CRS - Wella Suci Lia - Psikotik Akut
CRS - Wella Suci Lia - Psikotik Akut
Oleh :
Lia Widiana P 1936 B
Septria Wella Yeni P 2221 A
Suci Amalia R P 2223A
Pembimbing :
dr. Yaslinda Yaunin Sp.KJ
ILMU PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR M. DJAMIL
PADANG
2017
BAB 1
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
1.1 Definisi
Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan
individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau
perilaku kacau/aneh1.
Gangguan psikotik singkat/akut didefinisikan sebagai suatu gangguan
kejiwaan yang terjadi selama 1 hari sampai kurang dari 1 bulan, dengan gejala
psikosis, dan dapat kembali ke tingkat fungsional premorbid2.
1.2 Epidemiologi
Menurut sebuah studi epidemiologi internasional, berbeda dengan
skizofrenia, kejadian nonaffective timbul psikosis akut 10 kali lipat lebih tinggi di
negara berkembang daripada di negara-negara industri. Beberapa dokter percaya
bahwa gangguan yang mungkin paling sering terjadi pada pasien dengan
sosioekonomi yang rendah, pasien dengan gangguan kepribadian yang sudah ada
sebelumnya ( paling sering adalah gangguan kepribadian histrionik, narsistik,
paranoid, skizotipal, dan ambang ), dan orang yang pernah mengalami perubahan
kultural yang besar ( misalnya imigran ) 2.
1.3 Etiologi
Didalam DSM III faktor psikososial bermakna dianggap menyebabkan
psikosis reaktif singkat, tetapi kriteria tersebut telah dihilangkan dari DSM IV.
Perubahan dalam DSM IV menempatkan diagnosis gangguan psikotik singkat
didalam kategori yang sama dengan banyak diagnosis psikiatrik utama lainnya
yang penyebabnya tidak diketahui dan diagnosis kemungkinan termasuk
gangguan yang heterogen2.
Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tapi sebagian besar di jumpai
pada pasien dengan gangguan kepribadian mungkin memiliki kerentanan biologis
atau psikologis terhadap perkembangan gejala psikotik. Satu atau lebih faktor
stres berat, seperti peristiwa traumatis, konflik keluarga, masalah pekerjaan,
kecelakaan, sakit parah, kematian orang yang dicintai, dan status imigrasi tidak
1
pasti, dapat memicu psikosis reaktif singkat. Beberapa studi mendukung
kerentanan genetik untuk gangguan psikotik singkat2.
1.4 Patofisiologi
Hipotesis dopamine pada gangguan psikosis serupa dengan penderita
skizofrenia adalah yang paling berkembang dari berbagai hipotesis, dan
merupakan dasar dari banyak terapi obat yang rasional. Hipotesis ini menyatakan
bahwa skizofrenia disebabkan oleh terlalu banyaknya aktivitas dopaminergik.
Beberapa bukti yang terkait hal tersebut yaitu: (1) kebanyakan obat-obat
antipsikosis menyekat reseptor D2 pascasinaps di dalam sistem saraf pusat,
terutama di sistem mesolimbik frontal; (2) obat-obat yang meningkatkan aktifitas
dopaminergik, seperti levodopa (suatu precursor), amphetamine (perilis
dopamine), atau apomorphine (suatu agonis reseptor dopamine langsung), baik
yangdapat mengakibatkan skizofrenia atau psikosis pada beberapa pasien; (3)
densitas reseptor dopamine telah terbukti, postmortem, meningkat diotak pasien
skizofrenia yang belum pernah dirawat dengan obat-obat antipsikosis; (4) positron
emission tomography (PET) menunjukkan peningkatan densitas reseptor
dopamine pada pasien skizofrenia yang dirawat atau yang tidak dirawat, saat
dibandingkan dengan hasil pemeriksaan PET pada orang yang tidak menderita
skizofrenia; dan (5) perawatan yang berhasil pada pasien skizofrenia telah terbukti
mengubah jumlah homovanilic acid (HVA), suatu metabolit dopamine, di cairan
serebrospinal, plasma, dan urine. Namun teori dasar tidak menyebutkan
hiperaktivitas dopaminergik apakah karena terlalu banyaknya pelepasan
dopaminergik, terlalu banyaknya reseptor dopaminergik atau kombinasi
mekanisme tersebut. Neuron dopaminergik di dalam jalur mesokortikal dan
mesolimbik berjalan dari badan selnya di otak tengah ke neuron dopaminoseptif di
sistem limbik dan korteks serebral3.
1.5 Manifestasi klinis
Gambaran utama perilaku:
Perilaku yang diperlihatkan oleh pasien yaitu :
1. Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya
2. Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal
2
3. Kebingungan atau disorientasi
4. Perubahan perilaku; menjadi aneh atau menakutkan seperti menyendiri,
kecurigaan berlebihan, mengancam diri sendiri, orang lain atau lingkungan,
bicara dan tertawa serta marah-marah atau memukul tanpa alasan2.
