105104003470
105104003470
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
WHO tahun 2005, Prevalensi penyakit kronik didunia mencapai 60% dari kasus
yang menyebabkan kematian. Presentase ini akan semakin meningkat dari tahun
mengkonsumsi makanan tinggi lemak, kolesterol, merokok dan stress yang tinggi
(Smeltzer & Bare, 2002). Diperkirakan pada tahun 2030 sekitar 150 juta orang
akan terkena penyakit kronis (Smeltzer & Bare, 2002). Di Indonesia pada tahun
2002 sekitar 61% orang meninggal dunia oleh penyakit kronik. Jenis penyakit
penyakit paru obstruksi kronik, diabetes millitus, dan hipertensi (WHO, 2002).
Treatment of High pressure VII, 2003; hipertensi adalah suatu keadaan seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal, yaitu tekanan darah sistolik
risiko; orang dengan usia diatas 18 tahun, jenis kelamin, orang yang memiliki
riwayat keluarga dengan hipertensi, serta pada orang dengan gaya hidup yang
tidak sehat seperti merokok (Depkes, 2006) sedangkan menurut E Sualit, 1991,
faktor genetik, ciri individu (usia, jenis kelamin, ras) dan faktor lain seperti
ditimbul hampir sama dengan peryataan Soeparman tahun 2005 seperti sakit
seperti pusing, nyeri tengkuk, dan mual (nyeri ulu hati) (Data Puskesmas, 2009).
Gejala yang timbul pada penyakit hipertensi dapat di cegah dengan cara
melakukan olah raga teratur, berhenti merokok dan minum obat secara teratur.
(Depkes, 2008).
dilansir oleh The Lancet, di tahun 2000 sebanyak 26% atau sama dengan 927 juta
orang dewasa di dunia menderita hipertensi. Angka ini akan terus meningkat,
diperkirakan pada tahun 2025 sekitar 29% orang dewasa di seluruh dunia yang
hipertensi merupakan faktor risiko yang sangat penting dalam morbiditas maupun
menderita hipertensi.
Departemen Kesehatan tahun 2007 melakukan survai tentang prevalensi
yang di diagnosis oleh tenaga kesehatan hanya mencapai 24%, hipertensi dalam
adalah (9,5%), sementara diagnosis dan atau riwayat minum obat hipertensi
Tangerang (7%). Berdasarkan diagnosis dan atau riwayat minum obat hipertensi
hipertensi sebanyak 29.088 orang sedangkan pada tahun 2008 meningkat menjadi
33.402 orang yang menderita hipertensi. Pada profil Puskesmas Pamulang tahun
1.604 orang.
pasien hipertensi yang diobati sebanyak 59% dan yang terkontrol 34%.
sebanyak 22,8%, sedangkan tidak teratur sebanyak 77,2%. Pada pasien hipertensi
dengan riwayat kontrol tidak teratur, tekanan darah yang belum terkontrol
sekitar 20% dari semua pasien hipertensi yang di diagnosis untuk minum obat
hanya 50% pasien yang diresepkan obat antihipertensi tidak minum obat sesuai
jantung. Selain kerusakan otak dan jantung karena kondisi hipertensi yang
memburuk, gagal ginjal juga merupakan risiko yang harus ditanggung pasien
(Suhardjono, 2008).
Berdasarkan data diatas bawah pasien hipertensi yang tidak minum obat
sesuai anjuran tenaga kesehatan sebesar 50% sehingga perlu adanya upaya
untuk meningkatkan kepatuhan pada pasien hipertensi dengan terapi obat untuk
dalam hal ini perawat komunitas mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam
(Depkes, 2006).
yang dilakukan pada tanggal 4 maret 2008 pada pasien yang berobat ke
penyakitnya, lupa meminum obat yang diberikan oleh petugas kesehatan, dan
tidak mempunyai uang untuk datang kembali ke Puskesmas setiap obat habis.
Berdasarkan data yang diuraikan diatas penulis tertarik untuk meneliti
menjadi informasi yang cukup akurat bagi perawat primery health nursing dalam
B. RUMUSAN MASALAH
tekanan darah. Hal ini dibuktikan dengan prevalensi hipertensi di provinsi Banten
Kota Tangerang. Berdasarkan diagnosis dan atau riwayat minum obat hipertensi
adalah 9,4% lebih tinggi dari angka nasional (7,6 %). (Depkes, 2007).
