Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Segala kehidupan manusia tidak pernah terlepas dari yang namanya
sejarah. Sejarah merupakan segala peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian
yang telah terjadi yang dapat memberikan segala manfaat bagi kehidupan manusia
baik itu menjadi sumber inspirasi, edukatif, maupun sebagai sumber rekreatif bagi
setiap manusia. Khususnya sejarah mengenai peradaban Islam.
Sejarah mengenai peradaban Islam ini memberikan manfaat yang sangat
besar bagi para umat Islam di dunia. Di mana melalui sejarah peradaban Islam
terdapat berbagai cerita atau kronologi mengenai peristiwa-peristiwa yang
berkaitan dengan agama Islam baik itu pada zaman Rasulullah, pada masa
Khulafaurrasyidin, atau setelah para sahabat meninggal dunia.
Salah satu yang dikaji dalam sejarah peradaban Islam ialah mengenai
kerajaan-kerajaan yang berdiri sepeninggalan Rasulullah dan para sahabatnya,
diantara kerajaan-kerajaan tersebut adalah kerajaan Turki Usmani yang berdiri
selama kurang lebih 7 abad lamanya. Kerajaan Turki Usmani dipimpin oleh
banyak khalifah karena kerajaan ini berdiri dalam waktu yang lama. Banyak
peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada masa kerajaan Turki Usmani, baik
itu mengenai konflik intern, ekstern, mengenai kejayaan-kejayaan yang diperoleh,
para pemimpinnya, faktor penyebab kemundurannya dan sebagainya. Sehingga
perlu mempelajari mengenai Kerajaan Turki Usmani.
Hal inilah yang melatarbelakangi penyusunan makalah ini untuk mengkaji
lebih dalam mengenai kerajaan Turki Usmani, baik itu mengenai latar belakang
kemunculannya, para pemimpinnya, kejayaan yang diperoleh serta faktor-faktor
yang menyebabkan keruntuhannya.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu:
1. Bagaimana sejarah berdirinya kerajaan Usmani?
2. Bagaimana kemajuan Kerajaan Turki Usmani?
3. Apa penyebab kemunduran dari Dinasti Turki Usmani?
4. Siapa-siapa sajakah Sultan-sultan yang berkuasa pada masa Dinasti
Usmani?
5. Bagaimana Revolusi Kerajaan Turki Usmani Menjadi Negara sekuler?

C. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya kerajaan Usmani.
2. Untuk Mengetahui kemajuan Kerajaan Turki Usmani.
3. Untuk mengetahui penyebab kemunduran dari Dinasti Turki Usmani.
4. Untuk mengetahui Sultan-sultan yang berkuasa pada masa Dinasti
Usmani.
5. Untuk mengetahui Revolusi Kerajaan Turki Usmani Menjadi Negara
sekuler.
Bab. II
Chapter Report

A. UTSMAN PELETAK DASAR KEKHALIFAHAN UTSMANI

Pada tahun 656H./1267 M. Utsman anak Utsman anak Urtughril lahir. Utsman
inilah yang kemudian menjadi nisbat (ikon) kekuasaan khilafah Utsmani. Tahun
kelahirannya bersamaan dengan serbuan pasukan mongolia dibawah pimpinan
Hulaku yang menyerbu ibu kota khilafah Abbasiyah. Penyerbuan ini merupakan
peristiwa yang sangat mengenaskan dalam sejarah, korban demikian banyak.

Tentang kejamnya serbuan tersebut, Ibnu Katsir menjelaskan; “mereka


datang menyerbu Baghdad, membunuh siapa saja yang bisa mereka bunuh, baik
laki-laki, perempuan, anak-anak, orang tua, orang jumpo maupun remaja. Saking
ketakutan, banyak orang yang bersembunyi beberapa hari di dalam sumur,
tempat-tempat binatang buas, tempat-tempat kotor, atau sama sekali tidak berani
keluar rumah. Ada sebagian orang yang berusaha bersembunyi di dalam toko-toko
lalu mereka menutup pintu. Namun pasukan mongol membuka pintu dengan
paksa, baik dengan cara mendobrak ataupun membakar. Kemudian mereka
memasuki toko-toko itu dan menyeret orang-orang yang bersembunyi tadi keatas
wuwungan rumah, lalu dibunuh diatas sana sehingga darah mengalir demikian
derasnya. Innalillahi wa innalillahi raji’un. Demikian pula orang-orang yang
bersembunyi di dalam mesjid, tempat-tempat pertemuan semuanya di bunuh. Tak
lama yang selamat kecuali mereka yang berasal dari kalangan Ahli Dzimmah,
yaitu Yahudi dan orang-orang Kristen serta orang-orang yang meminta
perlindungan pada mereka.