Gejala gangguan psikotik singkat selalu termasuk sekurang kurangnya satu
gejala psikosis utama, biasanya dengan onset yang tiba-tiba, tetapi tidak selalu
memasukkan keseluruhan pola gejala yang ditemukan pada skizofrenia. Beberapa
klinisi telah mengamati bahwa gejala afektif, konfusi dan gangguan pemusatan
perhatian mungkin lebih sering ditemukan pada gangguan psikotik singkat
daripada gangguan psikotik kronis. Gejala karakteristik untuk gangguan psikotik
singkat adalah perubahan emosional, pakaian atau perilaku yang aneh, berteriak
teriak atau diam membisu dan gangguan daya ingat untuk peristiwa yang belum
lama terjadi. Beberapa gejala tersebut ditemukan pada gangguan yang
mengarahkan diagnosis delirium dan jelas memerlukan pemeriksaan organik yang
lengkap, walaupun hasilnya mungkin negative 1.
1.6 Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis gejala pasti gangguan psikotik akut adalah
sebagai berikut :
1. Halusinasi (persepsi indera yang salah atau yang dibayangkan : misalnya,
mendengar suara yang tak ada sumbernya atau melihat sesuatu yang tidak ada
bendanya).
2. Waham (ide yang dipegang teguh yang nyata salah dan tidak dapat diterima
oleh kelompok sosial pasien, misalnya pasien percaya bahwa mereka diracuni
oleh tetangga, menerima pesan dari televisi, atau merasa diamati/diawasi oleh
orang lain).
3. Agitasi atau perilaku aneh (bizar)
4. Pembicaraan aneh atau kacau (disorganisasi)
5. Keadaan emosional yang labil dan ekstrim (iritabel)1.
Berdasarkan DSM-IV diagnosisnya terutama atas lama gejala, untuk gejala
psikotik yang berlangsung sekurangnya satu hari tetapi kurang satu bulan dan
yang tidak disertai dengan suatu gangguan mood, gangguan berhubungan dengan
zat, atau suatu gangguan psikotik karena kondisi medis umum, diagnosis
3
gangguan psikotik singkat kemungkinan merupakan diagnosis yang tepat. Untuk
gejala psikotik yang berlangsung lebih dari satu hari, diagnosis sesuai yang harus
dipertimbangkan adalah gangguan delusional (jika waham adalah gejala psikotik
yang utama), gangguan skizofreniform (jikagejala berlangsung kurang dari 6
bulan), dan skizofrenia (jika gejala telah berlangsung lebih dari 6 bulan)2.
4
(PPDGJ III). Berikut kriteria diagnostik gangguan kepribadian histrionik
berdasarkan PPDGJ III2
5
F23.2 Gangguan Psikotik Polimorfik akut dengan gejala Skizofrenia
Suatu gangguan psikotik akut yang memenuhi kriteria deskriptif untuk
gangguan psikotik polimorfik akut (F23.0) tetapi yang selalu disertai gejala
skizofrenia yang khas.
Pedoman diagnostik
Untuk diagnostik pasti, kriteria a, b, dan c, yang khas di atas untuk gangguan
psikotik polimorfik akut harus dipenuhi, sebagai tambahan, gejala – gejala yang
memenuhi kriteria untuk skizofrenia (F20.-) harus sudah ada untuk sebagian besar
waktu sejak muncul gambaran klinis psikotik itu secara jelas.
Apabila gejala – gejala skizofrenia menetap lebih dari sebulan maka diagnostic
berubah menjadi skizofrenia (F20.-)1.
6
Reaksi skizofrenia
Tak termasuk:
Gangguan waham organic (lir-skizofrenia) (F06.2)
Gangguan skizofreniform YTT (F20.8)1.
7
dapat diperoleh, dengan syarat bahwa tidak terdapat tanda – tanda suatu penyebab
organic 1.
1.7 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan
Menjaga keamanan pasien dan individu yang merawatnya, hal yang dapat
dilakukan yaitu:
a. Keluarga atau teman harus mendampingi pasien
b. Kebutuhan dasar pasien terpenuhi (misalnya, makan, minum,
eliminasi dan kebersihan)
c. Hati-hati agar pasien tidak mengalami cedera
Konseling pasien dan keluarga.
a. Bantu keluarga mengenal aspek hukum yang berkaitan dengan
pengobatan psikiatrik antara lain : hak pasien, kewajiban dan
tanggung jawab keluarga dalam pengobatan pasien
b. Dampingi pasien dan keluarga untuk mengurangi stress dan kontak
dengan stressor
c. Motivasi pasien agar melakukan aktivitas sehari-hari setelah gejala
membaik
2. Penatalaksanaan Medis
a. Obat antipsikotik untuk mengurangi gejala psikotik :
Haloperidol 2-5 mg, 1 sampai 3 kali sehari, atau Chlorpromazine 100-
200 mg, 1 sampai 3 kali sehari. Dosis harus diberikan serendah
mungkin untuk mengurangi efek samping, walaupun beberapa pasien
mungkin memerlukan dosis yang lebih tinggi.
b. Obat antiansietas juga bisa digunakan bersama dengan neuroleptika
untuk mengendalikan agitasi akut (misalnya: lorazepam 1-2 mg, 1
sampai 3 kali sehari)
c. Obat antipsikotik selama sekurang-kurangnya 3 bulan sesudah gejala
hilang.
