Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP ANAK DENGAN AML (ACUTE

MYELOID LEUKIMIA

A. Konsep Dasar
1. Definisi
Akut Myeloid Leukimia (AML) adalah kegagalan sumsum tulang akibat di
gantinya elemen normal sumsum tulang oleh blas (sel darah yang masih muda)
leukemik (Robbins, 2008).
Akut Myeloid Leukimia (AML) adalah suatu penyakit yang di tandai
dengan transformaasi neoplastik dan gangguan diferensi sel-sel progenitor dari
sel mieloid (sifat kemiripan dengan sumsum tulang belakang) (Kurniandra,
2008).
Acute Myeloid Leukemia merupakan suatu bentuk kelainan sel
hematopoetik yang dikarakteristikkan dengan adanya proliferasi berlebihan
dari sel myeloid yang dikenal dengan myeloblas (Rogers, 2010).

2. Etiologi
Menurut Shu yang di kutip dari Permono (2012) melaporkan bahwa ibu hamil
yang mengonsumsi alkohol menigkatkan resiko terjadinya Leukimia pada bayi
terutama AML.
Faktor lain prnyebab AML adalah:
a. Benzene : suatu senyawa kimia yang di gunakan pada industri
penyamakan kulit di Negara sedang berkembang.
b. Radiasi ionik : di ketahui dari penelitian tentang tingginya insidensi kasus
leukemia, termasuk AML, pada orang-orang yang selamat dari serangan
bom atom di Hirosima dan Nagasaki.
c. Trisomi kromosom : pada pasien yang terkena sindrom down mempuyai
resiko 10 hingga 18 kali lebih tinggi untuk menderita leukemia.
d. Pengobatan dengan kemoterapi (Kurnianda, 2008).

3. Klasifikasi

1
a. Klasifikasi AML menurut French American British (FAB)
mengklasifikasikan LMA menjadi 8 subtipe, berdasarkan pada hasil
pemeriksaan morfologi sel dan pengecatan sitokimia (Sutoyo dan
Setiyohadi, 2008).
No Sub tipe Penjelasan
1 M0 LMA berdiferensiasi minimal
2 M1 LMA tanpa maturasi
LMA dengan berbagai derajat
3 M2
maturasi
Leukemia promielositik
4 M3
hipergranular
5 M4 Leukemia mielomonositik
6 M5 Leukemia monoblastik
7 M6 Eritroleukemia
8 M7 Leukemia megakarioblastik

4. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala AML digolongkan menjadi 3 golongan besar :
a. Gejala kegagalan sumsung tulang, yaitu:
1) Anemia minimbulkan gejala pucat dan lemah.
2) Netropenia menimbulkan infeksi yang ditandai oleh demam, infeksi
rongga mulut, tenggorokan, kulit, saluran napas, dan sepsis.
3) Trombositopenia menimbulkan perdarahan kulit, perdarahan mukosa,
seperti perdarahan gusi dan epistaksis.
b. Keadaan hiperkatabolik, yang ditandai oleh :
1) Kaheksia
2) Keringat malam
3) Hiperurikemia yang dapat menimbulkan gout dan gagal ginjal

c. Infiltrasi ke dalam organ menimbulkan organomegali dan seperti :


1) Nyeri tulang dan nyeri sternum
2) Splenomegali atau hepatomegali yang biasanya ringan

2
3) Hipertrofi gusi dan infiltrasi kulit.
4) Sindrom meningeal : sakit kepala, mual, muntah, mata kabur.
d. Gejala lain yang dapat dijumpai :
Leukostatis terjadi jika leukosit terjadi melebihi 50.000/Ul (Bakta, 2013).