Peristiwa ini sungguh menjadi peristiwa yang demikian mengerikan dan


mengenaskan. Kondisi umat islam saat itu tengah dilanda krisis, akibat lumuran
dosa dan maksiat. Mereka lemah, takut mati dan cinta dunia. Oleh sebab itulah
mereka dikuasai bangsa mongol yang melecehkan kehormatan umat Islam,
menumpahkan darah kaum muslimin, membunuh jiwa-jiwa tak berdosa,
merampas semua kekayaan umat dan menghancurkan tempat tinggal kaum
muslimin.

Pada situasi yang mencekam dan sangat kritis ini, serta dalam kondisi
umat yang dilanda rasa takut mati dan cinta dunia, lahirlah utsman sebagai peletak
dasar Utsmaniyah. Disini ada satu hal yang patut kita cermatidan perhatikan,
dimana umat islam telah memulai sebuah kebangkitan baru saat ia berada di
puncak kelemahan dan kehancurannya. Inilah titik tolak kebangkitan dan
kemenangan. Sungguh sebuah hikmah Allah, kehendak dan kemauan-Nya yang
tidak bisa di tolak siapa saja.

Allah berfirman,yang artinya :

“Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas


di bumi (Mesir)itu dan hendak kami jadikan mereka pemimpin dan kami jadikan
mereka orang yang mewarisi (bumi). Dan akan Kami teguhkan kedudukan
mereka dimuka bumi dan akan Kami perlihatkan kepada Fir’aun dan Hamam
beserta tentaranya apa yang selalu mereka khawatirkan dari mereka itu”(Al-
Qashash:5-6)

Beberapa sifat kepemimpinan Utsman I

Jika kita memerhatikan dengan seksama riwayat hidup Utsman I, tampak


sifat-sifat kepribadiannya sebagai seorang komandan perang dan seorang
politikus. Beberapa sifat yang menonjol darinya adalah sebagai berikut;