Melihat data pasien hipertensi yang diuraikan diatas menunjukan yang tidak
minum obat cukup tinggi sebesar 50%, maka peneliti ingin mengetahui faktor-
faktor apa saja yang berhubungan dengan tingkat kepatuhan pasien dalam minum
D. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum:
2. Tujuan Khusus
persepsi jarak.
c. Diketahuinya gambaran tingkat kepatuhan pasien dalam minum obat
antihipertensi.
E. MANFAAT PENELITIAN
hipertensi.
Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar bagi primery health nusing dalam
3. Bagi Klien
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP HIPERTENSI
1. Pengertian hipertensi
Setiap kali berdetak (sekitar 60-70 kali per menit dalam keadaan istirahat),
terjadi ketika jantung memompa darah (dalam keadaan kontriksi), dan ini
fisik, setelah situasi ini berlalu, tekanan darah akan kembali normal. Apabila
tekanan darah tetap tinggi maka disebut tekanan darah tinggi atau hipertensi
(Hull, 1996).
Penyakit hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah
penyakit kronik akibat desakan darah yang berlebihan dan hampir tidak
10
tekanan darah seseorang adalah ≥ 140 mmHg (tekanan sistolik) dan atau ≥ 90
darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan
dipompa oleh jantung dan tekanan diastolik menunjukan fase darah kembali
2. Epidemiologi Hipertensi
berusia (< 40 tahun). Namun banyak yang tidak menyadari bahwa mereka
menderita hipertensi akibat yang tidak nyata dan sering disebut silent killer.
Pada usia setengah baya dan muda, hipertensi ini lebih banyak menyerang
pria dari pada perempuan. Pada golongan usia 55-64 tahun, pasien hipertensi
pada pria dan perempuan sama banyak. Pada usia 65 tahun ke atas, pasien
Namun disepakati bahwa hasil pengukuran tekanan darah sama atau lebih
Tabel 2.1.
Klasifikasi hipertensi menurut WHO-ISH tahun 1999
Tabel 2.2.
Klasifikasi menurut The joint National Committee on Detection,
Evaluation, and Treatment og High Blood Preassure (JNC-VI) 2003.
a. Hipertensi primer.
dasar patologi yang jelas). Lebih dari 90% kasus merupakan hipertensi
lingkungan.
b. Hipertensi sekunder.
(Arif, 2005).
1) Umur
2) Jenis kelamin
(Depkes, 2008)
3) Keturunan (genetik)
garam dan renin membran sel. Menurut Davidson bila kedua orang
(Depkes, 2008)
1) Obesitas
oleh beberapa studi. Berat badan dan indeks masa tubuh (IMT)
Tabel 2.3
Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT)
Menurut WHO
3) Stress
dengan orang kulit putih disebabkan stress atau rasa tidak puas
antara tekanan darah dan asupan alkohol sekitar 2-3 gelas ukuran
(Depkes, 2008).
6. Manisfestasi Klinis
Bila demikian gejala baru muncul setelah terjadinya komplikasi pada ginjal,
mata, otak dan jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit kepala,
7. Diagnosa hipertensi
dialami, lama hipertensi, ukuran tekanan darah selama ini, riwayat pengobatan
dan kepatuhan berobat, gaya hidup, riwayat penyakit penyerta dan riwayat
beban kerja pada jantung (Arif, 2005, Depkes, 2006, Sani, 2008).
8. Patofisiologi
menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah
9. Komplikasi hipertensi
a. Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat
darah. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal, sehingga aliran
c. Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
a. Terapi Farmakologi
1) Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik dengan cara mengeluarkan cairan tubuh
(lewat kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang
mengakibtkan daya pompa jantung menjadi ringan. Contoh
obat-obatan yang termasuk golongan diuretik adalah Hidroklorotiazid.
2) Penghambat simpatis
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf
simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas). Contoh obat
yang termasuk dalam golongan penghambat simpatetik adalah:
Metildopa, Klonidin dan Reserpin).
