Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa dan dengan karunia dan hidayahnya sehingga kami
masih diberikan kesadaran dan kemauan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah fisika dasar
dengan judul “Statika Titik dan Benda” sesuai dengan waktu yang telah di tentukan. Laporan ini kami
susun berdasarkan berbagai referensi yang kami ambil serta ilmu yang kami peroleh selama pembelajaran
yang kami ikuti. Makalah fisika dasar yang telah kami susun ini di buat dalam rangka memenuhi tugas
dari dosen pembimbing dan merupakan tanggung jawab kami sebagai mahasiswa untuk menyelesaikan
materi presentasi.
Dengan selesainya penyusunan makalah ini kami mengucapan terima kasih kepada dosen
pembimbing maupun kepada kawan kawan kelompok dua yang senantiasa bekerja sama dalam membantu
penyusunan makalah ini. Semoga dengan selesainya makalah ini, kami dapat mempresentasikan hasil
kerja kami dengan maksimal.
Kami sangat menyadari keterbatasan dan kelemahan juga masih banyaknya kekurangan dalam
penyusunan makalah ini, maka dari itu kami mohon maaf jika adanya kekeliruan dalam penyampaian
materi ini. Kami juga sangat mengharapkan kritik dan saran dari dosenpembimbing maupun dari kawan
kawan sekalian, agar kami dapat menyusun makalah yeng lebih baik lagi kedepannya.

Lhokseumawe, 24 Oktober 2017

penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ................................................................................................ 3
1.2 Tujuan ................................................................................................................ 3
1.3 Manfaat .............................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pusat Massa dan Titik Benda ............................................................................. 4
2.2 Konsep Dinamika Rotasi Benda Tegar ............................................................. 7
2.3 Kesetimbangan Benda Tegar .............................................................................. 12
BAB III KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 19
3.2 Saran .................................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 20

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu
yaitu, Kinematika (Ilmu gerak) ; Ilmu yang mempelajari gerak tanpa mengindahkan penyebabnya,
Dinamika (Ilmu gaya) ; Ilmu yang mempelajari gerak dan gaya-gaya penyebabnya, Statika (Ilmu
keseimbangan) ; Ilmu yang mempelajari tentang keseimbangan benda.

Untuk cabang kinematika dan dinamika sudah dipelajari di bab sebelumnya. Pada bab ini kita akan
membahas mengenai Statika dan benda-benda yang ditinjau pada bab ini dianggap sebagai benda tegar.

1.2 Tujuan

Tujuan penulis menyusun makalah ini yaitu :

1.Mengetahui apa itu statika titik dan benda serta benda tegar

2.Mengetahui syarat-syarat keseimbangan benda tegar

3.Menerapkan konsep keseimbangan benda tegar dalam persoalan fisika

1.3 Manfaat

Manfaat dari penuliisan makalah ini yaitu:

1.Mampu menghitung statika titik dan benda

2.Mampu membedakan syarat syarat keseimbangan benda dengan benar

3.Mampu menyelesaikan soal soal tentang statika

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pusat Massa Dan Titik Berat


Statika adalah ilmu kesetimbangan yang menyelidiki syarat-syarat gaya yang bekerja pada sebuah
benda/titik materi agar benda/titik materi tersebut setimbang.

a) Pusat Massa Dan Titik Berat


Pusat massa dan titik berat suatu benda memiliki pengertian yang sama, yaitu suatu titik tempat
berpusatnya massa/berat dari benda tersebut. Perbedaannya adalah letak pusat massa suatu benda tidak
dipengaruhi oleh medan gravitasi, sehingga letaknya tidak selalu berhimpit dengan letak titik beratnya.

