Anda di halaman 1dari 10

REVIEW JURNAL GAYA KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

DALAM JABATAN PUBLIK


(Studi Kasus: Lurah Perempuan di Kelurahan Kesiman
Kecamatan Denpasar Timur)

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti mata kuliah Kepemimpinan

Oleh:

Destya Liziana
NIM: 15101015
NIRM: 15103035201015

Dosen Pembimbing:
Desrian Effendi, MPM

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK


SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK RAJA HAJI
TANJUNGPINANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kepemimpinan di Indonesia seringkali identik dengan laki-laki yang
mempunyai sifat tangguh, tegas, dan berani karena masih kentalnya budaya patriarki
di Indonesia. Namun seiring perkembangan zaman telah terdapat persamaan hak
antara laki-laki dan perempuan yang dikenal dengan istilah emansipasi wanita.
Tetapi, adanya emansipasi wanita tersebut tidak memuluskan jalan perempuan dalam
melakukan kegiatan dari profesi yang dijalankan. Terlebih lagi perempuan yang
menjalankan profesi sebagai pemimpin ataupun pejabat publik seperti lurah. Lurah di
Kelurahan Kesiman adalah satu-satunya lurah perempuan di Kecamatan Denpasar
Timur.
Permasalahan yang dialami secara langsung oleh lurah perempuan di
Kelurahan Kesiman adalah keterbatasan ruang gerak yang dikarenakan aktivitas
kelurahan menyangkut seluruh lapisan masyarakat yaitu pihak-pihak tertentu yang
merupakan bagian dari masyarakat Kelurahan Kesiman, sehingga beberapa kegiatan
yang membutuhkan koordinasi langsung dengan tokoh masyarakat, tokoh agama,
kepala lingkungan dan pihak-pihak terkait lainnya dilaksanakan diluar jam kerja
bahkan dimalam hari. Namun, sebagai pemimpin Kelurahan Kesiman, beliau
berhasil memimpin Kelurahannya sehingga mendapat predikat kategori hijau
penilaian pelayanan publik dari Ombudsman Republik Indonesia perwakilan Bali
pada Selasa, 5 Mei 2015, dimana kategori hijau diartikan bagus.
Penulis tertarik dengan jurnal ini karena adanya kepemimpinan yang pada
umumnya dipimpin oleh seorang laki-laki namun perempuan juga bisa menjadi lurah
yang memimpin di Kelurahan Kesiman Kecamatan Denpasar Timur apabila dilihat
dari sudut pandang mengenai perbedaan gender yang mengganggap laki-laki adalah
maskulin sedangkan perempuan adalah feminim dan tentunya pasti terdapat
perbedaan gaya kepemimpinan perempuan dan laki-laki yang dijelaskan dalam jurnal
ini dari metode-metode dan pendekatan kepada bawahannya dengan keberhasilan
lurah perempuan Kelurahan Kesiman tersebut menghadapi dengan segala
keterbatasan mengatur keluarga, rumah tangga, pekerjaan dan adat budayanya.
BAB II
PEMBAHASAN

