SITI RAHAYU
1202377
PROGRAM STUDI
TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN
SITI RAHAYU
1202377
PROGRAM STUDI
TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN
Nim : 1202377
Mengetahui, Menyetujui,
Ka. PS TPHP Pembimbing I Pembimbing II
Nim : 1202377
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Ka. PS TPHP
Pipa superheater adalah salah satu komponen pada boiler yang berfungsi untuk
merubah uap basah menjadi uap kering yang kemudian dikirim untuk memutarkan
turbin, dengan suhu pemanasan 260oC s.d 350oC. Boiler Pengolahan pada Pabrik
kelapa sawit terjadi kegagalan pada salah satu komponen pipa superheater dimana
pipa tersebut mengalami pecah. Mengetahui penyebab kegagalan pada pipa
tersebut dilakukan pengujian secara mekanik dengan pengujian komposisi kimia
dengan menggunakakn spectro max. Sebagai pembanding digunakan data standart
awal pipa superheater kode pipa JIS G3461 grade STB35 STB 340. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui unsur komposisi kimia yang terdapat didalam
material pipa superheater dan mengetahui pengurangan unsur komposisi kimia
pada material pipa superheater yang mengalami kerusakan.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratrium Putra Baja Deli Belawan, Waktu
penelitian selama 4 bulan, dari bulan Mei s.d Agustus 2016. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan metode eksperimental dengan penentuan titik
sampel pada satu pipa superheater yang mengalami kerusakan, yaitu Titik sampel
keadaan baik (Sampel A1) dan Titik sampel pecah (Sampel A3). Masing-masing
titik sampel mengalami 4 kali pengulangan dalam pengujian. Jenis pengamatan
yang dilakukan adalah Unsur komposisi kimia yang terkandung pada material
pipa superheater.
Hasil Penelitian komposisi kimia menunjukkan bahwa material pipa Superheater
mengalami penurunan dengan selisih rata-rata Karbon (C) 0,15 %, Silikon (Si)
0,14 %, Mangan (Mn) 0,06 %, Belerang (S) 0,024 % dari persyaratan standart
JIS3461 Grade STB35 STB 340 dan material pipa Superheater tergolong baja
karbon rendah dengan presentase kadar Karbon (C) standart 0,18 %, < 0,30 %
sehingga pipa superheater tersebut tidak tahan pada temperatur diatas 350 oC
secara terus-menerus sehingga menyebabkan pipa tersebut mengalami pecah
karena adanya proses perlakuan panas yang berlebih secara terus-menerus.
Kata Kunci :Boiler, Pipa Superheater, Standart JIS 3461 Grade STB35 STB
340, Pengujian Spectro Max, Unsur komposisi kimia.
i
ABSTRACT
Key words : Boiler, pipe superheater, standard JIS 3461 Grade STB35 STB 340,
examine Spectro Max, chemical composition element.
ii
DAFTAR ISI
Hal
RINGKASAN ...................................................................................................... i
iii
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 48
4.1 Pengambilan Sampel........................................................................ 48
4.2 Pengukuran Sampel ......................................................................... 49
4.3 Penentuan titik sampel ..................................................................... 50
4.4 Pemotongan dan Pengikisan sampel ................................................ 50
4.5 Hasil Pengujian Komposisi Kimia Pipa Superheater ...................... 51
4.6 Analisa Pembahasan ........................................................................ 55
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 61
5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 61
5.2 Saran ................................................................................................ 62
LAMPIRAN ......................................................................................................... 65
1. Hasil pengujian komposisi kimia pada sampel pipa keadaan baik (A1) .......... 65
2. Hasil pengujian komposisi kimia pada sampel pipa pecah (A3)...................... 66
3. Pengambilan sampel ......................................................................................... 67
4. Pengukuran, penentuan titik sampel, pemotongan dan pengikisan .................. 68
5. Pengujian sampel .............................................................................................. 69
6. Alat penelitian .................................................................................................. 70
7. Laporan uji komposisi kimia ............................................................................ 71
8. Standart Jis G3461 STB 340 ............................................................................. 74
9. Sketsa posisi pipa Superheater ......................................................................... 76
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang Pemurah
dan Maha Penyayang, dan karena limpah karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Analisa Komposisi kimia material pipa
Superheater pada Boiler Takuma N900R Kapasitas 24 ton/jam dengan alat
Spectro Max dalam waktu yang ditetapkan.
v
10. Bapak Mislan, ST yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikiran dalam
membantu dan memberikan masukkan dalam penulisan tugas akhir ini
sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan.
11. Abang Samuel A. Sinaga dan Deddy Ir Manurung selaku karyawan
Laboratrium PT. Putra Baja Deli - Belawan yang telah membantu dalam
penelitian tugas akhir ini.
12. Roni Permana Setiawan, ATT III yang telah memberikan dukungan dan
semangat dalam penulisan tugas akhir ini.
13. Team Boiler dan Komposisi kimia yang telah turut membantu dan
memberikan masukkan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
14. Teman – teman Devi Elwina Silalahi, Dewi Anggraini, Rani Febri Monica,
Triayu Alami Mariono, Rica sari ayu lestari, Ayudha Rezki yang telah
membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
15. Teman – teman kelas TPHP IV F dan G 2012 yang selalu mendukung dan
memberikan semangat.
Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat dan menambah informasi bagi pembaca
sekalian. Penulis menyadari masih banyak kekurangan pada penelitian ini. Oleh
karena itu kritik dan saran dari pembaca terhadap isi tugas akhir ini sangat penulis
harapkan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pantai Cermin, Kec. Tanjung Pura, Kab. Langkat. Sumatera
Utara pada tanggal 17 Agustus 1994, merupakan anak kesebelas dari sebelas
bersaudara dari Ayahanda Alm. Ponimin dan Ibu Kasminah.
vii
DAFTAR TABEL
No Judul Hal
2.1 Standart Komposisi kimia .............................................................................. 42
4.1 Hasil pengujian pipa superheater ................................................................... 52
4.2 Standart komposisi kimia Jis G3461 ............................................................... 52
viii
DAFTAR GAMBAR
No Judul Hal
1.1 Posisi pipa Superheater ................................................................................. 2
1.2 Pipa Superheater Pecah ................................................................................ 3
2.1 Alur proses pengolahan kelapa sawit ............................................................ 6
2.2 Skematik pembangkit tenaga uap.................................................................. 7
2.3 Siklus Rankine sederhana ............................................................................. 8
2.4 Kontruksi boiler pipa air ............................................................................... 20
3.1 Bagan Alur penelitian ................................................................................... 46
4.1 Denah Pengambilan sampel .......................................................................... 48
4.2 Pipa Superheater Pecah ................................................................................ 49
4.3 Pengukuran sampel ....................................................................................... 49
4.4 Penentuan titik sampel pipa Superheater ...................................................... 50
4.5 Pemotongan Pipa........................................................................................... 50
4.6 Pengikisan Pipa ............................................................................................. 50
4.7 Sampel Ex pakai baik (A1) ........................................................................... 51
4.8 Sampel pecah (A3) ........................................................................................ 51
4.9 Grafik Hasil pengujian sampel A1 ................................................................ 53
4.10 Grafik hasil pengujian sampel A3 ................................................................. 54
4.11 Grafik hasil pengujian sampel A1 dan A3 .................................................... 55
ix
BAB 1
PENDAHULUAN
Pabrik Kelapa Sawit ( PKS ) merupakan pabrik yang mengolah TBS sebagai
bahan baku menjadi minyak kelapa sawit atau CPO dan Inti sawit dengan
menggunakan berbagai tahapan-tahapan proses pengolahan dari mulai stasiun
penerimaan bahan baku, perebusan, pemipilan, penggempaan, pemisahan
minyak dan sludge, pemurnian minyak, pengeringan inti sampai stasiun
penimbunan. Dalam tahapan- tahapan proses pengolahan tersebut pabrik
kelapa sawit ( PKS ) sangat dominan dalam pencapaian rendemen dan mutu
yang optimal atau mencapai target yang telah di tentukan, karena sebagian
besar pabrik kelapa sawit mempunyai prinsip, yaitu mengutip minyak
semaksimal mungkin dan memaksimalkan pengurangan non minyak.
