Analisis Daya Motor Induksi Tiga Phasa Penggerak Belt Conveyor BC 11 PDF
Analisis Daya Motor Induksi Tiga Phasa Penggerak Belt Conveyor BC 11 PDF
PENDAHULUAN
3
1. Bagaimana daya listrik yang dibutuhkan oleh motor induksi tiga
phasa’tersebut?
2. Bagaimana daya mekanik yang dihasilkan oleh Gear Reducer untuk
menggerakkan Belt Conveyor BC-11 Pada Ship Loader bila dikonversikan
kedalam daya listrik?
3. Bagaimana Efisiensi ekonomis dari output yang dihasilkan oleh Motor
penggerak BC-11?
I.4.2. Manfaat
Manfaat dari penyusunan laporan akhir ini ialah :
1. Dapat menambah pengetahuan pemahaman tentang perhitungan daya motor
induksi tiga phasa penggerak Belt Conveyor pada mesin Ship Loader serta
aspek-aspek yang digunakan pada motor itu sendiri.
2. Dapat mengetahui jenis motor penggerak Belt Conveyor pada mesin Ship
Loader di PT. Bukit Asam (Persero), Tbk Unit Dermaga Kertapati
4
I.5. Metode Penulisan
Untuk mendapatkan hasil dan bukti yang jelas dalam penyusunan laporan
akhir ini, maka metode yang dilakukan adalah
1. Metode Studi Literatur
Penulis mencari dan mengumpulkan data-data dari berbagai referensi buku-
buku yang berhubungan dengan penulisan pada laporan akhir ini.
2. Metode Wawancara
Penulis mengadakan Tanya jawab dan berdiskusi dengan pembimbing atau
karyawan PT. Bukit Asam (persero), Tbk Unit Dermaga Kertapati.
3. Metode Observasi
Metode dengan cara mengumpulkan data-data dengan jalan melakukan
pengamatan langsung terhadap aktivitas yang ditemui pada waktu
mengadakan penelitian.
5
Pada bab ini dibahas tentang hasil pengamatan di lapangan, jenis
data yang dipakai dan teknik analisa data yang dipakai.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini membahas tentang perhitungan besar daya motor
penggerak belt conveyor, besar daya mekanik dan efisiensi
ekonomis dan membandingkannya dengan data yang ada di
lapangan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini merupakan kesimpulan dan saran dari hasil pembahasan
Tugas.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
II.2. Konstruksi Motor Induksi 3 Fasa.
Pada dasarnya motor induksi arus putar terdiri dari suatu bagian yang tidak
berputar (stator) dan bagian yang bergerak memutar (rotor). Secara ringkas stator
terdiri dari blek-blek dynamo yang berisolasi pada satu sisinya dan mempunyai
ketebalan 0,35 – 0,5. disusun menjadi sebuah paket blek yang berbentuk gelang.
Dan disisi dalamnya dilengkapi dengan alur-alur. Didalam alur ini terdapat
perbedaan antara motor asinkron dengan lilitan sarang (rotor sarang atau rotor
hubung pendek) dan gelang seret dengan lilitan tiga fasa.
Atau dari sisi lainnya bahwa inti besi stator dan rotor terbuat dari lapisan
(email) baja silicon tebalnya 0,35 – 0,5 mm tersusun rapi, masing-masing
terisolasi secara elektrik dan diikat pada ujung-ujungnya. Lamel inti besi stator
dan rotor bagian motor dengan garis tengah bagian luar dari stator lebih dari 1m,
bagian motor dengan garis tengah lebih besar, lamel inti besi merupakan busur
inti segmen yang disambung-sambung menjadi satu lingkaran.
Celah udara antara rotor dan stator pada motor yang kecil adalah
0,25 – 0,75 mm, sedangkan pada motor yang besar sampai 10 mm. celah udara
yang besar ini disediakan bagi kemungkinan terjadinya perenggangan pada sumbu
sebagai akibat pembebanan transversal pada sumbu atau sambungannya. Tarikan
pada pita (belt) atau beban yang tergantung tersebut akan menyebabkan sumbu
motor melengkung.
Pada dasarnya inti besi stator dan belitan rotor motor tak serempak ini
sama dengan stator dan belitan stator mesin serempak. Kesamaan ini dapat
ditunjukkan bahwa pada rotor mesin tak serempak yang dipasang sesuai dengan
stator mesin tak serempak akan dapat bekerja dengan baik.
Bagian – bagian pada motor induksi yaitu :
II.1.1. Stator ( bagian motor yang diam )
Pada bagian stator terdapat beberapa slot yang merupakan tempat
kawat(konduktor) dari tiga kumparan tiga fasa yang disebut kumparan stator,
yang masing-masing kumparan mendapatkan suplai arus tiga fasa. Stator terdiri
dari plat-plat besi yang disusun sama besar dengan rotor dan pada bagian dalam
mempunyai banyak alur-alur yang diberi kuimparan kawat tembaga yang
berisolasi. Jika kumparan tersebut akan timbul flux magnet putar. Karena adanya
8
flux magnet putar pada kumparan stator, mengakibatkan rotor berputar karena
adanya induksi magnet dengan kecepatan putar rotor sinkron dengan kecepatan
putar stator.
Ns = 120 . f / P
Dimana :
Ns = kecepatan sinkron (rpm)
f = besarnya frekuensi (Hz)
P = jumlah pasang kutub.