Metode penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif deskriptif


dengan teknik penentutan informan purposive sampling dimana narasumber atau
informan ditentukan sejak awal sesuai dengan kebutuhan informasi yang diperlukan
dalam penelitian. Walaupun menggunakan teknik purposive sampling, penulis tidak
menutup kemungkinan untuk menggunakan teknik snowball sampling karena seiring
berjalannya penelitian narasumber atau informan pasti akan bertambah dan berkembang
sesuai dengan petunjuk dari narasumber sebelumnya.
Teknik penarikan sampel utama yang digunakan adalah purposive sampling
dalam jurnal ini tidak menjelaskan secara rinci jumlah narasumber selain lurah
perempuan di Kelurahan Kesiman Kecamatan Denpasar Timur. Di sebutkan juga oleh
peneliti jurnal bahwa tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan teknik snowball
sampling karena seiring berjalannya penelitian narasumber atau informan pasti akan
bertambah dan berkembang sesuai dengan petunjuk dari narasumber sebelumnya yang
mana lokasi penelitian juga tidak dijelaskan ruang lingkup penelitian hanya pada Kantor
Kelurahan Kesiman atau wilayah Kelurahan Kesiman yang mungkin saja sampelnya
bertambah termasuk tokoh masyarakat, tokoh agama, masyarakat sekitar dan lain
sebagainya yang mengetahui tentang gaya kepemimpinan lurah perempuan di
Kelurahan Kesiman tersebut.Penelitian ini dengan masalah gaya kepemimpinan lurah
perempuan di Kelurahan Kesiman menggunakan gaya kepemimpinan perempuan
sebagai variabel bebas (X), dan jabatan publik sebagai variabel terikat (Y1).
A. Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah suatu perwujudan tingkah laku dari seorang
pemimpin yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin, dimana perwujudan
tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu (Bastian, 2014).
Terdapat dua sisi gaya kepemimpinan yaitu:
1. Gaya Kepemimpinan secara Umum
Menurut Lippit dan White (dalam Winardi, 2000), beberapa gaya
kepemimpinan sebagai berikut:
a) Otoriter, yang menjadi ciri-ciri kepemimpinan dengan gaya otoriter adalah:
(1) Penetapan kebijakan dan pengambilan keputusan dilakukan oleh
pemimpin.
(2) Langkah-langkah dalam melakukan suatu kegiatan atau aktivitas
organisasi ditentukan oleh pemimpin.
(3) Pemimpin biasanya mendikte tugas-tugas pekerjaan yang harus dilakukan
dan rekan kerja setiap anggota.
(4) “Dominator” cenderung bersikap pribadi dalam pujian dan kritik pekerjaan
setiap anggota dan tidak ikut serta dalam partisipasi kelompok secara aktif
kecuali apabila ia memberikan demonstrasi.
b) Demokratis, adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan demokratis adalah:
(1) Kebijakan merupakan bahan pembahasan anggota dan dalam pengambilan
keputusan organisasi melibatkan partisipasi anggota
(2) Rencana atau rancangan kegiatan dicapai selama diskusi berlangsung yang
dilukiskan melalui langkah-langkah umum kearah tujuan organisasi.
(3) Para anggota bebas untuk bekerja dengan siapa yang mereka inginkan dan
pembagian tugas diserahkan kepada kelompok yang dibentuk langsung
oleh anggota organisasi.
(4) Pemimpin bersifat objektif dalam pujian dan kritik terhadap bawahannya.
c) Laissez-Faire, ciri-ciri dari gaya kepemimpinan laissez-faire adalah:
(1) Kebebasan lengkap untuk keputusan kelompok atau individual dengan
partisipasi pemimpin yang minim.
(2) Pemimpin akan menyediakan keterangan apabila ada permintaan dan
pemimpin tidak turut mengambil bagian dalam diskusi kelompok.
(3) Tidak adanya partisipasi pemimpin sedikitpun.
(4) Pemimpin tidak berusaha sama sekali untuk menilai atau mengatur
kegiatan-kegiatan organisasi.