8
d. Apabila menemukan pasien gangguan jiwa di rumah dengan perilaku
di bawah ini, lakukan kolaborasi dengan tim untuk mengatasinya.
Kekakuan otot (Distonia atau spasme akut), bisa ditanggulangi
dengan suntikan benzodiazepine atau obat antiparkinson.
Kegelisahan motorik berat (Akatisia), bisa ditanggulangi dengan
pengurangan dosis terapi atau pemberian beta-bloker.
Gejala parkinson (tremor/gemetar, akinesia), bisa ditanggulangi
dengan obat antiparkinson oral (misalnya, trihexyphenidil 2 mg 3
kali sehari)4,5.
1.8 Prognosis
Ciri prognosis yang baik untuk gangguan psikotik singkat
1. Penyesuaian premorbid yang baik
2. Stressor pencetus yang berat
3. Onset gejala mendadak
4. Gejala afektif
5. Gejala singkat
6. Tidak ada saudara yang skizofrenik2.
9
BAB II
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. IS
MR : 031236
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat dan tanggal lahir/ umur : Padang,12Juli 1995/ 22 tahun
Status perkawinan : Belum Kawin
Kewarganegaraan : Indonesia
Suku bangsa : Minang
Negeri asal : Padang
Agama : Islam
Pendidikan : Tamat SMK
Pekerjaan : Wiraswasta (Pelayan Rumah Makan)
Alamat : Kelurahan Pisang Kecamatan Pauh Kota
Padang
10
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Keterangan/ anamnesis di bawah ini diperoleh dari (lingkari angka di bawah ini)
1. Autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 23 Oktober 2017 di Poliklinik
RSJ Prof. HB. Saanin
2. Alloanamnesis dengan :
Ayah Kandung (Tn. R, 47 tahun, Buruh Harian, Tamat SMA, Kelurahan Pisang
Kecamatan Pauh Kota Padang, 08126748XXXX) pada tanggal 23 Oktober
2017melalui wawancara langsung
1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan (lingkari pada huruf
yang sesuai)
a. Sendiri
b. Keluarga
c. Polisi
d. Jaksa/ Hakim
e. Dan lain-lain
2. Keluhan Utama
Pasien kontrol berobat ke poliklinik RSJ Prof HB Saanin Padang
Sebab Utama Dirawat
Pasien kontrol berobat ke poliklinik RSJ Prof HB Saanin Padang
3. Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang
Pasien menghabiskan masa SMA nya di Palembang dan tinggal bersama
Paman dan Istri pamannya. Setelah tamat SMA pasien bekerja sebagai pelayan
rumah makan membantu paman. Saat pulang ke Padang untuk lebaran idul fitri
pada pertengahan tahun 2017, pasien bercerita kepada ayahnya bahwa saat berada
di Palembang, ketika pasien ingin membeli sesuatu terkadang istri paman pasien
curiga darimana pasien mendapatkan uang untuk membeli barang yang
diinginkannya, sehingga pasien sering merasa sedih dan mengurungkan niatnya
untuk membeli barang tersebut.
Setelah lebaran, pasien tetap kembali ke Palembang meskipun sudah dilarang
orang tuanya karena mendengar cerita yang dialami oleh pasien. Saat pasien
11
sudah berada di palembang, paman dan istrinya terlibat cekcok, kemudian pasien
dituduh oleh istri paman membeberkan masalah internal kelurga pamannya
kepada tetangga sekitar. Karena tidak terima dengan tuduhan istri paman pasien
kemudian mengamuk dan melempar alat-alat rumah tangga. Keesokan harinya
pasien mulai berbicara ngawur, membenturkan kepalanya dan membakar bajunya
sendiri. Selama dua hari pasien mengamuk di Palembang paman pasien
langsung mengantarkan pasien ke Padang. sesampainya di Padang kondisi pasien
tidak membaik pasien sering merasa bingung, membakar kertas dan uang dan
memecahkan piring, berkata-kata kotor. Pasien merasa dirinya Paling hebat dan
berbicara tentang keagamaan. Pasien tidak tidur dan tidak mau makan Kemudian
keluarga membawa pasien ke pengobatan tradisional, setelah dua hari menjalani
pengobatan tradisional tersebut, masih tidak ada perbaikan pasien dibawa
keluarga ke IGD RSJ Prof HB Saanin Padang.