3) Betabloker
Mekanisme kerja antihipertensi obat ini adalah melalui penurunan
daya pompa jantung. Jenis beta bloker tidak dianjurkan pada pasien
yang telah diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma
bronkial. Contoh obat-obatan yang termasuk dalam golongan beta
bloker adalah: Metoprolol, Propanolol dan Atenolol.
4) Vasodilator
Obat golongn ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan
relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam
golongan ini adala: Prasosion, Hidralasin.
5) Penghambat enzim konversi Angiotension
Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan
Angiotnsion II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan
darah). Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah Catopril.
6) Angiotension Kalsium
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara
menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk
golongan obat ini adalah Nifedipin, Diltiasem, dan Verapamil.
7) Penghambat Reseptor Angiotension II
Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat
angiotension II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya
pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini adalah
Valsartan (Diovan). (Depkes, 2008)
b. Terapi Non Farmakologi
dan perempuan 4,7 kg dan 1,6 kg. Penurunan tekanan darah sistolik
denyut jantung dan tekanan darah selama 15 menit. Hal ini disebabkan
B. KEPATUHAN
1. Pengertian
dokter yang mengobatinya (Caplan dkk, 1997). Kepatuhan berasal dari kata
patuh yaitu suka menurut perintah, taat kepada perintah/aturan dan disiplin
berhubungan dengan kepatuhan dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor internal
usia, latar belakang sosial, nilai, sikap dan emosi yang disebabkan oleh
kesehatan dan pasien; isolasi sosial dan keluarga serta keyakinan, sikap dan
antara petugas kesehatan dengan pasien (Dudley, D.L dalam Mardiana, 2004)
yang status ekonomi rendah memerlukan waktu yang lama untuk menunggu
lain pengukuran kepatuhan berobat yang dinyatakan oleh Sacket, dkk (1985)
pengobatan, pengukuran kadar obat dalam darah dan urin, wawancara pada
berobat pasien dapat diketahui melalui tiga cara yaitu perhitungan sisa obat
secara manual, perhitungan sisa obat berdasarkan suatu alat elektronik serta
1. Perilaku Kesehatan
bersifat pasif (pengetahuan, persepsi dan sikap) dan sifat aktif yaitu tindakan
nyata (practice). Sedangkan stimulus terdiri dari 4 unsur pokok yaitu sakit
2003).
Karl dan Cobbs dalam Niven (2002) membuat perbedaan diantara tiga
b. Perlaku sakit adalah aktivitas apapun yang dilakukan oleh individu yang
mereka sendiri sakit. Hal ini mencakup seluruh rentang perilaku mandiri
kebiasaan seseorang.
Menurut Green (1980), masalah kesehatan dipengaruhi oleh 2 faktor
yaitu faktor perilaku (Behavior cause) dan faktor nin perilaku (Non behavior
demografi.
a. Sikap
1) Komponen afektif
kontroversial.
2) Komponen kongnitif
3) Komponen perilaku
dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau
c. Pengetahuan
1) Pengertian Pengetahuan
kognitif, yakni:
a) Tahu (know)
b) Memahami (comprehension)
c) Menerapkan (application)
d) Analysis (analisa)
sama lainnya.
e) Sintesa (Synthesis)
f) Evaluasi (Evaluation)
a) Pengalaman
orang lain.
b) Tingkat Pendidikan
seseorang.
c) Keyakinan
d) Fasilitas
f) Sosial Budaya
terhadap sesuatu.
4) Pengukuran Pengetahuan
d. Dukungan Keluarga
orang yang terkait dalam perkawinan, ada hubungan darah, atau adopsi
material yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki
hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antara anggota dan anatara
(Niven, 2002).
sering antara pasien dan pemberi pelayanan kesehatan, dan ini akan
mengakibatkan mahalnya biaya dari segi waktu dan uang (Niven, 2002).
menghasilkan kepuasan.