5. Patofisiologi
Pathogenesis utama AML adalah adanya blockade maturitas yang
menyebabkan proses diferensiasi sel-sel myeloid terhenti pada sel-sel muda
(blast) dengan akibat terjadinya akumulasi blast di sumsum tulang. Akumulasi
blast dalam sumsum tulang akan menyebabkan sindrom kegagalan sumsum
tulang yang di tandai dengan adanya sitopenia (anemia, lekopenia dan
trombositopenia). Adanya anemia akan menyebabkan pasien mudah lelah dan
pada kasus yang lebih berat sesak nafas, trombositopenia akan menyebabkan
tanda-tanda pendarahan, sedang adanya leukopenia akan menyebabkan pasien
rentan terhadap infeksi. Selain itu sel-sel blast yang terbentuk juga punya
kemampuan untuk migrasi keluar sumsum tulang dan berinfilterasi ke organ-
organ lain seperti kulit, tulang, jaringan lunak dan system syaraf pusat dan
merusak organ-organ tersebut dengan segala akibatnya (Kurnianda, 2008).

6. Komplikasi
a. Gagal sumsum tulang
b. Infeksi
c. Koagulasi Intravaskuler Diseminata (KID/DIC)
d. Splenomegali
e. Hepatomegali

7. Pemeriksaan Penunjang
Pada leukemia akut sering dijumpai kelainan laboratorik, seperti berikut :
a. Darah tepi
1) Dijumpai anemia normokromik-normositer, anemia sering berat dan
timbul cepat.

3
2) Leukosit menigkat, tetepi dapat juga normal atau menurun. Sekitar
25% menunjukkan leukosit normal atau menurun, sekitar 50%
menunjukkan leukosit meningkat 10.000-100.000/mm, dan 25%
meningkat di atas 100.000/mm.
3) Darah tepi: menunjukkan adanya sel muda (meiloblast, promirlosit,
limfoblast, monoblast, erythroblast atau megakariosit) yang melebihi
5% dari sel berinti pada darah tepi. Sering di jumpai pseudo pelger-
huet anomaly, yaitu netrofil dengan lobus sedikit (dua atau satu) yang
di sertai dengan hipo atau agranular.
b. Sumsum tulang (Trasplantasi sumsum tulang)
Hiperseluler, hampir semua sel sumsum tulang diganti sel leukemia
(blast), dengan adanya leukemic gap (terdapat perubahan tiba-tiba dari sel
muda (blast) ke sel yang matang. Jumlah Blast minimal 30% dari sel
berinti dalam sumsum tulang (dalam hitung 500 sel pada asupan sumsum
tulang).
1) Merupakan terapi yang memberi harapan penyembuhan,
2) Efek samping dapat berupa: penemonia intersisial,
3) Hasil baik jika usia penderita < 40 tahun,
4) Sekarang lebih sering di berikan dalam bentuk transplantasi sel induk
dari darah tepi.
c. Pemeriksaaan sitogenetik (Pemeriksaan kromosom)
Pemeriksaan kromosom merupakan pemeriksaan yang sangat diperlukan
dalam diagnosis leukemia karena kelainan kromosom dapat di hubungkan
dengan prognosis, seperti terlihat pada klasifikasi WHO (Bakta,2013).

8. Penatalaksanaan
Terapi pengobatan pasien AML menurut Mehta dan Hoffbrand (2008) yaitu :
a. Fase pertama terapi (remisi-induksi) adalah pengobatan dengan
kemoterapi kombinasi intensif dosis tinggi untuk mengurangi atau
meneradikasi sel leukemik dari sumsum tulang dan mengembalikan
hemopoiesis normal.

4
b. Kemoterapi paska induksi : hal ini dapat intensif (kemoterapi
“intensifikasi” atau “konsulidasi”) atau kurang intensif (kemoterapi
rumatan). Setiap perjalanan pengobatan intensif biasanya memerlukan
waktu 4-6 minggu di rumah sakit.
c. Treanspalntasi sumsum tulang
1) Merupakan kemoterapi postremisi yang memberi harapan
penyembuhan.
2) Efeksamping dapat berupa: pneumonia interstitial.
3) Hasil baik jika umur penderita <40 tahun
4) Sekarang lebih sering di berikan dalam bentuk transplantasi sel induk
dari darah tepi.
Terapi untuk leukemia akut (Bakta, 2013), dapat di golongkan menjadi dua,
yaitu :
a) Terapi spesifik: dalam bentuk kemoterapi.
b) Terapi suportif: untuk mengatasi kegagalan sumsum tulang, baik karena
proses leukemia sendiri atau sebagai akibat terapi.