Dari bagian motor yang lain (stator) dapat dibagi-bagi menjadi beberapa bagian
antara lain sebagai berikut :
• Bodi motor (frame)
• Inti kutub magnet dan lilitan penguat magnet.
• Sikat.
• Komutator.
• Lilitan jangkar.
9
• Sikat-sikat dan pemegang sikat.
Fungsi dari sikat adalah sebagai jembatan bagi aliran arus dari sumber.
Disamping itu sikat memegang peranan penting untuk terjadinya komutasi, agar
gesekan antara sikat dan komutator sehingga sikat harus lebih lunak dari pada
komutator, biasanya terbuat dari bahan arang.
Sikat-sikat akan aus selama operasi dan tingginya akan berkurang, aus
yang diizinkan ditentukan oleh konstruksi dari pemegang sikat (gagang-sikat).
Bagian puncak dari sikat diberi plat tembaga guna mendapatkan kontak yang baik
antara sikat dan diding pemegang sikat. Bila sikat-sikat terdapat pada kedudukan
yang benar baut harus dikuatkan sepenuhnya, hal ini menetapkan jembatan sikat
dalam suatu kedudukan yang tidak dapat bergerak pada pelindung ujung.
Sedangkan tiap-tiap gagang sikat dilengkapi dengan suatu pegas yang menekan
ada sikat melalui suatu system tertentu sehingga sikat tidak terjepit.
• Komutator
Komutator berfungsi sebagai penyearah mekanik yang bersama-sama
dengan sikat membuat suatu kerja sama yang disebut komutasi. Supaya
menghasilkan penyearah yang lebih baik, maka komutator yang digunakan
hendaknya dalam jumlah yang besar. Setiap belahan (segmen) komutator
berbentuk lempengan.
Disamping penyearah mekanik maka komutator berfungsi juga untuk
mengumpulkan ggl induksi yang terbentuk pada sisi-sisi kumparan. Oleh karena
itu komutator dibuat dari bahan konduktor, dalam hal ini digunakan dalam
campuran tembaga.
10
membentuk suatu rangkaian tertutup, merupakan rangkaian pelaju bagi arus rotor
dan searah dengan hokum yang berlaku yaitu hukum lenz.
Dalam hal ini arus rotor itu ditimbulkan karena adanya perbedaan
kecepatan yang berada diantara fluksi atau medan putar stator dengan penghantar
yang diam. Rotor akan berputar dalam arah yang sama dengan arah medan putar
stator.
Sedangkan menurut bentuk rotor, motor induksi terbagi atas 2 golongan,
yaitu :
a. Motor induksi rotor sangkar
Motor induksi rotor sangkar konstruksinya sangat sederhana, yang mana
motor dari rotor sangkar adalah konstruksi dari inti berlapis dengan konduktor
dipasang parallel, atau kira-kira paralel dengan poros yang mengelilingi
permukaan inti. Konduktornya tidak terisolasi dari inti karena arus rotor secara
alamiah akan mengalir melalui tahanan yang paling kecil konduktor rotor. Pada
setiap ujung rotor, konduktor rotor semuanya dihubung singkatkan dengan cincin
ujung, batang rotor dan cincin ujung sangkar yang lebih kecil adalah coran
tembaga atau aluminium dalam satu lempeng pada inti rotor. Dalam motor yang
lebih besar batang rotor tidak dicor melinkan dibenamkan kedalam alur
kemudiandilas dengan kuat ke cincin ujung. Adapun konstruksi dari motor
induksi rotor sangkar dapat dilihat berikut ini :
11
motor. Ketiga cincin slip yang terpasang pada cincin slip dan sikat-sikat dapat
dilihat berada pada sisi sebelah kiri lilitan rotor dan lilitan rotor tidak dihubungkan
ke pencatu. Cincin slip dan sikat-sikat semata-mata merupakan penghubung
tahanan kendali variable luar kedalam rangkaian motor. Motor rotor lilit kurang
banyak digunakan dibandingkan dengan motor rotor sangkar karena harganya
mahal dan biaya pemeliharan lebih besar. Adapaun konstruksi dari motor rotor
lilit dapat di lihat berikut ini.
12
II.3. Prinsip Kerja Motor Induksi 3 Fasa.
Adapun prinsip kerja motor induksi (tiga fasa) mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut :
• Apabila catu daya arus bolak-balik tiga fasa dihubungkan pada kumparan stator
(jangkar). maka akan timbul medan putar dengan kecepatan :
120.
Ns : Putaran stator
f : Frekwensi
P : Jumlah kutub
• Medan putar stator tersebut akan memotong batang konduktor pada rotor.
• Akibatnya pada kumparan rotor akan timbul tegangan induksi (GGL) sebesar
E2s = 4,44 . f2 . N2. φ M
E2s : Tegangan induksi pada saat rotor berputar
N2 : Putaran rotor
f2 : Frekwensi rotor
φm : Fluks
• Karena kumparan rotor merupakan rangkaian tertutup maka E2s akan
menghasilkan arus (I).
• Adanya arus (I) dalam medan magnet akan menimbulkan gaya F pada rotor.
• Bila kopel awal yang dihasilkan oleh gaya F pada rotor cukup besar untuk
menggerakkan beban, maka rotor akan berputar searah dengan medan putar
stator.
• Tegangan induksi terjadi karena terpotongnya konduktor rotor oleh medan
putar, artinya agar terjadi tegangan induksi maka diperlukan adanya perbedaan
kecepatan medan putar stator (Ns) dengan kecepatan medan putar rotor (Nr).