Pasien dirawat selama 1 bulan di Bangsal Dahlia RSJ Prof HB Saanin Padang.
Setelah mengalami perbaikan pasien dibolehkan pulang dijemput oleh keluarga
dan kontrol Rutin ke poliklinik dan minum obat teratur. Selama rawat jalan
keluarga pasien mengatakan pasien tidak pernah lagi mengamuk seperti sebelum
di rawat di rumah sakit. Pasien juga merasa tenang dan mengatakan tidak lagi
memikirkan masalah dengan pamannya dan pasien berencana untuk membuka
usaha rumah makan di Padang dan tidak akan balik lagi ke Palembang
4. Riwayat Penyakit Sebelumnya
a. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien tidak pernah menderita gangguan jiwa sebelumnya.
b. Riwayat Gangguan Medis
Pasien tidak ada riwayat DM, trauma, tumor, gangguan kesadaran, HIV
dan penyakit fisik lainnya.
c. Riwayat Penggunaan NAPZA
Pasien tidak merokok dan tidak ada riwayat minum alkohol
12
5. Riwayat keluarga
a) Identitas orang tua/ pengganti
IDENTITAS Orang tua/ Pengganti Keterangan
Bapak Ibu
Kewarganegaraan Indonesia Indonesia
Suku bangsa Minangkabau Minangkabau
Agama Islam Islam
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan Wiraswasta Ibu Rumah
Tangga
Umur 47tahun 44tahun
Alamat Padang Padang
b) Saudara
Jumlah bersaudara5orang dan pasien anak ke 1
c) Urutan bersaudara dan cantumkan usianya dalam tanda kurung untuk pasien
sendiri lingkari nomornya.*
1. Lk/ Pr (22tahun)
2. Lk/ Pr(21tahun)
3. Lk/ Pr (18tahun)
4. Lk/ Pr (14tahun)
5. Lk/Pr (11 tahun)
d) Gambaran sikap/ perilaku masing-masing saudara pasien dan hubungan pasien
terhadap masing-masing saudara tersebut, hal yang dinyatakan serupa dengan
yang dinyatakan pada gambaran sikap/ perilaku pada orang tua.*
Saudara Gambaran sikap dan perilaku Kualitas hubungan
ke dengan saudara (akrab/
biasa,/kurang/tak peduli)
1 Biasa Biasa
2 Biasa Biasa
3 Biasa Biasa
4 Biasa Biasa
Ket:
*) coret yang tidak perlu
**) diisi dengan tanda ( + ) atau ( - )
13
Skema Pedegree
Keterangan:
: Wanita : Laki-laki : Pasien :Meninggal
14
Usia mulai bicara : 1 tahun 2 bulan
Usia mulai jalan : 1 tahun
Sukar makan (-), anoreksia nervosa (-), bulimia (-), pika (-),
gangguan hubungan ibu-anak (-), pola tidur baik (+), cemas
terhadap orang asing sesuai umum (-), cemas perpisahan (-), dan
lain-lain.
d) Toilet training
Umur : 4 tahun
Sikap orang tua :(memaksa/menghargai/membiarkan/memberikan
arahan)
Perasaan anak untuk toilet training ini: baik
g) Masa Sekolah
Perihal SD SMP SMA
Umur 7 tahun 14 tahun 18 tahun
Prestasi* Baik Baik Baik
Sedang Sedang Sedang
Kurang Kurang Kurang
Aktifitas Sekolah* Baik Baik Baik
Sedang Sedang Sedang
Kurang Kurang Kurang
Sikap Terhadap Teman * Baik Baik Baik
Kurang Kurang Kurang
Sikap Terhadap Guru Baik Baik Baik
Kurang Kurang Kurang
Kemampuan Khusus (Bakat) ( - ) ( - ) ( - )
Tingkah Laku ( baik ) (Baik) (baik )
15
( -), bulimia (- ), perasaan depresi ( -), rasa rendah diri ( - ), cemas ( - ),
gangguan tidur ( - ), sering sakit kepala ( - ), dan lain-lain.
i) Riwayat Pekerjaan
Usia mulai berkerja 21 tahun, kepuasan kerja ( - ), pindah-pindah kerja (+),
pekerjaan yang pernah dilakukan tukang kayu
Konflik dalam pekerjaan : ( - ), konflik dengan atasan, konflik dengan
bawahan ( - ), konflik dengan kelompok ( - ).