1. Pemberani
Tatkala pemimpin-pemimpin Kristem Byzantium melakukan pertemuan di
Burshah, Madanus, Adrahnus, Katah dan Kastalah pada 700 H./1301 M.,
dalam rangka menyatukan langkah dan membentuk aliansi Salibis untuk
memerangi Utsman bin Urtughril, peletak dasar khilafah Utsmaniyah,
semua orang Kristen merespon positif seruan itu dan mereka bersatu untuk
menghancurkan negara yang baru berdiri. Utsman dengan pasukannya
datang menyongsong pasukan Salibis, diapun terjun langsung kemedan
perang. Dia berhasil menghancurkan pasukan Romawi. Dalam peperangan
tersebut tampak keberanian dan kepahlawanannya.
2. Bijaksana
Setelah menerima estafeta kepemimpinan kaumnya, dia melihat bahwa
merupakan sebuah tindakan yang bijak jika dia bergabung bersanma
Sultan Alauddin untuk menggempur orang-orang Kristen. Ini di dukung
oleh adanya penaklukan-penaklukan beberapa kota pertahanan dan
benteng-benteng musuh. Oleh sebab itulah dia mendapat kepercayaaan
dari Sultan Saljuk-Romawi Alauddin untuk menjadi Amir. Sultan
mengijinkan dirinya untuk membuat mata uang dengan melukiskan
namanya sendiri. Di samping itu namanya disebutkan ketika khutbah-
khutbah Jum’at di wilayah yang menjadi kekuasaannya.
3. Ikhlas
Keikhlasannya dalam menunaikan agama, tersebar luas hingga ke
penduduk-penduduk yang berdekatan dengan wilayah kekuasaan Utsman.
Tak ayal para penduduk di perbatasan tersebut menjadi benteng tangguh
dan pilar utama bangunan Islam dalam membendung serangan-serangan
musuh yang mengancam islam dan kaum muslimin.
4. Sabar
Sifat sabarnya tampak saat melakukan penaklukan benteng dan negeri-
negeri. Dia mampu membuka benteng Katah, benteng Lafkah, Aaq Hishar
an Qawj Hishar pada tahun 707 H. Sedangkan pada tahun 712 H., dia
mampu membuka benteng Kabwah, Yakijah Tharaqaluh, Takrar Bikari
dan yang lainnya
Penaklukan benteng-benteng tersebut, besar pengaruhnya dalam
menaklukan kota Burusan pada tahun 717 H./1317 M. Dimana,
penaklukan kota tersebut bukanlah hal yang mudah. Untuk menaklukan
kota Burusah diperlukan waktu yang cukup panjang dan pertempuran yang
berlangsung bertahun-tahun. Bahkan penaklukan kota Burusah,
merupakan penaklukan paling sulit yang pernah di lakukan Utsman.
Dimana, ia terlibat pertempuran sengit dengan pemimpin kota itu yang
bernama ikrinus bertahun-tahun lamanya, hingga akhirnya dia menyerah
dan menyerahkan kota Burusan pada Utsman. Allah berfirman, yang
artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan
kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga ( diperbatasan
negerimu) dan bertawakallah kepada Allah supaya kami beruntung.”(Ali
Imran: 200)
5. Daya Tarik Keimanan
Sifat ini tampak ketika Ikrinus pemimpin Burusah berinteraksi
dengannya dan kemudiaan dia masuk Islam. Sultan memberinya gelar
Baek. Dia kemudian menjadi salah seorang komandan perang khilafah
Utsmaniyah yang sangat terkenal. Banyak komandan Byzantium yang
terpengaruh dengan kepribadian Utsman dan metode yang dilakoninya,
sehungga banyak diantara mereka yang bergabung dengan tentara-tentara
Utsmani.
Bahkan banyak jama’ah-jama’ah islam yang meleburkan diri dalam
pemerintahan Utsmani, seperti jama’ah “Ghuzya Rum ( pasukan penyerbu
Romawi ).” Kelompok ini adalah kelompok yang melakukan penjagaan di
wilayah-wilayah perbatasan Romawi yang mencegah serangan yang
mungkin datang menyerbu kekuatan Islam sejak masa pemerintahan
Abbasiyah. Wujud pasukan ini telah memberikan pelajaran penting dalam
melawan orang-orang Romawi dan sekaligus meneguhkan komitmen
mereka dengan Islam serta kepatuhannya pada ajaran Islam.
Kelompok lain yang meleburkan diri dalam pemerintahan Utsmani,
adalah kelompok yang bernama Al-Ikhyan atau Al-Ikhwan. Mereka adalah
kelompok orang-orang pemurah yang selalu memberi bantuan pada kaum
muslimin dan selalu terbuka menerima kehadiran mereka, serta selalu
mengiringi pasukan kaum muslimin saat melakukan perang. Sebagian
besar kelompok ini, terdiri dari para pedagang Islam, seperti mendirikan
mesjid, toko, dan penginapan-penginapan. Mereka memiliki kedudukan
istimewa dalam pemerintahan. Dalam kelompok ini juga terdapat beberapa
ulama berilmu luas yang aktif menyebarkan pengetahuan Islam dan gigih
dalam upaya menjadikan manusia berpegang teguh pada agama mereka.
Adapula jama’ah yang bernama “Hajiyat Rum (penziarah negeri
Romawi).” Kelompok ini adalah kelompok yang memiliki pengetahuan
dan syariat Islam yang jempolan dan detail. Mereka bertujuan untuk
membantu kaum muslimin secara umum dan kaum mujahidin secara
khusus,serta masih bnayak kelompok-kelompok lain.
6. Adil
Sebagian besar referensi yang berasal dari Turki menyebutkan, bahwa
Urtughril mengangkat anaknya Utsman sebagai peletak dasar
pemerintahan Utsmani, untuk menjadi Qadhi di kota Qarahjah Hishar
setelah dia mampu mengambil alih wilayah itu dari tangan orang-orang
Byzantium pada tahun 684 H./1285 M. Suatu saat Utsman memenangkan
perkara seorang Byzantium Turki. Maka orang itupun sangat heran dan
bertanya pada Utsman; “Bagaimana mungkin engkau memberikan
keputusan hukum yang memndatangkan maslahat padaku,sedangkan saya
sendiri tidak seagama denganmu?”
”Bagaimana mungkin saya tidak memutuskan perkara yang
mendatangkan maslahat padamu padahal Allah Tuhan yang saya sembah
berfirman,
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada
orang yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
meletakkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapakan dengan
adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya
kepadamu. Sesungguhnya Alah Maha Mendengar lagi Maha
melihat.”(An-nisa : 58)
Keadilan inilah yang telah membuat orang tadi mendapat hidayah dan
masuk Islam.
Sesungguhnya Utsman menjalankan keadilan terhadap rakyat yang
ditaklukan. Dia tidak pernah memperlakukan pihak yang kalah dengan
tindakan yang zhalim, kejam, bengis dan tidak manusiawi.
7. Memenuhi Janji
Dia sangat memperhatikan pemenuhan janji. Tatkala pemimpin
benteng Ulubad Byzantium meminta syarat saat dia menyerah pada tentara
Utsmani, agar tidak seorangpun Utsmani muslim yang menyebar disaat
jembatan memasuki benteng maka diapun memenuhi persyaratan itu.
Allah berfiman;
“Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta
pertanggung jawabnya.”(Al-Isra’: 34)
8. Ikhlas Karena Allah dalam Setiap Penaklukan
Semua penaklukan yang ia lakukan,sama sekali bukan demi
kemaslahatan ekonomi dan kemaslahatan militer atau yang lainnya. Tapi
sebagai kesempatan untuk menyampaikan dakwah dan menyeberkan
agama-Nya. Oleh sebab itulah sejarawan Ahmad Rafiq dalam buku At-
Tarikh Al-‘Am Al-Kabir menyifatinya, ”Utsman adalah seorang yang
sangat agamis. Dia sangat mengerti bahwa penyebaran Islam itu
merupakan kewajiban suci. Dia adalah ‘raja’ dalam pemikiran politik yang
memiliki pandangan yang luas dan kokoh. Utsman tidak sekali-kali
mendirikan negaranya karena kecintaannya pada kekuasaan. Dia
mendirikan negaranya karena didorong oleh rasa cintanya untuk
menyebarkan Islam.”
Mushir Ughlu mengatakan, “Utsman bin Urtughril benar-benar
mengimani bahwa kewajiban satu-satunya dalam kehidupannya adalah
berjihad dijalan Allah. Dan diapun telah telah melakukan dengan segala
daya dan upayanya untuk mencapai tujuan tersebut.
Demikianlah beberapa karakteristik Utsman I, yang merupakan buah
dari keimanannya terhadap Allah, kesiapannya menyambut Hari Akhirat,
kecintaannya kepada orang-orang yang beriman dan kebenciannya pada
orang-orang kafir, serta rasa cintanya yang demikian dalam untuk berjihad
dan berdakwah dijalan Allah. Oleh sebab itulah, Utsman dalam setiap
penaklukannya meminta pada semua pemimpin Romawi di Asia Kecil
untuk memilih tiga pilihan yakni; Masuk Islam, membaya jizyah atau
berperang. Maka dari itu sebagian dari mereka masuk islam, sebagiannya
bergabung dengannya dan sebagian lagi ada yang membayar jizyah.
Sedangkan orang yang tidak memilih islam dan tidak membayar jizyah,
maka ia akan memerangi hidup-mati. Diapun mampu mengalahkan
mereka dan menggabungkan wilayah-wilayah itu berada dibawah
kekuasaannya.
Utsman memiliki kepribadian yang seimbang dan ajeg. Semuanya
berkat keimananya yang demikian agung kepada Allah dan Hari Akhir.
Oleh karena itu, kekuasaannya tidak melenyapkan sisi keadilannya,
kesultanannya tidak menghilangkan rasa kasihnya, dan tidak pula
kekayaannya mengotori kerendahan hatinya. Manusia demikian, berhak
untuk mendapatkan pertolongan dan dukungan dari Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Maka dari itu, Allah memuliakannnya dengan potennsi brilian
untuk membuat strategi-strategi yang mampu memengkan dan
mengalahkan, dan semuanya merupakan karunia Allah atas hamba-Nya
yang bernama Utsman.
Allah telah memberikan kemampuan dan kekuatan padanya untuk
mengendalikan Asia Kecil dari sisi opini, kehandalan tempur militer dan
karisma pribadi. Allah telah menjaganya oleh karenanya Allah
membukakan pintu taufiq dan Dia mengabulkan apa yang menjadi tujuan
dan maksudnya. Pekerjaannya demikian agung karena rasa cintanya pada
dakwah dijalan Allah. Dia mampu menggabungkan dalam penaklukan-
penaklukannya dengan tajamnya pedang dan meluluhkan hati dengan iman
dan ihsan. Setiap dia melakukan penaklukan pada suatu wilayah, maka dia
akan menyeru mereka pada kebenaran dan keimanan kepada Allah. Dia
sangat peduli untuk melakukan perubahan di sebuah wilayah dan negeri
yang ditaklukannya, bahakan ia selalu berusaha untuk menghadirkan
kebenaran dan keadilan. Utsman adalah sosok yang loyal dan cinta pada
orang-orang yang memiliki keimanan sebagaimana dia sangat benci pada
orang-orang yang memiliki kekufuran.
BAB. III
PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Kerajaan Turki Utsmani