• Perbedaan kecepatan antara Ns dan Nr disebut Slip (S).
100%
• Bila Nr = Ns maka tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak akan mengalir,
dengan demikian kopel tidak akan ada dan motor tidak berputar, kopel motor
akan ada kalau ada perbedaan antara Nr dengan Ns. Nr < Ns.
13
II.4. Definisi Daya Listrik Secara Umum
Definisi daya listrik adalah laju perpindahan energi persatuan waktu, yang
dilambangkan dengan P. Satuan internasional adalah Watt, yang diambil dari
nama James Watt (1736-1819). Dalam satuan yang umumnya dipakai adalah
Horse Power (HP), dimana : 1 HP = 746 watt.
Adapun beberapa pengertian daya yakni : daya aktif (daya nyata), daya
reaktif dan daya semu ialah
a. Daya Aktif (nyata) adalah daya yang dapat diubah menjadi daya thermis
mekanis langsung dapat dirasakan oleh konsumen. Satuannya adalah watt (W),
kilo watt (KW), dan Mega watt (MW).
b. Daya reaktif adalah daya yang diperlukan oleh rangkaian magnetisasi peralatan
listrik. jadi tidak langsung dipakai, hanya untuk tujuan magnetisasi. Satuannya
Volt Ampere Reaktif (VAR), kilo Volt Ampere Reaktif (KVAR), dan Mega
Volt Ampere Reaktif (MVAR).
c. Daya semu adalah jumlah secara vektoris daya aktif (nyata) dan daya
reaktifnya. Satuannya adalah Volt Ampere (VA). Kilo Volt Ampere (KVA),
dan Mega Volt Ampere (MVA).
Jadi hubungan antara daya aktif, daya reaktif dan daya semu dapat
digambarkan pada segitiga daya berikut ini :
P
Q
S
14
II.5. Daya Pada Motor Induksi
Pada motor induksi terjadi perubahan energi listrik menjadi energi
mekanik dalam bentuk putaran rotor. Pada motor induksi daya mekanik yang
dihasilkan digunakan untuk berbagai keperluan sesuai dengan yang diinginkan.
Daya pada motor listrik dapat dihitung menggunakan perhitungan perfasa
maupun tiga fasa dan dapat dirumuskan sebagai berikut :
P1 = VP. IP. Cos θ
Atau
P3 = 3. P1 θ
P3 = 3. VP.IP. Cos θ
Harga tegangan fasa (VP ) adalah :
√3
Dimana :
P1 θ : Daya aktif satu fasa (W)
P3 θ : Daya aktif tiga fasa (W)
VL : Tegangan line – line (V)
Vp : Tegangan Perfasa (V)
I : Arus (A)
Cos θ : Faktor daya
Pada motor induksi tiga fasa digunakan Gear Reducer sebagai
penghubung untuk menggerakkan Belt Conveyor. Poros Belt Conveyor
dihubungkan pada kopling yang ada di Gear Reducer. Daya keluaran pada Gear
Reducer ditentukan oleh beberapa faktor antara lain :
M : Momen pada poros Gear Reducer (N.m)
F : Gaya Keliling pada poros (N)
r : Jari-jari pada pulley penggerak (m)
n : Frekwensi putaran dalam detik (dt-1)
ω : Kecepatan sudut dalam rad/detik
Sehingga daya mekanik pada Gear Reducer dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus :
Pmekanik = M . ω
15
Momen pada Gear Reducer pada kondisi berbeban dapat ditentukan
dengan menggunakan rumus :
M=F.r
gaya keliling pada poros (F) dapat ditentukan dengan menggunakan
rumus:
F=m.a
Sedangkan percepatan pada Belt Conveyor dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus :
a
Dimana :
m : berat total (massa batu bara satu detik + massa belt
conveyor).(kg/s)
a : Percepatan pada belt conveyor (m/s2)
t : Waktu yang ditempuh belt conveyor dari kecepatan awal hingga
mencapai kecepatan konstan (s)
V : Kecepatan Linear pada belt conveyor (m/s)
Momen pada poros (M) Gear Reducer saat belt conveyor pada BC – 11
tidak ada batu bara dapat dihitung dengan menggunakan rumus seperti persamaan
diatas. Sedangkan gaya keliling pada poros dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus :
F=m.a
Dimana :
m : Berat total belt conveyor (kg/meter)
a : Percepatan pada belt conveyor (m/s2)
Untuk kecepatan sudut pada saat belt conveyor pada BC – 11 dalam keadaan
tidak berbeban dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
ω= 2 .π . n
Sedangkan pada Gear Reducer dipasang pulley penggerak sebagai media
untuk menggerakkan Belt Conveyor. Poros pada Gear Reducer dihubungkan
dengan pulley penggerak. Daya keluran pada Belt Conveyor tersebut ditentukan
oleh beberapa faktor yaitu :
F : Gaya keliling pada pulley penggerak (N)
16
m : Berat batu bara dalam satu menit (kg/menit)
a : Percepatan Linear (m/s2)
V : Kecepatan linear dalam (m/s)
t : Waktu yang ditempuh belt conveyor dari kecepatan awal hingga
mencapai kecepatan konstan (s)
I : Momen Inersia (Kg.m2)
r : Jari-jari pulley penggerak (m)
a : Percepatan Sudut (rad/s2)
ω : Kecepatan sudut dalam (rad/s)
Sehingga perhitungan daya mekanik pada Belt Conveyor dapat ditentukan
dengan 2 cara yaitu dalam Gerak Translasi dan Gerak Rotasi :
• Gerak Translasi
Pmekanik = F . V
Dimana gaya (F) disana adalah Gaya keliling pada pulley dan nilai dari
gaya (F) tersebut dapat ditentukan dengan menggunakan rumus :
F=m.a
Dimana :
m : Berat batu bara dalam 1 detik + Berat belt conveyor (kg/s)
Sedangkan untuk mencari percepatan (a) kita dapat menghitungnya dengan
menggunakan rumus :
a
Gaya keliling pada poros saat tidak ada batu bara dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus :
F=m.a
Dimana :
m : Berat belt conveyor pada BC-11 (kg/m)
Dan pada Belt conveyor ini terdapat Energi Kinetik yang dapat ditentukan
dengan menggunakan rumus yaitu :
.