Berdasarkan hasil penelitian jurnal ini, dapat dilakukan analisis bahwa


lurah perempuan di Kesiman lebih cenderung menggunakan gaya kepemimpinan
demokratis. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan pernyataan bahwa lurah
perempuan di Kesiman mengambil keputusan melibatkan bawahan melalui
sebuah rapat maupun diskusi. Beliau senantiasa meminta pertimbangan kepada
bawahan atas apa yang harus dilakukan. Lurah perempuan di Kesiman seringkali
mengundang Kepala Lingkungan dalam rapat koordinasi. Kemudian, hasil
wawancara dalam jurnal juga menunjukkan bahwa tidak ada pendiktean yang
dilakukan oleh lurah perempuan di Kesiman. Semua langkah-langkah yang harus
dilakukan dalam melakukan kegiatan kelurahan menjadi pembahasan bersama dan
keputusan dilakukan secara bersama juga karena lurah tidak sendiri menjalankan
kegiatan melainkan melibatkan bawahannya juga. Lurah juga biasanya
mengarahkan ataupun memberikan alternatif-alternatif untuk mengefisienkan dan
mengefektifkan kegiatan yang akan dilakukan.
Selain itu, lurah perempuan di Kesiman terbukti objektif dalam
memperlakukan bawahannya. Objektif disini dalam artian apabila bawahan
melakukan pekerjaan yang baik dan benar, pujian akan diberikan oleh lurah
terhadap bawahannya. Sedangkan apabila pekerjaan bawahannya masih kurang
atau terdapat kesalahan, beliau akan menegur dan mengarahkan bagaimana
seharusnya, tidak langsung mengkritik karena sebagai perempuan beliau masih
membawa sifat keperempuanannya yaitu bersikap lembut namun tetap tegas.
Lurah juga senantiasa melakukan evaluasi terhadap kepemimpinannya melalui
sharing dengan meminta saran dan masukan dari bawahannya demi
kepemimpinan yang lebih baik ke depannya dan demi kemajuan organisasi yang
dipimpinnya. Jadi, dapat disimpulkan berdasarkan analisis di atas, gaya
kepemimpinan umum yang digunakan oleh lurah perempuan di Kesiman adalah
gaya kepemimpinan demokratis.

2. Gaya Kepemimpinan Khas Perempuan


a) Maskulin-Feminim
Menurut Loden (dalam Situmorang, 2011), ciri-ciri dari gaya kepemimpinan
maskulin adalah kompetitif, otoritas hirarki, kontrol tinggi bagi pemimpin,
tidak emosional, dan analisis dalam mengatasi masalah. Sedangkan ciri-ciri
gaya kepemimpinan feminim yaitu koperatif, kolaborasi dengan manajer dan
bawahan, kontrol rendah bagi pemimpin dan mengatasi masalah berdasar
intuisi dan empati.

Berdasarkan analisis di jurnal dapat disimpulkan bahwa lurah perempuan


memiliki gaya kepemimpinan maskulin. Hal tersebut dapat dibuktikan dari ciri-
ciri yang dimiliki yaitu kontrol tinggi bagi pemimpin, tidak emosional, dan
analisis dalam mengatasi masalah yang merupakan indikator dari gaya
kepemimpinan maskulin. Walaupun lurah perempuan di Kesiman tidak terlepas
dari sisi feminimnya yaitu sifat yang koperatif dan kolaborasi dengan atasan dan
bawahan yang merupakan ciri-ciri gaya kepemimpinan feminim. Namun, Lurah
Kesiman lebih condong ke gaya kepemimpinan maskulin. Oleh karena itu jika
dilihat dari sisi maskulin-feminim, lurah perempuan menggunakan gaya
kepemimpinan maskulin. Hal ini sesuai dengan ciri-ciri feminim dan maskulin
yang dijelaskan dalam jurnal Gaya Kepemimpinan Perempuan (Annisa Fitriani,
2015)1.
Tabel 1 Ciri-Ciri Feminim dan Maskulin
Feminim Maskulin
Tidak Agresif Sangat Agresif
Tergantung Tidak Tergantung
Emosional Tidak Emosional
Sangat Subjektif Sangat Objektif
Mudah Terpengaruh Tidak Mudah Terpengaruh
Pasif Aktif
Tidak Kompetitif Sangat Kompetitif

Namun penelitian ini juga bertentangan dengan (Nuri Herachwati dan


Bhaskaroga Dwiatmaja Basuki, 2012) bahwa gaya kepemimpinan dari Wakil
Bupati perempuan Kabupaten X didalam penelitian tersebut muncul perilaku
dasar dari peran gender feminim yang mana wakil bupati perempuan tersebut
lebih sering melakukan pendekatan secara personal kepada bawahannya dan
memiliki sifat ke-ibu-an yang sangat melekat2.