masyarakat tidak sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan bias
(Hartono, dkk 1999). Hal ini sependapat dengan Philipus (1997) yang
dikutip dari wahyu tahun 2003 bahwa transportasi merupakan salah satu
Goni (1981) yang dikutip dari wahyu 2002 menyebutkan bahwa faktor
pelayanan kesehatan yang ditujukan oleh adanya rasa sakit baik secara
for All), angka harapan hidup Indonesia meningkat dari 65 tahun (1997)
urutan ke-3 yang memiliki populasi lanjut usia terbanyak di dunia pada
serta berperan aktif dalam pembangunan (Depkes RI, 1992 & UU No. 23
tahun.
orang yang berusia 77 tahun, pra lansia antara 69-76 tahun dan dewasa
antara 75-90 tahun dan usia sangat tua (very old) >90 tahun.
D. Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Motivasi adalah suatu konsep yang kita gunakan dalam diri kita
tinggi intensitas perilaku. Motivasi tumbuh dari adanya suatu sumber yang
telah ada dalam diri manusia berupa energi itu harus di bangkitkan dan
tujuan tersebut.
2. Teori Kebutuhan menurut Maslow
d. Kebutuhan penghargaan
E. KEPERAWATAN KOMUNITAS
1. Pengertian
c. Pendidik/Penyuluhan Keperawatan
F. PENELITIAN TERKAIT
Peneliti sampai saat ini belum menemukan penelitian yang sama dengan topik
rutin/teratur.
berobat pada pasien hipertensi menunjukan bahwa yang teratur minum obat
sebesar (0.3%), cukup teratur minum obat (0,068 %), kurang teratur minum obat
(0,198) dan tidak teratur minum obat antihipertensi (0,435%). Desain yang
digunakan pada penelitian adalah cros sectional dan jenis penelitian dilakuan
Faktor predisposisi
- Pengetahuan
- Nilai
- Sikap
- kepercayaan
Faktor pemungkin
- Ketersediaan sumber
daya kesehaan Tingkat kepatuhan
- Keterjangkauan sumber pasien dalam minum
daya kesehatan obat antihipertensi
- Keterampilan petugas
kesehatan
Faktor pendorong
- Sikap dan perilaku
petugas kesehatan
- Kelompok atau teman
sebaya
- Orang tua, pekerja, dll
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Faktor predisposisi:
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Sosial ekonomi
(pendapatan)
- Jenis kelamin
- Umur
- Pengetahuan
Faktor pemungkin:
- Transportasi
- Persepsi jarak
44
Berdasarkan kerangka konsep tersebut, Setiap konsep mempunyai variabel
persepsi jarak dan tingkat kepatuhan pasien dalam minum obat antihipertensi
B. HIPOTESIS
4. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat kepatuhan pasien dalam
5. Ada hubungan antara usia dengan tingkat kepatuhan pasien dalam minum
8. Ada hubungan antara persepsi jarak dengan tingkat kepatuhan pasien dalam
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
kali, pada satu saat. Pada jenis ini variabel independent dan dependent dinilai
secara simultan pada satu saat, jadi tidak ada follow up. Tentunya tidak semua
subjek penelitian harus di observasi pada hari atau pada waktu yang sama,
hanya satu kali saja. Dengan studi ini akan diperoleh prevalensi atau efek
independent) (Nursalam,2003).
1. Lokasi penelitian
2. Waktu penelitian
49
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Kriteria inklusi:
2. Sampel
n=
1 2
Keterangan :
P = (P1 + P2) / 2
N = 42 Orang
Penelitian ini menggunakan uji beda dua proporsi maka jumlah sampel
orang.
dibutuhkan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel
pemberian nomor urut ganjil pada pasien yang datang untuk berobat ke
Puskesmas Pamulang. Pemberian nomor ganjil diperoleh dari jumlah pasien
didapat data terbanyak pada bulan Februari sebanyak 137 orang sehingga
sehingga responden hanya tinggal memilih pada jawaban yang sudah ada
obat, dosis obat, jumlah obat, instruksi dokter, dan sisa obat.
F. Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder.
menggunakan lembar observasi yang terdiri dari identitas pasien (nama, umur,
jenis kelamin, tanggal berobat dan tgl kunjungan responden). Tabel observasi
yang terdiri dari no, nama obat, dosis obat, jumlah obat, instruksi dokter dan
sisa obat. Sedangkan data sekunder di dapatkan dari Puskesmas melalui buku
register pasien hipertensi sebagai data dasar dalam menentukan sasaran pasien
antara puskemas tidak jauh dan dekat dengan rumah peneliti. Hasil uji
(r tabel 0,367) dari 10 pertanyaan pengetahuan tidak ada yang valid karena
hasil r hitung < r tabel dan reliabel nilai alpha < 0,7 (Djemari, 2003).
singkat dan jelas sesuai dengan isi atau makna pertanyaan, validitas isi
dengan berkonsultasi kepada pembimbing dan membaca
literature/kepustakaan.
2. Tahapan Penelitian
e. Jika calon responden setuju untuk ikut serta dalam penelitian ini harus
berikut:
1. Editing
2. Coding
yang terdiri atas beberapa kategorik. Pemberian kode ini sangat penting
3. Entry Data
4. Cleaning Data
dientri, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungkin terjadi pada
1. Analisa univariat
2. Analisa bivariat
independen, dan apabila nilai p value > 0,05 berarti hasil perhitungan
statistik tidak bermakna atau tidak ada hubungan antara variabel dependen
a. Prinsip Manfaat
manusia.
a. Informed Consent
ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau
c. Confidentiality (Kerahasiaan)
hasil riset.
BAB V
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan menyajikan data hasil penelitian faktor predisposisi
pengetahuan) dan faktor pemungkin (transportasi dan persepsi jarak) pasien yang
Banten tahun 2009, yang berjumlah 92 orang. Penelitian ini dengan menyebarkan
kuesioner kepada responden. Hasil dari pengumpulan data ini disajikan dalam bentuk
tabel yang terdiri dari hasil univariat dan bivariat, analisis univariat akan dilakukan
frekuensi dengan ukuran presentase sedangkan bivariat akan dilakukan untuk melihat
A. Analisis Univariat
1. Faktor predisposisi
antihipertensi.
a. Tingkat Pendidikan
60
Tabel 5.1.
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan di Puskesmas Pamulang KotaTangerang Selatan
Propinsi Banten tahun 2009 (n= 92)
Jumlah Presentase
No Pendidikan
(n) (%)
1 Dasar 53 57,6
2 Menengah atas 39 42,4
Total 92 100
b. Jenis Pekerjaan
Tabel 5.2.
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
di Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan
Propinsi Banten tahun 2009 (n= 92)
Jumlah Persentase
No Pekerjaan
(n) (%)
1 Bekerja 36 39,1
2 Tidak Bekerja 56 60,9
Total 92 100
Berdasarkan tabel 5.2, terlihat bahwa sebagian besar responden
(39,1%).
Tabel 5.3.
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sosial Ekonomi
(Pendapatan) di Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan
Propinsi Banten tahun 2009 (n= 92)
Jumlah Presentase
No Pendapatan per Bulan
(n) (%)
1 > 1.500.000 18 19,6
2 < 1.500.000 74 80.4
Total 92 100
d. Usia
Tabel 5.4.
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia
di Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan
Propinsi Banten tahun 2009 (n=92)
Jumlah Presentase
No Usia
(n) (%)
1 Tidak Lansia (< 60 tahun) 60 65,2
2 Lansia (> 60 tahun) 32 34,8
Total 92 100
e. Jenis Kelamin
Tabel 5.5.
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
di Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan
Propinsi Banten tahun 2009 (n = 92)
(43,5%).
Tabel .5.6.
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan
di Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan
Propinsi Bantentahun 2009 (n = 92)
2. Faktor Pemungkin
a. Transportasi
Tabel 5.7.
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Transportasi
di Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan
Propinsi Banten tahun 2009 (n =92)
(17,4%).
3. Tingkat Kepatuhan
Tabel 5.9.
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Kepatuhan di
Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan Propinsi Banten
tahun 2009 (n= 92)
Jumlah Presentase
No Tingkat Kepatuhan
(n) (%)
1 Patuh 77 83,7
2 Tidak Patuh 15 16,3
Total 92 100
B. Analisis Bivariat
Analisa bivariat dalam penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang
pekerjaan, sosial ekonomi (pendapatan), usia, jenis kelamin dan pengetahuan) dan
Banten 2009, analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah Chi Square,
Tabel 5.10.
