Anda di halaman 1dari 3

PUPUH III

PUCUNG

01
Ngelmu iku, kalakone kanthi laku, lekase lawan kas, tegese kas nyantosani, setya budya
pangkese dur angkara.

(Orang mencari ilmu itu harus melalui lelaku, harus dilakukan dengan sungguh-
sungguh, bisa mendapatkan kesentosaan, dan menyingkirkan angkara murka.)

02
Angkara gung, neng angga anggung gumulung, gogolonganira triloka, lekere kongsi, yen
den umbar ambabar dadi rubeda.

(Perbuatan angkara murka yang besar, di dalam diri semakin menggunung. Sesuai
dengan golongannya, jangkauannya meliputi alam semesta, bila tidak dikekang akan
jadi malapetaka.)

03
Beda lamun, kang wus sengsem reh ngasamun, semune ngaksama, sasamane bangsa
sisip, sarwa sareh saking mardi marto tama.

(Berbeda dengan orang yang terbiasa dengan kehidupan sunyi. Dari wajahnya
mencerminkan pemberi maaf, kepada sesamanya yang bersalah. Selalu tenang dan
sabar dan bermurah hati.)

04
Taman limut, durgameng tyas kang weh limput, kereming karamat, karana karohaning sih,
sihing Sukma ngreda sahardi gengira.

(Sama sekali tak tergoda. oleh rintangan dalam hati yang menimbulkan khilaf. Karena
tenggelam dalam keluruhan budi, karena anugerah Tuhan. Anugerah yang melimpah
sebesar gunung.)

05
Yeku patut, tinulad-tulad tinurut, sapituduhira, aja kaya jaman mangkin, keh pramudha
mundhi dhiri lapel makna.

(Seperti itulah yang patut ditiru seluruh petunjuknya Jangan seperti masa mendatang,
banyak kawula muda yang menyombongkan diri, hanya sekedar tahu ayat saja.)

06
Durung pecus,kesusu kaselak besus, amaknani lapal, kaya sayid weton Mesir, pendhak-
pendhak angendhak gunaning janma.

(Tidak becus, sudah berlagak ingin menerangkan makna ayat, gayanya seperti sayid
dari Mesir. Seringkali meremehkan kepandaian orang lain.)

07
Kang kadyeku, kalebu wong ngaku-aku, akale alangka, elok Jawane denmohi, paksa
ngangkah langkah met kawruh ing Mekah.

(Yang seperti itu, termasuk orang yang mengaku-aku kepandaian orang lain,
kepandaiannya sendiri tak ada. Anehnya tidak menyadari kebudayaan sendiri,
memaksakan kehendaknya mengambil pengetahuan dari Mekah.)

08
Nora weruh, rosing rasa kang rinuruh, lumeketing angga, anggere padha marsudi, kana-
kene kaanane nora beda.

(Tidak tahu, bahwa inti ilmu yang dicari, sebenarnya melekat erat dalam dirinya
sendiri. Asalkan diolah dengan kesungguhan hati, dimana pun baik di sana (Mekah )
maupun di sini (Jawa) keadaannya tidak berbeda.)

09
Uger lugu, den ta mrih pralebdeng kalbu, yen kabul kabuka, ing drajat kajating urip, kaya
kang wus winahyeng sekar srinata.

(Bila apa adanya, yang dilakukan dalam meraih kehendak hati dengan jujur. Jika
terkabul pastilah terbuka, pintu drajat yang dihajatkan dalam kehidupan. Seperti yang
telah dipaparkan dalam pupuh lagu Sinom.)

10
Basa ngelmu, mupakate lan panemu, pasahe lan tapa, yen satriya tanah Jawi, kuna-kuna
kang ginilut triprakara.

(Perihal ngelmu, diselaraskan dengan pengalaman, mendalaminya dengan bertapa


(olah samadhi), bagi para ksatria di tanah Jawa. Sejak dulu dilaksanakan dengan
berpegang pada tiga hal penting.)

11
Lila lamun, kelangan nora gegetun, trima yen kataman, sakserik sameng dumadi, trilegawa
nalangsa srahing Batara.

((ketiga hal itu adalah) Rela, ketika kehilangan sesuatu tidak merasa menyesal,
(kedua) Sabar bila terkena prasangka dari sesama insan. Yang ketiga tulus ikhlas
berserah diri pada Tuhan.)

12
Batara gung, inguger graning jajantung, jenak Hayang Wisesa, sana paseneten Suci, nora
kaya si mudha mudhar angkara.

(Tuhan Yang Maha Agung, selalu ditempatkan di puncak jantungnya (berzikir). Atas
ridho Yang Maha Kuasa, berkenan bersemayam di tempat yang suci. Namun tidak
demikian dengan anak muda yang mengumbar angkara.)

13
Nora uwus, kareme anguwus-uwus, uwose tan ana, mung janjine muring-muring, kaya buta-
buteng betah nganiaya.

(Tidak ada habisnya, sellau mengumbar hawa nafsu, yang hakekatnya tidak ada,
adanya selalu marah-marah, layaknya raksasa yang cepat naik pitam dan suka
menganiaya.)

14
Sakeh luput, ing angga tansah linimput, linimpet ing sabda, narka tan ana udani, lumuh ala
ardane ginawe gada.

(Banyak kesalahan, pada dirinya disembunyikan dan ditutupi. Menurut pendapatnya


tidak akan ada yang mengetahui, meskipun demikian tidak mau disalahkan. Apabila
ada yang membuka sifat jahatnya, amarahnya-lah yang menjadi senjata.)

15
Durung punjul, ing kawruh kaselak jujul, kaseselan hawa, cupet kapepetan pamrih, tangeh
nedya anggambuh mring Hyang Wisesa.

(Belum mencapai tingkat yang lebih dari orang lain, dalam pengetahuannya sudah
tidak mampu menerima tambahan ilmu. Karena disela-sela pikirannya telah dipenuhi
hawa nafsu, hingga pikirannya menjadi pendek tertutup oleh pamrih. Maka mustahil
jika hendak mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa.)

Anda mungkin juga menyukai