Kata Utsmaniyah diambil dari pendiri pertama dinasti ini, yaitu Utsman
ibn Erthogrul ibn Sulaiman Syah. Para pendiri Daulah Utsmaniyah ini berasal dari
suku Qayi keturunan Oghuz. Bani Utsmani merupakan keturunan dari kabilah
Turkmaniyah, yang mendiami Kurdistan pada abad ke-13. Adapun profesi awal
mereka adalah penggembala.
Adanya serangan dari Mongolia (yang dipimpin oleh Jengis Khan) ke
wilayah Irak dan Asia kecil tahun (1220 M) mendorong pemimpin suku tersebut,
Sulaiman Syah (kakek dari Utsman) berhijrah meninggalkan Kurdistan menuju
Anatolia dan menetap di kota Akhlath. Sulaiman Syah dengan seribu pengikutnya
menggembara ke Anatolia dan singgah di Azerbaijan namun sebelum sampai
tujuan, ia meninggal dunia kedudukannya digantikan oleh putranya yaitu
Erthogrul untuk melanjutkan perjalanan sesuai dengan tujuan, yaitu Anatolia.
Sesampai di Anatolia, mereka diterima oleh penguasa dinasti Saljuk,
Sultan Alauddin II yang sedang berperang dengan Romawi Timur yang berpusat
di Bizantium. Erthogril membantu Sultan Alauddin II melawan Romawi Timur,
sehingga dinasti Saljuk mengalami kemenangan. Sultan merasa senang dan
memberikan hadiah kepada Erhogril wilayah Dorylaeum (Iskishahar) yang
berbatasan dengan Bizantium. Mereka menjadikan Soghud sebagai ibukota
pemerintahan yang independen yang berdiri pada tahun 1258 M yang bersamaan
dengan lahirnya Utsman (Itkowitz, 1972: 10).
Sepeninggal Erthogril, atas persetujuan Sultan Alaudin, kedudukan
Erthogril digantikan oleh putranya yang bernama Utsman, yang memerintah Turki
Utsman antara tahun 1281-1324 M. Serangan Mongol terhadap Bagdad termasuk
Seljuk yang terjadi pada 1300 menyebabkan dinasti ini terpecah-pecah menjadi
sejumlah kerajaan Kecil. Dalam kondisi kehancuran Seljuk inilah Utsman
mengklaim kemerdekaan secara penuh atas wilayah yang didudukinya, sekaligus
memproklamasikan berdirinya kerajaan Turki Ustmani. Kekuatan militer Utsman
menjadi benteng pertahanan sultan dinasti-dinasti kecil dari ancaman bahaya
serangan Mongol. Dengan demikian, secara tidak langsung, mereka mengakui
Utsman sebagai penguasa tertinggi dengan gelar “ Padiansyah Ali Utsman”1

