Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

“NEGARA”

Dibuat sebagai Salah Satu Prasyarat dalam Menyelesaikan Studi Perkuliahan di


Jurusan Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang

Oleh :

Adityo Kusumo 145060200111041


Benedictus Eko Setyo B.N. 155060200111012
Muhammad Izzatur Rahman 155060200111045
Wirananta Al Nugraha 155060201111013
Anggi Firmansyah 155060201111049
Ndaru Bagus 155060201111084
Eka Damayanti 155060207111023

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1


1.1.Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3.Tujuan Makalah ....................................................................................... 3

BAB II. PEMBAHASAN .................................................................................... 4


2.1.Pengertian Negara .................................................................................... 4
2.2.Tujuan Negara .......................................................................................... 4
2.3.Bentuk-Bentuk Negara............................................................................. 4
2.4.Masalah Negara ....................................................................................... 4
2.5.Studi Kasus tentang Masalah Negara....................................................... 5

BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 7


3.1.Kesimpulan .............................................................................................. 4
3.2.Saran ........................................................................................................ 4

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Terbentuknya negara indonesia di latar belakangi oleh perjuangan seluruh bangsa,
sudah sejak lama indonesia menjadi incaran banyak negara atau bangsa lain, karena
potensinya yang besar dilihat dari wilayah yang luas dengan kekayaan alam yang banyak,
kenyataannya ancaman datang tidak hanya datang dari luar, tetapi juga dari dalam.
Terbukti setelah perjuangan bangsa tercapai dengan terbentuknya NKRI, ancaman dan
gangguan dari dalam juga timbul, dari yang bersifat kegiatan fisik sampai yang ideologis.
Meski demikian, bangsa Indonesia memegang suatu komitmen bersama untuk tegaknya
NKRI. Dorongan kesadaran negara yang dipengaruhi kondisi dan letak geografis dengan
dihadapkan pada lingkungan dunia yang serba berubah akan memberikan motivasi dalam
menciptakan suasana damai, salah satu unsur penting dalam membangun masyarakat
demokratis ke dalam peranan negara, negara demokratis adalah yang ikut terlibat dalam
pertumbuhan masyarakat demokratis, pada saat yang sama masyarakat demokratis harus
bersinergi dengan negara dalam membangun peradaban demokrasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Negara?
2. Apa tujuan Negara?
3. Apa saja bentuk-bentuk Negara?
4. Apa masalah-masalah yang dihadapi suatu Negara?
5. Bagaimana studi kasus tentang masalah tersebut?

1.3 Tujuan Makalah


1. Memahami pengertian Negara
2. Memahami tujuan Negara
3. Memahami bentuk Negara
4. Memahami masalah-masalah yang dihadapi oleh suatu Negara
5. Memahami studi kasus tentang masalah tersebut

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Negara


Secara historis pengertian negara berkembang sesuai dengan kondisi masyarakat
pada saat itu. Pada zaman yunani kuno para ahli filsafat negara merumuskan
pengertian negara secara beragam. Aristoteles (384-522 SM) merumuskan negara
dalam bulu politica yang disebut negara polis, yang saat itu masih dipahami dalam
suatu wilayah terkecil.
Dalam pengertian, negara disebut negara hukum yang didalamnya terdapat suatu
warga negara yang ikut dalam permusyawaratan (ecclesia), oleh karena itu Aristoteles
mengartikan keadilan merupakan syarat mutlak bagi terselenggaranya negara yang
baik demi terwujudnya cita-cita seluruh warga negaranya.
Pengertian yang lain mengenai negara dikembangkan oleh Agustinus, yang
merupakan tokoh katolik. Ia membaginya dalam dua pengertian, yaitu civitas dei yang
artinya negara Tuhan, dan civitas terrena yang artinya negara duniawi, civitas terrena
ini ditolak oleh Agustinus, sedangkan yang dianggap baik adalah negara Tuhan atau
civitas dei, negara tuhan bukanlah dari negara dunia lain, melainkan juwa yang
dimiliki oleh sebagian-sebagian atau beberapa orang di dunia ini untuk mencapainya.
Adapun yang melaksanakan negara adalah gereja yang mewakili Tuhan, meskipun
demikian bukan berarti apa yang diluar gereja itu terasing sama sekali dari civitas dei
(Kusnardi). Bentuk ini pengertian negara yang dikemukakan oleh beberapa tokoh
antara lain :
a. Roger H,
Mengemukakan bahwa negara adalah sebagai alat (argency) atau wewenang
(aouthority) yang mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan bersama
atau nama masyarakat (Soltau, 1961)
b. Lasky,
Lasky menerangkan bahwa negara merupakan suatu masyarakat yang diantar
generasikan karena memiliki wewenang yang bersifat memaksa dan yang secara
syah lebih agung dari pada individu atau kelompok. Masyarakat merupakan suatu
negara manakala cara hidup yang harus ditaati baik oleh individu atau kelompok-
kelompok ditentukan oleh wewenang yang bersifat memaksa dan mengikat
(Lasky, 1947).