17
Dimana :
F : Gaya keliling pada pulley penggerak (N).
a : Percepatan Linear (m/s2).
V : Kecepatan linear dalam (m/s).
t : Waktu yang ditempuh Belt Conveyor dari kecepatan awal hingga
mencapai kecepatan konstan (s).
Ek : Energi Kinetik pada Belt Conveyor (joule).
• Gerak Rotasi
Pmekanik = τ.ω
Dimana untuk mencari Torsi (t ) kita dapat tentukan dengan menggunakan
rumus :
τ =I.a
Untuk mencari momen Inersia dapat ditentukan dengan menggunakan rumus :
I = M . k2
18
Keadaan ideal dalam system konversi energi, yaitu : mempunyai daya output tepat
sama dengan daya input yang dapat dikatakan efisiensi 100 %. Tetapi pada
keadaan yang sebenarnya tentu ada kerugian energi yang menyebabkan efisiensi
dibawah 100 %. Dalam sistem konversi energi elektromekanik, yakni dalam
operasi motor – motor listrik terutama pada motor induksi, total daya yang
diterima sama dengan daya yang diberikan, ditambah dengan kerugian daya yang
terjadi, atau :
Pin = Pout + Prugi-rugi
Dimana :
Pin : Total daya yang diterima
Pout : Daya yang diberikan motor untuk melakukan kerja
Prugi : Total kerugian yang dihasilka100 oleh motor
Efisiensi motor listrik dapat didefinisikan dari bentuk diatas, sebagaimana
perbandingan dimana :
100%
= x 100%
19
menjadi panas seperti pada semua rugi-rugi lainnya. Rugi-rugi mekanik dianggap
konstan dari beban nol hingga beban penuh, dan ini adalah masuk akal tetapi tidak
sepenuhnya tepat seperti halnya pada rugi-rugi inti. Macam-macam ketidak
tepatan ini dapat dihitung dalam rugi-rugi stray load, rugi-rugi mekanik biasanya
berkisar antara 5 – 8 % dari total rugi-rugi daya motor pada keadaan beban
nominal.
II.6.3. Rugi-rugi belitan
Rugi-rugi belitan atau sering juga disebut rugi-rugi tembaga, tetapi pada
saat sekarang tidak begitu, banya motor listrik terutama motor dengan ukuran
sangat kecil diatas 750 W, mempunyai belitan stator dari kawat aluminium. Yang
lebih tepat disebut rugi-rugi I2 . R yang menunjukkan besarnya daya yang
berubah menjadi panas oleh tahanan dari konduktor tembaga atau aluminium.
Total kerugian I2 . R adalah jumlah dari rugi-rugi I2 . R primer (stator) dan rugi-
rugi I2 . R skunder (rotor), termasuk rugi-rugi kontak sikat pada motor.
Rugi – rugi I2 . R dalam belitan sebenarnya tidak hanya tergantung pada arus,
tetapi juga pada tahanan belitan dibawa kondisi operasi. Sedangkan tahanan
efektif dari belitan selalu berubah dengan perubahan temperature, skin effect dan
sebagainya.
Sangat sulit untuk menentukan daya yang sebenarnya dari tahanan belitan
dibawa kondisi operasi. Kesalahan pengukuran kerugian belitan dapat
dimasukkan ke dalam kerugian stray load. Pada umumnya rugi-rugi belitan ini
berkisar antara 55 – 60 % dari total kerugian motor pada keadaan beban nominal.
II.6.4. Rugi-rugi stray load
Kita telah melihat beberapa macam kerugian selalu dianggap konstan dari
keadaan beban nol hingga beban penuh walaupun kita tahu bahwa rugi-rugi
tersebut sebenarnya berubaha secara kecil terhadap beban. perubahan fluks
terhadap beban, skin effect, geometri konduktor sehingga arus terbagi sedikittidak
merata dalam konduktor bertambah, mengakibatkan pertambahan tahanan
konduktor dan karena itu rugi-rugi konduktor harus bertambah. Dari semua
kerugian yang relative kecil ini, baik dari sumber yang diketahui disatukan
menjadi rugi-rugi stray load yang cenderung bertambah besar apabila beban
menoingkat (berbanding kuadrat dengan arus beban).
20
II.7. Cara Menentukan Rugi-rugi Pada motor
Rugi-rugi pada motor listrik sebagian dapat ditemukan dengan cara
konvensional, yaitu dengan percobaan beban nol dan percobaan blok rotor (hanya
untuk arus bolak-balik). Percobaan beban nol seluruh daya listrik input motor
digunakan untuk mengatasi rugi-rugi inti dan rugi-rugi mekanik.