1. Pusat massa
Koordinat pusat massa dari benda-benda diskrit, dengan massa masing-masing M1, M2,....... , Mi ;
yang terletak pada koordinat (x1,y1), (x2,y2),........, (xi,y i) adalah:

X = ( Mi . Xi)/(Mi) Y = ( Mi . Yi)/(Mi)

2. Titik berat (x,y)


Koordinat titik berat suatu sistem benda dengan berat masing-masing W1, W2, ........., Wi ; yang
terletak pada koordinat (x1,y1), (x2,y2), ............, (xi,yi) adalah:

X = ( Wi . Xi)/(Wi) Y = ( Wi . Yi)/(Wi)

b) Letak/Posisi Titik Berat

1. Terletak pada perpotongan diagonal ruang untuk benda homogen berbentuk teratur.
2. Terletak pada perpotongan kedua garis vertikal untuk benda sembarang.
3. Bisa terletak di dalam atau diluar bendanya tergantung pada homogenitas dan bentuknya.

TITIK BERAT BEBERAPA BENDA

Letak Titik Berat


Gambar Nama Keterangan

4
Garis lurus yo = 1/2 AB z = di tengah-tengah
AB

AB = tali busur
Busur lingkaran yo = AB/AB . R AB = busur AB
R = jari-jari
lingkaran

Busur setengah yo = 2.R/p R = jari-jari


lingkaran
lingkaran

AB = tali busur
Juring lingkaran yo = AB/AB.2/3.R AB = busur AB
R = jari-jari
lingkaran

Setengah lingkaran yo = 4.R/3 π


R = jari-jari
lingkaran

Selimut setengah bola yo = 1/2 R


R = jari-jari
lingkaran

Selimut limas yo = 1/3 t


t = tinggi limas

Selimut kerucut yo = 1/3 t t = tinggi kerucut

5
Setengah bola yo = 3/8 R R = jari-jari bola

Limas yo = 1/4 t t = tinggi limas

Kerucut yo = 1/4 t t = tinggi kerucut

Dalam menyelesaikan persoalan titik berat benda, terlebih dahulu bendanya dibagi-bagi sesuai dengan
bentuk benda khusus yang sudah diketahui letak titik beratnya, kemudian baru diselesaikan dengan
rumusan yang ada.

Contoh:
Dua silinder homogen disusun seporos dengan panjang dan massanya masing-masing: l1 = 5 cm ; m1
= 6 kg ; l2 = 10 cm ; m2 = 4 kg.
Tentukan letak titik berat sistem silinder tersebut !

Jawab:

Kita ambil ujung kiri sebagai acuan, maka:


x1 = 0.5 . l1 = 2.5 cm
x2 = l2 = 10 cm
X = ( mi . xi)/(mi)
X = (m1.x1) + (m2.x2)/(m1 + m2)

X = (6 . 2.5 + 4 . 10)/(6 + 4)
X = (15 + 40)/(10) = 5.5 cm
Jadi titik beratnya terletak 5.5 cm di kanan ujung m1

6
B. Konsep Dinamika Rotasi Benda Tegar

Benda tegar adalah benda yang tidak mengalami perubahan bentuk bila gaya dikerjakan pada benda
tersebut.

1) Gaya dan Momen Gaya (torsi)

a. Gerak Translasi
Mengapa benda dapat bergeser ? perhatikan gambar berikut.

Apabila benda yang berada diatas bidang datar di beri dorongan yang cukup kuat, maka benda itu akan
bergeser. Benda yang bergeser berarti melakukan gerak lurus. Apabila benda tersebut bermasa m, karena
diberi gaya dorongan sebesar F, maka akan bergerak dengan percepatan a seperti pada gambar di atas.
Pada benda yang bergeser (bergerak lurus) berlaku hukum II Newton yang ditulis dengan persamaan :

∑ 𝐹 = 𝑚𝑎
Keterangan :
F = gaya (N)
m = massa (Kg)
a = percepatan(m/s2)

b. Gerak rotasi

Bagaimana dengan gerak rotasi ? mengapa benda dapat berotasi? Pernahkah kamu melihat gasing?
Bagaimana cara memutar gasing ? Untuk memutar gasing tidaklah cukup hanya dengan memberi gaya F
saja, tetapi membutuhkan kondisi lain untuk berotasi. Besaran yang menunjukkan kemampuan sebuah
gaya yang menimbulkan rotasi disebut momen gaya atau dikenal dengan torsi (τ) yang dirumuskan:

τ = r x F atau τ = r F sin θ

Perhatikan gambar momen gaya berikut :


A F θ
d

F F sin θ

7
Dari gambar diketahui bahwa r sin θ = d, sehingga besar momen gaya dapat dinyatakan dengan
:
τ = Fd
Keterangan :
τ : momen gaya (Nm)
F : gaya yang bekerja (N)
r : jarak titik tangkap gaya ke sumbu rotasi (m)
θ : sudut yang dibentuk oleh gaya F dengan vector r
d : lengan momen (m).

Jika terdapat dua atau lebih gaya yang bekerja pada suatu benda, maka momen gaya total yang bekerja
din yatakan dengan :
τtotal: τ1+ τ2+…..
Momen gaya bertanda positif atau negative tergantung pada perjanjian tanda yang digunakan jika
benda diputar dari F ke d.

Untuk aturan ini menggunakan perjanjian sebagai berikut :

 Momen gaya (τ > 0) bertanda positif jika benda cendrung berputar searah dengan putaran jarun jam.
 Momen gaya (τ < 0) bertanda negative jika benda cendrung berputar berlawanan jarum jam.

Contoh :

Hitung besar momen gaya dititik A pada gambar berikut :

Jawab : A
Benda berputar searah jarum 300
Jam sehingga besar momen gaya
bertanda positif. 10 m
1
τ = d F sin 30 = 10 m x 10 N x 2 = 50 Nm B

F=10N

2) Momen Inersia

Ukuran kelembaman suatu benda (kecendrungan suatu benda untuk mempertahankan


keadaannya) dalam gerak translasi dinyatakan oleh massa benda yang disebut Inersia. Untuk
gerak rotasi, ukuran untuk menyatakan besarnya kecendrungan tersebut dinamakan Momen
Inersia.

8
Momen inersia/suatu benda titik (partikel) terhadap suatu poros didevenisikan sebagai
perkalian massa partikel m dengan kuadrat jarak partikel r dari sumbu putarnya atau di tulis :
I= mr2

Keterngan:
I : momen inersia (kgm2)
m: massa partikel (kg)
r : jarak lurus dari partikel ke poros (m)

Momen Inersia sebuah benda terhadap suatu sumbu putar dapat dipandang sebagai jumlah
aljabar momen-momen inersia partikel-partikel penyusunnya m1,m2,m3,... masing-masing terhadap
sumbu putar berjarak r1,r2,r3,… maka momen inersia benda tersebut adalah
m1r1 +m2r2 +….=∑ mn + rn2
2 2

Maka I = ∑n mn rn2

Momen Inersia Beberapa Benda Tegar

Untuk benda tergar dengan massa terdistribusi kontinu momen inersia nya dapat
ditentukandengan bantuan integral, yaitu:
𝐼 = ∫ 𝑟 2 𝑑𝑚
Dengan d m adalah elemen massa benda berjarak r dari sumbu putar.
MOMEN INERSIA BEBERAPA BENDA

No. Gambar Nama Momen Inertia

Batang silinder, poros melalui


1. Pusat I = M.l2/12

Batang silinder, poros melalui


2. Ujung I = M.l2/3

9
Pelat segi empat, poros melalui
3. Pusat I = M.(a2 + b2)/2

Pelat segi empat tipis, poros


4. sepanjang tepi I = M.a/3

Silinder berongga
5. I = M (R12 + R22)/2

Silinder pejal
6. I = M.R2/2

Silinder tipis berongga


7. I = M.R2

Bola pejal
8. I = 2 M.R2/5

Bola tipis berongga


9. I = 2 M.R2/3

10
3) Hubungan Momen Gaya Dengan Percepatan Sudut

Sebuah gaya F bekerja pada sebuah partikel bermassa m yang bergerak dalam
lintasan meligkar seperti pada gambar. Menurut hukum II Newton, partikel tersebut
dapat dipercepat dengan percepatan searah dengan gaya. Percepatan ini disebut
percepatan tangensial a. Sesuai hukum Newton, hubungan antara gaya dan percepatan
adalah :
F
F= m a r a
Oleh karena a = m r α m
O