b) Transformasional-Transaksional
Bass (dalam Situmorang, 2011) mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan
transformasional menjelaskan proses hubungan antara atasan dan bawahan
yang didasari oleh nilai-nilai, keyakinan, dan asumsi mengenai visi dan misi
organisasi, dimana para pemimpin dapat menggerakkan pengaruhnya demi
kepentingan kelompok, organisasi, atau negara daripada kepentingan self
interest mereka sendiri. Pemimpin transformasional juga berusaha agar dapat
1
(Fitriani 2015)
2
(Herachwati and Basuki 2012)
mengubah konsep diri bawahan dan meningkatkan bawahan mereka menjadi
orang-orang yang dapat mencapai aktualitas diri, regulasi diri, dan kontrol diri.
Sedangkan gaya kepemimpinan transaksional adalah suatu pendekatan sosial
terhadap kepemimpinan yang melibatkan proses timbal balik antara pimpinan
dan bawahan, dimana pemimpin meyakinkan bawahan bahwa beberapa
keuntungan akan bertambah bila bawahan berperilaku seperti yang diharapkan
pemimpin.
Jika dilihat dari sisi gaya kepemimpinan transformasinal-transaksional,
lurah perempuan di Kesiman menggunakan gaya kepemimpinan transformasional.
Lurah perempuan di Kesiman selalu memotivasi bawahan agar dapat
menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Agar bawahan termotivasi, lurah
memberlakukan target atau deadline supaya pekerjaan dapat terselesaikan dengan
tepat waktu. Tidak hanya untuk membangkitkan semangat kerja, dengan adanya
motivasi yang diberikan oleh pemimpin, para bawahan dapat meningkatkan
potensi yang dimiliki untuk mencapai aktualitas diri. Karena pada prinsipnya
apabila semua pekerjaan bawahan dapat terselesaikan dengan tepat waktu, tentu
saja akan berpengaruh terhadap pekerjaan lurah juga. Dengan begitu semuanya
akan berjalan dengan baik.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian (Paskalia, 2015) yang
menyatakan bahwa gaya komunikasi kepemimpinan Bu Alin sebagai Rektor
UMB Yogyakarta dalam masa sulit adalah transaksional-otokratik dan condong ke
maskulin.
Tabel 2 Perbedaan Gaya Komunikasi Kepemimpinan
Jenis Kelamin
Laki-Laki Perempuan
Informan (Rektor UAJY) (Rektor UMB Yogyakarta)
Situasi
Tataran Individu Organisasional Individu Organisasional
Masa sulit Transaksional Demokratik Transaksional Otokratik
Demokraktik dan Demokraktik dan
Di luar masa sulit
Transformasional Transformasional

Bu Alin sebagai Rektor UMB Yogyakarta merupakan sosok yang


memiliki sikap elegan dengan anggota organisasi sebagai salah satu cara menjaga
wibawanya dan lebih mengedepankan komunikasi formal. Sikap ini merupakan
unsur-unsur dari paradigma maskulin. Realitanya hal ini dimiliki oleh seorang
perempuan Madura. Sikap-sikap ini merupakan motivasi intrinsik yang dimiliki
oleh Bu Alin demi mencapai tujuan organisasi3.

B. Konsep Perempuan
Perempuan merupakan salah satu jenis kelamin manusia. Adapun pengertian
dari kata “Perempuan” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang
(manusia) yang mengalami menstruasi, hamil, melahirkan, dan menyusui. Saat ini
perempuan sudah memiliki cara pandang yang modern yang mampu
mengembangkan potensi diri yang dimiliki dengan cara bekerja. Namun disamping
itu perempuan juga dituntut untuk bisa mengatur waktu antara urusan pekerjaan,
rumah tangga dan keluarga. Terlebih lagi perempuan Bali yang tidak terlepas dari
aturan adat yaitu ngayah atau membantu kegiatan rangkaian upacara adat di banjar
ataupun lingkungan tempat tinggal. Begitu kompleksnya peran perempuan di
masyarakat telah membuktikan ketangguhan sosok perempuan, sehingga permpuan
menjadi sosok yang sangat dihormati dan dihargai di masyarakat.