Pada motor AC tahanan equivalent motor dapat ditentukan dengan
percobaan block rotor (hubungan singkat). Dimana pada keadaan ini rangkaian
equivalent motor adalah sama dengan rangkaian equivalent hubung singkat dari
suatu transformator, jadi daya pada keadaan ini merupakan rugi-rugi tahanan atau
belitan dan pada keadaan ini rugi-rugi inti dapat diabaikan karena tegangan
hubungan singkat relative kecil dibandingkan dengan tegangan nominalnya.
Rugi-rugi stray load adalah rugi-rugiyang paling sulit ditukar dan berubah
terhadap beban motor. Rugi-rugi ini ditentukan sebagai rugi-rugi sisa (rugi-rugi
pengujian dikurangi rugi-rugi konvensional). Rugi-rugi pengujian adalah daya
input dikurangi daya output. Rugi-rugi konvensional adalah jumlah dari rugi-rugi
inti, rugi-rugi mrkanik, rugi-rugi belitan. Rugi-rugi stray load juga dapat
ditentukan dengan anggapan kira-kira 1 % dari daya output dengan kapasitas daya
150 kW atau lebih, dan untuk motor yang lebih kecil dari itu dapat diabaikan.
II.8. Efisiensi Daya Pada Motor Induksi
Efisiensi daya motor adalah perbandingan daya output dengan daya input.
Daya output dapat dinyatakan sebagai daya input dikurangi rugi-rugi pada motor
induksi tersebut.
% η 100%
% η 100%
Rugi-rugi motor terdiri dari rugi-rugi konstan dan variabel. Rugi-rugi
konstan dianggap tidak berubah dari beban nol hingga beban penuh. Rugi-rugi
variabel tergantung pada beban motor, berbanding kuadrat dengan arus beban.
Motor berefisiensi rendah apabila beban pada motor rendah, karena kerugian daya
pada motor relatife besar dibandingkan dengan daya output pada beban yang
besar, kerugian output menjadi relatife kecil terhadap daya output.
21
Efisiensi motor tidak distandarisasi, masing-masing pabrik pembuat motor
memproduksi motor-motor dengan harga efisiensi sesuai dengan pertimbangan
aspek ekonomis dan teknis, atau dengan kata lain motor-motor mempunyai data
efisiensi yang berbeda untuk ukuran tipe yang sama tetapi pabrik pembuat motor
tersebut berbeda. Selain itu, efisiensi motor juga berbeda apabila kapasitasnya
berbeda, makin besar kapasitasnya makin tinggi efisiensinya.
Perubahan kecepatan pada motor juga akan mempengaruhi nilai
efisiensinya. Perubahan kecepatan motor dari slip s1 dan s2 mengakibatkan
efisiensinya berubah dari suatu harga ke harga lain.
II.9. Pemeliharaan Motor Induksi
Hampir semua inti motor dibuat dari baja silikon atau baja gulung dingin
yang dihilangkan karbonnya, sifat-sifat listriknya tidak berubah dengan usia.
Walau begitu, perawatan yang buruk dapat memperburuk efisiensi motor karena
umur motor dan operasi yang tidak handal.
Sebagai contoh, pelumasan yang tidak benar dapat menyebabkan
meningkatnya gesekan pada motor dan penggerak transmisi peralatan. Kehilangan
resistansi pada motor, yang meningkat dengan kenaikan suhu. Kondisi ambien
dapat juga memiliki pengaruh yang merusak pada kinerja motor.
Sebagai contoh, suhu ekstrim, kadar debu yang tinggi, atmosfir yang
korosif, dan kelembaban dapat merusak sifat-sifat bahan isolasi; tekanan mekanis
karena siklus pembebanan dapat mengakibatkan kesalahan penggabungan.
Perawatan yang tepat diperlukan untuk menjaga kinerja motor. Sebuah
daftar periksa praktek. perawatan yang baik akan meliputi :
• Pemeriksaan motor secara teratur untuk pemakaian bearings dan rumahnya
(untuk mengurangi kehilangan karena gesekan) dan untuk kotoran/debu pada
saluran ventilasi motor (untuk menjamin pendinginan motor).
• Pemeriksaan kondisi beban untuk meyakinkan bahwa motor tidak kelebihan
atau kekurangan beban. Perubahan pada beban motor dari pengujian terakhir
mengindikasikan suatu perubahan pada beban yang digerakkan, penyebabnya
yang harus diketahui.
• Pemberian pelumas secara teratur. Fihak pembuat biasanya memberi
rekomendasi untuk cara dan waktu pelumasan motor. Pelumasan yang tidak
22
cukup dapat menimbulkan masalah, seperti yang telah diterangkan diatas.
Pelumasan yang berlebihan dapat juga menimbulkan masalah, misalnya
minyak atau gemuk yang berlebihan dari bearing motor dapat masuk ke motor
dan menjenuhkan bahan isolasi motor, menyebabkan kegagalan dini atau
mengakibatkan resiko kebakaran.
• Pemeriksaan secara berkala untuk sambungan motor yang benar dan peralatan
yang digerakkan. Sambungan yang tidak benar dapat mengakibatkan sumbu as
dan bearings lebih cepat aus, mengakibatkan kerusakan terhadap motor dan
peralatan yang digerakkan.
• Dipastikan bahwa kawat pemasok dan ukuran kotak terminal dan
pemasangannya benar.
