Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH AGAMA TENTANG IBADAH

Nama Anggota :
 Faza Rusyda Aghnia
 Reza Gainino
 Julie Estel
 RintoAditya

Kelas : 1B

Universitas Al-Ghifari, Jl. Soekarno Hatta No. 775-777


Bandung - Jawa Barat - 40283
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT.,


yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat dari hasil pembelajaran penulis terhadap referensi-
referensi yang penulis dapatkan, baik berupa buku dan sumber-sumber lainnya.
Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi Tugas Mata
Kuliah Agama. Meskipun telah berusaha dengan segenap kemampuan, namun
penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Hal ini disebabkan oleh beberapa kondisi yaitu masih perlu
pembelajaran, keterbatasan sumber, keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan penulis. Oleh karena itu, dengan keterbukaan hati penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.

Bandung, 28 Oktober 2014

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………….……………………………............ 1
DAFTAR ISI…….…………………………………………………………………………… 2
PENDAHULUAN…….…………………...………………………………………………. 4
BAB I : PENGERTIAN DAN TUJUAN IBADAH
1.1 Pengertian Ibadah…………………………..…………………………………. 6
1.2 Pengertian arti kata Ibadah………………………………………………… 7
1.3 Kata Ibadah Menurut Terminologi Ilmu Fiqih…………………….. 7
1.4 Tingkatan –Tingkatan Ibadah………………..………………………...... 8
1.5 Perintah Beribadah Kepada Allah……………………..……..………… 9

BAB II : FUNGSI DAN PERAN IBADAH

2.1 Fungsi Dan Peran Ibadah Dalam Kehidupan Kita……………… 12

2.2 Ibadah sebagai Pencegah Tindakan Keji dan Mungkar……… 13

2.3 Ibadah Puasa………………………………….……………………..…………... 13

BAB III : Ruang Lingkup Dan Macam-Macam Ibadah

3.1 Ruang Lingkup Ibadah……………………………………………………… 15


3.2 Definisi Ibadah……………………..…………………………………………. 16
3.3 Pembagian Ibadah………………………..……………………………….... 18
3.4 Tujuan ibadah………………………………..………………………………… 19
3.5 Hakikat Ibadah………………………………………………………………….. 20
3.6 Jenis-jenis Ibadah…………………………………………....…….. 21

2
KESIMPULAN…………………………………………………………………………………………….. 14

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………. 15

3
PENDAHULUAN

Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah swt dengan


segala pemberiannya, manusia dapat mengecap segala kenikmatan yang bisa
dirasakan oleh dirinya tetapi dengan anugerah tersebut kadangkala manusia lupa
akan Dzat Allah swt yang telah memberikannya. Oleh karena itu, manusia harus
mendapatkan suatu bimbingan sehingga di dalam kehidupannya dapat berbuat
sesuai bimbingan Allah swt atau memanfaatkan anugerah Allah swt. Hidup yang
dibimbing oleh syari’ah akan melahirkan kesadaran untuk berperilaku yang sesuai
dengan tuntuan Allah swt dan Rasul Nya.
Sebagai rasa syukur terhadap Allah swt, hendaknya kita sadar diri untuk
beribadah kepada sang Pencipta Langit dan Bumi beserta isinya sesuai syari’at
Nya. Dalam ibadah, kita harus memperhatikan jenis-jenis ibadah yang kita
lakukan. Apakah ibadah tersebut termasuk dalam ibadah wajib, sunnah, mubah,
dan makruh.
Oleh karena itu, di dalam makalah ini akan di bahas mengenai bermacam-
macam ibadah beserta hikmah dan tujuannya.

4
Rumusan Masalah
1. Pengertian Ibadah dan hakikat ibadah
2. Jenis-jenis Ibadah
3. Tujuan Ibadah
4. Ruang lingkup Ibadah

Tujuan Makalah
1. Agar mahasiswa dapat menjelaskan pengertian ibadah dan hakikat ibadah
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis ibadah
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui tujuan ibadah
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui Ruang lingkup Ibadah

Fungsi Makalah

Berdasarkan uraian diatas, maka makalah ini bermanfaat agar kita


dapat mengetahui dan memahami pengertian ibadah beserta jenis-jenis ibadah,
hikmah ibadah dan tujuan ibadah.

5
BAB I
PENGERTIAN DAN TUJUAN IBADAH

1.1Pengertian Ibadah
Ibadah secara etimologi berasal dari kata bahasa Arab yaitu “abida-ya’budu-
‘abdan-‘ibaadatan” yang berarti taat, tunduk, patuh dan merendahkan diri.
Kesemua pengertian itu mempunyai makna yang berdekatan. Seseorang yang
tunduk, patuh dan merendahkan diri.
Kemudian pengertian ibadah secara terminologi atau secara istilah adalah
sebagai berikut :

1. Menurut ulama tauhid dan hadis ibadah yaitu:


“Mengesakan dan mengagungkan Allah sepenuhnya serta menundukkan jiwa
kepada-Nya”
Selanjutnya mereka mengatakan bahwa ibadah itu sama dengan tauhid.
Ikrimah salah seorang ahli hadits mengatakan bahwa segala lafadz ibadah
dalam Al-Qur’an diartikan dengan tauhid.