2
c. Max Weber,
Negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam
penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah (Weber, 1958).
Negara adalah sekumpulan orang yang menempati wilayah tertentu dan
diorganisasi oleh pemerintah negara yang sah, yang umumnya memiliki kedaulatan.
Negara juga merupakan suatu wilayah yang memiliki suatu sistem atau aturan yang
berlaku bagi semua individu di wilayah tersebut, dan berdiri secara independent.
Syarat primer sebuah negara adalah memiliki rakyat, memiliki wilayah, dan memiliki
pemerintahan yang berdaulat. Sedangkan syarat sekundernya adalah mendapat
pengakuan dari negara lain (Wikipedia, 2018).

2.2 Tujuan Negara


Secara umum tujuan negara, yaitu menyelenggarakan ketertiban hukum,
memperluas kekuasaan dan mencari kesejahteraan hukum. Namun, Beberapa
pendapat para ahli mengenai tujuan sebuah negara adalah;
a. Plato
Tujuan negara adalah memajukan kesusilaan manusia sebagai perseorangan
(Individu) atau sebagai makhluk sosial.
b. Ibnu Arabi
Tujuan negara adalah agar manusia dapat menjalankan kehidupan baik jauh
dari sengketa atau perselisihan
c. Ibnu Khaldun
Tujuan negara adalah untuk mengusahakan kemaslahatan agama dan dunia
yang bermuara pada kepentingan akhirat.
Di dalam UUD 1945 sendiri, tujuan Negara Indonesia tercantum di alinea ke-4,
sebagaimana berbunyi;
1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
2. Untuk memajukan kesejahteraan umum
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa
4. Melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial.

3
2.3 Bentuk-Bentuk Negara
Negara terbagi kedalam dua bentuk, yaitu negara kesatuan (Unitaris) dan negara
serikat (Federasi).
a. Negara Kesatuan
Bentuk suatu negara yang merdeka yang berdaulat dengan satu pemerintah
pusat yang berkuasa dan mengatur seluruh daerah. Namun dalam pelaksanaannya
negara kesatuan ini terbagi ke dalam dua macam, yaitu Sentral dan Otonomi.
Sentralisasi, sistem yang langsung dipimpin oleh pemerintahan pusat. Ada di
model pemerintahan orde baru di bawah pimpinan presiden Soeharto.
Otonomi, adalah kepada daerah diberikan kesempatan dan kewenangan untuk
mengurus urusan di wilayahnya sendiri, sistem itu dikenal sebagai Otonomi
daerah ata swantara.
b. Negara serikat
Negara serikat atau pederasi merupakan bentuk negara gabungan yang terdiri
dari beberapa negara bagian dari sebuah negara serikat. Pelaksanaan dan
mekanisme pemilihannya, bentuk negara dapat di golongkan ke-3 kelompok,
yaitu Monarki, Oligarti dan Demokrasi.
1. Monarki, model pemerintahan yang dipakai oleh Raja atau Ratu.
2. Oligarti, pemerintahan yang dijalankan oleh beberapa orang yang berkuasa
dari golongan atau kelompok tertentu.
3. Demokrasi, bentuk pemerintahan yang bersandar kepada kedaulatan rakyat
atau mendasarkan kekuasaaannya pada pilihan kehendak rakyat melalui
mekanisme pemilihan umum (Pemilu).
Bentuk negara Indonesia adalah negara kesatuan, yang lebih sering disebut
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pernyataan yang secara tegas
menyatakan bahwa Indonesia adalah negara kesatuan tertuang dalam UUD 1945 pasal
1 yang berbunyi ”Negara Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk Republik”.
Pasal-pasal dalam UUD 1945 telah memperkukuh prinsip NKRI, di antaranya pada
pasal 1 ayat (1), pasal 18 ayat (1), pasal 18B ayat (2), pasal 25A, dan pasal 37 ayat (5).
Selain itu, wujud negara kesatuan tersebut semakin diperkuat setelah dilakukan
perubahan atas UUD 1945. Perubahan tersebut dimulai dari adanya kesepakatan MPR
yang salah satunya adalah tidak mengubah Pembukaan UUD 1945 dan tetap
mempertahankan NKRI sebagai bentuk final negara bagi bangsa Indonesia.