Dalam industri pengolahan kelapa sawit Boiler merupakan alat yang sangat
penting dalam berjalannya operasional pabrik, sehingga perlu dilakukan
maintenance secara rutin dan periodik. Untuk menghindari terjadinya
kerusakan pada boiler yang akan menyebabkan produksi steam keunit proses
terhenti dan akibatnya terjadi stagnasi pada proses pengolahan kelapa sawit
yang pada akhirnya akan menimbulkan kerugian. Adapun tujuan dilakukan
perencanaan sistem maintenance, untuk menjamin kelangsungan fungsional
1
suatu sistem sehingga sistem tersebut dapat diharapkan menghasilkakn out
put sesuai dengan yang dikehendaki tanpa mengalami kerusakan.
Pada salah satu pabrik kelapa sawit ditemukan kasus kerusakan pada sistem
pembangkit tenaga yaitu Boiler kapasitas 24 ton/jam Merk Takuma N- 900R,
dimana kerusakan tersebut pada pipa super heater yang mengalami Pecah,
dengan kode pipa STB 340 JIS G3461 A35. Lokasi pipa Superheater tersebut
berada pada pipa ke delapan dengan standart suhu pemanasan 260 oC – 350
o
C. Berikut adalah gambar Posisi Pipa yang mengalami kerusakan :
Lokasi pipa
2
Pipa Superheater yang mengalami kerusakan :
3
kaitannya dengan pemilihan bahan baku yang akan dipergunakan dalam
kontruksi suatu alat, selain itu juga bisa membuktikan suatu teori yang ada
ataupun penemuan baru dibidang metalurgi. Oleh karena itu penulis tertarik
melakukan penelitian uji komposisi kimia material Pipa Super heater dengan
judul “ Analisa Komposisi kimia Material Pipa Superheater pada boiler
TAKUMA N900R Kapasitas 24 ton/jam dengan Alat Spectro Max“
4
1.4 Target Penemuan
Mendapatkan unsur komposisi kimia bahan pada material pipa Super heater,
mengetahui jumlah pengurangan unsur komposisi kimia pipa superheater
dengan membandingkan standart komposisi kimia Dan mampu menemukan
solusi agar tidak terjadi suatu kejadian yang sama dimasa yang akan datang.
1.5 Kontribusi
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
6
2.2 Sistem Pembangkit Tenaga Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit
2.2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Siklus ideal yang mendasari siklus kerja dari suatu pembangkit daya uap
adalah siklus Rankine. Siklus Rankine berbeda dengan siklus-siklus udara
ditinjau dari fluida kerjanya yang mengalami perubahan fase selama siklus
pada saat evaporasi dan kondensasi. Perbedaan lainnya secara
termodinamika, siklus uap dibandingkan dengan siklus gas adalah bahwa
perpindahan kalor pada siklus uap dapat terjadi secara isotermal. Proses
perpindahan kalor yang sama dengan proses perpindahan kalor pada siklus
7
Carnot dapat dicapai pada daerah uap basah dimana perubahan entalpi. fluida
kerja akan menghasilkan penguapan atau kondensasi, tetapi tidak pada
perubahan temperatur. Temperatur hanya diatur oleh tekanan uap fluida.
Kerja pompa pada siklus Rankine untuk menaikkan tekanan fluida kerja
dalam fase cair akan jauh lebih kecil dibandingkan dengan pemampatan
untukcampuran uap dalam tekanan yang sama pada siklus carnot.
8
memasuki turbin. untuk diekspansi secara isentropik dan akan menghasilkan
kerja untuk memutar shaft yang terhubung dengan generator listrik sehingga
dpat dihasilkan listrik. Tekanan dan temperatur dari steam akan turun selama
proses ini menuju keadaan 4 dimana steam akan masuk kondensor dan
biasanya sudah berupa uap jenuh. Steam ini akan dicairkan pada tekanan
konstan didalam kondensor dan akan meninggalkan kondenser sebagai cairan
jenuh yang akan masuk pompa untuk melengkapi siklus ini (Yunus A. Cengel
dan Michael A. Boles, 1994).
9
1) Corong asap dengan sistem tarikan gas asapnya, memungkinkan dapur
berfungsi secara efektif.
2) Sistem pemipaan, seperti pipa api, pada ketel pipa api, pipa – pipa air,
pada pipa air, memungkinkan sistem penghantaran kalor yang efektif
antara nyala pipa atau gas panas dengan aior ketel.
3) Sistem pemanas uap lanjut, sistem pemanas udara pembakaran serta sistem
pemanas air pengisi ketel, berfungsi sebagai alat untuk menaikkan efesiensi
ketel (Muin, 1989).
Prinsip kerja boiler sebenarnya cukup sederhana dengan cara mendidihkan air
dengan kalor bahan bakar, dalam proses pendidihan air tersebut akan selalu
diiringi proses perpindahan panas yang melibatkan bahan bakar, distribusi
udara, material pipa, serta partikel air. Kalor dari bahan bakar akan
terpancarkan secara radiasi ke pipa – pipa evavorator sehingga memanaskan
pipa – pipa tersebut. Panas yang terserap oleh permukaan pipa akan secara
konduksi berpindah kesisi permukaan dalam pipa. Proses peyebaran panas
antar molekul air didalam aliran ini terjadi secara konveksi, secara bertahap
air akan berubah fase menjadi uap basah ( Djokosetyardjo, 1990).
2.3.2 Thermodinamika
Thermodinamika adalah ilmu tentang energi, yang secara spesific membahas
tentang hubungan anatara energi panas dengan kerja.
a. Hukum Thermodinamika I
Hukum thermodinamika pertama menyatakan bahwa energi tidak dapat
diciptakan dan dimusnakan tetapi hanya dapat di ubah dari suatu bentuk ke
bentuk yang lain. Prinsip tersebut juga dikenal sebagai konversi energi.
Hukum pertama dapat dinyatakan secara sederhana : selama interaksi antara
sistem harus sama dengan energi yang dilepaskan oleh lingkungan, energi
dapat melintas dari suatu sistem tertutup dalam dua bentuk yang berbeda :
panas (heat) dan kerja (work).
10
1) Panas
Panas didefinisikan sebagai bentuk energi yang dapat berpindah antara dua
sistem (atau dari sistem lingkungan) dengan sifat perbedaan temperatur.
Panas adalah sebuah energi dalam keadaan transisi, dia di kenali jika hanya
melewati batas sistem sehingga dalam thermodinamika panas sering
diistilahkan dengan heat transfer panas. Suatu proses jika terjadinya
perpindahan panas disebut dengan proses adiabatis.
2) Kerja (Work).
Kerja seperti halnya panas adalah suatu bentuk interaksi antara sistem dan
lingkungan . jika suatu energi dapat melintasi batas sistem adalah bukan
panas dapat dipastikan bahwa bentuk energi tersebut adalah kerja. Kerja dapat
diartikan sebagai energi transfer yang berhubungan dengan gaya yang
menempuh sebuah jarak.
b. Hukum Thermodinamika II
Menurut pernyataan Kelvin – Plank melihat karakteristik dari sebuah mesin
kalor, maka tidak ada sebuah mesin kalor yang dapat mengubahnaya semua
menjadi kerja. Keterbatasan tersebut kemudian dibuat sebauh pernyataan oleh
kelvin – plank yang berbunyi adalah tidak mungkin untuk sebuah alat dan
mesin yang beroperasi dalam sebuah siklus menerima panas dari sebuah
reservoir tunggal dan memproduksi sejumlah kerja bensin. Pernyataan kelvi –
Plank (hanya diperuntukkan untuk mesin kalor ) diatas dapat juga diartikan
sebagai tidak ada sebuah mesin/alat yang berkerja dalam sebuah siklus
menerima panas dari reservoir bertemperatur tinggi dan mengubah panas
tetrsebut seluruh menjadi kerja bersih atau dengan kata lain tidak ada sebuah
mesin kalor yang mempunyai efesiensi 100 %.