2. Para ahli di bidang akhlak mendefinisikan ibadah sebagai berikut:


“Mengerjakan segala bentuk ketaatan badaniyah dan melaksanakan segala
bentuk syari’at (hukum).”“Akhlak” dan segala tugas hidup (kewajiban-
kewajiban) yang diwajibkan atas pribadi, baik yang berhubungan dengan diri
sendiri, keluarga maupun masyarakat, termasuk kedalam pengertian ibadah,
seperti Nabi SAW bersabda yang artinya:
“Memandang ibu bapak karena cinta kita kepadanya adalah ibadah” (HR Al-
Suyuthi).
Nabi SAW juga bersabda: “Ibadah itu sepuluh bagian, Sembilan bagian dari
padanya terletak dalam mencari harta yang halal.” (HR Al-Suyuthi).[3]
3. Menurut ahli fikih ibadah adalah:
“Segala bentuk ketaatan yang dikerjakan untuk mencapai keridhaan Allah SWT
dan mengharapkan pahala-Nya di akhirat.”

6
Dari semua pengertian yang dikemukakan oleh para ahli diatas dapat ditarik
pengertian umum dari ibadah itu sebagaimana rumusan berikut:
“Ibadah adalah semua yang mencakup segala perbuatan yang disukai dan
diridhai oleh Allah SWT, baik berupa perkataan maupun perbuatan, baik
terang-terangan maupun tersembunyi dalam rangka mengagungkan Allah SWT
dan mengharapkan pahala-Nya.”
Pengertian ibadah tersebut termasuk segala bentuk hukum, baik yang dapat
dipahami maknanya (ma’qulat al-ma’na) seperti hukum yang menyangkut
dengan muamalah pada umumnya, maupun yang tidak dapat dipahami
maknanya (ghair ma’qulat al-ma’na), seperti shalat, baik yang berhubungan
dengan anggota badan seperti rukuk dan sujud maupun yang berhubungan
dengan lidah seperti dzikir, dan hati seperti niat.

1.2 Pengertian arti kata Ibadah (Penerapan):


Dalam penerapannya, kata ibadah mengandung beberapa pengertian seperti
berikut ini:

 Ibadah adalah bentuk amal ritual agama yg sudah diperintahkan oleh Allah.
Seperti: menjalankan sholat fardu, menunaikan kewajiban zakat,
melaksanakan puasa ramadhan, pergi naik naik haji jika mampu.
 Ibadah ialah menyembah Allah sebagai bukti ketaatan seorang hamba
terhadap Tuhannya dengan cara melaksanakan semua yang sudah
diperintahkan Allah dan meninggalkan semua yg dilarang Allah.
 Ibadah ialah tidak menyembah Tuhan selain hanya menyebah Allah (Tidak
musrik). Laa ilaha illallallah.
 Ibadah adalah cinta sepenuh hati jiwa dan raga kepada Allah. Menfokuskan
diri hanya untuk Allah. Tidak ada yg lain selain hanya mencintai Allah.

1.3 Kata Ibadah Menurut Terminologi Ilmu Fiqih


Ibadah dalam ilmu fiqh termasuk kegiatan amal kebaikan manusia, dalam hal
ini dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:

 Ibadah mahdhoh disebut juga dengan istilah ibadah khos (ibadah khusus),
adalah ibadah dalam pengertian sempit, yaitu semua bentuk amal ibadah
yang telah menjadi ketentuan wajib syara`. Bentuk ibadah dalam
pengertian ini tidak dapat dirubah baik dalam cara, bacaan, rukun ibadah,

7
dll, semuanya harus mengikuti ketentuan panduan al-Qur`an dan Hadis.
Seperti: Ibadah Sholat, Ibadah Haji, Ibadah Puasa, dll.
 Ibadah Ghairu Mahdhoh disebut juga dengan ibadah `Am (Ibadah Umum),
adalah ibadah dalam pengertian yg lebih luas, yaitu semua bentuk amal
ibadah manusia yang tidak melanggar ketentuan larangan syara`. Bentuk
ibadah dalam pengertian ini menyangkut seluruh aspek kegiatan manusia
seperti berumamalah, aktivitas sosial kemasyarakatan, dl

1.4 Tingkatan –Tingkatan Ibadah

Berdasarkan ayat iyyaka na’budu..( hanya kepada engkau –lah kami


menyembah..) para ulama telah membagi ibadah menjadi tiga tingkatan :
1) Ibadah dengan mengharap pahalah,dan terhindar dari siksa. mereka sangat
mengharapkan kemulian hidup di negeri akhirat dan terhindar dari azzab
neraka.menurut para ulama,tingkatan ini adalah paling rendah.
2) Ibadah dengan beramal mendari kemuliaan,berkhidmat melaksanakan
perintah,dan menundukan diri sebagai hamba allah. Menurut para
ulama,ini adalah tingkatan menengah dan di namakan dengan tingkatan
menghambahkan diri.
3) Ibadah dengan beritikad,berharap,dan beramal bahwa allah maha mulia
sementara dirinya adalah hamba yang hina dan wajib tunduk hanya
kepada-nya.allah adala tuan yang maha agung dan mulia,sedangkan
manusia adalah makhluk yang hina. Menurut pala ulama,tingkatan ibadah
ini adalah tertinggi dan sering di namakan penghambaan diri secara
sempurna.
Berdasarkan ketiga tingkatan di atas,maka orang yang melaksanakan shalat
karena semata mengharap pahala dan taku akan siksa,belumlah di anggap
sempurna ibadah shalatnya.dalam suatu kisah disebutkan,dahulu ada seorang ahli
ibadah dari kalangan bani israil yang hidup menyendiri selama 70 tahun untuk
beribadah.allah swt.kemudian mengutus malaikat untuk member tahu kepadanya
bahwa ia tidak perlu bersusah payah kerena ibadahnya tidak diterima.orang
itupun menjawab bahwa kewajibannya hanyalah beribadah semata-mata karena
allah dengan di dasari rasa cinta,harap,dan takut.untuk itu sampai kapanpun ia
akan tetap beribadah.diterima,atau di tolak semuanya pasrah kepada allah Ta’ala.