• Sambungan-sambungan pada motor dan starter harus diperiksa untuk
meyakinkan kebersihan dan kekencangnya.
• Penyediaan ventilasi yang cukup dan menjaga agar saluran pendingin motor
bersih untuk membantu penghilangan panas untuk mengurangi kehilangan
yang berlebihan.
23
BAB III
METODE PENELITIAN
24
poros dari head end ini satu sumbu dengan driver. Alat ini berfungsi untuk
menggerakkan belt yang melilit bodinya searah dengan putaran motor dan
drivernya. Adapun gambarnya seperti diperlihatkan dibawah ini :
25
Gambar 3.3. Roller-Roller Belt Conveyor35
26
i. Take-up pulley (puli pengencang)
Perangkat yang berfungsi untuk mengencangkan belt yang kendor dan
memberikan Tegangan pada belt.
j. Snub pulley
Puli yang terpasang untuk memperbesar sudut dimana belt menyentuh
permukaan puli penggerak
k. Bend pulley (puli tikungan)
Puli yang dipakai untuk membelokkan arah dari belt
l. Head pulley / Drive pulley (puli depan)
Puli terakhir pada ujung depan corong, lebih sering dipakai sebagai puli
penggerak
m. Tail pulley / Return pulley (puli belakang)
Puli terakhir pada ujung belakang belt conveyor
n. Scraper (alat pembersih)
Perangkat yang berfungsi sebagai pembersih material yang menempel pada
belt.
o. Skirt (penyekat)
Perangkat yang berfungsi sebagai penyekat agar material tidak tumpah.
p. Plough scraper (alat pembersih)
Alat yang berfungsi untuk membersihkan material yang jatuh pada belt
conveyor bagian bawah.
q. Chute / Hopper
Corong yang terletak disetiap ujung bagian hulu (tail) yang berfungsi untuk
menampung curahan material.
27
III.3. Data Teknis Motor Induksi 3 Fasa Penggerak BC-11
Dari hasil Survei yang telah dilakukan, maka diperoleh data-data sebagai
berikut :
• Motor terpasang : 1 Unit
• Daya motor terpasang : 30 KW
• Arus motor : 58 A
• Tegangan : 380 V
• N : 1465 RPM
• F : 50 HZ
• Cos : 0,86
• Gambar motor pada saat ini
28
Gambar 3.6. Gear Reducer Penggerak Belt Conveyor BC-1138
29
III.6. Data pengukuran Listrik motor
Data pengukuran listrik motor dilakukan pada saat belt conveyor ada batu
bara diatasnya dan pada saat belt conveyor tidak ada batubara diatasnya. Data itu
sendiri didapat dengan cara melakukan pengukuran langsung dengan bantuan alat
tang Ampere. Adapun data pengukuran yang didapat ialah sebagai berikut.
1. Tegangan
Tegangan yang diperoleh adalah : 375 V
2. Arus saat BC-11 ada beban
Arus yang diperoleh dari pengukuran pada saat belt conveyor ada beban
adalah : 17,6 A
3. Arus saat BC-11 tidak ada beban
Arus yang diperoleh dari pengukuran pada saat belt conveyor tidak ada
beban/tidak ada batu bara adalah : 12 A
4. Arus start awal motor pada saat tidak ada beban
Arus yang diperoleh pada saat BC-11 memulai operasi atau pada saat start
awal motor di BC-11 adalah : 110 A
5. Arus start awal motor pada saat ada beban
Arus yang diperoleh pada saat BC-11 memulai operasi atau pada saat start
awal motor di BC-11 adalah : 126 A
30
BAB IV
PEMBAHASAN
Jadi, hasil perhitungan P3F berdasarkan data yang didapat dari name plate yaitu
sebesar 32, 956 kW. Berdasarkan persamaan (2.26) maka dapat dihitung rugi-rugi
pada motor :
Prugi-rugi = Pinput – Poutput
= 32,956 kW – 30 kW
= 2,956 kW
Jadi, besar rugi-rugi motor yang didapat dari hasil perhitungan adalah
sebesar = 2,956 kW.
31
IV.1.2. Perhitungan Daya Input Motor Berdasarkan pengukuran saat BC-11
tidak ada beban
Perhitungan daya input motor bedasarkan pengukuran secara langsung
pada saat BC-11 tidak ada beban yaitu :
P1φ = Vp . Ip . Cos α
= 216, 76 . 12 . 0,86
= 2.236, 96 W
P3φ = 3 . P1φ
= 3 . 2.236
= 6.708 W
= 6, 708 kW
Jadi, hasil perhitungan P3φ berdasarkan data yang didapat dari pengukuran
langsung pada saat BC-11 tidak ada beban yaitu sebesar 6,708 kW.
P1φ = Vp . Ip . Cos α
= 216, 76 . 17,6 . 0,86
= 3280, 88 W
P3φ = 3 . P1φ
= 3 . 3280, 88
= 9.842 W
= 9,842 kW
32
Jadi, hasil perhitungan P3φ berdasarkan data yang didapat dari pengukuran
langsung pada saat BC-11 ada beban yaitu sebesar 9,842 kW.