C. Konsep Jabatan Publik


Jabatan menurut Manan (2004) dapat diartikan sebagai lingkungan kerja
tetap yang berisi fungsi-fungsi tertentu yang secara keseluruhan akan mencerminkan
tujuan dan tata kerja suatu organisasi. Sedangkan yang dimaksud dengan publik
adalah masyarakat. Jadi dapat disimpulkan bahwa jabatan publik adalah jabatan yang
diduduki seseorang yang menjalani fungsi sebagai pejabat pemerintah dan bekerja
untuk orang banyak (publik) atau yang sering disebut dengan pejabat publik. Pejabat
yang menduduki jabatan publik tidak selalu melalui proses pemilihan umum
layaknya mekanisme pemilihan pejabat yang melalui proses politik. Namun untuk
memperoleh jabatan publik tersebut dapat juga melalui proses pengangkatan dengan
model dan prosedur tertentu. Salah satu jabatan publik yang tidak melalui pemilihan
umum adalah lurah. Lurah adalah pimpinan atau pemimpin wilayah kelurahan
dimana kelurahan adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah
kecamatan.

3
(Paskalia 2015)
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam jurnal penelitian ini dapat diketahui bahwa gaya kepemimpinan
secara umum yang digunakan oleh lurah perempuan di Kelurahan Kesiman adalah
gaya kepemimpinan demokratis, dimana pemimpin melibatkan bawahan dalam
pengambilan keputusan dan bawahan diperbolehkan atau dibebaskan menyampaikan
pendapat, saran, dan masukan untuk dipertimbangkan sebelum menjadi sebuah
keputusan dan gaya kepemimpinan khas perempuan yang digunakan oleh lurah
perempuan di Kesiman adalah gaya kepemimpinan maskulin-transformasional,
dimana lurah perempuan memiliki sikap kontrol tinggi bagi pemimpin, tidak
emosional dan analisis dalam mengatasi masalah, serta berusaha agar dapat
mengubah konsep diri bawahan dan meningkatkan bawahan mereka menjadi orang-
orang yang dapat mencapai aktualitas diri, regulasi diri, dan kontrol diri serta
mengemban tugasnya dengan baik sebagai lurah.

B. Saran
Seharusnya ada penjelasan yang lebih jelas lagi mengenai Metode Penelitian
dengan jumlah sampel yang menjadi narasumber selain lurah perempuan di
Kelurahan Kesiman Kecamatan Denpasar Timur dan penjelasan lokasi penelitian di
jurnal yang sesuai dengan teknik penarikan sampel yang digunakan adalah purposive
sampling dan teknik snowball sampling lokasi penelitian seharunya menjelaskan
ruang lingkup penelitian hanya pada Kantor Kelurahan Kesiman atau wilayah
Kelurahan Kesiman yang sampelnya bisa jadi tokoh masyarakat, tokoh agama,
masyarakat sekitar dan lain sebagainya yang mengetahui tentang gaya kepemimpinan
lurah perempuan di Kelurahan Kesiman tersebut sehingga narasumber yang
diwawancarai tidak menjadi rancu.
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal

Fitriani, Annisa. Gaya Kepemimpinan Perempuan. Jurnal Teropong Aspirasi Politik


Islam (TAPIS) Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, Vol. 11, No. 2,
2015: 1-22, Lampung

Herachwati, Nuri dan Bhaskaroga Dwiatmaja Basuki. Gaya Kepemimpinan Laki-Laki


dan Perempuan. Majalah Ekonomi Universitas Airlangga Surabaya, Agustus
2012: 135-147, Surabaya

Pakalia. Studi Gender tentang Gaya Komunikasi Kepemimpinan (Studi Kasus pada
Rektor Universitas Mercu Buana Yogyakarta dan Universitas Atma Jaya
Yogyakarta). Jurnal Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2015,
Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai