Referat IV Penggunaan Kortikosteroid Pada Sepsis
Referat IV Penggunaan Kortikosteroid Pada Sepsis
14 Desember 2011
ELIANA MUIS
SYAMSU
I. PENDAHULUAN
Sepsis merupakan sindroma klinis dengan karakteristik disregulasi sistim imun,
inflamasi dan mekanisme koagulasi sebagai respons tubuh akibat infeksi. Manifestasi
klinis sepsis pada keadaan awal ditandai dengan sindroma respons inflamasi sistemik,
yang apabila berkembang menjadi berat, akan menyebabkan syok septik, gagal multi
organ bahkan kematian.1
Insidens dan mortalitas sepsis sangat bervariasi di tiap negara.2 Di Amerika
Serikat insidens sepsis sekitar 132 per 100.000 jiwa dengan mortalitas mencapai 50%,
dan berada di peringkat 10 penyebab kematian tertinggi. Di Inggris, sepsis berat
merupakan penyebab kematian terbanyak pasien yang dirawat di intensive care unit
dengan mortalitas mencapai 46%.3 Di Indonesia, mortalitas akibat sepsis di bangsal
Penyakit Dalam RSUPN Cipto Mangunkusumo mencapai 53,2%.2 Tingginya angka
mortalitas membuat sepsis masih terus diperdebatkan dalam hal penegakan diagnosis,
patogenesis dan tatalaksana komprehensif yang terus berkembang.4
Dahulu, sepsis hanya dipahami sebagai sindroma akibat reaksi inflamasi
berlebihan. Saat ini, diketahui sepsis merupakan akibat dari interaksi yang kompleks
antara invasi mikroorganisme, respons imun pejamu, dan jalur inflamasi maupun
koagulasi.5
Salah satu farmakoterapi yang diberikan dalam tatalaksana sepsis adalah
kortikosteroid. Kortikosteroid diberikan karena memiliki efek antiinflamasi kuat sesuai
patogenesis sepsis sebagai suatu respons inflamasi.6 Terapi kortikosteroid telah
dimulai sejak tahun 1950.4 Namun ternyata beberapa penelitian klinis gagal
menunjukkan manfaat pemberian kortikosteroid pada sepsis.6 Karena itu, sampai kini
pemberian kortikosteroid pada sepsis masih terus diperdebatkan baik dari segi
manfaat, dosis, maupun saat yang tepat untuk pemberiannya.
PARAMETER UMUM
Demam (suhu >38,3oC)
Hipotermia (suhu <36oC)
Denyut jantung >90 kali/menit atau >2 SD diatas nilai normal untuk usia
Takipneu >30 kali/menit
Perubahan status mental
Edema nyata atau keseimbangan cairan positif (>20 ml/kg/24 jam)
Hiperglikemia (glukosa plasma >110 mg/dL) tanpa diabetes
PARAMETER INFLAMASI
Lekositosis (lekosit >12.000/μL)
Lekopenia (lekosit <4.000/μL)
Hitung lekosit normal dengan >10% bentung lekosit muda (immature)
C Reactive Protein (CRP) plasma >2 SD diatas nilai normal
Procalcitonin plasma >2 SD diatas nilai normal
PARAMETER HEMODINAMIK
Hipotensi arterial (tekanan darah sistolik <90 mmHg, mean arterial pressure (MAP)
<70, atau tekanan darah sistolik menurun >40 mmHg pada orang dewasa atau <2
SD dibawah nilai normal untuk usia
Saturasi oksigen vena campuran >70%
Indeks kardiak >3,5 l/menit.m2
Stress
Activation
Hypothalamus
Corticotropin-releasing
hormone (CRH)
Activation
Anterior pituitary
Adrenal corticotropin
hormone (ACTH)
Activation
Inhibition
Adrenal gland
Cortisol
RINGKASAN
Sepsis merupakan sindroma klinis dengan karakteristik disregulasi sistim imun,
inflamasi dan mekanisme koagulasi sebagai respons tubuh akibat infeksi. Tingginya
mortalitas membuat sepsis masih terus diperdebatkan dalam hal penegakan diagnosis,
patogenesis, dan tatalaksana yang terus berkembang. Kortikosteroid, salah satu
farmakoterapi dalam tatalaksana sepsis, diberikan karena memiliki efek antiinflamasi
kuat. Pada sepsis juga terjadi gangguan aksis HPA yang mengakibatkan insufisiensi
adrenal, dan untuk mendeteksinya dilakukan pemeriksaan kortisol bebas atau tes
stimulasi kortikotropin. Penggunaan kortikosteroid pada sepsis telah menjadi
kontroversi selama lima dekade lebih. Awalnya, diberikan dalam dosis tinggi. Namun,
lebih dari satu dekade terakhir, digunakan kortikosteroid dosis rendah yang lebih
mendekati kadar fisiologis.
Rekomendasi SSC 2008 mengenai penggunaan kortikosteroid dalam
tatalaksana sepsis berat dan syok septik yaitu: (1) Disarankan, pemberian hidrokortison
hanya untuk pasien syok septik yang dipastikan tidak berespon terhadap resusitasi
cairan dan terapi vasopresor; (2) Disarankan, tes stimulasi ACTH tidak digunakan untuk
identifikasi pasien syok septik mana yang harus diberi hidrokortison; (3) Disarankan,
deksametason tidak boleh diberikan pada pasien syok septik jika tersedia hidrokortison; (4)
Disarankan, pemberian fludrokortison oral 50 ug jika hidrokortison tidak tersedia dan steroid
yang digunakan tidak memiliki aktivitas mineralokortikoid. Fludrokortison dianggap opsional
jika terapi steroid menggunakan hidrokortison; (5) Disarankan, penghentian kortikosteroid
ketika pasien tidak lagi memerlukan terapi vasopresor; (6) Direkomendasikan, dosis
kortikosteroid yang ekuivalen dengan hidrokortison >300 mg per hari tidak digunakan pada
pasien sepsis berat atau syok septik; dan (7) Direkomendasikan, kortikosteroid tidak diberikan
untuk pengobatan pasien sepsis tanpa syok. Akan tetapi, tidak ada kontraindikasi untuk
melanjutkan steroid dosis pemeliharaan atau stress-dose jika riwayat penyakit endokrin atau
pemberian kortikosteroid pada pasien tersebut jelas.