B. KEMAJUAN KERAJAAN TURKI UTSMANI

Sejak masa Usman bin Artaghol (1299- 1326 M), yang dianggap pembina
pertama Kerajaan Turki Usmani ini dengan nama imperium Ottoman, timbullah
kemajuan dalam berbagai bidang agama Islam. Turki membawa pengaruh cukup
baik dalam bidang ekspansi agama Islam Ke Eropa. Kemajuan lainnya antara lain
dalam bidang militer dan pemerintahan, bidang ilmu pengetahuan dan budaya,
serta dalam bidang keagamaan. Dalam perkembangannya Turki cukup
berpengaruh dalam bidang peradaban Islam, dengan corak peradaban yang khas.
Pengaruh budaya tersebut sampai ke berbagai wilayah Turki Utsmani yang
wilayahnya begitu luas dalam dunia Islam.

1. Bidang Pemerintahan dan Militer


Para Pemimpin Kerajaan Utsmani pada masa-masa pertama adalah
orang-orang yang kuat, sehingga kerajaan dapat melakukan ekspansi dengan cepat
dan luas. Meskipun demikian, kemajuan Kerajaan Usmani sehingga mencapai
keemasannya itu, bukan semata-mata karena keunggulan politik para
pemimpinnya. Masih banyak faktor lain yang mendukung keberhasilan ekspansi
itu. Yang terpenting diantaranya adalah keberanian, keterampilan,ketangguhan
dan kekuatan militernya yang sanggup bertempur kapan saja.
Kekuatan militer kerajaan ini mulai diorganisasi dengan baik dan teratur
ketika terjadi kontak senjata dengan Eropa. Pengorganisasi yang baik dan strategi
tempur militer Usmani berlangsung dengan baik. Pembaruan dalam tubuh
organisasi militer oleh Orkhan sangat berarti bagi pembaruan militer Turki.
Bangsa-bangsa non-Turki dimasukkan sebagai anggota, bahkan anak-anak Kristen

1
https://fenilianasari.files.wordpress.com/2017/05/sejarah-berdirinya-kerajaan-turki-utsmani.pdf
yang masih kecil diasramakan dan dibimbing dalam suasana Islam untuk
dijadikan prajurit.
Program ini ternyata berhasil dengan terbentuknya kelompok militer baru
yang disebut pasukan Yenniseri atau Inkisyariah. Pasukan inilah yang dapat
mengubah Kerajaan Usmani menjadi mesin perang yang paling kuat dan
memberikan dorongan yang amat besar dalam penaklukkan negeri-negeri
nonmuslim di timur yang yang berhasil dengan sukses.
Di samping Yenniseri, ada lagi prajurit dari tentara kaum feodal yang
dikirim kepada pemerintah pusat. Pasukan ini disebut tentara atau kelompok
militer Thaujiah. Angkatan laut pun dibenahi, karena ia memiliki peranan yang
besar dalam perjalanan ekspansi Turki Usmani. Pada abad ke-16 angkatan laut
Turki Usmani yang tangguh itu dengan cepat dapat menguasai wilayah yang
sangat luas, baik di Asia, Afrika, maupun Eropa. Faktor utama yang mendorong
kemajuan di lapangan militer ini ialah tabiat bangsa Turki itu sendiri yang bersifat
militer, berdisiplin, dan patuh terhadap peraturan. Tabiat ini merupakan tabiat
alami yang meraka warisi dari nenek moyangnya di Asia Tengah.
Keberhasilan ekspansi tersebut dibarengi pula dengan terciptanya
jaringan pemerintahan yang teratur. Dalam mengelola pemerintahan yang luas,
sultan-sultan Turki Usmani senantiasa bertindak tegas.2 Dalam struktur
pemerintahan, sultan sebagai penguasa tertinggi, dibantu oleh Shadr Al-A’zham
(perdana menteri) yang membawahi Pasya ( gubernur ). Gubernur mengepalai
daerah tingkat I. Dibawahnya terdapat beberapa orang Az-Zanaziq atau Al-
Alawiyah (bupati).
Untuk mengatur urusan pemerintahan negara, di masa Sultan Sulaiman I
disusun sebuah kitab Undanag-Undang (qanun). Kitab tersebut diberi nama
Multaqa Al-Abhur, yang menjadi pegangan hukum bagi Kerajaan Turki Usmani
sampai datangnya reformasi pada abad ke-19. Karena jasa Sultan Sulaiman I yang
amat berharga ini, diujung namanya ditambah gelar Sultan Sulaiman Al-Qanuni.
Kemajuan dalam bidang kemilitiran dan pemerintahan ini membawa
Dinasti Turki Usmani maupun membawa Turki Usmani menjadi sebuah negara
yang cukup disegani pada masa kejayaannya.