8
1.5 Perintah Beribadah Kepada Allah

Allah berfirman Yang Artinya :


Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang
yang sebelummu, agar kamu bertakwa, Dialah yang menjadikan bumi sebagai
hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari
langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki
untukmu; karena itu janganlah kamu Mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah,
Padahal kamu mengetahui. Ialah segala sesuatu yang disembah di samping
menyembah Allah seperti berhala-berhala, dewa-dewa, dan sebagainya.
Allah swt menunjukan kepada manusia tentang salah satu sifat ketuhanan,yaitu
maha pencpta.banyaknya manusia yang sebelunya berada dalam kekafiran
berbalik seratus delapan puluh derajat kepada keimanan setelah memperhatikan
berbagai ciptaan allah. Ini bisa terjadi karena seluruh ciptaan allah,pada
hakikatnya mengarah pada pembuktian tentang keberadaan,keemasan,dan
kekuasaan-nya.berdasarkan pemahaman ini,maka salah satu hikmah dari perintah
Allah agar manusia sadar akan kebesaran-nya,sehingga terdorong untuk hanya
menyembah-nya saja dalam beribadah.
Selanjutnya,di bawah ini akan diuraikan beberapa kajian tafsir dari surat al-
baqarah ayat 21-22 :
ya-ayyuhan nasu ( wahai manusia ). Yang di maksudkan dengan manusia disini
adalah orang-orang mukalaf ( manusia dewasa yang telah wajb menjalankan
syariat isalm ) yang ada pada saat ayat in turun dampai akhir zaman.
U’budu rabbakum ( sembahlah tuhan-mu ). Maksudnya,beribadalah kepada
Allah Swt. Sesuai ketaatan kepadan-nya seraya telah di tetapkan. Beribadah
dengan mengesakan ketaatan kepadan-nya seraya merendahkan diri hadapan-
nya.selain itu,jauhilah peribadahan kepada selain Allah,seperti beribadah kepada
berhala,patung-patung,atau mengagungkan manusia secara berlebihan dan
menaatinya seperti taat kepada Allah.

9
Alladzi khalaqakum wal ladzina ming qablikum ( yang telah menciptakannmu
dan orang-orang sebelum kamu ).Allah Ta’ala telah menciptakan manusia yang
hidup di masa sekarang, dan orang-orang yang hdup di masa lampau. Allah swt.
Juga telah menciptakan segala sesuatu yang telah atau belum di ketaui oleh
manusia. Dia-lah yang menciptakan segala sesuatu tanpa bantuan siapapun,serta
melimpahkan maslahat dan mudharat sesuai dengan kehendakn-nya.untuk itu
dia-lah satu-satunya yang pantas di taati dengan penuh keihlasan dan kerendahan
hati.
La’allakum tattaqun ( agar kamu bertaqwa ), artinya agar kalian mendapatkan
derajat yang mulia di sisi Allah. Berupa kaetaqwaan. Hanya bisa di capai dengan
memutuskan semua hubungan kecuali hubungan yang berkiatan dengan aktfitas
un menggapai keridha allah.perilaku ketaqwaan semacam ini ini pada akhirnya
menjadi puncak dari kesempurnaan ibadah seoran hamba kepada-Tuhan-nya.
Alladzi ja’ala lakumul ardla firasyan ( dia-lah yang menjadikan bumi sebagai
hamparan bagimu ),artinya Allah swt.telah menjadikan bumi sebagi tempat
hidup.berbagai hal yang bermanfaat dapat di lakukan oleh manusia di muka
bumi.berbagai manfaat untuk hidup manusia juga diperoleh di bumi.misalnya :
bumi menampung hujan yang airnya berguna untuk berbagai keperluan idup
manusia dan alam.
Was sama-a bina-an ( dan langit sebagai atap ), artinya Allah menciptakan langit
sebagai atap yang meliputi bumi. Di manapun seseorang berada di muka bumi
maka ia akan selalu menemui langit sebagai atapnya. Langit dihiasi oleh bulan dan
bntang-bntang yang masing-masing berfungsi di antaranya sebagai cahaya
penerang di malam hari dan penunjuk arah bagi mereka yang berada di tengah
lautan.
Wa anzala minas sama-I ma-an (dan dia menurunkan air hujan dari langit ).
Hujan di turunkan pada kondisi dan waktu-waktu tertentu secara teratur menurut
iradah dan hikmah-nya. Hujan merupakan perlambangan nikmat dari Allah yang
keberadaanya harus di syukuri oleh setiap mausia.