Untuk memperoleh hubungan momen gaya τ dengan percepatan sudut α kedua ruas
dikalikan dengan r sehingga ;
τ =F r →F= m r α
τ =m r α r
τ =m r2α→mr2=I
τ =I α

Keterangan :
I : momen inersia (kgm2)
α : percepatan sudut (rad/s2)
τ : momen gaya (Nm)

4) Energi Kinetik Rotasi

Dalam gerak translasi, energi kinetic di rumuskan dengan,


1
Ek= 2mv2
1
dalam gerak rotasi v= ω r, sehingga Ek= 2m(ω r)2
1
Ek= 2 (mr)2ω2
1
Ek= 2 I ω2
dengan I adalah momen inersia sedangkan ω adalah kecepatan sudut.
Pada benda yang selain berotasi juga bertranslasi, hukum kekekalan energi
mekanik dapat dirumuskan dengan :

Ektrans1+Ekrot1+Ep1= Ektrans2+Ekrot2+Ep2
1 1 1 1
mv1 2+2 I ω1 2+mgh1= 2mv2 2+2 I ω2 2+mgh2
2

5) Kombinasi Benda yang bertranslasi dan Berotasi


Benda yang menggelinding pada bidang datar, umumnya selain mengalami
gerak translsi juga mengalami gerak rotasi. Contoh sebuah kelereng dan roda yeng

11
menggelinding pada bidang datar, maka total energi kinetic pada benda-benda
tersebut adalah : w
Ek = Ektranslasi + Ekrotasi
1 1
Ek= 2 mv2+ 2 I ω2 v

C. Kesetimbangan Benda Tegar

1) Pengertian dan Syarat


Kesetimbangan adalah suatu kondisi benda dengan resultan gaya dan resultan
momen gaya sama dengan nol. Benda tegar adalah benda yang tidak berubah
bentuknya karena pengaruh gaya dari luar. Adapun syarat-syarat benda tegar adalah
sebagai berikut :

 ∑ 𝐹=0 (tidak bergerak translasi atau benda berada dalam kesetimbangan translasi) Benda yang
diam (statik), contoh : semua bangunan gedung, jembatan, pelabuhan, dan lain-lain.
 ∑ 𝜏 = 0 (tidak berotasi atau benda berada dalam kesetimbangan rotasi) Benda yang bergerak
lurus beraturan (kinetis atau dinamik), contoh : gerak meteor di ruang hampa, gerak
kereta api di luar kota, elektron mengelilingi inti atom, dan lain-lain.

Kesetimbangan dibedakan menjadi empat :

a) Kesetimbangan Statis Sistem Partikel/Translasi


Partikel adalah benda yang ukurannya dapat diabaikan dan hanya mengalami gerak
translasi (tidak mengalami gerak rotasi), dengan w=m.g
Keseimbangan statis adalah kondisi tertentu dari kondisi dinamis yang memenuhi
persamaan dari Hukum Newton II :
∑ 𝐹 = 𝑚. 𝑎

yaitu bahwa percepatanya, a = 0, berarti merupakan kondisi yang diam atau bergerak dengan
kecepatan konstan. Sehingga persamaan menjadi :

∑ 𝐹 = 𝑚. 𝑎

∑𝐹 = 0
berarti keseimbangan statis terjadi bila gaya resultan adalah nol.
Syarat kesetimbangan partikel F = 0 , Fx = 0 (sumbu X) , Fy = 0 (sumbu Y)

12
Contoh :
Benda dengan berat 400 N digantung pada keadaan diam oleh tali-tali seperti pada gambar
Tentukan besar tegangan-tegangan pada kedua tali penahannya.