2
Drs. Samsul Munir Amin, M.A, Sejarah Peradaban Islam,Jakarta: Hamzah,2010,hlm 201.
2. Bidang Ilmu Pengetahuan
Peradaban Turki Usmani merupakan perpaduan bermacam-macam
peradaban, diantaranya adalah peradaban persia, Bizantium, dan Arab. Dari
peradaban Persia, mareka banyak mengambil ajaran-ajaran tentang etika dan tata
krama dalam istana raja-raja. Organisasi pemerintahan dan pemeliteran banyak
mareka serap dari Bizantium. Sedangkan ajaran tentang prinsip-prinsip ekonomi,
sosial, kemasyarakatan dan keilmuan mereka terima dari orang-orang Turki
Usmani yang dikenal sebagai bangsa yang senang dan mudah berasimilasi dengan
bangsa asing dan terbuka untuk menerima kebudayaan dari luar.
Sebagai bangsa yang berdarah militer, Turki Usmani lebih banyak
memfokuskan kegiatan mereka dalam bidang kemilitiran, sementara dalam bidang
ilmu kepengetahuan meraka tampak tidak begitu menonjol. Karena itulah dalam
khazanah intelektual Islam kita tidak menemukan ilmuan terkemuka yaitu Turki
Usmani.
3. Bidang Kebudayaan
Dinasti Usmani di Turki, telah membawa peradaban Islam menjadi
peradaban yang cukup maju pada zaman kemajuannya. Dalam bidang kebudayaan
Turki Usmani banyak muncul tokoh-tokoh penting seperti yang terlihat pada abad
ke-16,17,dan 18.
Antara lain abad ke-17, muncul penyair yang tekenal yaitu Nafi’ (1582-
1636 M). Nafi’ bekerja untuk Murad Pasya dengan menghasilkan karya-karya
sastra Keside yang mendapat tempat di hati para Sultan.3
Di antara penulis yang membawa pengaruh Persi ke dalam istana Usmani
adalah Nabi Yusuf Nabi (1642-1712 M), ia muncul sebagai juru tulis bagi
Musahif Mustafa, salah seorang menteri Persia dan Ilmu-ilmu agama. Yusuf Nabi
menunjukkan pengetahuannya yang luar biasa dalam puisinya. Menyentuh hampir
semua persoalan – agama, filsafat, roman, cinta, anggur, dan mistisisme – ia juga
membahas biografi, sejarah, bentuk prosa, geografi, dan rekaman perjalanan.
Dalam bidang sastra prosa Kerajaan Usmani melahirkan dua tokoh
terkemuka, yaitu Katip Celebi dan Evliya Celebi. Yang terbesar dari semua

3
Drs. Samsul Munir Amin, M.A, Sejarah Peradaban Islam,Jakarta: Hamzah,2010,hlm 202.
penulis adalah Mustafa bin Abdullah, yang dikenal dengan Katip Celebi atau Haji
Halife ( 1609 – 1657 M). Ia menulis buku bergambar dalam karya terbesarnya
Kasyf Az-Zunun fi Asmai Al-Kutub wa Al-Funun, sebuah presentasi biografi
penulis-penulis penting didunia Timur bersama daftar dan deskripsi lebih dari
1.500 Buku berbahasa Turki, Persia, dan Arab, ia pun menulis buku-buku yang
lain.
Salah seorang penyair diwan yang paling terkenal adalah Muhammad
Esat Efendi yang dikenal dengan Galip Dede atau Syah Galip (1757-1799 M).
Adapun dibidang pengembangan seni arsitektur Islam, Pengaruh Turki sangat
Dominan, misalnya bangunan-bangunan Masjid yang indah, seperti Masjid Al-
Muhammadi atau Masjid Sultan Muhammad Al-Fatih, Masjid Agung Sultan
Sulaiman, dan Masjid Aya Sophia yang berdasar dari sebuah Gereja.
Pada masa Sultan Sulaiman, di kota-kota besar dan kota lainnya banyak
di bangun masjid, sekolah, rumah sakit, gedung, jembatan, saluran air, villa, dan
pemandian umum. Di sebut bahwa 235 buah dari bangunan itu di bangun di
bawah koordinator Sinan, seorang arsitek asal Anatolia.4
Dalam hal pembangunan dan seni arsitek turki usmani telah
menghasilkan keindahan-keindahan dan tinggi nilainya, dan bercorak khusus
sehingga membedakan dengan peradaban dan kebudayaan daulah Islam lainnya.
4. Bidang Keagamaan
Dalam tradisi masyarakat Turki, agama merupakan sebuah faktor penting
dalam transformasi sosial dan politik seluruh masyarakat. Masyarakat
digolongkan berdasarkan Agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan
syariat sehingga fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku. Ulama memiliki
peranan penting dalam kerajaan dan masyarakat. Mufti sebagai pejabat urusan
agama tertinggi berwenang memberi fatwa resmi terhadap problema keagamaan
yang dihadapi masyarakat. Tanpa legitimasi Mufti, keputusan hukum kerajaan
bisa tidak berjalan.5