4
2.4 Masalah Negara
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Busyro Muqoddas menyebutkan bahwa
untuk mempertahankan kualitas sebagai umat unggulan dan sekaligus sebagai bangsa
yang berdaulat, kita perlu memahami secara garis besar permasalahan bangsa.
Busyro menyebutkan terdapat sepuluh masalah yang kini dihadapi bangsa
Indonesia,
Pertama, bahaya bisnis besar narkoba yang telah menjadikan Indonesia sebagai
pasar utama bisnis barang mematikan itu.
Kedua, perampokan uang negara (korupsi) oleh aparat pemerintah pusat atau
daerah, DPR/DPRD, DPD, Polisi, Jaksa, Hakim/Hakim Mahkamah Konstitusi,
Menteri, Pengacara, Pebisnis Gelap dan Penyuap Pejabat, serta Dosen Negeri.
Ketiga, praktik jual jasa (suap) izin pendirian hotel, apartemen, pusat belanja
modern, penambangan minyak, gas, mineral batubara, dan tata ruang daerah maupun
nasional.
Keempat, praktik penguasaan 77% kekayaan negara oleh 10 pengusaha hitam
dan 1 pengusaha keturunan yang diizinkan menguasai 6 juta hektar lahan.
“Kelima, tidak terbukanya aparat Polri dalam membongkar siapa sesungguhnya
aktor dan dalang serangkaian panjang gerakan terorisme yang keji dan terkutuk,” tegas
Busyro.
Keenam, praktik mafia suap (uang sogok) oleh kalangan pebisnis busuk kepada
pejabat, politisi parpol, dan aparat penegak hukum yang telah menghancurkan
martabat bangsa.
Ketujuh, meluasnya kahadiran “generasi android” yang telah menyita waktu
produktif mereka. Kedelapan, semakin terbiasanya ucapan bohong di depan jutaan
rakyat dan pengakuan mendadak sebagai pejuang Pancasila dan NKRI tanpa bukti
kejujuran dan kecerdasan.
Kesembilan, menjamurnya izin pasar dan pusat belanja modern berjejaring
nasional yang mematikan pasar dan pusat ekonomi rakyat kelas menengah.
Kesepuluh, terjadinya kesenjangan ekonomi sebagai pemicu ketidakadilan sosial
dan munculnya sikap radikalisme dalam masyarakat yang berujung pada terorisme.
(Muqqodas, 2017).

5
2.5 Studi Kasus tentang Masalah Negara
Dari 10 masalah yang telah dikemukakan oleh Ketua Pimpinan Pusat
Muhammadiyah, Busyro Muqoddas, salah satu yang akan diangkat dalam makalah ini
sebagai studi kasus adalah masalah yang ke-2, yaitu tentang perampokan uang negara
(korupsi) oleh aparat pemerintah pusat atau daerah, DPR/DPRD, DPD, Polisi, Jaksa,
Hakim/Hakim Mahkamah Konstitusi, Menteri, Pengacara, Pebisnis Gelap dan
Penyuap Pejabat, serta Dosen Negeri.
Beberapa waktu lalu, ada kasus korupsi yang menghebohkan Indonesia, yaitu
adalah kasus korupsi e-ktp Setya Novanto, politikus asal Jawa Barat, Indonesia yang
diusung oleh Partai Golkar. Ia menjabat Ketua DPR RI periode 2014—2019, dan telah
menjadi anggota DPR RI sejak 1999 hingga masa jabatan 2019 (tanpa putus) sebagai
perwakilan Golkar dari dapil Nusa Tenggara Timur Dua, yang meliputi wilayah Pulau
Timor, Rote, Sabu, dan Sumba.
Sengkarut kasus proyek kartu tanda penduduk berbasis elektronik (e-KTP) dengan
tersangka Setya Novanto terbilang cukup panjang. Setya ditetapkan sebagai tersangka
kasus dugaan korupsi e-KTP oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada 17 Juli
2017. Namun status tersangka atas dirinya tidak berlangsung lama.
Pada 29 September 2017, status tersangka itu dibatalkan hakim praperadilan
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Cepi Iskandar. Setya Novanto memenangkan
sidang praperadilan dan putusan hakim menyatakan status tersangka atas dirinya tidak
sah.
Tidak selesai di sana, KPK melakukan penyelidikan baru untuk pengembangan
perkara e-KTPedalam proses penyelidikan ini hingga akhirnya menetapkan kembali
Setya Novanto sebagai tersangka kasus korupsi e-KTP pada 10 November 2017.
Setya pun kembali menggugat keabsahan status tersangka atas dirinya untuk kali
kedua.
Pada Rabu, 13 Desember 2017, sidang putusan praperadilan Setya akan digelar.
Sidang itu berpacu dengan sidang perdana pokok perkara Setya di Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi juga akan digelar di hari yang sama. Ketika hakim mengetok palu
memulai sidang perdana pokok perkara Setya, otomatis sidang praperadilan pun
gugur. Berikut perjalanan kasus Setya Novanto:
17 Juli 2017
KPK mengumumkan penetapan Setya Novanto sebagai tersangka kasus korupsi
pengadaan e- KTP. Pengadaan proyek itu terjadi pada kurun waktu 2011-2012, saat