10
fa akhraja bihi minats tsamarati rizqal lakum ( maka dia menghasilkan dengan
hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu ),artinya lewat perantara
hujan,Allah swt. Menumbuhkan berbagai tanaman di bumi,baik yang disegaja
oleh manusia oleh manusia maupun tidak.tentu saja sebagian besar dari tanaman
tersebut sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia.sebagai contoh : buah-
buahan,aneka macam sayuran,pohon-pohon kayu,dan lain sebagainya. Hanya saja
wajib diyakini bahwa tumbuh tidaknya tanaman sangat bergantung pada izin dan
iradah allah swt. Di samping tentu saja bergantung pula pada usaha manusia.
Dengan mencermati ayat ini kita juga bisa memetik kesimpulan tentang adanya
keseimbangan dan hubungan yang “harmonis” antara langit dan bumi.langit
menurunkan air hujan maka tumbuhlah beraneka ragam tanaman di muka
bumi.Air hujan yang turun sebagian juga mengalir ke sungai yang ujung-ujungnya
bermuara di laut. Dari laut yang luas inilah langit menyerap air untuk kemudian di
olah kembali menjadi hujan. Hubungan yang teratur ini tidak mungkin terjadi
dengan sendirinya. Pastilah ada dzat yang maha kuasa yang mengatur semua ini.
Dia-lah Allah, tuhan semesta alam yang maha kuasa untuk mengatur dan
memelihara segala sesuatu.

11
BAB II

FUNGSI DAN PERAN IBADAH

2.1 Fungsi Dan Peran Ibadah Dalam Kehidupan Kita

setiap ibadah yang telah disyariatkan oleh Allah swt kepada hambaNya
memiliki tujuan masing-masing. Atau dengan kata lain bahwa setiap ibadah,
termasuk shalat memiliki fungsi dan peran dalam kehidupan hamba-hambaNya.
Inilah diantara Fungsi dan Peran Shalat dalam Kehidupan Kita PERTAMA Shalat
Sebagai Dzikrullah (Mengingat Allah) Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam
surat Thaha ayat 14 “Dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”. Ada sebagian
masyarakat yang melakukan kesalahan dalam memahami ayat ini. Diantara
mereka ada yang mengerjakan shalat hanya cukup dengan mengingat Allah swt
tanpa harus mengerjakan tata cara (Kaifiyyah) yang diajarkan Nabi saw. Tentu,
praktek seperti ini tidak bisa dibenarkan karena bertentangan dengan Hadits Nabi
yang mengatakan : “Shalatlah kamu sekalian sebagaimana kamu melihatku
mengerjakan shalat”. (HR. Bukhori). Secara tidak langsung, hadits ini menjelaskan
bahwa yang dilakukan Nabi tidak hanya mengingat Allah dengan lisan dan hati,
akan tetapi juga dengan gerakan seluruh anggota badan. Dalam hal ini, para
ulama Fiqih memberikan definisi shalat sebagai berikut : “Shalat adalah semua
ucapan dan perbuatan yang diawali dengan Takbir dan diakhiri dengan salam”
Untuk mengetahui, apakah shalat yang kita kerjakan sudah berfungsi dan
berperan sebagai Dzikrullah atau belum, maka kita perlu mengevaluasinya dangan
firman Allah “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi
tenteram”. Maka dengan demikian kita bisa meng-ambil kesimpulan bahwa setiap
orang yang telah mengerjakan shalat dengan baik dan benar, maka hati mereka
menjadi tenang dan tenteram karena shalat termasuk bagian dari dzikrullah. Dan
setiap orang yang memiliki hati yang tenang dan tenteram pasti akan selalu
melakukan tindakan-tindakan positif sesuai dengan hati nuraninya. Akan tetapi
sebaliknya, apabila sese-orang mengerjakan shalat tidak dengan baik dan benar,
maka hati mereka selalu gelisah. Dan setiap orang yang memiliki, hati yang gelisah
pasti akan selalu melakukan tindakan-tindakan negatif.

12
2.2 Ibadah sebagai Pencegah Tindakan Keji dan Mungkar

Sudahkah Anda men-cegah diri dari perbuatan keji dan mungkar seperti,
mencuri, merampok, menyuap, korupsi, berzina, berjudi, mengkonsumsi khamer
(narkoba), berdusta, berkhianat , berselingkuh, dan lain-lain? jawablah
pertanyaan ini dengan jujur dan simpanlah jawabannya dalam hati anda. Secara
matematis, jumlah umat Islam
di Indonesia terbesar di dunia dan masjid-masjidpun selalu dipenuhi pengunjung,
khususnya pada tiap hari Jum’at dan hari-hari besar Islam. Namun demikian,
mengapa dalam hal kejahatan seperti tersebut di atas Bangsa Indonesia selalu
menempati urutan pertama, alias rangking teratas.
Dari sinilah kita bisa menarik benang merah bahwa sesungguhnya shalat yang
selama ini dijalankan oleh bangsa ini baru sebatas simbol, belum berdampak pada
kehidupan kita sehari-hari. Ibarat tanaman padi di sawah ia masih gabuk (tidak
berisi).
Demikian juga shalat kita, ia belum berbuah
sehingga belum memberikan manfaat yang berarti bagi masyarakat sekitarnya.