IV.2. Perhitungan Daya Mekanik Gear Reducer
IV.2.1. Perhitungan daya mekanik pada gear reducer pada saat BC-11
ada beban
Berdasarkan persamaan dapat dihitung daya mekanik gear reducer dengan
menggunakan rumus :
Pmekanik = M . ω
Untuk mencari Momen (M) dan kecepatan sudut ( ω ) terlebih dahulu kita
harus mencari gaya pada poros gear reducer (F), percepatan linear (a) pada belt
conveyor dan frekwensi putaran dalam detik (n). Berdasarkan persamaan
percepatan linear dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
33
= 14, 651 rad/s
Jadi, daya mekanik gear reducer pada saat ada batu bara dapat dihitung
berdasarkan persamaan yaitu :
Pmekanik = M . ω
= 192, 35 x 14, 651
= 2818,11 W
= 2,81 kW
Jadi, daya mekanik gear reducer pada saat belt conveyor ada batu bara adalah
sebesar 2,81 kW.
IV.2.2. Perhitungan daya mekanik pada gear reducer pada saat BC-11 tidak
ada beban
Berdasarkan persamaan dapat dihitung daya mekanik gear reducer dengan
menggunakan rumus :
Pmekanik = M .
Untuk mencari Momen (M) dan kecepatan sudut ( ω ) terlebih dahulu kita
harus mencari gaya pada poros gear reducer (F), percepatan linear (a) pada belt
conveyor dan frekwensi putaran dalam detik (n).
Berdasarkan persamaan percepatan linear dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
34
Setelah menghitung Momen pada poros (M) maka baru menghitung
kecepatan sudut. Berdasarkan persamaan kecepatan sudut dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
ω = 2 . π .n
= 2 . 3,14 . 2,333
= 14, 651 rad/s
Jadi, daya mekanik gear reducer pada saat tidak ada batu bara dapat dihitung
berdasarkan persamaan yaitu :
Pmekanik = M .
= 165,89 x 14, 651
= 2430,45 W
= 2,43 kW
Jadi, daya mekanik gear reducer pada saat tidak ada batu bara adalah
sebesar 2,43 kW.
Dimana diketahui gaya pada poros pada saat belt conveyor ada batu bara
adalah F = 769,41 N dan nilai dari Vlinear = 2,7 m/s Maka besar daya mekanik
pada belt conveyor adalah
Pmekanik = F . V
= 769,41 N x 2,7 m/s
= 2077, 4 W
= 2,077 kW
35
Jadi, besar daya mekanik belt conveyor pada saat ada batu bara adalah
sebesar 2,07 kW.
Dan berdasarkan persamaan pada belt conveyor BC-11 ini terdapat Energi
Kinetik translasi yang dapat ditentukan dengan menggunakan rumus yaitu :
Dimana :
m : Berat total (berat batubara dalam 1 detik + berat belt conveyor BC-11)
Jadi, energi kinetik translasi yang ada pada belt conveyor BC-11 saat ada batu
bara adalah sebesar 4416,53 joule.
IV.3.2.Perhitungan Daya Mekanik pada Belt Conveyor saat tidak ada batu
bara
Berdasarkan persamaan daya pada belt conveyor BC-11 saat ada batu bara
dapat ditentukan menggunakan rumus dibawah ini :
Pmekanik = F . V
Dimana diketahui bahwa gaya pada poros pada saat belt conveyor tidak
ada batu bara adalah F = 663,57 N dan nilai dari Vlinear = 2,7 m/s. Maka besar
daya mekanik belt conveyor pada saat tidak ada beban adalah
Pmekanik = F . V
= 663,57 N. 2,7 m/s
= 1791,63 W
= 1,791 kW
Jadi, besar daya mekanik belt conveyor pada saat tidak ada batu bara adalah
sebesar 1,791 kW.
Dan berdasarkan persamaan (2-19) pada belt conveyor BC-11 ini terdapat
Energi Kinetik translasi yang dapat ditentukan dengan menggunakan rumus
yaitu :
36
Dimana :
m : Berat belt conveyor BC-11
Jadi, enrgi kinetik translasi yang ada pada belt conveyor BC-11 saat tidak ada
batu bara adalah sebesar 3809,02 joule
Jadi, berdasarkan persamaan (2.26) didapat hasil efisiensi motor yaitu sebesar
91,03%.
37
IV.6. Analisa Hasil Perhitungan Dengan Kondisi Di Lapangan
Dari tabel diatas setelah dibandingkan, maka terlihat pada tabel dibawah
ini,bahwa daya yang terpasang terdapat perbedaan dengan hasil perhitungan.
Tabel perbandingan daya motor induksi 3 fasa sebagai penggerak Belt
Conveyor BC-11 pada Ship Loader yang terpasang daya motor hasil perhitungan
adalah :
NO Daya Output Yang Terpasang Daya Input Hasil Perhitungan
1. 30 kW 32, 956 kW
IV.7. Pembahasan
Berdasarkan dari hasil perhitungan daya pada belt conveyor BC-11 di PT.