Keadaan ekonomi*: baik, sedang, kurang (menurut pasien)
Skizoid Emosi dingin ( - ), tidak acuh pada orang lain ( - ), perasaan hangat
atau lembut pada orang lain ( - ), peduli terhadap pujian maupun
kecaman ( - ), kurang teman ( - ), pemalu (+ ), sering melamun ( - ),
kurang tertarik untuk mengalami pengalaman seksual (- ), suka
aktivitas yang dilakukan sendiri ( - )
Paranoid Merasa akan ditipu atau dirugikan ( - ), kewaspadaan berlebihan ( - ),
sikap berjaga-jaga atau menutup-nutupi (- ), tidak mau menerima
kritik ( - ), meragukan kesetiaan orang lain (- ), secara intensif
mencari-cari kesalahan dan bukti tentang prasangkanya ( - ),
perhatian yang berlebihan terhadap motif-motif yang tersembunyi ( -
16
), cemburu patologik ( - ), hipersensifitas ( -), keterbatasan
kehidupan afektif ( - ).
Skizotipal Pikiran gaib ( - ), ideas of reference (- ), isolasi sosial ( - ), ilusi
berulang (- ), pembicaraan yang ganjil ( - ), bila bertatap muka
dengan orang lain tampak dingin atau tidak acuh ( - ).
Siklotimik Ambisi berlebihan ( - ), optimis berlebihan ( - ), aktivitas seksual
yang berlebihan tanpa menghiraukan akibat yang merugikan ( - ),
melibatkan dirinya secara berlebihan dalam aktivitas yang
menyenangkan tanpa menghiraukan kemungkinan yang merugikan
dirinya ( - ), melucu berlebihan ( - ), kurangnya kebutuhan idur (- ),
pesimis (- ), putus asa (- ), insomnia ( - ), hipersomnia ( - ), kurang
bersemangat (- ), rasa rendah diri (- ), penurunan aktivitas ( - ),
mudah merasa sedih dan menangis ( - ), dan lain-lain.
Histrionik Dramatisasi (- ), selalu berusaha menarik perhatian bagi dirinya (- ),
mendambakan ransangan aktivitas yang menggairahkan ( - ), bereaksi
berlebihan terhadap hal-hal sepele (- ), egosentris ( - ), suka menuntut
( - ), dependen ( - ), dan lain-lain.
Narsisistik Merasa bangga berlebihan terhadap kehebatan dirinya ( - ),
preokupasi dengan fantasi tentang sukses, kekuasaan dan kecantikan
(- ), ekshibisionisme ( - ), membutuhkan perhatian dan pujian yang
terus menerus (- ), hubungan interpersonal yang eksploitatif (- ),
merasa marah, malu, terhina dan rendah diri bila dikritik (- ) dan lain-
lain.
Dissosial Tidak peduli dengan perasaan orang lain( - ), sikap yang amat tidak
bertanggung jawab dan berlangsung terus menerus ( - ), tidak
mampu mengalami rasa bersalah dan menarik manfaat dari
pengalaman ( - ), tidak peduli pada norma-norma, peraturan dan
kewajiban sosial ( - ), tidak mampu memelihara suatu hubungan agar
berlangsung lama ( - ), iritabilitas ( - ), agresivitas ( - ), impulsif (-
), sering berbohong ( - ), sangat cendrung menyalahkan orang lain
atau menawarkan rasionalisasi yang masuk akal, untuk perilaku yang
membuat pasien konflik dengan masyarakat ( - )
Ambang Pola hubungan interpersonal yang mendalam dan tidak stabil ( - ),
kurangnya pengendaian terhadap kemarahan ( - ), gangguan identitas
( - ), afek yang tidak mantap ( - ) tidak tahan untuk berada sendirian
( - ), tindakan mencederai diri sendiri ( - ), rasa bosan kronik ( - ),
dan lain-lain
Menghindar Perasaan tegang dan takut yang pervasif ( - ), merasa dirinya tidak
mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain ( - ),
kengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin
disukai (-), preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan
penolakan dalam situasi sosial (+), menghindari aktivitas sosial atau
pkerjaan yang banyak melibatkan kontak interpersonal karena takut
dikritik, tidak didukung atau ditolak.
Anankastik Perasaan ragu-ragu yang hati-hati yang berlebihan ( - ), preokupasi
pada hal-hal yang rinci (details), peraturan, daftar, urutan, organisasi
dan jadwal ( - ), perfeksionisme ( - ), ketelitian yang berlebihan ( - ),
kaku da keras kepala ( - ), pengabdian yang berlebihan terhadap
17
pekerjaan sehingga menyampingkan kesenangan dan nilai-nilai
hubungan interpersonal ( - ), pemaksaan yang berlebihan agar orang
lain mengikuti persis caranya mengerjakan sesuatu ( - ), keterpakuan
yang berlebihan pada kebiasaan sosial ( - ) dan lain-lain.