Analisis Hubungan Antara Pendidikan Dengan Tingkat Kepatuhan
Di Puskesmas Pamulang Kota Tanngerang Selatan Propinsi Banten
Tahun 2009 (n= 92)
Tidak
Patuh Total P. OR
Pendidikan Patuh
Value (95% CI)
n % n % n %
Rendah 46 86,8 7 13,2 53 100 1,696
Menengah 31 79,5 8 20,5 39 100 0,515 (0,558 -5,156)
atas
Jumlah 77 83,7 15 16,3 92 100
Berdasarkan tabel 5.10, menunjukan bahwa dari 77 responden
Tabel 5.11.
Analisis Hubungan Antara Pekerjaan DenganTingkat Kepatuhan
Di Puskesmas Pamulang Kota Tanngerang Selatan
Propinsi Banten Tahun 2009 (n= 92)
Tidak
Patuh Total P. OR
Pekerjaan Patuh
Value (95% CI)
n % n % n %
Bekerja 33 91,7 3 8,3 36 100
0,171 3,000
Tidak 44 78,6 12 21,4 56 100
Bekerja (0,783-11.494)
Jumlah 77 83,7 15 16,3 92 100
Tabel 5.12.
Analisis Hubungan Antara Pendapatan DenganTingkat Kepatuhan
Di Puskesmas Pamulang Kota Tanngerang Selatan
Propinsi BantenTahun 2009 (n= 92)
Tidak
Patuh Total P. OR
Pendapatan Patuh
Value (95% CI)
n % n % n %
> 1.500.000 16 88,9 2 11,1 18 100 1,705
< 1.500.000 61 82,4 13 17,6 74 100 0,757 (0,349-8,337)
Jumlah 77 83,7 15 16,3 92 100
Tangerang Selatan.
Tabel 5.13.
Analisis Hubungan Antara Usia DenganTingkat Kepatuhan
Di Puskesmas Pamulang Kota Tanngerang Selatan
Propinsi Banten Tahun 2009 (n= 92)
Tidak
Patuh Total P. OR
Usia Patuh
Value (95% CI)
n % n % n %
Lansia 23 71,9 9 28,1 32 100 3,522
Tidak
54 90,0 6 10,0 60 100 0,05
Lansia (1,124 – 11,039)
Jumlah 77 83,7 15 16,3 92 100
60 tahun (10,0%).
Dari hasil uji statistik didapatkan P value = 0,05 (α = 0,05), dengan
usia lansia mempunyai peluang untuk tidak patuh 3,5 kali dibandingkan
Tabel 5.14
Analisis Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Tingkat
Kepatuhan Di Puskesmas Pamulang Kota Tanngerang Selatan
Propinsi Banten Tahun 2009 (n= 92)
Tidak
Jenis Patuh Total P. OR
Patuh
Kelamin Value (95% CI)
n % n % N %
Laki-laki 32 80,0 8 20,0 40 100 0,622
perempuan 45 86,5 7 13,5 52 100 1.000 (0,205 – 1,890)
Jumlah 77 83,7 15 16,3 92 100
Selatan.
Tabel 5.15.
Analisis Hubungan Antara Pengetahuan DenganTingkat
Kepatuhan Di Puskesmas Pamulang Kota Tanngerang Selatan
Propinsi Banten Tahun 2009 (n= 92)
Tidak
Patuh Total P. OR
Pengetahuan Patuh
Value (95% CI)
n % n % n %
Kurang 8 8,7 0 0 8 8,7
cukup 21 22,8 4 4,3 25 27,1 0,831
0,773
Baik 48 52,2 11 12 59 64,2 (0,237-2.913)
total 77 83,7 15 16,3 92 100
baik (52,2%) sedangkan dari 15 responden yang tidak patuh minum obat
Selatan.
Tabel 5.16.