1. Suhendro. Disfungsi mikrosirkulasi dan disfungsi mitokondria pada sepsis. Naskah Lengkap PIT
Penyakit Dalam 2010. Setiyohadi B, Sumariyono, Salim S, et al. (Eds.). Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam 2010:184-201.
2. Pohan HT. Sepsis update: Pemilihan terapi antimikroba. Naskah Lengkap PIT Penyakit Dalam 2010.
Setiyohadi B, Sumariyono, Salim S, et al. (Eds.). Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam 2010:202-9.
3. Priyantoro K, Lardo S, Yuniadi Y. Cardiac dysfunction due to sepsis. J Kardiologi Indonesia
2010;31(3):177-86.
4. Aryana S, Biran SI. Konsep baru kortikosteroid pada penanganan sepsis. Dexa Media
2006;19(4):177-81.
5. Cribbs SK, Martin GS. Treating sepsis: An update on the latest therapies, part 1. J Respir Dis.
2009;30(1):1-15.
6. O'Callaghan A, Redmond HP. Treatment of sepsis: Current status of clinical immunotherapy.
Surgeon 2006;4(6):355-361.
7. Raghavan M, Marik PE. Management of sepsis during the early "Golden Hours". J Emergency Med
2006;31(2):185-199.
8. Seam N, Suffredini AF. Mechanisms of sepsis and insights from clinical trials. Drug discovery today:
Disease Mechanisms, Respiratory disorders. Vol 4. Bethesda, Elsevier 2007:83-93.
9. Carre JE, Singer M. Cellular energetic metabolism in sepsis: The need for a systems approach.
Biochimica et Biophysica Acta 2008;1777:763-71.
10. Opal SM. The host response to endotoxin, antilipopolysaccharide strategies, and the management
of severe sepsis. International J Med Microbiol 2007;297:365-77.
11. Nguyen HB, Rivers EP, Abrahamian FM, Moran GJ, Abraham E, Trzeciak S, Huang DT, Osborn T,
Stevens D, Talan DA. ED-SEPSIS Working Group. Severe Sepsis and Septic Shock: Review of the
Literature and Emergency Department Management Guidelines. Ann Emerg Med 2006 2006;48:28-
54.
12. Russell JA. Management of sepsis. N Engl J Med 2006;355:1669-713.
13. Nasronudin. Imunopatogenesis sepsis dan prinsip penatalaksanaan. Penyakit Infeksi di Indonesia
Solusi Kini & Mendatang. Edisi Kedua. Nasronudin, Hadi U, Vitanata M, et al (Eds.). Pusat Penerbitan
dan Percetakan UNAIR, Surabaya 2011:320-4.
14. Pinsky MR. Pathophysiology of Sepsis and Multiple Organ Failure: Pro- versus Anti-Inflammatory
Aspects. Sepsis, Kidney and Multiple Organ Dysfunction. Vol 144. Ronco C, Bellomo R, Brendolan A
(Eds.). Vicenza, Karger 2004:31-43.
15. Levy MM, Fink MP, Marshall JC, et al. 2001 SCCM/ESICM/ACCP/ATS/SIS International Sepsis
Definitions Conference. Intensive Care Med 2003;29:530-8.
16. Ferreira FL, Bota DP, Bross A, Melot C, Vincent J-L. Serial Evaluation of the SOFA Score to Predict
Outcome in Critically Ill Patients. JAMA 2001;286:1754-8.
17. Toma T, Abu-Hanna A, Bosman RJ. Discovery and inclusion of SOFA score episodes in mortality
prediction. J of Biomed Informatics 2007;40:649-60.
18. Arafah BM. Hypothalamic Pituitary Adrenal Function during Critical Illness: Limitations of Current
Assessment Methods. J Clin Endocrinol Metab 2006;91:3725-45.
19. Purnamasari D. Insufisiensi Adrenal pada Pasien Critically Ill. Naskah Lengkap PIT Penyakit Dalam
2010. Setiyohadi B, Sumariyono, Salim S, et al. (Eds.). Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
2010:210-21.
20. Nasronuddin. Penggunaan Steroid pada Tatalaksana Sepsis. Penyakit Infeksi di Indonesia Solusi Kini
& Mendatang. Edisi Kedua. Nasronudin, Hadi U, Vitanata M, et al (Eds.). Pusat Penerbitan dan
Percetakan UNAIR, Surabaya 2011:377-81.
21. Polito A, Aboab J, Annane D. The Hypothalamic Pituitary Adrenal Axis in Sepsis. Sepsis: New Insights,
New Therapies. John Wiley & Sons, Ltd., British 2007:182-203.
22. Subowo. Steroid dan Respons Imun. Imunologi Klinik, Edisi Ke-2. Sagung Seto, Jakarta 2010:375-88.
23. Chrousos GP. Adrenocorticosteroids and Adrenocortical Antagonists. Basic & Clinical Pharmacology.
th
9 Ed. Katzung BG (Ed.). Boston, McGraw-Hill 2004:641-660.