Tiga metode terapi konsulidasi adalah kemoterapi sendiri, transplantasi


sumsum tulang autologus, atau transplantasi alogenik dari donor dengan HLA
yang identik saat ini nampaknya transplantasi sumsum tulang autologus
menunjukkan hasil baik, namun transplantasi alogenik dari donor dengan HLA
yang identik masih merupakan yang terbaik untuk kesembuhan (Permono,
2012).

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Definisi
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan
data yang akurat dan sistematis akan membantu penentuan status
kesehatan dan pola pertahanan klien, mengidentifikasi kekuatan dan
kebutuhan klien serta merumuskan diagnosa keperawatan. (Budi Anna
Keliat, 2010)

5
b. Riwayat Keperawatan

1) Keluhan Utama
Nyeri tulang sering terjadi, lemah nafsu makan menurun, demam (jika
disertai infeksi) bisa juga disertai dengan sakit kepala.
2) Riwayat penyakit : pengobatan kanker sebelumnya
3) Riwayat keluarga : adanya gangguan hematologis, adanya faktor
herediter misal kembar monozigot)
4) Kaji adanya tanda-tanda anemia : kelemahan, kelelahan, pucat, sakit
kepala, anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat
5) Kaji adanya tanda-tanda leukopenia : demam, stomatitis, gejala infeksi
pernafasan atas, infeksi perkemihan; infeksi kulit dapat timbul
kemerahan atau hiotam tanpa pus.
6) Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia : ptechiae, purpura,
perdarahan membran mukosa, pembentukan hematoma, purpura; kaji
adanya tanda-tanda invasi ekstra medula: limfadenopati,
hepatomegali, splenomegali.
7) Kaji adanya pembesaran testis, hemAturia, hipertensi, gagal ginjal,
inflamasi di sekkitar rektal dan nyeri.

c. Pemeriksaan fisik meliputi :


1) Keadaan Umum tampak lemah
Kesadaran composmentis selama belum terjadi komplikasi.
2) Tanda-Tanda Vital
a) Tekanan darah : dbn
b) Suhu : meningkat jika terjadi infeksi
c) RR : Dispneu, takhipneu
3) Pemeriksaan Kepala Leher
a) Rongga mulut : apakah terdapat peradangan (infeksi oleh jamur
atau bakteri), perdarahan gusi
b) Konjungtiva : anemis atau tidak. Terjadi gangguan penglihatan
akibat infiltrasi ke SSP.
4) Pemeriksaan Integumen

6
Adakah ulserasi ptechie, ekimosis, tekanan turgor menurun jika terjadi
dehidrasi.
5) Pemeriksaan Dada dan Thorax
Inspeksi bentuk thorax, adanya retraksi intercostae.
a) Auskultasi suara nafas, adakah ronchi (terjadi penumpukan secret
akibat infeksi di paru), bunyi jantung I, II, dan III jika ada
b) Palpasi denyut apex (Ictus Cordis)
c) Perkusi untuk menentukan batas jantung dan batas paru.
6) Pemeriksaan Abdomen
a) Inspeksi bentuk abdomen apakah terjadi pembesaran, terdapat
bayangan vena, auskultasi peristaltic usus, palpasi nyeri tekan bila
ada pembesaran hepar dan limpa.
b) Perkusi tanda asites bila ada.
7) Pemeriksaan Ekstremitas
Adakah cyanosis kekuatan otot.

d. Pengkajian keperawatan per sistem menurut Handayani (2008).