11
Telah diketahui bahwa panas akan berpindah dari temperatur tinggi ke
temperatur rendah. Pernyataan Clausius tidak mengimplikasikan bahwa
membuat sebuah alat siklus yang bertemperatur tinggi adalah tidak mungkin
dibuat. Hal tersebut mungkin terjadi asalkan ada efek luar dalam kasus
tersebut dilakukan atau diwakili oleh kompresor yang mendapat energi dari
energi listrik. Mesin gerak Abadi Perpetual-Motion Machines kita
mempunyai pernyataan yang berulang – ulang bahwa sebuah proses tidak
dapat berlangsung jika tidak memenuhi hukum termodinamika pertama dan
kedua. Semua alat yang mendengar baik hukum thermodinamika pertama
pertama maupun kedua disebut dengan mesin gerak abadi ( Perpetual-Motion
Machines ). Sebuah alat yang melanggar hukum thermodinamika pertama
disebut dengan mesin gerak abadi tipe pertama (Perpetual-Motion Machines
of the first kind – PMM1) dan sebuah alat yang melanggar hukum
thermodinamika kedua disebut dengan mesin gerak abadi tipe kedua
Perpetual-Motion Machines of the first kind – PMM2 ) (Telaoembanoea,
2009).
12
Ada dua tipe hantaran kalor secara pancaran, yaitu :
a. Secara lansung (direct)
b. Secara tidak lansung (indirect)
13
didekat zona pembakaran oleh karena air yang mendidih di dalam pipa
melindungi bahan dari pemanasan lanjut (over heating). Bagian evaporator
terdiri dari pipa – pipa dinding air (water wells), lantai air (water floor), dan
tirai air yang dipakai untuk mengerahkan aliran gas panas. Bagian pemanas
lanjut (superheater) ialah bidang penghantar panas di mana panas di
pindahkan ke uap jenuh (uap saturasi) untuk menaikkan temperaturnya
sehingga menaikkan energi potensial uap. Pemanas lanjut khususnya sangat
penting untuk produksi uap bagi turbin uap guna mengurangi kandungan
kelembaban (embun) dari uap ketika ia berekspansi di turbin. Biasanya
pemanas lanjut ini diklasifikasikan sebagai pemanas lanjut konveksi,
pemanas lanjut radiasi ataupun pemanas lanjut kombiansi, tergantung padda
bagaimana penggunaan energi termal. Biasanya diperlukan pula bahwa
temperatur akhir uap tetap konstan meskipun beban keel berbeda – beda. Bila
temperatur uap keluar melebihi ketentuan, maka sebagian unit menggunakan
atemporator ataupun des superheater yang didalamnya air pengisian yang
telah dimampatkan dan disemprotkan ke uap panas lanjut tersebut untuk
menurunkan temperaturnya, bagian pemanas ulang dari sebuah ketel besar
ialah bagian ketel dimana semua uap keluar dari turbin tekanan tinggi
dikembalikan untuk tambahan panas lanjut sebelum ia dikirm keturbin
tekanan menengah, pemanas ulang ini sangat mirip dengan pemanas lanjut
dalam bentuk dan lokasinya didalam ketel.
14
yaitu diatas temperatur titik embun gas bekas. Bila temperatur di rendahkan
jauh dibawah ini, kemungkinan akan terjadi kondensasi pada permukaan
saluran gas buang yang dingin itu. Semua kondensasi pada sistem gas asap
tidak diharapkan, karena cairan tersebut asam dan korosfi oleh karena adanya
sulfur dioksida dan sulfur trioksida didalam gas buang. Sayang sekali,
kehadiran sejumlah kecil saja sulfur dioksida didalam gas asap secara drastis
akan menaikkan temperatur titik embun gas buang. Ekonomiser biasanya dari
jenis alat penukar panas aliran silang dimana panas dipindahkan dari gas asap
ke air pengisian yang sedang masuk. Diperkirakan bahwa dari perolehan
panas di ekonomiser, kanaikkan sekitar 6 oC – 7 oC dapat meningkatkan
efesiensi ketel sebesar 1 %. Bukan hanya gas buang yang meninggalkan
ekonomiser harus paling tidak 80 oC diatas temperatur titik embun gas asap,
tetapi juga air meninggalkan ekonomiser haruslah paling tidak 30 oC dibawah
temperatur jenuh air pengisian ketel. Hal ini akan mencegah terjadinya
pendidihan dan aliran dua fasa yang disertai dengan penurunan tekanan yang
tinggi di dalam ekonomiser sebagai akibat flukstuasi tekanan didalam ketel.
Dalam rancangan ekonomiser biasanya dilakukan penempatan air tekanan
tinggi di sebelah dalam pipa – pipa ekonomiser. Oleh karena sisi gas
mempunyai koefisien pindahan panas yang rendah dan untuk pengaturan
koefisien pindahan panas di dalam sistem, juga sering di lakukan praktek
menggunakan perluasan permukaan (sirip) pada pipa – pipa ekonomiser. Satu
hal yang berkaitan dengan semua sistem pembakaran ialah kandungan abu
dari gas asap serta terjadinya pengendapan abu maupun kerak pada bidang
pemanas ketel, baik bidang primer maupun bidang sekunder. Terbetukknya
endapan ini khususnya berbahasa untuk bidang – bidang pemanas yang
memakai perluasan permukaan (Anonim, 2003).
2.3.5 Klasifikasi Ketel Uap
Ketel uap pada dasarnya terdiri dari bumbung (drum) yang tertutup pada
ujung pangkalnnya dan dalam perkembangannya dilengkapi dengan pipa –
pipa api maupun pipa air. Berbagai – bagai orang mengklasifikasikan ketel
15
uap tergantung pada sudut pandang masing – masing. Dalam buku ini ketel
uap diklasifikasikan dalam kelas yaitu :
a. Berdasarkan fluida yang mengalir dalam pipa, maka ketel uap uap
diklasifikasikan sebagai :
1) Ketel Pipa Api (Fire tube boiler).
2) Ketel Pipa Air (water tube boiler).
Pada ketel api, fluida yang mengalir dalam pipa adalah gas nyala (hasil
pembakaran), yang membawa energi panas (thermal energi), yang segera
menstransfer ke air ketel melalui bidang pemanas (heating surface). Tujuan
pipa – pipa api ini adalah untuk memudahkan distribusi panas (kalor) kepada
air ketel.
Pada pipa air, fluida yang mengalir dalam pipa adalah air, energi panas
ditransfer dari luar pipa (yaitu ruang dapur) ke air ketel.
Yang termasuk stasioner adalah ketel – ketel yang didudukkan diatas fundasi
yang tetap, seperti boiler untuk pembangkit tenaga, untuk industri dan lain –
lain yang sepertinya. Yang termasuk ketel mobil, adalah ketel yang dipasang
pada fundasi yang berpindah – pindah (mobil), seperti boiler lokomotif, loko
mobil dan ketel panjang serta lain yang sepertinya termasuk ketel kapal
(marine boiler).
16
2) Ketel dengan pembakaran diluar (ourtenally fired steam boiler), dalam
hal ini dapur berada (pembakaran terjadi dibagian luar ketel, kebanyakan
ketel pipa air memakai sistem ini.
17
2) Ketel dengan peredaran paksa (forced circulation steam boiler).
Pada natural circulation boiler, peredaran air didalam ketel terjadi secara
alami, yaitu air yang ringan naik sedang yang berat turun, sehingga
terjadilah aliran conveksi alami. Umumnya ketel beroperasi secara aliran
alami, seperti ketel lancarshire, Babcock & Wilcox dan lain – lain.
Pada ketel dengan aliran paksa (Forced circulation steam boiler), aliran
paksa diperoleh dari sebuah pompa centrifugal yang digerakkan dengan
electric motor misalnya. Sistem aliran paksa dipakai pada ketel – ketel yang
bertekanan tinggi seperti La – Mont boiler, Benson Boiler, Loeffer Boiler
dan Velcan Boiler.
2) Mobile boiler
Ketel uap yang diletakkan dalam body yang dapat berpindah – pindah.
Ketel seperti ini di jumpai di kapal – kapal lokomotif dan sebagainya
yang sifatnyta bergerak.
18
b. Menurut tekanan kerjanya
1) Low Pressure tekanan 2 – 16 atm.
2) Medium pressure tekanan 17 – 30 atm.
3) High pressure tekanan 31 – 140 atm.
4) Super high pressure tekanan 141 – 225 atm.