2.3 Ibadah Puasa

Puasa memiliki tujuan yang secara tegas dijelaskan dalam Al Qur’an surah Al
Baqarah [2]:183 adalah untuk membentuk pribadi Muslim yang bertakwa kepada
Allah. Yakni, mengerjakan semua perintah Allah dan menjauhi semua yang
dilarang Allah-Nya.
Berkaitan dengan hal ini, Rasulullah SAW menegaskan bahwa sesungguhnya
puasa itu ada tiga tingkatan. Yakni, puasanya orang awam, puasa khawas, dan
puasa khawasul khawas.
Puasanya orang awam (umum) adalah sekadar menahan haus dan lapar dari
terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Sedangkan puasanya orang khawas
adalah menahan makan dan minum serta semua perbuatan yang
membatalkannya. Misalnya mulutnya ikut berpuasa dengan tidak berkata kotor,
mencaci, mengumpat, atau mencela orang lain. Demikian juga dengan tangan dan
kakinya, dipergunakan untuk perbuatan yang baik dan terpuji. Sementara
telinganya hanya dipergunakan untuk mendengarkan hal-hal yang baik. Puasa
khawas ini adalah puasanya orang yang alim dan fakih.

13
Adapun puasa khawasul khawas adalah tidak hanya sekadar menahan makan
dan minum serta hal-hal yang membatalkannya, termasuk juga menahan seluruh
anggota pancaindera, tetapi hatinya juga ikut berpuasa. Menurut para ulama,
inilah jenis puasanya para Nabi dan Rasul Allah. Puasa yang demikian itulah yang
akan diberikan secara langsung balasannya oleh Allah SWT.
"Sesungguhnya seluruh amal anak Adam itu untuk diri mereka sendiri, kecuali
puasa. Puasa itu untuk-Ku, dan Akulah yang akan membalasnya." (Hadis Qudsi).
Puasa yang mampu mencegah dirinya dari perbuatan keji dan munkar inilah
yang mampu membentuk pribadi Muslim yang bertakwa, sebagaimana
penjelasan QS Al-Baqarah [2] ayat 183 di atas.
Bagi umat Islam, puasa di samping memiliki tujuan spiritual, juga mengandung
manfaat dan hikmah bagi kehidupan. Misalnya, puasa itu menyehatkan, baik
secara fisik maupun psikis (kejiwaan).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan standar kesehatan yang meliputi
empat dimensi, yaitu sehat fisik, psikis, sosial, dan spiritual. Dan ternyata, ibadah
puasa dapat memenuhi semua dimensi standar kesehatan yang ditetapkan oleh
WHO itu.
Bahkan, Dokter Alexis Carrel (1873-1944) yang pernah meraih hadiah Nobel
dua kali menyatakan, "Apabila pengabdian, shalat, puasa, dan doa yang tulus
kepada Sang Maha Pencipta disingkirkan dari tengah kehidupan bermasyarakat,
itu artinya kita telah menandatangani kontrak bagi kehancuran masyarakat
tersebut."
Ahmad Syarifuddin dalam bukunya puasa Menuju Sehat Fisik dan Psikis
mengungkapkan, rumusan kesehatan psikis yang ditetapkan WHO ini bisa
dipenuhi dengan puasa yang dilakukan secara baik. Dalam beberapa hal puasa
bahkan memiliki keunggulan dan nilai lebih. Secara kejiwaan, sikap takwa sebagai
buah puasa, mendorong manusia mampu berkarakter ketuhanan (rabbani).
Itulah manfaat secara umum dari puasa. Namun demikian, bagi umat-umat
lainnya, seperti umat terdahulu, Yahudi, Nasrani, Shabiin, Majusi, Zoroaster,
Konghucu, Manu, Buddha, Hindu, dan aliran kebatinan, dipergunakan untuk
kepentingan yang berbeda.
Ada yang bertujuan untuk ketenangan batin, mengendalikan hawa nafsu,
mengekang jiwa, untuk memperoleh kemudahan belajar olah kanuragan, untuk
kekebalan, kesaktian, dan lain sebagainya.

14
BAB III

Ruang Lingkup Dan Macam-Macam Ibadah

3.1 Ruang Lingkup Ibadah

Islam amat istimewa hingga menjadikan seluruh kegiatan manusia sebagai


ibadah apabila diniatkan dengan penuh ikhlas karena Allah demi mencapai
keridhaan-Nya serta dikerjakan menurut cara-cara yang disyariatkan olehNya.
Islam tidak membatasi ruang lingkup ibadah kepada sudut-sudut tertentu saja.
Seluruh kehidupan manusia adalah medan amal dan persediaan bekal bagi para
mukmin sebelum mereka kembali bertemu Allah di hari pembalasan nanti. Islam
mempunyai keistimewaan dengan menjadikan seluruh kegiatan manusia sebagai
ibadah apabila ia diniatkan dengan penuh ikhlas karena Allah demi untuk
mencapai keridaan Nya serta dikerjakan menurut cara cara yang disyariatkan oleh
Nya. Islam tidak menganggap ibadah ibadah tertentu saja sebagai amal saleh akan
tetapi meliputi segala kegiatan yang mengandung kebaikan yang diniatkan karena
Allah SWT. Ruang lingkup ibadah di dalam Islam sangat luas sekali. Mencakup
setiap kegiatan kehidupan manusia. Setiap apa yang dilakukan baik yang
bersangkut dengan individu maupun dengan masyarakat adalah ibadah menurut
Islam ketika ia memenuhi syarat syarat tertentu.

Syarat syarat tersebut adalah :


a) Amalan yang dikerjakan itu hendaklah diakui Islam, sesuai dengan hukum
hukum syara' dan tidak bertentangan dengan hukum hukum tersebut. Adapun

15
amalan - amalan yang diingkari oleh Islam dan ada hubungan dengan yang haram
dan maksiyat, maka tidaklah bisa dijadikan amalan ibadah.

b) Amalan tersebut dilakukan dengan niat yang baik dengan tujuan untuk
memelihara kehormatan diri, menyenangkan keluarga nya, memberi manfaat
kepada seluruh umat dan untuk kemakmuran bumi seperti yang telah
diperintahkan oleh Allah.

c) Amalan tersebut haruslah dikerjakan dengan sebaik-baiknya.

d) Ketika membuat amalan tersebut hendaklah sentiasa menurut hukum - hukum


syara' dan ketentuan batasnya, tidak menzalimi orang lain, tidak khianat, tidak
menipu dan tidak menindas atau merampas hak orang.
e) Tidak melalaikan ibadah - ibadah khusus seperti salat, zakat dan sebagainya
dalammelaksanakan ibadah - ibadah umum.

3.2 Definisi Ibadah


Ibadah diambil dari bahasa Arab yang artinya adalah menyembah. Konsep
ibadah memiliki makna yang luas yang meliputi seluruh aspek kehidupan baik
sosial, politik maupun budaya. Ibadah merupakan karakteristik utama dalam
sebuah agama, karena pusatnya ajaran agama terletak pada pengabdian seorang
hamba pada Tuhannya

‫ساناً َو ِبذِي‬ ًِ ‫شيْئاً َو ِبا ْل َوا ِل َدي‬


َ ْ‫ْن ِإح‬ َ ‫للا َولًَ ت ُ ْش ِر ُكوًاْ ِب ًِه‬
ًَّ ْ‫َوا ْعبُدُوًا‬

ً‫ب‬
ِ ‫اح‬
ِ ‫ص‬ ًِ ُ‫ار ْال ُجن‬
َّ ‫ب َوال‬ ًِ ‫ار ذِي ْالقُ ْربَى َو ْال َج‬
ًِ ‫ين َو ْال َج‬ َ ‫ْالقُ ْربَى َو ْاليَت َا َمى َو ْال َم‬
ًِ ‫سا ِك‬

ً‫للا لًَ ي ُِحبً َمن كَانًَ ُم ْخت َال‬ ًَّ ‫َت أ َ ْي َمانُ ُك ًْم ِإ‬
ًَّ ‫ن‬ ًْ ‫ل َو َما َملَك‬
ًِ ‫س ِبي‬
َّ ‫ْن ال‬
ًِ ‫ب ًَواب‬
ًِ ‫ِبال َجن‬

ً‫فَ ُخورا‬

16
Artinya: Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.
dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman
sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.(QS. Annisa : 36).

Berbicara tentang ibadah berarti membahas mengenai posisi diantara dua


dimana yang satu kedudukannya lebih tinggi dari yang lain seperti hubungan
antara seorang majikan dan budaknya. Seorang budak tidak memiliki kekuatan
lain kecuali hanya tunduk dan patuh pada perintah majikannya. Seorang budak
tentu didasari oleh kesadarannnya sebagai hamba yang lemah dan tak berdaya.
Oleh karena itu kesadaran ibadah bersifat fitrah, karena manusia menyadari akan
kekurangan dan kelemahan dirinya, sehingga ia membutuhkan kekuatan lain yang
dapat memberikan bantuan dan pertolongan. Begitulah seharusnya manusia, ia
harus tunduk dan patuh kepada sang Pencipta, yakni Allah SWT. Sebagaimana
Firman Allah SWT dalam surat Adzariyat ayat 56 :
ً‫ُون‬ ًَّ ِ‫نس إ‬
ِ ‫ل ِليَ ْعبُد‬ ًَ ‫اْل‬ ًَّ ‫َو َما َخلَ ْقتًُ ْال ِج‬
ِ ْ ‫ن َو‬

Artinya : Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah
kepada-Ku.
Ayat ini menjelaskan tentang kecendrungan fitrah manusia untuk
beribadah. Tidak mungkin ada mahluk yàng keluar dari kecendrungannya sebagai
hamba, namun kecendrungan ini jika tidak diiringi oleh wahyu maka ketundukan
manusia sebagai bentuk penghambaan diri pada yang mutlak menjadi
pembelengguan diri manusia, sehingga manusia jatuh ke dalam derajat yang
hina.

17
3.3 Pembagian Ibadah
Ibadah dibagi menjadi dua, yaitu ibadah mahdhoh dan ibadah ammah.
Ibadah mahdhah (murni), adalah suatu rangkaian aktivitas ibadah yang ditetapkan
Allah Swt. Dan bentuk aktivitas tersebut telah dicontohkan oleh Rasul-Nya, serta
terlaksana atau tidaknya sangat ditentukan oleh tingkat kesadaran teologis dari
masing-masing individu. Yang termasuk Ibadah mahdhoh misalnya: Shalat, puasa,
Zakat, dan haji.
Selain ibadah mahdhah, maka ada bentuk lain diluar ibadah mahdhah
tersebut yaitu Ibadah Ghair al-Mahdhah atau ibadah ammah, yakni sikap gerak-
gerik, tingkah laku dan perbuatan yang mempunyai tiga tanda yaitu: pertama,
niat yang ikhas sebagai titik tolak, kedua keridhoan Allah sebagai titik tujuan, dan
ketiga, amal shaleh sebagai garis amal. Ada pula yang memberikan definisi
ibadah ammah dengan semua perbuatan yang mendatangkan kebaikan dan
dilaksanakan dengan niat yang ikhlas karena Allah SWT, seperti minum, makan,
dan bekerja mencari nafkah.

18
3.4 Tujuan ibadah
Mendapatkan ridho dari Allah Swt kita sebagai mahluk ciptaan Allah, kita
manjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya. Manusia bahkan seluruh
mahluk yang berkehendak dan berperasaan, adalah hamba-hamba Allah. Hamba
sebagaimana yang dikemukakan diatas adalah mahluk yang dimiliki. Kepemilikan
Allah atas hamba-Nya adalah kepemilikan mutklak dan sempurna, oleh karena itu
mahluk tidak dapat berdiri sendiri dalam kehidupan dan aktivitasnya kecuali
dalam hal yang oleh Alah swt. Telah dianugerahkan untuk dimiliki mahluk-Nya
seperti kebebasan memilih walaupun kebebasan itu tidak mengurangi
kepemilikan Allah. Atas dasar kepemilikan mutak Allah itu, lahir kewajiban
menerima semua ketetapan-Nya, serta menaati seluruh perintah dan larangan-
Nya.

Manusia diciptakan Allah bukan sekedar untuk hidup di dunia ini kemudian
mati tanpa pertanggungjawaban, tetapi manusia diciptakan oleh Allah untuk
beribadahhal ini dapat difahami dari firman Allah swt. :

ًَ ‫خلَ ْقنَا ُك ًْم َع َبثاً َوأَنَّ ُك ًْم ِإلَ ْينَا‬


ًَ‫ل ت ُ ْر َجعُون‬ ًَ ‫أَفَ َح ِس ْبت ُ ًْم أَنَّ َما‬

Artinya : Maka apakah kamu mengira, bahwa Sesungguhnya kami menciptakan kamu
secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?
(QS al-Mu’minun:115)

Karena Allah maha mengetahui tentang kejadian manusia, maka agar


manusia terjaga hidupnya, bertaqwa, diberi kewajiban ibadah. Tegasnya manusia
diberi kewajiban ibadah agar menusia itu mencapai taqwa.

19
3.5 Hakikat Ibadah
a. Sebagai tujuan diciptakannya manusia, sebagaimana firman Allah swt:
“Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka
menyembah pada Ku” (QS. Az Zariyat: 56)
b. Sebagai fitrah manusia, sebagaimana firman Allah swt:
“Dan ingatlah ketika Tuhan mu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam
dari selbi mereka, dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu ?” Mereka
menjawab,”Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi. “(Kami lakukan
yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak
mengatakan,”sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang
lengah terhadap ini (Keesaan Tuhannya). (QS. Al A’raf:72)
c. Hakikat ibadah adalah menyembah yang sama dengan mencintai.
Sebagaimana firman Allah swt:
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan
selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mencintai Allah. Adapun orang-
orang yang beriman sangat cinta kepada Allah dan jika seandainya orang-orang
yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari Kiamat)
bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat
siksaan-Nya (niscaya mereka akan menyesal.” (QS. Al Baqoroh:165)

Artinya: jika kita sama atau lebih mengabdi atau mencintai selain Allah maka akan
menjadi dosa paling besar yang sulit diampuni kecuali dangan taubat nasuhah
sebagaimana hadits dari Ibnu Mas’ud.
“Aku bertanya, “wahai Rasullullah, dosa apakah yang paling besar?” Rasulullah
saw menjawab,”bila kamu menjadikan tandingan bagi Allah, padahal Dia lah yang
menciptakan kamu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

20
3.6 Jenis-jenis Ibadah
Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis, dengan
bentuk dan sifat yang berbeda antara satu dengan lainnya;
1. Ibadah Mahdhah,
Artinya penghambaan yang murni hanya merupakan hubung an antara hamba
dengan Allah secara langsung. segala jenis peribadatan kepada Allah yang
keseluruhan tatacaranya telah ditetapkan oleh Allah, Manusia tidak berhak
mencipta/merekayasa bentuk ibadah jenis ini. para ulama menetapkan qaidah
iaitu ‘Asalnya ibadah itu haram, terlarang’ (kecuali dengan perintah Allah dan
petunjuk Muhammad saw). Ibadah jenis ini diistilahkan oleh para fuqaha dengan
perkataan Al Ibadah atau Al Ubudiyyah. Ibadah jenis ini seperti shalat, puasa,
zakat, aqiqah dan qurban.
Ibadah bentuk ini memiliki 4 prinsip:
a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-Quran
maupun al- Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan oleh
akal atau logika keberadaannya.
b. Tata caranya harus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu tujuan diutus
rasul oleh Allah adalah untuk memberi contoh:
Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin Allah
(QS. 4: 64).
Dan apa saja yang dibawakan Rasul kepada kamu maka ambillah, dan apa yang
dilarang, maka tinggalkanlah( QS. 59: 7).