Data dasar pengkajian pasien
1) Aktifitas
a) Gejala : kelemahan; ketidakmampuan untuk melakukan aktifits
biasanya.
b) Tanda : kelemahan otot, peningkatan kebutuhan tidur, somnolen.
2) Sirkulasi
a) Gejala : palpitasi
b) Tanda : Takikardia, mumur jantung; Kulit, membran mukosa
pucat; Defisit saraf kranial atau tanda pendarahan serabral.
3) Eliminasi
a) Gejala : Diare (nyeri tekan perinatal); Darah pada urin, penurunan
urin.
4) Makanan/Cairan
a) Gejala : Kehilangan nafsu makan, anoreksia, muntah; Perubahan
rasa/penyimpangan rasa; Perubahan berat badan

7
b) Tanda : Distensi abnormal, perubahan bunyi usus; Stomatitis,
ulkus mulut; Hipertrofi gusi (infilterasi gusi mengindikasikan
leukimia monositik akut).
5) Neurosensori
a) Gejala : Perubahan alam perasaan, kacau, disorientasi kurang
konsentrasi; Pusing; kesemutan
b) Tanda : otot mudah terangsang, aktifitas kejang.
6) Nyeri/kenyamanan
a) Gejala : Nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri tulang/sendi, kram
otot
b) Tanda : Perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah, fokus pada diri
sendiri.
7) Pernafasan
a) Gejala : Nafas pendek dengan kerja minimal
b) Tanda : Dispepnea, takipnea, batuk
8) Keamanan
a) Gejala : Riwayat infeksi saat ini, gangguan penglihatan/
kerusakan, Pendarahan spontan tak terkontrol
b) Tanda : Demam, infeksi, kemerahan, pendarahan gusi, atau
epitaksis
9) Seksualitas
Gejala : Perubahan libido, perubahan aliran menstruasi, impoten
10) Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala :
a) Riwayat terpejan pada kimiawi, misal benzene
b) Radiasi berlebihan
c) Pengobatan kemoterapi sebelumnya
d) Gangguan kromosom

e. Pemeriksaan laboratorium
1) Hitung darah lengkap: menunjukakan normositik, anemia normositik.
a) Hemoglobin: dapat kurang dari 10 g/100 ml
b) Retikulosit: jumlah biasanya rendah.

8
c) Jumlah trombosit: mungkin sangat rendah (<50.000/mm)
2) PT/PTT : menunjang
3) LDH : mungkin meningkat
4) Zink serum : menurun
5) Muramidase sumsum : peningkatan pada leukimia monositik akut dan
mielomonositik.

No. Jenis pemeriksaan Hasil pemeriksaan Nilai normal


1. Hemoglobin < 10 gr/100ml Pria 13,5-18,0 g/dl
Wanita 12-16 g/dl
2. Complete blood cell >10.000/mm3 10.000/mm3
(CBC)
3. Leukosit > 50.000/mm3 50.000/mm3
(5000-10.000 ul)
4. PT/PTT >12-15 detik 12-15 detik
(memenjang) 50000/mm
5. Trombosit < 50000/mm (150.000-400.000/ul,
300-800/100lap)
6. Retikulosit < 0,5- 1,5%(rendah ) 0,5- 1,5%
7. LDH >80-240 U/I 80-240 U/I

2. Pathway

9
3. Analisa Data

10
No. Data Etiologi Problem
1. Ds : Riwayat infeksi yang Sel darah putih Resting infeksi
berulang imatur
Do : suhu tubuh meningkat (S:
>38), tampak tanda-tanda Penurunan daya
infeksi. tahan tubuh

2. Ds : Lesu, lemah, terasa payah, Produksi sel Intoleransi aktivitas


merasa tidak kuat untuk darah merah
melakukan aktivitas sehari-hari menurun
Do : Kontraksi otot lemah
Klien tampak tidur terus dan Anemia
tampak bingung

4. Prioritas Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan menurut The North American Nursing Diagnosis
Association (NANDA) adalah “suatu penilaian klinis tentang respon individu,
keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang
aktual dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk
pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan dimana perawat
bertanggung gugat”. (Wong,D.L, 2015)
Menurut Wong, D.L (2015), diagnosa pada anak dengan leukemia adalah :
a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia

5. Perencanaan Keperawatan
Rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan atau intervensi untuk
mencapai tujuan pelaksanaan asuhan keperawatan. Intervensi keperawatan
adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari pasien dan atau
tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Berdasarkan diagnosa yang ada
maka dapat disusun rencana keperawatan sebagai berikut (Wong,D.L, 2015).