Dependen Mengalami kesuitan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa
nasehat dan masukan dari orang lain (-), membutuhkan orang lain
untuk mengambil tanggung jawab pada banyak hal dalam hidupnya
(-), perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, karena
ketakutan yang dibesar-besarkan tentang ketidakmampuan mengurus
diri sendiri (-), takut ditinggalkan oleh orang yang dekat dengannya
(-)
18
11. Riwayat agama
Pasien beragama Islam, pendidikan terakhir tamat SMK,rajinmelakukan
aktivitas sholat dan mengaji
12. Persepsi Dan Harapan Keluarga
Pasien menyatakan ingin sehat dan bisa membuka usaha sendiri, serta
membahagiakan kedua orang tua dan adiknya.
19
GRAFIK PERJALANAN PENYAKIT
SKEMA PERJALANAN PENYAKIT
Thn: 2017 Thn: 2017
Usia 22 tahun (pertengahan tahun 2017) Usia 22 tahun (5 hari yang lalu)
20
III. STATUS INTERNUS
Keadaan Umum : Sakit sedang
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : Teraba kuat teratur, frekuensi 85x/menit
Nafas : Thorakoabdominal, teratur, frekuensi 18x/menit
Suhu : 36,8 o C
Tinggi Badan : 165cm
Berat Badan : 52 kg
Bentuk Badan : normal
Sistem Kardiovaskuler : Dalam batas normal
Sistem Respiratorik : Dalam batas normal
Kelainan Khusus : Dalam batas normal
Wajah : Dalam batas normal
V. STATUS MENTAL
A. Keadaan Umum
21
2. Penampilan
Sikap tubuh: biasa ( + ), diam ( ), aneh ( ), sikap tegang ( ), kaku ( ),
gelisah ( ), kelihatan seperti tua ( ), kelihatan seperti muda ( ),
berpakaian sesuai gender ( +).
Cara berpakaian : rapi (+),biasa ( -), tak menentu ( ), sesuai dengan
situasi ( + ),kotor ( ), kesan ( dapat/ tidak dapat mengurus diri)*
Kesehatan fisik : sehat ( + ), pucat ( ), lemas ( ), apatis ( ), telapak
tangan basah ( ), dahi berkeringat ( ), mata terbelalak ( ).
3. Kontak psikis
Dapat dilakukan (+ ), tidak dapat dilakukan ( - ), wajar ( + ), kurang
wajar ( - ), sebentar ( - ), lama ( + ).
4. Sikap
Kooperatif (+ ), penuh perhatian ( - ), berterus terang ( - ), menggoda ( -
), bermusuhan ( - ), suka main-main ( - ), berusaha supaya disayangi ( - ),
selalu menghindar ( - ), berhati-hati ( - ), dependen (- ), infantil ( - ),
curiga ( - ), pasif ( - ), dan lain-lain.
22
Logorrhea ( - ), poverty of speech ( - ), diprosodi ( - ), disatria ( - ),
gagap ( - ), afasia ( - ), bicara kacau ( - ).
C. Emosi
Hidup emosi*: stabilitas (stabil/ tidak), pengendalian (adekuat/tidak
adekuat), echt/unecht, dalam/dangkal, skala diffrensiasi ( sempit/luas),
arus emosi (biasa/lambat/cepat).
1. Afek
Afek appropriate/ serasi( + ), afek inappropriate/ tidak serasi( - ), afek
tumpul ( - ), afek yang terbatas ( - ), afek datar ( - ), afek yang labil ( - ).
2. Mood
mood eutimik (+), mood disforik ( - ), mood yang meluap-luap (expansive
mood) ( - ), mood yang iritabel ( - ), mood yang labil (swing mood) ( - ),
mood meninggi (elevated mood/ hipertim) ( - ), euforia ( - ), ectasy ( - ),
mooddepresi (hipotim) ( - ), anhedonia ( - ), dukacita ( - ), aleksitimia ( -
), elasi ( ), hipomania ( - ), mania( - ), melankolia( - ), La belle
indifference ( -), tidak ada harapan ( - ).
3. Emosi lainnya
Ansietas ( - ), free floating-anxiety ( -), ketakutan ( - ), agitasi ( - ),
tension (ketegangan) ( - ), panic ( - ), apati ( - ), ambivalensi ( - ),
abreaksional ( - ), rasa malu ( - ), rasa berdosa/ bersalah( -), kontrol
impuls ( - ).
23
2. Gangguan Spesifik dalam Bentuk Pikiran
Neologisme ( - ), word salad ( - ), sirkumstansialitas ( - ), tangensialitas (
- ), inkohenrensia ( - ), perseverasi ( - ), verbigerasi ( - ), ekolalia ( - ),
kondensasi ( - ), jawaban yang tidak relevan ( - ), pengenduran asosiasi (
- ), derailment ( - ), flight of ideas ( - ), clang association ( - ), blocking (
- ), glossolalia ( - ).
E. Persepsi
Halusinasi
Non patologis: Halusinasi hipnagogik ( - ), halusinasi hipnopompik ( - ),
Halusinasi auditorik ( -), halusinasi visual ( -), halusinasi olfaktorik ( - ),
halusinasi gustatorik ( - ), halusinasi taktil ( - ), halusinasi somatik ( - ),
halusinasi liliput ( - ), halusinasi sejalan dengan mood ( - ), halusinasi
yang tidak sejalan dengan mood ( - ), halusinosis ( - ), sinestesia ( - ),
halusinasi perintah (command halusination), trailing phenomenon ( - ).
