hingga bagian tersebut akan menonjol
karena bagian yang lain tertahan oleh ligament Cooper.
Retraksi puting susu. Terjadi umumnya akibat tumor menginvasi jaringan sub-papilar. Papila
akan tertarik ligamen Cooper sehingga mengalami retraksi.
Teraba benjolan sebesar telur ayam, solid, terfiksir dan tidak berbatas jelas dengan jaringan
sekitarnya. Hal ini menunjukkan ciri-ciri dari tumor ganas. Tumor ganas tidak berbatas tegas
karena tidak memiliki kapsul, sehingga tidak mudah dipisahkan dengan jaringan sekitarnya,
sehingga tumor terfiksir.
Pada pemeriksaan aksila kiri teraba benjolan berdiameter 1 cm yang tidak nyeri. Kemungkinan
besar metastasis dari tumor primer mammae adalah ke nodus limfatikus aksilaris. Menurut
statistik, 70% penyebaran terjadi pada aksila, dibandingkan dengan nodus limfatikus
parasternalis yang hanya mencapai 30%.
Dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang sebelum tindakan mastektomi kiri. Pemeriksaan
penunjang yang harus dilakukan mencakup penilaian tiga langkah, yaitu klinis, radiologis, dan
sitologis, mencakup biopsi (selengkapnya dilampirkan).
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Neoplasma adalah pertumbuhan jaringan abnormal yang otonom dan merugikan. Dibagi
menjadi neoplasma jinak dan neoplasma ganas. Neoplasma ganas umumnya disebut tumor
ganas atau kanker atau carcinoma.
2. Faktor-faktor risiko yang terdapat dalam kasus adalah suami yang perokok berat dan bahan
pewarna kimia dalam industri batik yang merupakan karsinogen kimiawi. Selain itu terdapat
predisposisi berupa riwayat keluarga yang juga menderita carcinoma mammae, dan penderita
juga pernah menderita tumor jinak pada payudara kanannya sewaktu SMA.
B. SARAN
1. Sebaiknya pasien menjalani pemeriksaan penunjang sebelum melaksanakan tindakan
mastektomi.
2. Mastektomi perlu dilakukan untuk mencegah metastasis lebih lanjut.
3. Sebaiknya suami pasien disarankan untuk berhenti merokok.
4. Untuk orang yang memiliki faktor risiko dan presdisposisi terhadap neoplasma tertentu
diharapkan selalu menjaga kesehatan dengan melakukan gaya hidup sehat untuk mencegah
munculnya neoplasma tersebut, serta sebaiknya melakukan pemeriksaan kesehatan rutin.
DAFTAR PUSTAKA

Grace, Pierce A., Borley, Neil R. 2006. At Glace Ilmu Bedah Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.

Guyton, Arthur C. Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC.
Haryana, Sofia M. Soesatyo, Marsetyawan. 1993. Aspek Genetik dan Imunologik
Kanker Payudara. Diakses di ________ pada _________.
Karsono, Bambang. 2007. Aspek Selular dan Molekular Kanker dalam Sudoyo, Aru W.
Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. Simadibrata K, Marcellus. Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Kumar V, Cotran R.S, Robbins S.L. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins Edisi 7 Volume 1. Jakarta:
EGC.

Price, Sylvia A. Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
Volume 2 Edisi 6. Jakarta : EGC.

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC
Sutandyo, Noorwati. 2007. Terapi Hormonal Pada Kanker dalam Sudoyo, Aru W. Setiyohadi,
Bambang. Alwi, Idrus. Simadibrata K, Marcellus. Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
I Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Tjarta, Achmad, dkk. 1973. Kumpulan Kuliah Patologi. Jakarta: Bagian Patologi Anatomi FKUI.
Lampiran 1
Klasifikasi Histologik Tumor
Jaringan Asal Tumor Jinak Tumor Ganas
I. Simple
A. Epitel
1. Epitel permukaan skwamosa
2. Epitel kelenjar
3. Epitel villus chorialis (placenta)
B. Mesoderm
1. Jaringan ikat (fibroblas)
2. Jaringan miksomatosa
3. Jaringan lemak
4. Tulang rawan
5. Tulang
6. Otot polos
7. Otot seran lintang
8. Pembuluh darah
9. Pembuluh limfe
10. Jaringan hemopoietik
a. Sumsum tulang
b. Jaringan limfoid
C. Jaringan Saraf
1. Neuroglia
D. “Pigmented Epithelium
1. Melanoblas
Papiloma
Adenoma
Mola hydatidosa
Fibroma
Myxoma
Lipoma
Chondroma
Osteoma
Leiomyoma
Rhabdomyoma
Hemangioma
Lymphangioma
Tidak dikenal
Glioma (jarang)

Nevus pigmentosus
Carcinoma
Adenocarcinoma
Choriocarcinoma
Fibrosarcoma
Myxosarcoma
Liposarcoma
Chondrosarcoma
Osteogenic sarcoma
Leiomyosarcoma
Rhabdomyosarcoma
Hemangiosarcoma
Lymphangiosarcoma
Leukemia
Myeloma multiple
Lymphoma malignum
– Lymphosarcoma
– Sarcoma sel retikulum
– Penyakit Hodgkin
Giloma
Melanoma malignum
II. Compound
A. Jaringan Embrional
1. Sel totipoten
Kista dermoid (Teratoma kistik)

Teratoma solidum
Teratocarcinoma
Teratosarcoma
(Tjarta dkk, 1973)
Lampiran 2

Pemeriksaan Penunjang Untuk Carcinoma Mammae


1. Penilaian tiga langkah: klinis/ radiologis/ sitologis
2. Penilaian radiologis: mammografi (ultrasonografi pada wanita muda dengan payudara yang
padat dan besar). Gambaran pada mamografi: irreguler, berspikula, massa radioopak dengan
mikrokalsifikasi.
3. Penilaian sitologis: FNAC atau core biopsy.
4. Biopsi payudara: biopsi eksisi kadang dibutuhkan untuk diagnosis.
5. Pemeriksaan penunjang stadium untuk karsinoma yang telah terbukti:
– Semua: rontgen toraks, DPL, fosfatase alkali serum, γ-glutamil transpeptidase, kalsium serum-
(menunjuk adanya metastasis ke hati atau tulang)
– Jika secara klinis ada indikasi: scan isotop tulang (isotop bone scan), scan ultrasonografi hati,
CT scan otak.
6. Jaringan payudara untuk mengetahui status reseptor hormon (ada tidaknya reseptor estrogen,
reseptor progesteron, HER2), penting untuk terapi dan prognosis (Grace dan Borley, 2006).

Anda mungkin juga menyukai