11
No. Diagnosa Tujuan & KH Intervensi Rasional
1 Resiko Tujuan : 1. Pantau suhu 1. untuk mendeteksi
infeksi Anak tidak dengan teliti kemungkinan
berhubungan mengalami gejala- 2. Tempatkan infeksi
dengan gejala infeksi anak dalam 2. untuk
menurunnya Kriteria Hasil : ruangan meminimalkan
sistem Infeksi tidak khusus terpaparnya anak
pertahanan terjadi 3. Anjurkan dari sumber
tubuh semua infeksi
pengunjung 3. untuk
dan staff meminimalkan
rumah sakit pajanan pada
untuk organisme infektif
menggunaka 4. untuk mencegah
n teknik kontaminasi
mencuci silang/menurunka
tangan n resiko infeksi.
dengan baik 5. untuk intervensi
4. Gunakan dini penanganan
teknik infeksi
aseptik yang 6. rongga mulut
cermat untuk adalah medium
semua yang baik untuk
prosedur pertumbuhan
invasive. organism
5. Evaluasi 7. menambah energi
keadaan anak untuk
terhadap penyembuhan dan
tempat- regenerasi seluler
tempat 8. untuk mendukung
munculnya pertahanan alami
infeksi tubuh
seperti 9. diberikan sebagai

12
tempat profilaktik atau
penusukan mengobati infeksi
jarum, khusus
ulserasi
mukosa, dan
masalah gigi
6. Inspeksi
membran
mukosa
mulut.
Bersihkan
mulut dengan
baik
7. Berikan
periode
istirahat
tanpa
gangguan
8. Berikan diet
lengkap
nutrisi sesuai
usia
9. Berikan
antibiotik
sesuai
ketentuan
2 Intoleransi Tujuan : 1. Evaluasi 1. Menentukan
aktivitas terjadi peningkatan laporan derajat dan efek
berhubungan toleransi aktifitas kelemahan, ketidakmampuan
dengan Kriteria Hasil : perhatikan 2. Menghemat energi
kelemahan - Peningkatan ketidakmamp untuk aktifitas dan
akibat toleransi uan untuk regenerasi seluler
anemia aktivitas yang berpartisipasi atau

13
dapat diukur dala aktifitas penyambungan
- Berpartisipasi sehari-hari jaringan
dalam 2. Berikan 3. Mengidentifikasi
aktivitas lingkungan kebutuhan
sehari-hari tenang dan individual dan
sesuai tingkat perlu membantu
kemampuan istirahat pemilihan
- Menunjukkan tanpa intervensi
penurunan gangguan 4. Memaksimalkan
tanda 3. Kaji sediaan energi
fisiologis tidak kemampuan untuk tugas
toleran misal untuk perawatan diri
nadi, berpartisipasi
pernafasan pada aktifitas
dan TD dalam yang
batas normal diinginkan
atau
dibutuhkan
4. Berikan
bantuan
dalam
aktifitas
sehari-hari
dan ambulasi

14
DAFTAR PUSTAKA

Allen, K Eileen & Marotz, Lynn R. (2010). Profil Perkembangan Anak: Pra Kelahiran
hingga Usia 12 Tahun. Jakarta: PT. Indeks.

Anna Budi Keliat, SKp, MSc. (2010). Proses Keperawatan. Jakarta: EGC

Bakta, I Made. (2013). Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC.

Handayani,W., & Haribowo, A.S. (2008). .Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.

Kurnianda, Johan. (2008). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Kusuma, Hardhi & Nurarif, Amin Huda. (2012). Handbook for Health Student:
Nursing, Midwife, Pharmacy, Docter. Yogyakarta: Mediaction Publishing.

Robbins. (2008). Buku Ajar Patologi. EGC.

http://donordarah.info/acute-myelogenous-leukemia-aml/ Diakses pada tanggal 3


Desember 2017

Whaley’s and Wong. (2015). Essential of Pediatric Nursing. Sixth Edition. USA:
Mosby

15

Anda mungkin juga menyukai