5) Super critical pressure tekanan 226 atau keatas.
19
2.4 Kontruksi Boiler Pipa Air
Kontruksi Boiler pipa air yang digunakan pada Pabrik Kelapa Sawit :
20
1) Radiasi : dimana akan terjadi pancaran panas dari api atau gas yang akan
menempel pada dinding tube.
2) Konduksi : Panas mengalir melalui hantaran dari sisi pipa yang menerima
panas kedalam sisi pipa yang memberi panas pada air.
3) Konveksi : panas yang terjadi dengan singgungan molekul molekul air
sehingga panas akan menyebar kesetiap aliran air. Didalam furnace, ruang
bakar terbagi atas dua bagian yaitu ruang pertama dan ruang kedua. Pada
pertama akan tejadi pemanasan langsung dari sumber panas yang diterima
langsung oleh tube sedangkan pada ruang kedua yang terdapat pada bagian
atas, panas yang diterima berasal dari udara hasil pembakaran dari ruang
pertama.
b. Steam Drum
Steam drum berfungsi sebagai tempat penampungan air panas serta tempat
terbentuknya uap, menampung uap jenuh (saturated steam) beserta air
dengan perbandingan antara 50% air dan 50% uap. menghindari agar air tidak
terbawa oleh uap, maka dipasangi sekat sekat,
air yang memiliki suhu rendah turun ke bawah dan air yang bersuhu tinggi
akan naik ke atas dan menguap.
c. Superheater
Merupakan tempat pengeringan steam, dikarenakan uap yang berasal dari
steam drum masih dalam basah sehingga belum dapat digunakan. Proses
pemanasan lanjutan menggunakan superheater dipanaskan dengan suhu
260°C sampai 350°C hingga uap benar - benar menjadi kering dan dapat
digunakan untuk menggerakkan turbin maupun untuk keperluan industri
lain.Uap Kering adalah uap yang sudah tidak mengandung butir – butir air.
Untuk mengetahui uap yang kering kita dapat hanya melihat temperatur uap
saja, karena tekanan uap juga menentukan kering tidaknya produksi steam.
Aliran uap di superheater :
21
1) Superheater tingkat satu ( Sekunder ) adalah uap dari steam drum
dipanaskan lanjut namun temperatur uap masih belum memenuhi
persyaratan untuk memutar sudu – sudu turbin, karena masih berbentuk
uap basah ( uap yang masih mengandung butiran – butiran air ), biasanya
uap dari superheater sekunder ini digunakan untuk pengoperasian soot
blower.
2) Superheater tingkat dua ( Primer) uap dari superheater sekunder
dipanaskan kembali sehingga temperatur uap benar – benar kering ( tidak
mengandung butiran – butiran air ) sehingga uap dari superheater primer
inilah yang akan digunkan untuk memutarkan sudu – sudu turbin.
d. Air Heater
Komponen ini merupakan alat yang berfungsi untuk memanaskan udara yang
digunakan menghembus/meniup bahan bakar agar dapat terbakar sempurna.
Udara yang akan dihembuskan melewati air heater memiliki suhu yang sama
dengan suhu normal (suhu luar) yaitu 38°C namun setelah air heater suhunya
akan meningkat menjadi 230°C sehingga dapat menghilangkan kandungan air
dalam yang dapat menganggu proses pembakaran.
22
karena semakin besar damper dibuka maka akan semakin besar isapan yang
akan terjadi dalam dapur.
23
2.6 Perawatan ( Maintenance )
Dalam istilah perawatan disebutkan bahwa disana tercakup dua pekerjaan
yaitu istilah “perawatan” dan “perbaikan”. Perawatan dimaksudkan sebagai
aktifitas untuk mencegah kerusakan, sedangkan istilah perbaikan
dimaksudkan sebagai tindakan untuk memperbaiki kerusakan.
b. Perawatan Korektif
Adalah pekerjaan perawatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan
meningkatkan kondisi fasilitas/peralatan sehingga mencapai standar yang
dapat diterima.
Dalam perbaikan dapat dilakukan peningkatan-peningkatan sedemikian rupa,
seperti melakukan perubahan atau modifikasi rancangan agar peralatan
menjadi lebih baik.
24
c. Perawatan Berjalan
Dimana pekerjaan perawatan dilakukan ketika fasilitas atau peralatan dalam
keadaan bekerja. Perawatan berjalan diterapkan pada peralatan-peralatan
yang harus beroperasi terus dalam melayani proses produksi.
d. Perawatan Prediktif
Perawatan prediktif ini dilakukan untuk mengetahui terjadinya perubahan
atau kelainan dalam kondisi fisik maupun fungsi dari sistem peralatan.
Biasanya perawatan prediktif dilakukan dengan bantuan panca indra atau alat-
alat monitor yang canggih.
25
b. Penggantian yang direncanakan (Planned Replacement)
Dengan telah ditentukan waktu mengganti peralatan dengan peralatan yang
baru, berarti industri tidak memerlukan waktu lama untuk melakukan
perawatan, kecuali untuk melakukan perawatan dasar yang ringan seperti
pelumasan dan penyetelan. Ketika peralatan telah menurun kondisinya
langsung diganti dengan yang baru. Cara penggantian ini mempunyai
keuntungan antara lain, pabrik selalu memiliki peralatan yang baru dan siap
pakai.
26
2.7 Teori Kegagalan Pipa Superheater
Pada penelitian sebelumnya pada pengujian komposisi kimia pernah
dilakukan dengan “judul Analisis Kerusakan Pipa Superheater yang
digunakan pada Boiler Pipa Air”. Dimana terjadi kerusakan pipa super
heater JIS G3461 STB 340 mengalami pecah, dengan kesimpulan pipa
superheater memiliki kandungan baja karbon yang rendah sehingga
material pipa tersebut tidak tahan terhadap temperatur diatas 400o C secara
terus menerus, mengingat unsur paduan yang tahan terhadap temperatur
tinggi seperti Cr, Mo, V, Cu relatif sangat kecil (Hermansyah, 2005)
27
sepanjang pipa terjadi karena adanya kontak antara logam tube dengan gas
atau fuel ash. efek dari wastage adalah berkurangnya tebal dinding tube.
Dengan berkurangnya tebal dinding tube, maka hoop strees semakin besar.
Makin lama pembentukan lapisan kerak makin tebal, sehingga temperatur
tube bertambah diikuti dengan kenaikan tegangan sehingga memperpendek
creep life dan menyebabkan kegagalan sebelum umur sesuai desain ( design
life time ) dengaan mekanisme stess rupture (French,1982 ).
Korosi merupakan proses elektrokimia yang terjadi pada logam dan tidak
dapat dihindari karena merupakan suatu proses alamiah, berbagai faktor
yang menyebabkan korosi yaitu : sifat logam, yang meliputi perbedaan
potensial, ketidakmurnian, unsur paduan, perlakuan panas yang dialami,dan
tegangan, serta faktor yang meliputi udara, temperatur, mikroorganisme
( Harli, 2009).
28
yang disebut logam berat ialah Cu, Mn, Pb, Zn, Sn,Si (Schonment dan
Gruber, 2003 ).
a. Bahan Logam.
Logam dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu logam ferro atau logam
besi dan logam nonferro yaitu logam bukan besi.
1) Logam Ferro ( Besi ).
Logam ferro adalah suatu logam paduan yang terdiri dari campuran unsur
karbon dengan besi. Untuk menghasilkan suatu logam paduan yang
mempunyai sifat yang berbeda dengan besi dan karbon maka dicampur
dengan bermacam logam lainnya. Logam ferro terdiri dari komposisi kimia
yang sederhana antara besi dan karbon. Masuknya unsur karbon didalam
besi dengan berbagai cara, jenis logam ferro adalah sebagai berikut :
Besi Tuang.
Komposisinya yaitu campuran besi dan karbon. Kadar karbon sekitar 4 %
sifatnya rapuh, tidak dapat ditempa, baik untuk dituang, liat dalam
pemadatan, lemah dalam tegangan. Digunakan untuk membuat alas mesin,
meja perata, badan ragum, bagian – bagian mesin bubut, blok slinder dan
cicin tora
Besi Tempa.
Komposisi besi tempa terdiri dari 99 % besi murni, sifat dapat ditempa, liat,
dan tidak dapat dituang. Besi tempa anatara lain dapat digunakan untuk
membuat rantai jangkar, kait keran dan landasan kerja plat.
29
Baja Lunak.
Komposisi campuran besi dan karbon, kadar karbon 0,1% - 0,3 %,
mempunyai sifat dapat ditempa dan liat. Digunakan untuk membuat mur,
sekrup, pipa, dan keperluan umum dalam pembangunan.
Baja karbon sedang.
Komposisi campuran besi dan karbon, kadar karbon 0,4 % - 0,6 %. Sifat
lebih kenyal dari yang keras. Digunakan untuk membuat benda kerja tempa
berat, poros, dan rel baja.
Baja karbon tinggi.
Komposisi campuran besi dan karbon, kadar karbon 0,7 – 1,5 %. Sifat dapat
ditempa, dapat disepuh keras dan dimudakan. Digunakan untuk membuat
kikir, pahat, gergaji, tap, stempel, dan alat mesin bubut.
Baja karbon tinggi dengan campuran.
Komposisi baja karbon tinggi ditambah nikel atau kobalt, krom atau
tungsten. Sifat rapuh, tahan suhu tinggi tanpa kehilangan kekerasan, dapat
disepuh keras, dan dimudahkan. Digunakan untuk membuat mesin bubut
dan alat – alat mesin.
2) Logam Nonferro
Logam non ferro yaitu logam yang tidak mengandung unsur besi (fe).
Logam non ferro antara lain sebagai berikut :
Tembaga (cu)
Warna kecoklat kemerah – merahan, sifatnya dapat ditempa, liat, baik untuk
pengahantar panas, listrik dan kukuh. Tembaga digunakan untuk membuat
suku cadang listrik, radio penerangan , dan alat – alat dekorasi.
Aluminium (Al).
Warna biru putih. Sifatnya dapat ditempa, liat, bobot ringan, penghantar
panas dan listrik yang baik, mampu dituang. Aluminium digunakan untuk
membuat peralatan masak, elektronik, industri mobil, dan industri pesawat
terbang.
30
Timbel (Pb).
Warna biru kelabu, sifatnya dapat ditempa, sangat liat, tahan korosi,asam,
dan bobot sangat berat. Timbel digunakan sebagai bahan pembuat kabel,
baterai, bubungan atap, dan bahan pengisi.
Timah (Sn).
Warna kuning keperak – perakkan, sifatnya dapat ditempa, liat, dan bahan
korosi. Timah digunakan sebagai pelapis lembaran baja lunak ( pelat timah)
dan industri pengawetan.
b. Bahan Nonlogam.
Bahan nonlogam adalah suatu bahan teknik yang tidak termasuk kedalam
kelompok logam yang didapat dari bahan galian, tumbuhan atau hasil proses
pengolahan minyak bumi. Bahan – bahan nonlogam antaralain asbes, karet,
dan plastik.
1) Asbes
Asbes adalah suatu jenis mineral terdiri dari asam kaerbik dan magnesium
yang berbentuki serat. Untuk beberapa mineral sangat berbeda dalam
komposisi kekuatan, fleksibilitas, dan kualitas dari serat – seratnya.
2) Karet
Karet diperoleh dari getah pohon Heave Brasiliensi yang tumbuh didaerah
tropis. Pohon – pohon itu disayat kulitnya untuk mendapatkan getah putih
yang disebut dengan lateks. Lateks yang diperoleh terdiri dari bola karet dan
air.
3) Plastik.
Kita dapat membagi plastik dalam dua golongan yaitu golongan
“termoplast” dan golongan “termohard”. Sifat kedua golongan plastik
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
Termoplast, dibentuk dengan molekul – molekul panjang, jadi termoplast
adalah bahan yang dapat digunakan menjadi plastik oleh pemanasan dan
dalam keadaan ini bahan tersebut dapat dibentuk.
31
Termohard, terbentuk dari molekul – molekul bentuk jaringan besar, jadi
termohard adalah bahan yang dengan pemanasan tidak menjadi lembek
dan tidak dapat cair (Hariamanto dan. Daryanto, 1999).
b. Kekakuan (Stiffness)
Kemampuan suatu material untuk menerima tegangan atau beban tanpa
mengakibatkan terjadinya deformasi atau difleksi. Kemampuan material pada
tekukan.
c. Penjalaran.
Yang dimaksud dengan penjalaran adalah pertambahan panjang yang terus –
menerus pada beban yang konstan. Bila suatu bahan mengalami pembebanan
32
terik tertentu dan tetap maka pertambahan panjangnya mungkin tidak berhenti
sampai ia patah atau mungkin tergantung pada besarnjya beban tarik tersebut.
f. Ketangguhan (Toughness)
Merupakan kemampuan material untuk menyerap sejumlah energi tanpa
mengakibatkan terjadinya kerusakan.
g. Kelelahan (Fatigue)
Merupakan kecenderungan dari logam untuk menjadi patah bila menerima
beban bolak – balik yang besarnya masih jauh dibawah batas kekakuan
elastiknya.
h. Sifat rendaman logam.
Apabila suatu logam ditarik atau ditekan sehingga terjadi deformasi elastis.
Kemudian beban tersebut dihilangkan maka energi yang dibutuhkan untuk
mengubah bentuk asal selalu lebih rendah daripada energi untuk deformasi
elastis, karena penekanan atau tarikkan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya
tahanan dalam. Tahanan dalam adalah kemampuan logam untuk merendam
beban atau getaran tiba – tiba.
33
i. Sifat Plastis.
Sifat plastis adalah kemampuan suatu logam atau bahan dalam keadaan padat
untuk dapat diubah bentuk tanpa pecah. Sifat itu penting untuk pertimbangan
dalam pengolahan bentuk suatu logam. Kebanyakan logam pada suhu tinggi
mempunyai sifat plastis yang baik dan cenderung bertambah dengan
kenaikkan suhu. Logam yang tidak plastis pada suhu tinggi disebut getas
panas, yaitu mudah retak karena deformasi disebabkan adanya suatu beban
pada suhu tersebut.
34
2.10 Besi dan Baja
Baja dan besi adalah terletak pada kadar karbonnya. Besi disini berarti
ferrous tanpa kadar C. Proses pembuatan baja dimulai dari pemisahan bijih
besi serta penyucian dari kotoran – kotoran. (suharto, 1992 )
Besi atau baja yang dihasilkan dari dapur – dapur baja disebut besi atau
baja karbon, yaitu campuran antara besi dan zat arang (karbon). Sedangkan
unsur lainnya seperti fosfor, belerang dan sebagainya juga da didalamnya,
namun presentase sangat kecil sehingga dianggap tidal mempengaruhi nya.
Apabila unsur lainnya itu sengaja dimasukkan kedalamnya, dikatakan
sebagai baja paduan. Unsur paduan itu diberikan dengan maksud
memperbaiki atau memberi sifat baja yang sesuai dengan sifat sifat yang
dikehendaki pada baja. Berdasarkan banyaknya zat arang yang dikandung
besi atau baja,dapat dibedakan menjadi dua bagian.
a. Mengandung karbon antara 0,01 % - 1,7 % disebut besi atau baja
tempa.
b. Mengandung karbon antara 2,3 % - 3, 5 % disebut besi atau baja tuang.
Baja ini sangat tidak baik untuk ditempa. Besi atau baja yang kadar
karbonnya anatara 1,8 % - 2,2 % memang tidak dibuat karena sifatnya
kurang baik.
35
b. Baja karbon Sedang.
Baja ini mengandung karbon antara 0,30 % - 0,60 %. Didalam
perdagangan biasa digunakan sebagai alat perkakas, baut, poros engkol,
roda gigi , pegas, dan lain – lain.
36
strenght dari baja. Adanya unsur Ni, Cr, Mn, dan Ti maka bisa
memperlambat kecepatan pendingin kritis, sehingga bisa diperoleh struktur
butiran – butiran yang halus. Adanya unsur Cr, Ni sebagai campuran yang
mendominasi, dan kadang disuplai unsur Al, Si, dan Cu ada pada roda
gigi, worm, coupling, poros – poros, anti friction bearing. Didalam dunia
permesinan dipakai paduan C = ( 0,15 + 0,5 ) % dan Cr = ( 0,7 + 1 )
%tambahn 0,1 + 0,2 % Vanadium. Vanadium pada baja karbon bisa
menghasilkan produk yang tahan panas. Apabila baja krom ditambah 0,2 +
0,5 % Molybdenum, maka bisa dikurangi kerapuhan panas ( tahan panas
). Biasanya jenis baja ini dipakai untuk beban – beban berat misalnya roda
gigi, poros, pinion, pen dan lain – lain. Untuk yang diperlukan sifat elastis
tinggi atau disebut baja silikon biasanya (0,5 + 0,6 ) %. Bahan ini dipakai
untuk pegas – pegas sedang untuk baja tahan karat dippaduan Cr (14 + 18 )
%. Untuk baja yang tahan asam keras pada temperatur tinggi misalnya
pada ketel uap dipakai jenis Scale.
Resistancae steel yaitu paduan :
Cr : 11,5 – 14 %
Al : 1 – 1,8 %
Si : 1,2 – 2 %
Untuk bahan – bahan turbine blade, velve petroleum dipakai paduan Cr
dan Ni yang tinggi atau disebut heat ressistance steel. Dan untuk bahan
yang harus tahan beban impact serta gesek/panas dipakai paduan Mn.
2.10.3 Besi Tuang.
Secara teoroitis besi adalah Fe, namun secara praktis sebenarnay baja/besi
tuang: sebab nyatanya untuk mendapatkan Fe dengan 0 %C. Besi tuang
kelabu terjadi karena banyak terdapat grafit pada kristalnya. Ia tahan
gesek, karena mengandung palung – palung grafit. Palung – palung ini
biasanya menyimpan pelumas. Oleh karena itu ia tahan gesek serta
mampu meredam getaran. Besi tuang kelabu mampu dikerjakan mesin
dengan baik. Sebenarnya unsur penolong terjadinya besi tuang kelabu
karena slow cooting rate, sebaiknya besi tuang putih karena high cooling
37
rate sehingga mendorong timbulnya sementit yaitu tersebarnya butiran –
butiran yang besar – besar dan keras namun rapuh. Memang ditinjau dari
kekuatan besi tuang kelabu dibedakan :
1. Bertegangan rendah.
2. Medium
3. Tinggi
4. Mampu tempa/mampu mesin.
Sedangkan kecenderungan terjadinya slow cooting rate dipengaruhi oleh
semakin tebalnya cetakkan, serta unsur C, Al, Ni, dan Si. Sementara Cr,
Mn, Mo, V, W mendorong terjadinya high cooling rate. Silisium
mempunyai sifat memisahkan besi dari zat arang, oleh sebab itu besi tuang
yang banyak mengandung silsium disebut besi tuang kelabu. Sedangkan
Mangan mempunyai sifat mencegah perpisahaan besi dari zat kelabu
(suharto, 1992)
38
2) Posfor (P) : Unsur posfor membentuk larutan besi fosfida. Baja yang
mengandung unsur fosfor sekitar 0,05 % mempunyai titik cair yang
rendah tetap menghasilkan sifat yang keras dan rapuh.
3) Belerang (S) : Unsur belerang membahayakan sulfida yang
mempunyai titik cair rendah dan rapuh. Kandungan belerang harung
rendah – rendahnya 0,05 % . (Indiyanto Rus, 2008)
4) Silikon (Si) : Pada konsentrasi tinggi membuat baja tahan kondisi
asam, pada konsentrasi rendah memperbaiki sifat megnetik dan sifat
listrik baja.
5) Silisium (Sr) : Terkandung dalam jumlah kecil didalam semua bahan
besi dan dibubuhkan dalam jumlah yang lebih besar pada jenis – jenis
istimewa.
Meningkatkan : kekuatan, kekerasan, kesudian diperkeras secara
keseluruhan, keknyalan, ketahanan aus, ketahanan terhadap panas dan
karat, ketahanan terhadap keras.
6) Mangan (Mn) : seperti Si terkandung didalam semua bahan besi dan
dibubuhkan dalam jumlah besar pada jenis – jenis istimewah (
contohnya baja keras mangan dengan 13 % Mn ).
Meningkatkan : kekuatan, kekerasan, kesudihan temper menyeluruh,
ketahanan aus, penguatan pada pembentukan dinmgin.
Menurunkan : kesudian serpih.
7) Khrom (Cr) : merupakan unsur yang terpenting untuk baja kontruksi
dan perkakas, baja tahan karat dan asam.
Meningkatkan : kekerasan, kekuatan, batas rentang ketahanan aus,
kesudian diperkakas, kesudian temper menyeluruh, ketahanan panas,
kerak, karat, dan asam, kemudahan pemolesan.
8) Nikel (Ni) : jika baja dan nikel dipadu, maka paduan ini dapat dilas,
disolder, dan diberi penggarapan mengelupas serpih dengan baik serta
dapat dibentuk dalam keadaan dingin dan panas, dapat dipoles, dpaat
dimagnetisasikan.
39
Meningkatkan : keuletan, kekuatan, pengerasan menyeluruh,
ketahanan karat, tanan listrik.
Menurunkan : kepekaan terhadap sengatan panas yang melewati batas
pada perlakuan panas.
9) Wolfram (W) : merupakan unsur paduan terpenting bagi baja olah
cepat dan logam keras. Berkat titik leburnya yang tinggi, maka
digunakan untuk kawat pijar dan logam keras.
Menurunkan : Regangan (sedikit).
10) Kobalt (Co) : Digunakan sebagai bubuhan terhadap baja olah cepat
dan baja terkeras. Magnet permanen mengandung pula kobalt.
Meningkatkan : kekerasan, ketahanan aus, ketahanan karat dan panas,
daya hantar listrik dan kejenuhan magnetis.
11) Titanium (Ti) : memiliki kekuatan yang sama seperti baja,
mempertahankan sifatnya hingga 4.000 C, oleh karena itu merupakan
paduan kawat las. Karbid titanium memiliki kekerasan yang tinggi dan
titik lebur yang tinggi merupakan unsur logam keras.
12) Tantalum (Ta) : sangat tahan karat ( hanya diserang asam fluor zat air
). Baja khrom anti karat menjadi dapat dilas baik dengan Ta. Titik
lebur 3150 oC. Unsur campuran logam keras. Berat jenis = 16,6
daN/mm3 (Schonment dan Gruber, 2003).
Jepang merupakan salah satu negara maju yang juga memiliki standar
nasional sendiri untuk produk yang dihasilkan di negaranya. Badan yang
mengatur tentang standardisasi di Jepang adalah Japanese Industrial
Standards Committe (JISC). JISC terdiri dari banyak komite nasional dan
memiliki peran utama dalam kegiatan standardisasi di Jepang. Tugas JISC
adalah membentukan dan menetapkan Japanese Industrial Standard (JIS),
administrasi akreditasi dan sertifikasi, partisipasi dan kontribusi dalam
kegiatan standardisasi internasional, dan pengembangan standar pengukuran
dan infrastrukstur teknis untuk standardisasi. Standardisasi industri
40
merupakan standardisai di sektor industri dan di Jepang Japanese Industrial
Standar ditetapkan sebagai standar industri nasional. Hal ini dilakukan agar
Jepang dapat memastikan kenyamanan dalam kegiatan ekonomi dan sosial
(mengamankan kompatibilitas), meningkatkan efisiensi produksi, jaminan
keuntungan konsumen dan penyederhanaan transaksi, mempromosikan
kemajuan teknologi (dukungan untuk menciptakan pengetahuan baru dan
pengembangan/penyebaran teknologi baru), menjada keselamatan dan
kesehatan dan pelestarian lingkungan (Japanese Industrial Standards
Committe, 2005). Salah satu standar nasional di Jepang yang mengatur
tentang kebijakan dalam kegiatan pengolahan produk panel yaitu papan
serat adalah JIS A 5905:2003 yang telah direvisi dari JIS 5905 : 1994.
Jumlah suatu Standar Industri Jepang (JIS) terdiri dari sebuah simbol huruf
Inggris dan empat (4) atau lima (5) digit angka. Angka tersebut mungkin
memiliki nomor bagian setelah 4-5 angka dan sebuah tanda hubung "-"
Simbol huruf menunjukkan 19 bidang teknis seperti A untuk "Teknik Sipil
dan Arsitektur", X untuk "Pengolahan Informasi." Dari angka tersebut, dua
digit pertama menunjukkan sebuah divisi yang ditentukan sub-teknis daerah
dan dua terakhir diberikan secara bebas. H 7501, misalnya, berarti area
teknis "Bahan non-besi dan Metal" dan sebuah divisi dari "bahan
fungsional". JIS juga dikategorikan ke dalam tiga domain yaitu produk,
metode dan dasar. Ada sekitar 4000, 1600 dan 2800 masing-masing standar
(Nasution, 2014).
2.13 Material
2.13.1 Spesifikasi Boiler Takuma N 900 R
Merk : TAKUMA
Model :N-900 R
Max working pressure : 24 kg/cm2
Max steam evaroration : 30.000 kg/h
Steam temperature : 260o C.
Serial nomor/sisi operasi : 1149/kanan.
Years built : 2002.
41
2.13.2 Standart Pipa Superheater JIS G4361
Material pipa superheater Takuma N 900 R menggunakan standart Japan
Industrial Standard (JIS) G3461 STB 340 Grade STB35. dengan komposisi
kimia sebagai berikut :
42
BAB 3
METODE PENELITIAN
43
Jangka Sorong adalah alat mengukur sampel pipa dengan pengukuran
diameter, ketebalan, panjang didalam pengukuran yang detail akan
selalu ditunjukkan oleh jangka sorong melalui garis skala.
Gerinda adalah untuk mengaluskan suatu benda serta memotong suatu
benda.
Kamera adalah alat yang digunakan untuk mendokumentasikan semua
kegiatan yang dilakukan selama proses penyelesaian tugas akhir.
44
3.4.5 Proses Pengikisan Sampel.
Proses ini dilakukan dengan meratakan sampel, sampai permukaan sampel
merata dengan menggunakan Gerinda bertujuan menghilangkan karat pada
pipa serta agar pipa dapat terdeteksi oleh alat spectro max.
45
3.6 Diagram Alir Penelitian.
Mulai
Penulisan Proposal
dan studi literatur
Pembuatan Spesimen
- Pengukuran sampel
- Penentuan Titik sampel
- Pemotongan Sampel
Ya Ya
Hasil
Kesimpulan
Selesai
46
3.7 Jadwal Penelitian
1. Penyusunan
Proposal
Mencari tempat
Pengambilan
sampel
Pengambilan
sampel
Mencari tempat
penelitian
2. Seminar Proposal
3. Penelitian
4. Penyusunan
Laporan
47
BAB 4
48
Hasil pengambilan sampel :
49
4.3 Penentuan Titik Sampel.
Baik
Pecah
50
Dalam proses ini spesimen dipotong kemudian masing – masing titik
sampel dilakukan pemerataan permukaan hingga benar – benar rata tujuan
nya agar sisa kerak menghilang dan spesimen uji dapat terbaca oleh alat
pengujian.
Gambar 4.7 Sampel keadaan baik (A1) Gambar 4.8 Sampel Pecah (A3)
51
Tabel 4.1. Hasil pengujian pipa superheater.
52
a. Hasil pengujian pada Titik sampel keadaan Baik ( sampel A1)
0.7
Jumlah usur kimia Sampel A1 (%)
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
Karbon Silikon ( Mangan Fasfor ( Beleran
(C) Si ) (Mn ) P) g(S)
Komposisi Kimia (%)
1 Standart 0.18 0.35 0.6 0.035 0.035
2 Sampel titik A1 0.028 0.212 0.55 0.016 0.01
3 Selisih 0.152 0.138 0.05 0.019 0.025
53
mengalami kehilangan dengan selisih 0,025 % dari persentase unsur
standart 0,035 %. Dilihat dari perbedaan unsur – unsur pada pengujian
sampel A1 mengalami penrunan dari standart.
0.7
Jumlah unsur kimia sampel A3 (%)
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
Karbon ( Silikon ( Mangan Fasfor ( Beleran
C) Si ) (Mn ) P) g(S)
Komposisi Kimia (%)
1 Standart 0.18 0.35 0.6 0.035 0.035
2 Sampel titik A3 0.028 0.208 0.55 0.019 0.012
3 Selisih 0.152 0.142 0.05 0.016 0.023
54
Pada unsur Mangan (Mn) pada sampel A3 sebesar 0,55 % mengalami
kehilangan dengan selisih sebesar 0,05 % dari persentase unsur pada
standart 0,60 %. Pada unsur Fasfor (P) pada sampel A3 sebesar 0,019 % dan
mengalami kehilangan dengan selisih 0,16 % dari persentase unsur pada
standart 0,035 %. Pada unsur Belerang (S) pada sampel A3 sebesar 0,012
% mengalami kehilangan dengan selisih 0,023 % dari persentase unsur
standart 0,035 %. Dilihat dari perbedaan unsur-unsur pada pengujian sampel
A3 mengalami penurunan dari standart.
0.7
Jumlah unsur kimia sampel A1 dan A3 (%)
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
Karbon ( Silikon ( Mangan Fasfor ( Belerang
C) Si ) (Mn ) P) (S)
Komposisi Kimia (%)
1 Standart 0.18 0.35 0.6 0.035 0.035
2 Pipa sampel Baik (A1) 0.028 0.212 0.55 0.016 0.01
3 Pipa sampel Pecah(A3) 0.028 0.208 0.55 0.019 0.012
4 Selisih rata - rata 0.15 0.14 0.06 0.017 0.024
55
Hasil grafik diatas menunjukkan nilai komposisi kimia Karbon, Silikon,
Mangan, Fasfor, Belerang antara sampel A1 dan A3 mengalami penurunan
dari persyaratan standart JIS3461 Grade STB35 STB 340 dan dilihat dari
perbedaan presentase unsur antara sampel A1 dan A3 perbedaan nilai unsur
tidak terlalu signifikan. Dengan rata – rata selisih Karbon (C) 0,15 %,
Silikon (Si) 0,14 %, Mangan (Mn) 0,06 %, Fasfor (P) 0,017 %, Belerang (S)
0,024 %. serta nilai persentase unsur kimia pada paduan lain ( Cr, Ni, Mo,
Al, Cu, Co, Ti, Nb, V, W, Pb, B, Sb, Sn, Zn, As, Bi, Ta, Ca, Ce, Zr, La, Fe,
N, Se ) dengan kadar persentase unsur perbedaan yang tidak terlalu
signifikan antara sampel A1 dan A3 data tersebut dapat dilihat dari
lampiran. Dan dilihat dari perbedaan antara standart JIS G3461 Grade
STB35 dengan sampel A1 dan A3 nilai unsur tidak ada yang menunjukkan
persentase unsur yang menghilang total.
56
mencapai batas lelah masing – masing unsur, yang dibandingkan dengan
o o
standart suhu pada pipa superheater 260 C – 350 C sehingga
mempengaruhi sifat – sifat material, dimana jika suatu material pada
temperatur tinggi maka pipa tersebut akan berubah bentuk karena akan
mengarah pada sifat kuat (Strength), dan apabila pipa tersebut pada suhu
rendah akan mengarah pada sifat kekakuan (Stiffness), ketahanan korosi,
mudah rapuh dan mudah berkarat, yang akan menyebabkan pipa tersebut
pecah.
57
5. Mutu pengolahan air tidak dijaga, hal ini akan berdampak terjadinya
kerak – kerak pada pipa yang akan menyebabkan terhambatnya dan tidak
meratanya pemanasan pada pipa – pipa hal tersebut dapat terjadi
overheating.
6. Penggunaan bahan bakar yang tidak seimbang,misalnya terlalu banyak
menggunakan cangkang yang dampaknya kan terjjadi pemanasan yang
berlebih karena nilai kalor cangkang tinggi.
7. Kesalahan pada Sumber daya manusia yaitu kurangnya kepedulian,
pengawasan, tidak mengikuti SOP yang berlaku dan tidak memahami
perkejaan sehingga akan berdampak terjadinya kesalahan pada saat
berkerja yang menyebabkan kegagalan yang fatal. Seringnya terjadi
penghambatan pada pihak manajemen apabila terjadi kerusakan yang
harusnya dilakukan pergantian, namun hanya dilakukan penambalan dan
pengelasan.