Ilusi ( - )
Depersonalisasi ( - ), derealisasi ( - )
24
4. Memori (daya ingat) : gangguan memori jangka lama/ remote ( - ),
gangguan memori jangka menengah/ recent past ( - ), gangguan memori
jangka pendek/ baru saja/ recent ( - ), gangguan memori segera/
immediate ( - ).
Amnesia ( - ), konfabulasi ( - ), paramnesia ( - ).
5. Luas pengetahuan umum: baik/ terganggu
6. Pikiran konkrit : baik/ terganggu
7. Pikiran abstrak : baik/terganggu
8. Kemunduran intelek : (Ada/ tidak), Retardasi mental ( - ), demensia ( -
), pseudodemensia ( - ).
H. Dicriminative Insight*
Derajat I (penyangkalan)
Derajat II (ambigu)
Derajat III (sadar, melemparkan kesalahan kepada orang/ hal lain):
Derajat IV ( sadar, tidak mengetahui penyebab)
Derajat V (tilikan intelektual)
Derajat VI (tilikan emosional sesungguhnya)
I. Discriminative Judgement :
Judgment tes : tidak terganggu
Judgment sosial :tidak terganggu
25
Berdasarkan anamnesis riwayat penyakit medis dan pemeriksaan
fisik yang dilakukan, pasien tidak pernah mengalami trauma kepala dan
penyakit lainnya yang secara fisiologis dapat menimbulkan disfungsi otak
sebelum menunjukkan gangguan jiwa. Oleh karena itu, gangguan mental
organik (F00 – F09)dapat disingkirkan.
Pada pasien tidak terdapat riwayat penggunaan alkohol dan obat
psikotropika sehingga kemungkinan adanya gangguan mental dan perilaku
dan perasaan akibat penggunaan zat psikoaktif (F10 – F19) dapat
disingkirkan.
Dari riwayat penyakit pasien dapat ditarik kesimpulan bahwa pada
pasien ini ditemukan adanya perilaku kacau dan bicara yang kacau, serta
waham kebesaranyang baru pertama kali terjadi. Gejala-gejala psikotik
pasien muncul dalam jangka waktu lebih dari sehari tetapi kurang dari satu
bulan. Berdasarkan kriteria PPDGJ III dapat disimpulkan diagnosis pada
aksis I adalah Gangguan Psikotik Akut (F23.0). Pada pasien tidak ada
waham dan halusinasi yang berubah baik dalam segi jenis maupun
inteensitasnya dari hari ke hari atau dalam hari yang sama sehingga
gangguan psikotik polimorfik akut dengan gejala skizofrenia dapat
disingkirkan. Gejala pada pasien sudah memenuhi kriteria skizofrenia
berupa waham, bicara kacau, dan perbuatan kacau. Jenis waham pada
pasien ini terbatas pada waham kebesaran yaitu merasa dirinya paling
hebat, sehingga pada pasien dapat diarahkan sebagai Gangguan Psikotik
lir-skizofrenia (Schizophrenia-like) Akut.
Dari riwayat kepribadian pasien tidak didapatkan diagnosis adanya
riwayat gangguan kepribadian dan tidak ada riwayat retardasi mental.
Selain itu tidak ditemukan gejala atau tanda gangguan kepribadian yang
bersifat berkembang dari masa kanak-kanak hingga dewasa, sehingga
aksis II pada pasien ini tidak ada diagnosis.
Pada pasien ini ditemukan adanya masalah dalam keluarga, Pasien
memiliki hubungan yang tidak baik dengan istri pamannyasehingga dapat
ditegakkan diagnosis untuk aksis IV pada pasien ini berupa masalah
dengan psikososial&lingkungan lain.
26
Pada aksis V, pasien dapat melakukan perkerjaannya dengan baik,
sudah mulai mampu menyelesaikan dengan baik, sehingga berdasarkan
penilaian GAF (Global Assessment of Functional Scale), saat ini pasien
berada pada nilai 90-81, berupa gejala minimal, berfungsi baik, cukup
puas, tidak lebih dari masalah harian biasa.
X. Penatalaksanaan
A. Farmakoterapi :
Risperidon 2x 1 mg
Lorazepam 1x2 mg
B. Psikoterapi :
1. Kepada pasien
Psikoterapi supportif
Berempati pada pasien, memahami keadaan pasien,
mengidentifikasi faktor pencetus, serta membantu memecahkan
permasalahan secara terarah.