4
Drs. Samsul Munir Amin, M.A, Sejarah Peradaban Islam,Jakarta: Hamzah,2010,hlm 203.

5
Drs. Samsul Munir Amin, M.A, Sejarah Peradaban Islam,Jakarta: Hamzah,2010,hlm 204.
Kehidupan keagamaan pada masyarakat Turkin Usmani mengalami
kemajuan, termasuk dalam hal ini adalah kehidupan tarekat. Tarekat yang
berkembang ialah tarekat Bertasyi, dan tarekat Maulawi. Kedua tarekat ini banyak
dianut oleh kalangan sipil dan militer. Tarekat Bertasyi memiliki pengaruh yang
sangat dominan di kalangan Yenisseri, sehingga mereka sering disebut tentara
Bertasyi. Sementara tarekat Maulawi mendapat dukungan dari para penguasa
dalam mengimbangi Yenisseri Bertasyi.
Kajian mengenai ilmu-ilmu keagamaan Islam, seperti fiqh, ilmu kalam,
tafsir dan hadis boleh dikatakan tidak mengalami perkembangan yang berarti.
Para penguasa lebih cenderung untuk menegakkan satu faham (mazhab)
keagamaan dan menekan mazhab lainnya. Sultan Abdul Hamid misalnya, begitu
fanatik terhadap aliran Al-Asy’ariyah. Ia merasa perlu mempertahankan aliran
lain. Sultan memerintahkan kepada Syaikh Hussein Al-Jisr Ath-Tharablusi
menulis kitab Al-Husun Al-Hamidiyah (Benteng Pertahanan Abdul Hamid), yang
mengupas tentang masalah ilmu kalam, untuk melestarikan aliran yang di
anutnya. Akibat kelesuan dibidang ilmu keagamaan dan fanatik yang berlebihan
maka ijtihad tidak berkembang. Ulama hanya menulis buku dalam bentuk syarah
(penjelasan) dan hasyiyah (semacam catatan) terhadap karya-karya klasik.
Bagaimanapun, Kerajaan Turki Usmani banyak berjasa, terutama dalam
perluasan wilayah kekuasaan islam ke benua Eropa. Ekspansi kerajaan ini untuk
pertama kalinya lebih banyak ditujukan ke Eropa Timur yang belum masuk dalam
wilayah kekuasaan dan agama Islam. Akan tetapi, karena dalam bidang peradaban
dan kebudayaan-kecuali dalam hal yang bersifat fisik- perkembangannya jauh
berada dibawah kemajuan politik, maka negeri-negeri yang sudah ditaklukan itu
akhirnya melepaskan diri dari kekuasaan pusat, dan perjalanan dakwah belum
berhasil dengan maksimal.
C. FAKTOR PENYEBAB KEMUNDURAN KERAJAAN TURKI
USTMANI

Faktor penyebab kemunduran Turki Usmani ini ialah setelah wafatnya


Sulaiman Al-Qununi.

Hal ini disebabkan banyaknya kekacauan yang terjadi setelah Sultan Sulaiman
meningggal diantaranya perebutan kekuasaanantara putra beliau, selain itu juga
melemahnya semangat perjuangan prajurit Utsmani yang mengakibatkan
kekalahan dalam menghadapi beberapa peperangan dan dalam sistem ekonomi
mareka semakin memburuk serta sistem pemerintahanya tidak berjalan dengan
semestinya.