Analisis Hubungan Antara Transportsi Dengan Tingkat
Kepatuhan Di Puskesmas Pamulang Kota Tanngerang Selatan
Propinsi Banten Tahun 2009 (n= 92)
Tidak
Trans Patuh Total P. OR
Patuh
portasi Value (95% CI)
n % n % n %
Ada 69 85,2 12 14,8 81 100
2.156
Tidak ada 8 72,7 3 27,3 11 100 0,378
(0,500 – 9,300)
Jumlah 77 83,7 15 16,3 92 100
Tangerang.
Tabel 5.17.
Analisis Hubungan Antara Persepsi Jarak Dengan Tingkat
Kepatuhan Di Puskesmas Pamulang Kota Tanngerang Selatan
Propinsi Banten Tahun 2009 (n= 92)
Tidak
Patuh Total P. OR
Jarak Patuh
Value (95% CI)
n % n % N %
Jauh 15 93,8 1 6,2 16 100
3,387
Dekat 62 81,6 14 18,4 76 100 0,409
(0,412 – 27,817)
Jumlah 77 83,7 15 16,3 92 100
patuh minum obat antihipertensi adalah persepsi jarak jauh (93,8%) dan
PEMBAHASAN
Pada uraian dibawah ini, penulis akan menjelaskan beberapa variabel meliputi
A. Faktor predisposisi
1. Pendidikan
ke atas 79,5%. Hal ini tidak sejalan dengan pendapat Slamet tahun 1999,
74
mempengaruhi pengetahuan seseorang, semakin tinggi pendidikan
yang pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang mereka miliki.
dengan penelitian yang dilakukan oleh Hilda tahun 2007 dengan sampel
hipertensi pada usia lanjut dengan nilai p=1,000. Hal ini disebabkan tidak
tentang penyakit hipertensi rendah dan juga tidak semuanya pasien yang
pendidikan hal ini sesuai dengan teori Azrul dalam Effendi, 1998
mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada
2. Pekerjaan
tidak bekerja 60,9% dan yang bekerja 39,1%. Namun bila dilihat
dikemukakan Shea (1997) dalam Kyngas (1999) bahwa pasien yang tidak
Berdasarkan dari hasil uji statistik Chi square didapatkan bahwa tidak
penelitian Jefri tahun 2002 dengan sampel diteliti berjumlah 310 orang
hipertensi pada lansia dengan p value 0,720 dan penelitian yang dilakukan
ini sejalan dengan penelitian Yuliarti tahun 2007 dengan sampel diteliti
perempuan yang berusia lansia dan tidak lansia (< 60 tahun); tempat dan
4. Usia
berusia < 60 tahun 65,2% dan yang usia > 60 tahun 34,8%. Namun bila
yang dialaminya bila kondisi ini berlanjut maka lansia akan bersikap
tidak peduli dengan kondisinya dan tidak patuh dengan anjuran kesehatan
terkait dengan minum obat. Hal ini diperkuat oleh pendapat Misnadiarly
(2006) bahwa umur tua atau lansia mempunyai peluang untuk tidak patuh
sehubungan dengan fungsi organ dan daya ingat dan penelitian yang
dilakukan oleh Van Der Wal Jaarisma dan Van Veldhuisen (2005)
dalam minum obat antihipertensi. Penelitian ini tidak sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan Hilda tahun 2007 dengan sampel yang diteliti
status kepatuhan diit hipertensi pada lansia p value = 0,357 dan penelitian
yang dilakukan oleh Yuliarti tahun 2007 dengan jumlah sampel 104 orang,
menunjukan tidak ada hubungan antara usia dengan hipertensi pada usia
5. Jenis kelamin
mempunyai prevalensi hipertensi yang lebih tinggi dari pada laki-laki hal
Dari hasil uji statistik Chi square bahwa tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara usia dengan tingkat kepatuhan pasien dalam minum obat
antihipertensi. Hasil penelitian ini sesuai dengan Hilda tahun 2007, yang
diit pada lansia dengan sampel yang diteliti berjumlah 94 orang dengan
nilai P value 0,245. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Yuliarti tahun 2007 yang menyatakan ada hubungan antara jenis
kelamin dengan hipertensi pada usia lanjut dengan sampel berjumlah 104
orang dengan P value 0,018 dalam penelitian ini didapatkan bahwa laki-
laki lebih banyak menderita hipertensi dan berpeluang 3,9 kali lebih besar
Selain itu wanita akan lebih taat untuk minum obat sesuai petunjuk yang
6. Pengetahuan
uji statistik Chi square didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
dalam pengobatan atau minum obat bukan hanya refleksi dari pengetahuan
saja tetapi faktor lain, seperti sikap, keyakinan, kehendak dan motivasi.
hal ini dapat dipengaruhi oleh pengalaman, keyakinan, sarana fisik dan
sosial budaya.