6
Setya menjabat Ketua Fraksi Partai Golkar di DPR. Ia diduga ikut mengatur agar
anggaran proyek e-KTP senilai Rp 5,9 triliun agar disetujui anggota DPR. Selain itu,
Novanto diduga telah mengondisikan pemenang lelang dalam proyek e-KTP. Bersama
pengusaha Andi Agustinus alias Andi Narogong, Setya diduga ikut menyebabkan
kerugian negara Rp 2,3 triliun.
18 Juli 2017
Setya Novanto menggelar jumpa pers menanggapi penetapannya sebagai
tersangka. Setya mengaku akan mengikuti proses hukum yang berjalan. Namun ia
menolak mundur dari Ketua DPR ataupun Ketua Umum Partai Golkar.
22 Juli 2017
Setya Novanto hadir dalam satu acara dengan Ketua Mahkamah Agung Hatta Ali
dalam sidang terbuka disertasi politikus Partai Golkar Adies Kadir di Universitas 17
Agustus 1945, Surabaya. Ketua Generasi Muda Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia
meyakini kesempatan ini digunakan Setya Novanto untuk melobi Hatta Ali untuk
menenangkannya di praperadilan. Namun, Hatta menegaskan kehadirannya murni
sebagai penguji. Golkar memecat Doli Kurnia atas tudingannya ini.
4 September 2017
Setelah lebih dari sebulan berstatus tersangka, Setya Novanto resmi mendaftarkan
gugatan praperadilan terhadap KPK ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Gugatan
terdaftar dalam nomor 97/Pid.Prap/2017/PN Jak.Sel. Setya meminta penetapan
statusnya sebagai tersangka oleh KPK dibatalkan.
11 September 2017
KPK memanggil Setya Novanto untuk diperiksa sebagai tersangka. Namun, Setya
tidak hadir dengan alasan sakit. Sekretaris Jenderal Partai Golkar Idrus Marham
bersama tim kuasa hukum Setya mengantarkan surat dari dokter ke KPK. Menurut
Idrus, Novanto saat itu masih menjalani perawatan di RS Siloam, Semanggi, Jakarta.
Hasil pemeriksaan medis, gula darah Setya naik setelah melakukan olahraga pada
Ahad, 10 September 2017.
12 September 2017
Setya Novanto mengirimkan surat ke KPK melalui Wakil Ketua DPR Fadli Zon.
Setya meminta KPK menunda proses penyidikan terhadap dirinya sampai putusan
praperadilan keluar. Surat itu sempat menuai protes karena dikirim menggunakan kop
DPR. Namun, KPK menilai proses praperadilan adalah hal yang terpisah dari proses