Psikoedukasi
Memberikan pengetahuan kepada pasien tentang gangguan
yang dialaminya. Diharapkan pasien dapat secara efektif
mengenali gejala, penyebab dan terapi yang dibutuhkannya
untuk menghindari kekambuhan atau terjadinya hal-hal yang
tidak diinginkan.
2. Kepada keluarga : diberikan psikoedukasi mengenai
Penyakit yang diderita pasien
Dukungan sosial dan perhatian dari keluarga kepada pasien
27
Terapi dan kepatuhan minum obat pasien
XIII. PROGNOSIS
Quo et vitam : bonam
Quo et fungsionam :dubia ad bonam
Quo et sanationam :dubia ad bonam
28
BAB III
DISKUSI
penyakit dimana adanya perubahan pola perilaku. Menurut PPDGJ III, konsep
gangguan jiwa dapat ditetapkan bila terdapatnya gejala klinis yang bermakna
berupa pola perilaku atau pola psikologik, dimana gejala tersebut menimbulkan
PPDGJ III yang telah dicantumkan pada tinjauan pustaka, gejala pasien ini
yang tidak adekuat . Gejala psikotik merupakan suatu pertahanan melawan fantasi
yang dilarang, pemenuhan harapan yang tidak diperoleh atau pelarian dari situasi
diberikan atas indikasi adanya perasaan cemas atau khawatir terhadap 2 atau lebih
29
hal yang dipersepsi sebagai ancaman, sehingga menyebabkan individu tidak
30
Lampiran 1. Kutipan wawancara psikiatri
31
Irfan emang kemauan kak, irfan emosi se kak
surang atau ado urang
yang bisiak an?
Samanjak bilo
mulai Samanjak dituduah nan Onset gejala
emosi emosi tu fan? indak indak samo istri
mamak wak kak
Apo yang dikecekannyo? Dituduahnyo awak faktor pencetus
mamburuak buruakan
keluarga mamak wak kak,
dituduah awak mancaritoan
aib keluarga ka tetangga kak
Samanjak bilo ado ndak Sabananyo awak lah lamo
balamakan samo istri manahan kak, dulu awak
mamak tu fan? acok diberangan tu dilarang Faktor pencetus
dilarang balanjo nan awak
nio kak. tapi dek awak
manumpang di rumah
mamak, awak basaba juo
dulu.
Pernah ndak nampak Indak ado do kak
sesuatu yang urang lain
ndak bisa caliak fan?
Menurut Irfan, Irfan ado Indak ado do kak, ma ado
kelebihan ndak, dari kak.
urang lain?
Sebelum masuak RS ko, Sadiah iyo ado kak, malah Mood hipotim
Irfan ado maraso labiah acok agak taibo kalau alah
samangaik dari biasonyo? bermasalah samo istri
Atau sadiah? mamak ko
Lah sajak bilo tu fan Sajak karajo jo mamak lah
rasoan? kak, tamaik SMK patang tu
kan fan karajo jo mamak di
rumah makan di palembang.
Hmm.. Irfan, kini ko Irfan Kapatang ko iyo stres kak, Discriminative Insight
32
maraso sakik ndak? kini ndak lai, lah bisa derajat V
manarimo kondisi
Irfan, kalau tabaka kursi Irfanpadamkan lah kak
ko, apo yang Irfan
lakukan?
Discriminative
Judgemettidak terganggu
Irfan sebelumnyo pernah Alum, iko baru kak Tidak ada riwayat
dirawat dek sakit bantuak gangguan psikiatri
iko juo? sebelumnya
Irfan ado penyakik lain? Rasonyo indak ado do kak Tidak ada gangguan medis
Dirawat karna penyakik lain
lain? Pernah terbentur
kapalo?
Irfan merokok? Indak pernah kak
Kalau narkoba, alkohol? Indak pernah kak
Irfan anak ka bara partamo Riwayat keluarga
Saudara Irfan bara urang? 4urang kak
Orag tua atau saudara Indak kak
Irfan ado yang seperti
Irfan?
Ooh... Baik Irfan, Iyo kak Kesimpulan wawancara
pemeriksaan kita sudah
selesai. Tadi Irfan kecek
an awalnyo irfan dituduah
samo istri mamak
menyebarkan aib keluarga
mamak irfan, maonyo
irfan emosi dan
mangamuak.
Sebelumnnyo lah ado juo
masalah samo istri mamak
tapi irfan cubo tahan yo?
Irfan ada yang ingin Ndak ado do buk Memberi kesempatan
33
ditanyakan? pasien bertanya
Baiklah... Irfan, minum Iya Edukasi
obat dengan teratur, tidur
cukup, dan jaga
kesehatannya dengan baik
ya...
Terimakasih Irfan... Sama-sama
DAFTAR PUSTAKA
34
2. Sadock BJ, K
3.
4. aplan HI, Grebb JA. 2003. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatri. 9th
5. Trimble MR., George MS. 2010. Biological Psychiatry 3rd edition. Wiley-
Blackwell.
35