Sistem kesetimbangan partikel.

Penyelesaian:

Dari gambar (c ), diperoleh komponen tegangan tali sebagai berikut:

T1x = T1 cos 37o = 0,8T1 T2x= T2 cos 53o = 0,6T2

T1y = T1 sin 37o = 0,6T1 T2y = T2 sin 53o = 0,8T2

Berikutnya kita menggunakan persamaan kesetimbangan statis partikel dan


perhatikan tanda positif untuk arah ke kanan atau atas dan negatif untuk arah
ke kiri atau bawah.

Fx =0 Fy=0

T2x – T1x = 0 T1y + T2y – W = 0


0,6T2 = 0,8T1 0,6T1 + 0,8T2 – 400 = 0

0,6T2 = 0,8T1 0,6T1 + 0,8T2 – 400 = 0


0,8.𝑇1 400−0.6𝑇1
𝑇2 = (∗) 𝑇2 = (∗∗)
0.6 0.8

13
Dengan mensubstitusi nilai T2 dari persamaan (*) ke persamaan (**) kita dapat
nilai tegangan tali

0,8.𝑇1 400−0.6𝑇1 0,8.𝑇1


𝑇2 = → =
0.6 0.8 0.6

→ (400 − 0.6𝑇1 )0.6 = (0.8𝑇1 )0.8

→ 240 – 0.36T1 = 0.64T1

→ 240 = 0.64T1 + 0.36T1

→ 240=(0.64 + 0.36)T1

240
→ = 𝑇1
(0.64 + 0.36)

→ T1=240 N
0,8.𝑇1 0,8.240
𝑇2 = = = 320N
0.6 0.6

T2 = 320 N dan dengan mensubstitusi ke persamaan (*) diperoleh nilai


tegangan tali T1 = 240 N.

b) Kesetimbangan Rotasi
Keseimbangan rotasi dari hokum Newton II :
∑𝜏 = I . a

Statis rotasi tercapai bila benda diam atau bergerak dengan putaran konstan (a=0), persamaan
menjadi : ∑ 𝜏 = 0
momen statis yang dihasilkan oleh gaya-gaya luar terhadap titik putar adalah nol.
Suatu benda dikatakan berada dalam kesetimbangan rotasi apabila besar momen gaya searah
jarum jam sama dengan momen gaya berlawanan arah jarum jam terhadap suatu poros
tertentu (∑ 𝜏 = 0).
Sebagai contoh perhatikan gambar berikut :
P
w3=40

w1=20N w2=40N

∑ 𝜏 = 𝑤2 x2 − 𝑤3 x3 − 𝑤1 x1

∑ 𝜏 = 40x2 − 20x3 − 20x1

∑𝜏 = 0

14
c) Momen Koppel

Momen kopel adalah momen gaya yang F


diakibatkan pasangan dua gaya yang sama
besarnya dan arahnya berlawanan tetapi tidak
segaris kerja. Benda yang dikenai momen kopel
akan bergerak rotasi terus menerus. Besar F d
momen Koppel adalah hasil perkalian antara
salah satu gayanya dengan jarak antara kedua
gaya tersebut .

M= F . d
Keterangan :
F : besar gaya (N)
d : jarak antara dua gaya (m)
M : momen Koppel (Nm)
M(+) : bila searah jarum jam
M(-) : bila berlawanan arah jarum jam
Contoh :
Tentukan besar momen Koppel dan arah putarannya pada
F1=50N
system berikut.
Pembahasan :
Sesuai dengan definisi Koppel d=40cm