7
penyidikan. Karena itu, KPK tetap akan menjadwalkan pemeriksaan Setya Novanto
sebagai tersangka.
18 September 2017
KPK kembali memanggil Setya Novanto untuk diperiksa sebagai tersangka.
Namun, lagi-lagi Setya tidak hadir karena sakit, bahkan hingga menjalani kateterisasi
jantung di Rumah Sakit Premier Jatinegara, Jakarta Timur.
22 September 2017
Hakim Cepi menolak eksepsi yang diajukan KPK dalam praperadilan Setya
Novanto. KPK menganggap keberatan Setya soal status penyelidik dan penyidik KPK
adalah keliru. Kepala Biro Hukum KPK Setiadi menilai, pengacara Setya sebaiknya
mempermasalahkan status penyelidik dan penyidik melalui Pengadilan Tata Usaha
Negara, bukan praperadilan. Namun, Hakim Cepi tak sependapat dengan Setiadi.
Menurut dia, status penyidik dan penyelidik KPK yang dipersoalkan pihak Setya
bukan merupakan sengketa kepegawaian tata usaha negara.
25 September 2017
Partai Golkar menggelar rapat pleno yang menghasilkan keputusan agar Setya
Novanto non-aktif dari posisi Ketua Umum Golkar. Internal Partai Golkar mulai
bergejolak dengan kondisi Setya yang berstatus tersangka KPK dan tengah sakit.
26 September 2017
Sidang praperadilan Setya Novanto kembali berlanjut. Pihak Setya mengajukan
bukti tambahan berupa laporan hasil pemeriksaan (LHP) dari BPK terhadap KPK pada
tahun 2016. LHP itu terkait pengangkatan penyidik di KPK. Namun KPK keberatan
dengan bukti itu karena didapatkan dari Pansus Angket terhadap KPK di DPR.
27 September 2017
Hakim Cepi menolak permintaan KPK untuk memutar rekaman di persidangan.
Padahal, KPK yakin rekaman tersebut bisa menunjukkan bukti kuat mengenai
keterlibatan Setya Novanto dalam proyek e-KTP.
29 September 2017
Setelah menjalani serangkaian sidang, hakim tunggal Cepi Iskandar mengabulkan
sebagian permohonan Setya. Penetapan Setya sebagai tersangka oleh KPK dianggap
tidak sah alias batal. Hakim juga meminta KPK untuk menghentikan penyidikan
terhadap Setya. Hakim Cepi beralasan, penetapan tersangka Setya Novanto tidak sah
karena dilakukan di awal penyidikan, bukan di akhir penyidikan. Hakim juga
mempermasalahkan alat bukti yang digunakan KPK untuk menjerat Setya Novanto.

8
Sebab, alat bukti itu sudah digunakan dalam penyidikan terhadap Irman dan Sugiharto,
dua pejabat Kementerian Dalam Negeri yang sudah divonis di pengadilan.
5 Oktober 2017
KPK melakukan penyelidikan baru untuk pengembangan perkara e-KTP, dalam
proses penyelidikan KPK meminta keterangan sejumlah pihak dan mengumpulkan
bukti relevan. Dalam proses penyelidikan, Setya Novanto dua kali tidak hadir untuk
dimintai keterangan, yakni pada 13 dan 18 Oktober 2017 dengan alasan sedang ada
tugas kedinasan.
31 Oktober 2017
KPK menerbitkan sprindik atas nama tersangka Setya Novanto. Di perkara ini,
Setya Novanto disangka melanggar Pasal 2 ayat 1 subsider Pasal 3 Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 20
Tahun 2001 juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
3 November 2017
KPK mengantarkan surat perintah dimulainya penyidikan ke rumah Setya
Novanto di Jalan Wijaya 13, Melawai, Kebayoran Baru.
10 November 2017
KPK kembali menetapkan Setya Novanto menjadi tersangka e-KTP.
Pengumuman penetapan tersebut disampaikan Wakil Ketua KPK Saut Situmorang di
Gedung KPK di kawasan Kuningan Jakarta. Sebagai pemenuhan hal tersangka, KPK
mengantarkan Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP) kepada yang
bersangkutan ke kediaman Setya.
15 November 2017
KPK menjemput paksa Setya Novanto karena sudah tiga kali mangkir saat
dipanggil KPK untuk dimintai keterangan. Enam pegawai KPK menyambangi Setya
Novanto di kediamannya, Jalan Wijaya XIII Nomor 19, Melawai, Jakarta Selatan pada
Rabu malam, 15 November 2017. Para penyidik menggeledah rumah Setya hingga
dinihari. Namun Setya tidak ada di rumah dan tidak diketahui keberadaannya hingga
ditetapkan sebagai daftar pencarian orang (DPO).
16 November 2017
Setya Novanto dilarikan ke Rumah Sakit Medika Permata Hijau setelah mobil
yang dia tumpangi mengalami kecelakaan tunggal di daerah Permata Hijau, Jakarta
Barat.

9
17 November 2017
Komisi Pemberantasan Korupsi KPK menahan Setya Novanto sebagai
tersangka e-KTP. Namun, karena sakit, Setya dibantarkan di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo (RSCM).
20 November 2017
Setya Novanto menjalani pemeriksaan perdana selaku tersangka dan tahanan
kasus dugaan korupsi e-KTP di Gedung KPK, usai dijemput dari RSCM.
5 Desember 2017
KPK menyatakan berkas perkara tersangka kasus korupsi proyek pengadaan e-
KTP Setya Novanto telah P21 atau lengkap untuk dilimpahkan ke Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi.
6 Desember 2017
Berkas kasus e-KTP dengan tersangka Setya Novanto dilimpahkan jaksa KPK ke
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Berkas tersebut
berupa dakwaan dan berita acara pemeriksaan dalam enam buku. Tingginya mencapai
1 meter.
7 Desember 2017
Sidang perdana praperadilan Setya Novanto digelar di Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan.
8 Desember 2017
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan kembali menggelar sidang lanjutan gugatan
praperadilan Setya Novanto terhadap KPK dengan agenda mendengarkan jawaban
dari KPK serta penyerahan barang bukti surat, dan mendengarkan keterangan saksi
dari pihak Setya. Di hari yang sama, dua pengacara Setya Novanto, Otto Hasibuan dan
Fredrich Yunadi, memutuskan untuk mengundurkan diri sebagai kuasa hukum
tersangka kasus dugaan korupsi KTP elektronik tersebut.
11 Desember 2017
Sidang lanjutan praperadilan Setya Novanto dengan agenda mendengarkan
keterangan saksi digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
13 Desember 2017
Sidang putusan praperadilan Setya Novanto akan digelar di Pengadilan Negeri
Jakarta Selatan. Di hari yang sama sidang perdana pokok perkara Setya juga akan
digelar di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi. Hakim tunggal praperadilan Setya

10
Novanto, Kusno mengatakan gugatan Setya dinyatakan gugur saat hakim mulai
memeriksa pokok perkara kasus e-KTP di Pengadilan Tipikor, Jakarta Pusat.
Beberapa kontroversi lain dari Setya Novanto, menurut Wikipedia dapat dilihat di
bawah, yaitu:
1. Bank Bali
Pada tahun 2001, Setya Novanto menjadi salah satu saksi persidangan kasus
hak piutang (cessie) PT Bank Bali kepada Bank Dagang Nasional Indonesia
(BDNI). Belasan tahun kemudian (2015), Kasus terhangat, yaitu pembelian cessie
milik Bank Tabungan Negara (BTN) oleh Victoria Securities International
Corporation, masih dalam proses penyidikan di Kejaksaan Agung. Awalnya
kisruh cessie Bank BTN kurang mendapat perhatian bila saja Ketua DPR Setya
Novanto tidak memanggil Jaksa Agung M Prasetyo secara pribadi ke ruangannya
di Senayan pada 21 Agustus 2015. Intervensi Setya Novanto bukan sebatas
memanggil, melainkan juga mendorong Komisi III DPR membentuk pansus atau
panja. Tidak mengherankan bila pertemuan tertutup itu juga dihadiri Ketua
Komisi III Aziz Syamsudin dari Partai Golkar dan Muhammad Nasir Djamil dari
PKS. Setya Novanto berkilah ia memanggil Prasetyo karena ada surat pengaduan
dari pihak Victoria Securities International Corporation.
2. Kasus Akil Mochtar
Pada kasus Akil Mochtar, Novanto pernah diperiksa sebagai saksi dalam
kasus dugaan suap, gratifikasi, dan pencucian uang terkait sengketa pemilihan
kepala daerah yang bergulir di Mahkamah Konstitusi. Kasus ini menjerat mantan
Ketua MK Akil Mochtar yang juga mantan politikus Partai Golkar. Nama
Novanto sempat disebut dalam rekaman pembicaraan antara Akil Mochtar dan
Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar Jatim sekaligus Ketua Bidang
Pemenangan Pemilu Jawa Zainuddin Amali. Pesan BBM tersebut berisi
permintaan uang Rp 10 miliar dari Akil kepada Zainuddin. Saat dikonfirmasi
mengenai pesan BBM ini, Novanto membantah adanya permintaan uang dari
Akil. Dia mengaku telah melarang Zainuddin mengurus masalah Pilkada Jatim.
Dia juga mengakui bahwa hubungan Akil dengan Golkar tidak baik karena banyak
perkara sengketa pilkada di MK yang tidak dimenangi Golkar.
3. PON XVII
Setya Novanto pernah diperiksa terkait perkara suap pembangunan lanjutan
tempat Pekan Olahraga Nasional XVII.[17] Ruang kerja Setya Novanto juga