58
terlalu tebal maka akan menganggu proses penyaluran panas dari
dinding pemanas menuju air, memasukkan atau menggunakan bahan
bakar kualitas baik dengan menggunakan bahan bakar yang baik maka
akan mengurangi tumpukan jelaga pada sekitar ruang bakar.
Pemeriksaan bagian – bagian luar boiler seperti penyetellan bagian
yang kendur.
Perbaikan bagian – bagian yang cacat.
Melakukan pencatatan pada suku cadang yang perlu diganti untuk
perawatan berikutnya.
Melakukan pembersihan pipa – pipa serta cerobong asap, pembersihan
rangka abu pada ruang bakar, dan kerak – kerak pada pipa.
Melakuakan pergantian apabila terjadi kerusakan pada suatu alat.
Melakukan pengecatan bagian badan boiler .
Lakukan pemeriksaan khusus sesuai dengan anjuran dari pabrik
pembuatan boiler.
2. Periodic Maintenance
Periodic Maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan secara
periodik atau dalam jangka waktu tertentu, misalnya setiap seminggu
sekali, sebulan sekali dan akhir setiap setahun sekali. Kegiatan tersebut
meliputi :
Melakukan pembongkaran seluruh komponen untuk melakukan
kegiatan pembersihan dan pengecekkan.
Melakukan pergantian seluruh bagian – bagian pipa.
59
c. Predictive Maintenance
Perawatan yang dilakukan secara prediktif pada boiler biasanya
dilakukan dengan bantuan panca indra atau pengelihatan, pendengaran
didasarkan kondisi aktual pada mesin itu sendiri.
d. Breakdown Maintenance
Perawatan yang dilakukan secara breakdown maintenance pada boiler
adalah kegiatan – kegiatan perawatan yang dilakukan setelah terjadinya
kerusakan atau kelainan pada fasilitas mesin sehingga tidak berfungsi
dengan baik, maka diperlukan peralatan, suku cadang, dan tenaga kerja
untuk melakuka pembongkaran
Perawatan ini dilakukan agar boiler dapat beroperasi dengan baik dan
mendeteksi kerusakan lebih awal sebelum terjadinya kerusakan lebih parah,
untuk memperpanjang usia komponen – komponen mesin, serta agar tidak
terjadinya kerusakan yang sama pada masa yang akan datang dan sesuai
umur penggunaanya sehingga meminimalisir terjadinya kerugian yang
terlalu tinggi serta untuk menjamin keselamatan kerja dari pada hal – hal
yang tidak diinginkan.
60
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
1. Uji komposisi kimia dilakukan dengan menggunakan alat spectro max
dengan melakukan proses titik sampel A1 keadaan baik dan sampel A3
pecah. Proses pengujian dilakukan sebanyak 4 kali pengulangan untuk
masing – masing sampel dengan tujuan mendapatkan nilai komposisi kimia
lebih akurat yang kemudian dibandingkan dengan standart JIS G3461 grade
STB35 STB 340. Berdasarkan hasil pengujian komposisi kimia pada masing
– masing sampel dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Standart JIS G3461 Grade 35 komposisi kimia Carbon (C) Max 0,18 %,
Silikon Max 0,35 %, Mangan (Mn) 0,30 -0,60 %, Posfor (P) Max 0,035 %,
Sulfur (S) 0,035 %.
b. Hasil pengujian Sampel A1 komposisi kimia Carbon (C) 0,028 %, Silikon
(Si) 0,212 %, Mangan 0,55 %, Posfor (P) 0,016 %, Sulfur (S) 0,01 %.
c. Hasil pengujian sampel A3 komposisi kimia Carbon (C) 0,028 %, Silikon
(Si) 0,208 %, Mangan (Mn) 0,55 %, Posfor (P) 0,019 %, Sulfur (S) 0,012
%.
d. Dari hasil pengujian sampel A1 dan A3 dibandingkan dengan standart
dengan selisih rata – rata komposisi kimia Carbon (C) 0,15 %, Silikon (Si)
0,14 %, Mangan (Mn) 0,06 %, Posfor (P) 0,017 %, Sulfur (S) 0,024 %.
61
Mo, Al, Cu, Co, Ti, Nb, V, W, Pb, B, Sb, Sn, Zn, As, Bi, Ta, Ca, Ce, Zr, La,
Fe, N, Se). Serta berdasarkan hasil pengujian sampel A1 dan A3 termasuk
baja karbon yang rendah dengan presentasi standart 0,18 %, < 0,30 % dimana
persentase unsur karbon tersebut termasuk golongan baja karbon rendah
sehingga tidak tahan pada temperatur diatas 350oC secara terus menerus
sehingga menyebabkan pipa tersebut mengalami pecah karena adanya proses
perlakuan panas yang berlebih secara terus – menerus, sehingga perlunya
dilakukan perawatan secara berkala dan periodik agar tidak terjadi kerusakan
yang sama pada masa yang akan datang.
5.2 SARAN
Diharapkan pada Pabrik kelapa sawit dilakukan sistem perawatan dengan
baik dengan melakukan perbaikan pada boiler, pengawasan secara berkala
dan sistem pengoperasian sesuai dengan standart operasi yang berlaku agar
tidak terjadi kerusakan yang sama dan kinerja pabrik lebih efesien serta aman.
62
DAFTAR PUSTAKA
Hariamanto dan Daryanto. 1999. Ilmu Bahan : PT. Bumi Aksara, jakarta.
Nasution, Ulfa, H.2014. Studi komparasi sni 01-4449-2006 dengan jis a 5905 :
2003 papan serat. Universitas Sumatera Utara Medan.
63
Prawaningrum H, Umanghanies. D.A., Laksamana. S. P, Rakay. A., Andriani.
N.A, Siregar. R., Granita. A. T., Sipangkar. J. F. F., Sajuri. A. N.2009.
Makalah Pengetahuan bahan teknik.Fakultas Teknologi Institut
Teknologi Bogor. (IPB)
Schhonmetz, Alois dan karl gruber. 2003. Pengetahuan bahan dalam pengerjaan
logam: Angkasa, Bandung.
64
LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel Hasil pengujian komposisi kimia pada Titik sampel pipa
keadaan baik (A1).
65
Lampiran 2. Tabel hasil pengujian komposisi kimia pada sampel Pecah (A3).
66
Lampiran 4 Gambar pengambilan sampel
(a)
(b)
Keterangan : (a) Titik pengambilan sampel pada denah boiler, (b) pipa
Superheater.
67
Lampiran 5. Pengukuran, Penentuan titik sampel, Pemotongan dan pengikisan.
(a) (b)
(c) (d)
(a)
Keterangan : (a) Pengukuran sampel, (b) Penentuan titik sampel, (c) Pemotongan
sampel, (d) Pengikisan sampel.
68
Lampiran 6. Pengujian sampel
69
Lampiran 7. Alat Penelitian.
70
Lampiran 8. Laporan uji komposisi kimia.
71
72
73
JIS G3461 STB340 STEEL PIPE
JIS G3461 is the standard of carbon steel tubes for general structural purposes.
JIS G3461 STB340 steel tube minimum tensile strength of 340MPa, yield
strength of 175MPa. The minimum elongation of JIS G3461 STB340 seamless
steel pipeline is 35%. STB340 steel tubing has excellent welding performance
and toughness.
ABS,BV,DNV,GL,KR,CCS,LR,NK,RS,RINA,SGS
Symbol of class C Si Mn P S
STB 340 0.18 max 0.35 max 0.30 to 0.60 0.035 max 0.035 max
74
STB340 tube steel Mechanical Properties
Elonga
tion %
Outside Outer diameter 10
diameter mm or over to and
under 10 excl. 20 mm Outer
Tensil Yield diameter
mm
Symb e point or
ol of strengt proof 20mm or
class h stress No. 11
N/mm N/mm2 test piece
No. 11 No. 12
2 No. 11 test
test piece test piece
piece
STB
340 30
175 min 27 min 35 min
min min
340
75
Lampiran Sketsa/Peta Posisi Pipa Superheater
76