M = F d = (50 N + 50 N) 0.4 m = 100 Nm


Jadi, momen koppelnya adalah :
100 Nm searah jarum jam. F2=50N

d) Kesetimbangan Benda Tegar


Benda tegar adalah benda yang tidak mengalami perubahan bentuk akibat pengaruh gaya
atau momen gaya. Syarat kesetimbangan benda tegar : Fx = 0, Fy = 0,  𝛕 = 0
 Analisis gaya pada batang lurusyang disandarkan pada dinding.
Fx = 0 Fy = 0
1
𝑤 (𝐴𝐵) − 𝑇 𝑠𝑖𝑛 𝜃(𝐴𝐵) = 0
fB
2
1 B NB
T𝑠𝑖𝑛 𝜃 = 2 𝑤
1
2
𝑤
T= 𝑠𝑖𝑛 𝜃
w θ NA

fA A
NB-fA=0 NA-fB-w=0
NB=fA NA-fB=w

15
Karena pusat momen gayanya diambil di A, gaya N A dan fA tidak menimbulkan momen gaya
jarak gaya tersebut. Ke A sama dengan nol. NB dan fB menimbulkan momen gaya positif
sedang w menimbulkan momen gaya negatif.
Jarak gaya NB ke A adalah 1 x sin θ
Jarak gaya fB ke A adalah 1x cos θ
1
Jarak gaya berat w ke A adalah 2 1 𝑐𝑜𝑠 𝜃 karena  𝛕 = 0
1
maka : NB 1 sin θ + fB1 cos θ = w 2 1 𝑐𝑜𝑠 𝜃
1
NB sin θ + fB cos θ = w 2 𝑐𝑜𝑠 𝜃

 Analisis gaya-gaya pada batang lurus yang digantung pada tali.


𝛕=0
Pusat di A dapat ditentukan gaya
T sin θ
tegangan talinya. T
1 T cosθ θ
𝑤 (𝐴𝐵) − 𝑇 𝑠𝑖𝑛 𝜃(𝐴𝐵) = 0
2
1 Fx
T𝑠𝑖𝑛 𝜃 = 𝑤
2
1 A
2
𝑤
T= 𝑠𝑖𝑛 w
𝜃

contoh :
sebuah benda dengan massa 20 Kg digantung menggunakan tali sehingga berada dalam
keseimbangan (perhatikan gambar). Tentukan besar tegangan T1 dan T2 bila g= 10 m/s2.
Jawab:
Diagram benda bebas :
T2 sin 30 = m g
20.10
T2 = 0,5 =400
T1 = T2 cos 30
1
= 400 2 √3
= 200 √3 N

16
2) Jenis – Jenis Kesetimbangan

Kesetimbangan stastik dapat di bedakan menjadi tiga, yaitu :

 Kesetimbangan labil/goyah

Adalah keseimbangan pada suatu benda di mana setelah gangguan yang


diberikan/dialami benda dihentikan, maka benda tidak kembali keposisi
keseimbangan semula. Contoh: kelereng di atas bola dan topi kerucut berdiri
terbalik

 Kesetimbangan stabil/mantap

Adalah keseimbangan suatu benda di mana setelah gangguan yang diberikan


pada benda dihentikan, benda akan kembali ke posisi keseimbangan
semula.Contoh: kelereng dalam mangkok dan topi kerucut tergantung.

 Kesetimbangan indeferen/netral

Sebuah benda dikatakan berada dalam keseimbangan netral jika setelah


digerakkan, benda tersebut tetap diam di posisinya yang baru (benda tidak bergerak
kembali ke posisi semula; benda juga tidak bergerak menjahui posisi semula).

Contoh : Bola berada di atas permukaan horisontal (bidang datar). Jika bola
didorong, bola akan bergerak. Setelah bergerak, bola tetap diam di posisinya yang
baru. Dengan kata lain, bola sudah malas balik ke posisinya semula; bola juga malas
bergerak lebih jauh lagi dari posisinya semula.

3) Syarat – syarat Sebuah Benda dalam Keadaan diam/setimbang

a. Jika pada sebuah benda bekerja satu gaya F.

Syarat setimbang :

Pada garis kerja gaya F itu harus diberi gaya F’ yang besarnya sama dengan gaya F
itu tetapi arahnya berlawanan.

b. Jika pada benda bekerja gaya-gaya yang terletak pada satu bidang datar dan garis
kerjanya melalui satu titik.