11
digeledah oleh Penyidik KPK pada 19 Maret 2013. Tersangka dalam kasus itu
adalah mantan Gubernur Riau Rusli Zainal. Terkait kasus ini, Setya membantah
keterlibatannya. Dia juga membantah pernah menerima proposal bantuan dana
APBN untuk keperluan PON Riau atau memerintahkan pihak Dinas Pemuda dan
Olahraga Riau (Dispora Riau) untuk menyerahkan uang suap agar anggaran turun.
4. Kasus Pertemuan dengan Calon Presiden Amerika Serikat
Setya Novanto, Fadli Zon dkk, selaku pimpinan DPR-RI menghadiri The 4th
World Conference of Speakers Inter Parliamentary Union (IPU) di New York,
AS, pada tanggal 31 Agustus - tanggal 2 September 2015. Usai menghadiri acara
konferensi tersebut, Setya Novanto dkk menghadiri acara jumpa pers kampanye
politik bakal Calon Presiden Amerika Serikat, dari Partai Republik, Donald
Trump pada Kamis pekan tersebut di New York, Amerika Serikat. Persoalan
kehadiran Setya Novanto dkk selaku Pimpinan DPR-RI dalam acara jumpa pers
Donald Trump, Capres AS dari Partai Republik itu kemudian diperbincangkan
publik dan menuai kontroversi.
Sesaat setelah dia (Trump) tampaknya selesai memberikan sambutan dan
berjalan menjauh dari podium, Trump mendadak kembali ke mikrofon bersama
seorang pria di sisinya. Trump memperkenalkan tamu khususnya itu yang sudah
berdiri di belakangnya selama acara tersebut. "(Ini) Ketua DPR Indonesia. Dia
berada di sini untuk bertemu saya. Setya Novanto, salah seorang yang paling
berkuasa dan orang hebat," kata Trump. "Rombongannya berada di sini untuk
bertemu saya hari ini. Kami akan melakukan hal-hal besar buat Amerika Serikat,
benar kan?" lanjut Trump.
Setya menjelaskan, pertemuan itu tidak disengaja, pertemuan itu berawal dari
inisiasi Donald Trump yang menghubungi dirinya untuk menyempatkan diri
berkunjung ke gedung miliknya. Pertemuan tersebut berlangsung pada Pukul
13.30 waktu setempat. Saat itu, agenda acara IPU sedang rehat hingga Pukul 15.00
waktu setempat. Saat itulah Setya berkunjung ke Gedung milik Donald Trump.
Pertemuan tersebut diduga telah melanggar kode etik dewan. Bahkan
pertemuan itu dianggap di luar fungsi dan kewenangan anggota DPR. "MKD
memutuskan memberikan teguran agar (Novanto dan Fadli) lebih hati-hati dalam
menjalankan tugas," kata Ketua Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD)
Surahman Hidayat, Senin, 19 Oktober. Dia menjelaskan sejatinya MKD
berpendapat bahwa pimpinan DPR harus berhati-hati dalam bertugas karena

12
membawa nama besar institusi, apalagi terkait isu pimpinan DPR mendukung
Trump.
5. Kasus Freeport
Dalam politik Indonesia, kasus PT Freeport Indonesia 2015—dikenal pula
sebagai Kasus "Papa Minta Saham"—adalah sebuah kasus dan skandal politik
ketika Ketua DPR RI Setya Novanto (dari Partai Golkar) disebut mencatut nama
Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk meminta saham
dalam sebuah pertemuan dengan PT Freeport Indonesia.
Pada 16 November 2015, Menteri ESDM Sudirman melaporkan Setya
Novanto secara tertulis ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR RI. Pada
2 Desember 2015, sidang MKD dimulai dan Sudirman Said memberikan rekaman
utuh dan transkip percakapan antara Novanto, pengusaha Riza Chalid dan
Direktur Freeport Maroef Sjamsoeddin sebagai bukti perbuatan Novanto. Dalam
rekaman ini Setya Novanto menyebut nama Luhut Binsar Panjaitan (Kepala Staf
Presiden) paling banyak yaitu sebanyak 66 kali. Luhut pun membantah terlibat
dan sempat dipanggil oleh Majelis MKD.
Pada 16 Desember 2015, seluruh anggota MKD (17 orang) memutuskan
Novanto bersalah, dengan suara terbanyak (10 orang) memutuskan sanksi sedang,
yaitu pemberhentian sebagai Ketua DPR RI. Tujuh anggota lainnya meminta
diberikannya sanksi berat, yaitu pemberhentian sebagai anggota DPR RI, namun
tidak mencapai suara terbanyak. Pada hari yang sama, Novanto mengundurkan
diri dari jabatannya sebagai Ketua DPR RI.
Diluar jalur pelanggaran etika oleh Mahkamah Kehormatan Dewan,
Kejaksaan Agung secara paralel menyelidiki kasus ini dengan tuduhan
pemufakatan jahat. Menteri ESDM Sudirman Said dan Dirut PT Freeport sempat
dipanggil oleh Jaksa Agung Muda Pidana Umum (Jampidum). Setya Novanto
juga sudah memberikan keterangan sebanyak tiga kali. Rekaman tersebut juga
disita oleh Jampidum. Akan tetapi saksi kunci yaitu Riza Chalid tidak muncul
meskipun sudah dipanggil berkali-kali. Menurut Menteri Hukum dan HAM, Riza
Chalid berada diluar negeri sejak kasus mencuat. Jaksa Agung pun menyatakan
bahwa kasus ini diendapkan.

13
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Negara adalah sekumpulan orang yang menempati wilayah tertentu dan
diorganisasi oleh pemerintah negara yang sah, yang umumnya memiliki kedaulatan.
Tujuan negara, yaitu menyelenggarakan ketertiban hukum, memperluas kekuasaan
dan mencari kesejahteraan hukum. Negara terbagi kedalam dua bentuk, yaitu negara
kesatuan (Unitaris) dan negara serikat (Federasi). Masalah sering yang dihadapi oleh
suatu Negara, khususnya Negara Indonesia adalah korupsi. Salah satu kasus
korupsinya adalah kasus korupsi e-KTP oleh Setya Novanto.

3.2 Saran
1. Perlunya sistem pembelajaran yang baru untuk pendidikan kewarganegaraan
mengingat betapa pentingnya penanaman nilai-nilai kewarganegaraan sebagai
bekal berbangsa dan bernegara serta melihat dari kurangnya minat mahasiswa
untuk mempelajarinya.
2. Mahasiswa harus lebih antusias lagi serta peduli terhadap masa depan bangsanya
dengan cara menumbuhkan kesadaran pada diri masing-masing tentang
pentingnya nilai-nilai yang disampaikan pada pendidikan kewarganegaraan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto, (2000). Dasar-Dasar Ilmu Tata Negara untuk SMU. Jakarta :


Erlangga.
Hermawanto, Irfan. https://irvanhermawanto.blogspot.co.id/2017/08/contoh-
makalah-sistem-politik-dan.html diakses pada 25 februari 2018.
Hana. http://hanageoedu.blogspot.co.id/2011/12/tujuan-negara-indonesia-
dalam-pembukaan.html diakses pada 28 Februari 2018.
Inu Kencana Syafiie, (1994). Ilmu Pemerintahan, Bandung : Mandar Maju.
Kansil, C.S.T.(1993), Sistem Pemerintahan Indonesia, Jakarta : Bumi Aksara.
Rahmi. https://rahmiendah.wordpress.com/2014/11/12/bentuk-negara-dan-
sistem-pemerintahan/ diakses pada 28 Februari 2018.
Red. http://www.suaramuhammadiyah.id/2017/06/29/10-masalah-bangsa-
indonesia/ diakses pada 26 Februari 2018.
Runchitra. http://ruchitra.wordpress.com/2008/11/09/bentuk-negara-dan-
bentuk-kenegaraan/ diakses pada 25 Februari 2018.
Samoeji. http://samoeji.blogspot.co.id/2012/10/makalah-negara-dan-
kewarganegaraan.html?m=1 diakses pada 25 Febrari 2018.
Wikipedia. https://id.wikipedia.org/wiki/Negara diaksespada 25 Februari
2018.
Wikipedia. https://id.wikipedia.org/wiki/Setya_Novanto diakses pada 28
Februari 2018.
Wikipedia. https://id.wikipedia.org/wiki/Kasus_Freeport_Indonesia_2015
diakses pada 28 Februari 2018.

iii

Anda mungkin juga menyukai