B. Faktor Pemungkin
1. Transportasi
Dari hasil uji statistik Chi squre didapatkan bahwa tidak terdapat
pasien dalam minum obat antihipertensi. Hal ini tidak sejalan dengan
pendapat yang dikemukakan oleh Green dan Andersen dalam teori yang
sampel 326 orang. Hal ini tidak sependapat dengan Philipus tahun 1997
yang dikutip dari wahyu tahun 2003 bahwa transportasi merupakan salah
2. Persepsi Jarak
berpersepsi jarak jauh 17,4% dari rumah ke Puskesmas. Bila dilihat dari
Dari hasil uji statistik Chi square bahwa tidak terdapat hubungan yang
minum obat antihipertensi. Hal ini tidak sejalan dengan pendapat Gani
tahun 1981 yang dikutip dari wahyu tahun 2002 `yang menyatakan bahwa
jarak tempat tinggal dengan tempat pelayanan kesehatan merupakan
Raharjo tahun 1997 yang menyatakan bahwa semakin jauh jarak rumah
sehat dan sakit, dimana pada seseorang merasa sakit dia akan akan
C. Keterbatasan Penelitian
ekonomis dari segi waktu, hasil yang diperoleh dengan cepat. Adapun
dikarenakan takut terhadap efek samping obat, lupa untuk minum obat,
diberikan pada Puskesmas tidak jelas atau tidak lengkap sehingga hal ini
kerumahnya.
BAB VII
A. KESIMPULAN
0,757
8. Ada hubungan antara usia dengan tingkat kepatuhan pasien minum obat
86
10. Tidak ada hubungan antara Pengetahuan dengan tingkat kepatuhan pasien
11. Tidak ada hubungan antara transportasi dengan tingkat kepatuhan pasien
12. Tidak ada hubungan antara jarak dengan tingkat kepatuhan pasien minum
B. SARAN
1. Puskesmas Pamulang
untuk pasien lansia karena pada lansia adanya penurunan fungsi organ
minum obat.
2. Profesi Keperawatan
kualitatif.
DAFTAR PUSTAKA
Caplan NM. clinical hypertension, 8 Ed. Lippincott: williamas dan Wilkins, 1997.
Depkes RI. Laporan hasil Riset kesehatan dasar (Riskesdas) provinsi Jawa barat
tahun 2007. Jakarta: CV Metronusa prima, 2008.
------------. Laporan hasil Riset kesehatan dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2007.
Jakarta: CV Metronusa prima, 2008.
Hitchcock, J.E. Schubert, P.E., & Thomas, S.A, Community Health Nursing:
Caring in Action, New York : Delmar Publishers, 1999.
Hull, Alison. Penyakit jantung, hipertensi dan nutrsi. Bumi Aksara. Jakarta, 1996.
Smeltzer S dan Bare B. Buku ajar keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth edisi 8 Volume 2. Jakarta: penerbit Buku Kedokteran Indonesia
EGC, 2002.
Smeltzer S dan Bare B. Buku ajar keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth edisi 8 Volume 1. Jakarta: penerbit Buku Kedokteran Indonesia
EGC, 2002.
Soeparman. Buku ajar penyakit dalam jili II edisi, Jakarta: Balai pustaka, 2005
Sobur, Alex. Psikologi Umum dalam lintas sejarah. Bandung: CV Pustaka setia,
2009.
Wirakusuma, Emma. Tetap bugar di usia lanjut. Jakarta: Trubus Agriwidya, 2000
Wolff, Hanns. Hipertensi cara mendeteksi dan mencegah tekanan darah tinggi
sejak dini. Jakarta: PT Bhuana ilmu popular (BIP), 2006