Shalat dan haji adalah ibadah mahdhah, maka tatacaranya, Nabi bersabda:

Shalatlah kamu seperti kamu melihat aku shalat. Ambillah dari padaku tatacara
haji kamu. Jika melakukan ibadah bentuk ini tanpa dalil perintah atau tidak sesuai
dengan praktek Rasul saw., maka dikategorikan “Muhdatsatul umur” perkara
meng-ada-ada, yang populer disebut bid’ah:
Sabda Nabi saw.:
Salah satu penyebab hancurnya agama-agama yang dibawa sebelum Muhammad
saw. adalah karena kebanyakan kaumnya bertanya dan menyalahi perintah Rasul-
rasul mereka.
c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini bukan
ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal hanya
berfungsi memahami rahasia di baliknya yang disebut hikmah tasyri’. Shalat,
adzan, tilawatul Quran, dan ibadah mahdhah lainnya, keabsahannnya bukan

21
ditentukan oleh mengerti atau tidak, melainkan ditentukan apakah sesuai dengan
ketentuan syari’at, atau tidak. Atas dasar ini, maka ditetapkan oleh syarat dan
rukun yang ketat.
d. Azasnya “taat”, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini
adalah kepatuhan atau ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang
diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan
kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama diutus Rasul
adalah untuk dipatuhi.
Jenis ibadah yang termasuk mahdhah, adalah :
1. Wudhu,
2. Tayammum
3. Mandi hadats
4. Adzan
5. Iqamat
6. Shalat
7. Membaca al-Quran
8. I’tikaf
9. Shiyam ( Puasa )
10. Haji
11. Umrah
12. Tajhiz al- Janazah

22
KESIMPULAN
Ibadah merupakan seluruh aspek kehidupan. Tidak terbatas pada saat-saat
singkat yang diisi dengan cara-cara tertentu. Suatu Ibadah mempunyai nilai yaitu
jalan hidup dan seluruh aspek kehidupan dan merupakan tingkah laku, tindak-
tanduk, pikiran dan perasaan semata-mata untuk Allah, yang dibangun dengan
suatu sistem yang jelas, yang di dalamnya terlihat segalanya yang pantas dan
tidak pantas terjadi .

Secara garis besar ialah dibagi menjadi dua:


Ibadah murni (mahdhah), adalah suatu rangkaian aktivitas ibadah yang
ditetapkan Allah Swt. Dan bentuk aktivitas tersebut telah dicontohkan oleh Rasul-
Nya, serta terlaksana atau tidaknya sangat ditentukan oleh tingkat kesadaran
teologis dari masing-masing individu.
·
Ibadah Ghairu Mahdhah, yakni sikap gerak-gerik, tingkah laku dan
perbuatan yang mempunyai tiga tanda yaitu: pertama, niat yang ikhas sebagai
titik tolak, kedua keridhoan Allah sebagai titik tujuan, dan ketiga, amal shaleh
sebagai garis amal.
Ruang lingkup 'ibadah di dalam Islam amat luas sekali. Hanya merangkumi setiap
kegiatan kehidupan manusia. Setiap apa yang dilakukan baik yang bersangkut
dengan individu maupun dengan masyarakat adalah 'ibadah menurut Islam
selama ia memenuhi syarat-syarat tertentu.
Manusia diciptakan Allah bukan sekedar untuk hidup di dunia ini kemudian
mati tanpa pertanggungjawaban, tetapi manusia diciptakan oleh Allah untuk
beribadah. Karena Allah maha mengetahui tentang kejadian manusia, maka agar
manusia terjaga hidupnya, bertaqwa, diberi kewajiban ibadah. Tegasnya manusia
diberi kewajiban ibadah agar menusia itu mencapai taqwa.
Hikmah dari ibadah adalah kita dapat meningkatkan ketaqwaan tehadap
Allah swt dan hidup berdasarkan apa yan Dia perintahkan.

Saran
Sebagai manusia hendaknya kita tidak melupakan hakikat dari penciptaan
kita, yaitu untuk beribadah kepada Allah swt sesuai dengan Al Qur’an dan Hadits
baik dalam ibadah mahdah (khusus) maupun dalam ibadah ghoiru mahdah
(umum) dengan niat semata-mata ikhlas untuk mencapai ridha Allah.

23
DAFTAR PUSTAKA

2. http://alazhar58.blogspot.com/2013/12/definisi-pembagian-ruang-lingkup-
serta.html

3. http://gudangilmu37.blogspot.com/2013/04/gudang-ilmu.html

4. http://buletinmi.com/fungsi-dan-peran-shalat-dalam-kehidupan-kita-edisi-10/

5. http://www.artikel.majlisasmanabawi.net/kamus-spiritual/arti-ibadah-
pengertian-ibadah/

6. http://www.H:\Agama\pengertian-hakikat-dan-fungsi-ibadah.html

7. H:\Agama\makalah-konsep-ibadah-dalam-islam.html

8. http://www. Islam/itu-indah2014/ibadah-dan-fungsinya.html

24

Anda mungkin juga menyukai