Bukit Asam (Persero), Tbk Unit Dermaga Kertapati, dapat dibahas sebagai
berikut :
a. Daya keluaran motor dipengaruhi oleh besar kecilnya arus motor dan factor
dayanya untuk tegangan yang konstan. Daya Input motor yang didapat dari
perhitungan adalah sebesar 32, 956 kW dengan arus 58 A, tegangan 380 Volt
dan factor daya (Cos a) 0,86, terlihat bahwa semakin besar arus dan factor
daya maka daya masukan motor tersebut akan semakin membesar sebaliknya
jika arus dan faktor dayanya kecil maka daya masukan motor akan semakin
mengecil ini berartibahwa daya masukan motor berbanding lurus terhadap
tegangan (V), arus (I), dan faktor daya (Cos a).
b. Dan untuk rugi-rugi pada motor didapat dari hasil perhitungan sebesar
2,956 kW.
c. Daya mekanik pada gear reducer yang didapat dipengaruhi oleh berat beban
yang digerakkan oleh motor. Semakin besar beban yang digerakkan oleh
motor maka akan semakin besar pula daya mekanik yang dihasilkan oleh gear
reducer. Poutput gear reducer didapat antara perkalian antara Momen (M)
dengan kecepatan sudut ( ), dimana kita dapat lihat dari hasil perhitungan
daya mekanik pada gear reducer pada saat belt conveyor BC-11 ada batu bara
38
adalah sebesar 2,81 kW. Sedangkan daya mekanik gear reducer pada saat
tidak ada batu bara ialah sebesar 2,43 kW.
d. Daya mekanik pada belt conveyor yang didapat dipengaruhi oleh berat beban
yang digerakkan oleh motor. Semakin besar beban yang digerakkan oleh
motor maka akan semakin besar pula daya mekanik yang dihasilkan oleh belt
conveyor. Poutput belt conveyor didapat antara perkalian antara Gaya (F)
dengan kecepatan linear (V), dimana kita dapat lihat dari hasil perhitungan
daya mekanik pada belt conveyor BC-11 ada batu bara adalah sebesar 2,81
kW. Sedangkan daya mekanik belt conveyor BC-11 pada saat tidak ada batu
bara ialah sebesar 2,43 kW dan pada belt conveyor BC-11 ini terdapat energi
kinetic translasi, dimana kita dapat lihat dari hasil perhitungan, energi kinetic
pada belt conveyor BC-11 saat ada batu bara adalah sebesar 4416,53 joule.
Sedangkan energi kinetic translasi pada belt conveyor BC-11 saat tidak ada
batu bara ialah sebesar 3809,02 joule.
e. Efisiensi daya yang dihasilkan dari perhitungan berdasarkan perbandingan
daya keluaran dapat dinyatakan sebagai daya masukan dikurangi daya rugi-
rugi pada motor atau dengan kata lain nilai efisiensi daya motor baik adalah
jika nilai efisiensi daya motor tersebut berkisar antara 80% sampai 100%
maka motor termasuk pada penggunaan yang efektif. Pada motor induksi 3
fasa penggerak belt conveyor BC-11 di PT. Bukit Asam (Persero), Tbk Unit
Dermaga Kertapati, setelah dilakukan perhitungan maka efisiensi yang
dihasilkan dari penggunaan motor induksi 3 fasa penggerak belt conveyor BC-
11 adalah sebesar 91,03 %.
39
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan
Berdasarkan dari isi dan hasil perhitungan yang telah diuraikan pada
Tugas Perancangan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Besarnya daya pada motor penggerak belt conveyor BC-11 dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu besarnya arus dan berat beban yang digerakkan oleh
motor tersebut. Atau dengan kata lain semakin besar arus motor dan berat
beban yang digerakkan oleh motor maka akan semakin besar pula daya yang
dikeluarkan oleh motor.
2. Besarnya daya mekanik pada gear reducer dipengaruhi oleh berat beban yang
digerakkan oleh gear reducer tersebut, dimana kita dapat lihat dari hasil
perhitungan daya pada gear reducer pada saat belt conveyor BC-11 ada batu
bara adalah sebesar 2,81 kW. Sedangkan daya pada saat tidak ada batu bara
ialah sebesar 2,43 kW.
3. Daya mekanik dan energi kinetik pada belt conveyor dipengaruhi oleh berat
beban yang diangkut oleh belt conveyor tersebut, dimana dapat kita lihat dari
hasil perhitungan daya dan energi kinetik pada belt conveyor pada saat
berbeban adalah sebesar 2,077 kW dengan Ek = 4416, 35 kW. Sedangkan
pada saat tidak berbeban adalah sebesar 1,791 kW dengan Ek = 3809,02 joule
4. Efisiensi daya yang dihasilkan dari perhitungan adalah sebesar 91,03 % atau
dengan kata lain nilai efisiensi daya yang baik adalah jika nilai efisiensinya
berkisar 80% sampai 100%. Dengan ini dapat diambil kesimpulan bahwa
motor induksi 3 fasa penggerak belt conveyor BC-11 di PT. Bukit Asam
(Persero) Unit Dermaga Kertapati ialah termasuk dalam kategori motor yang
memiliki efisiensi daya yang tinggi dan efektif dalam penggunaannya.
V.2. Saran
Sebelum penulis menutup Tugas Perancangan ini, maka penulis ingin
memberikan beberapa saran yang mungkin berguna bagi pengembangan dan
perbaikan laporan ini :
40
1. Studi agar dilanjutkan kembali dengan menghitung efisiensi ekonomis dari
keseluruhan sistem (Drive Motor – Gear Reducer – Belt Conveyor).
2. Untuk setiap halangan/kerusakan pada motor sebaiknya pendataan/pencatatan
secara khusus kemudian diadakan pengelompokan dengan tujuan agar lebih
cepat mengantisipasi adanya kerusakan yang sering terjadi.
41
DAFTAR PUSTAKA
Rijono, Yon. 1997. Dasar Teknik Tenaga Listrik, Yogyakarta : Andi Yogyakarta
Sumanto, Drs, 1993. Motor Listrik Arus Bolak-Balik, Andi Offset, Yogyakarta
Zuhal, 1995, Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya, PT. Gramedia
42