17
Syarat setimbang :

1. Gaya resultanya harus sama dengan nol.

2. Kalau dengan pertolongan sumbu-sumbu x dan y, haruslah :

 Fx = 0 ;  Fy = 0

c. Jika pada sebuah benda bekerja gaya-gaya yang tidak terletak pada satu bidang datar
tetapi garis-garis kerjanya melalui satu titik.
Syarat setimbang :

Dengan pertolongan sumbu-sumbu x, y dan z, haruslah :

 Fx = 0 ;  Fy = 0 ;  Fz = 0

d. Jika pada sebuah benda bekerja gaya-gaya yang tidak terletak pada satu bidang datar
tetapi garis-garis kerjanya tidak melalui satu titik.

Syarat setimbang:
Dengan pertolongan sumbu-sumbu x dan y, haruslah :
 Fx = 0 ;  Fy = 0 ;   = 0 ; Momen gaya-gaya boleh diambil terhadap sebarang
titik pada bidang gaya-gaya itu. ( titik tersebut kita pilih sedemikian hingga
memudahkan kita dalam menyelesaikan soal-soal ).

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Jika titik berat benda berada di bawah titik tumpuh, maka benda selalu berada dalam
keseimbangan stabil (benda masih bisa bergerak kembali ke posisi semula setelah
puas jalan-jalan). Contohnya adalah ketika sebuah benda digantung dengan tali.
Untuk kasus seperti ini, titik berat benda selalu berada di bawah titik tumpuh (titik
tumpuh berada di antara tali dan tiang penyanggah).

2. Jika titik berat benda berada di atas titik tumpuh, keseimbangan bersifat relatif. Benda
bisa berada dalam keseimbangan stabil, benda juga bisa berada dalam keseimbangan
labil/tidak stabil. Apabila setelah didorong, posisi benda masih bisa kembali ke posisi
semula (benda berada dalam keseimbangan stabil). Sebaliknya, apabila setelah
didorong, posisi benda tidak bisa kembali ke posisi semula. Benda akan terus
berguling ria ke kanan (benda berada dalam keseimbangan tidak stabil/labil)

3. Keseimbangan benda sangat bergantung pada bentuk/ukuran benda. Benda yang


kurus berada dalam keseimbangan tidak stabil jika posisi berdiri benda tersebut. Alas
yang menopang benda tidak lebar. Ketika disentuh sedikit saja, benda langsung
tumbang. Perhatikan posisi titik berat dan titik tumpuh. Sebaliknya, benda yang
gemuk lebih stabil. Alas yang menopang benda lumayan lebar. Setelah bergerak, titik
beratnya masih berada di sebelah kiri titik tumpuh, sehingga benda masih bisa
kembali ke posisi semula.

B. Saran

Demikianlah makalah ini kami buat, tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan.
Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya memabngun bagi para
pembacanya seabgai keempurnaan makalah ini. Dan semoga makalah ini bisa menjadi acuan
untuk meningkatkan makalah-makalah selanjutnya dan bermanfaat bagi para pembaca dan
terkhusus buat kami.

19
DAFTAR PUSTAKA

Crowell Benjamin, 2005, Newtonian Physics, Creative Commons Attribution-


ShareAlike. Dede, 2007, PPT file: Besaran Dalam Ilmu Fisika, free-ebook,
dede@fisikaui.ac.id Jonifan,dkk, 2008, Fisika Mekanika, Open Course at OCW
Gunadarma. Miller, F.J.R., 1989, College Physics, McGraw-Hill.

Jati, Bambang Murdaka Eka. 2008. Fisika Dasar untuk Mahasiswa Ilmu-Ilmu Eksakta dan
Teknik. Yogyakarta. ANDI

Tippler, P.A., 1991, Physics fir Scientists and Engineers, Worth Publisher.

20

Anda mungkin juga menyukai