Faktor-faktor yang diatas menyebabkan kemunduran Turki Utsmani, ada juga


beberap Faktor-faktor lain diantaranya :

1) Faktor Internal
Faktor-faktor penyebab terjadi didalam ialah :
a. Luasnya wilayah kekuasaaan
Perluasan wilayah yang begitu cepat yang terjadi didaerah Kerajjan
Utsmani menyebabkan pemerintah merasa kewelahan dalam melakukan
adminitrasi pemerintahan , terutama pasca pemerintahan Sultan
Sulaiman. Pada pemerintah ini seluruh adminitrasi menjadi tidak teratur
dan keperintahan baru ini lebih mengutamakan berekspansi lagi di
bandingkan menata sistem keperintahannya sehingga menyebabkan
wilayah-wilayah yang jauh dari pusat mudah diserang dan direbut oleh
musuh, sehingga sebagian wilayah berusaha untuk melepaskan diri.
b. Ledakan jumlah penduduk
Perubahan mendasar yang terjadi pada Kerajaan Usmani ini adalah
membeludaknya jumlah penduduk jumlah di Kerajaan Turki Utsmani
pada abad ke-16 bertambah 2 kali lipat dari sebelumnya. Masalah
mempeludaknya jumlah penduduk di Kerajaan Utsmani ini disebabkan
oleh tingkatnya jumlah penduduk dengan demikian tinggi dan ditambah
kurangnya angka kematian akibat masa damai dan aman yang
diciptakanny kerajaan serta menurunnya frekuensi penaklukan
c. Heterogenitas penduduk
Dari banyak dan ragamnya penduduk adminitrasi yang dibutuhkan
juga harus memandai dan bisa memenuhi kebutuhan hidup mareka.
Akan tertapi, Kerajaan Usmani pasca-Sulaiman tidak cakap dalam
adminitrasi pemerintahan ditambah lagi dengan pemimpin yang
berkuasa sangat lemah dan mempunyai perangai yang buruk.
d. Kelemahan para penguasa dan sistem dekmokrasi.
Seperninggal Sulaiman terjadi pergantian kepemimpinan, tetapi
setelah ditinggalkan oleh Sulaiman pemerintahan yang baru ini tidak
pandai menata sistem kepemerintahannya dan juga tidak paham dengan
militer sehinggga menyebabkan kekacauan dan susah teratasi.
e. Budaya pungli
Budaya pungli telah merajalela sehingga menyebabkan dekadensi
moral, terutama dikalngan para pejabat yang sedang memperebutkan
kekuasaan.
f. Pemborontakaan tentara Yenisseri
Pemborontokan jenissari ini terjaditerjadi sebanyak empat kali.
Yaitu pada tahun1525 m, 1632m, 1727 m, dan 1826 m, pihak jenissari
ini tidak lagi menerapkan prinsip seleksi dan prestasi. Keberadaannya
didominasi oleh keturunan dan golongan tertentu yang mengakibatkan
ketidak setujuan dan pemberotakan.
g. Merosotnya ekonomi
Akibat peperangan secara terus menurus, Biayapun yang semakin
membengkak ditambah lagi belanda Negara yang sangat besar sehingga
perekonomian kerjaan Turki pun merosot.
h. Rendahnya kualitas keislaman
Rendahnya kualitas keislaman dikarenakan tidak adanya kesadaran
Islam yang benar pada mareka dan tidak adanya pemahaman bahwa
Islam merupakan sistem hidup yang sempurna dan mayoritas disana
bahwa yang dia ketahui tentan islam itu hanya sebatas Ibadah.
i. Mengabaikan Bahasa Arab
Dua baiknya Bahasa Arab yang merupakan Bahasa Al-quran dan
hadits yang mulia, sedangkan merupakan sumber asasi bagi syariat
Islam.
j. Gonta-ganti Pejabat
Pada zaman setelah Sulaiman di Kerajaan ini sering menggunta-
ganti pemimpin ditakutkan wilayah itu akan memerdekatkan diri, hali
ini menyebabkan kurangnya pemahaman pejabat baru terhadap wilayah
yang dipimpinya.

2) Faktor Eksternal
Faktor-faktor penyebab yang terjadi dari luas ialah sebangai berikut :
a). Timbulnya gerakan nasionalisme.
Bangsa-bansa yang tunduk terhadap Kerajaan Usmani selama
bertahun-tahun selama ia berkuasa tetapi Negara-negara yang sudah
terkuasai oleh Usmani mulai menyadari kelemahannya, sehingga
mareak bangkit untuk melepaskan diri dari Kerajaan Turki Utsmani
walaupun kerjaan tersebut sudah bertahun-tahun berbuat baik kepada
mareka.
b). Terjadinya kemajuan teknologi di Barat, khususnya dalam bidang
persenjataan.
Pada saat itu Turki terjadi stagnasi ilmu pengetahuan sehingga
ketika terjadi kontak senjata antara kekuasaan Turki dengan kekuasan
Eropa, Turki selalu menderita kekalahan karena pada saat itu Turki
masih menggunakan senjata tradisional sedangkan di Eropa sudah
menggunakan senjata modern.
c). Konspirasi Yahudi menghancurkan Khilafah
Jadi menurut Syaikhul Islam, Musthafa Sabri Mustafa Kamal
memiliki hubungan yang kuat dengan kelompok Yahudi, bahkan ia
salah seorang dari mereka sebagaimana dikuatkan oleh anggota
lembaga ittidaiyyah dan kamaliyah. Mereka semua mengikuti upacara
ritual fremosanry.
Kemudian ada juga sebab-sebab langsung yang mendorong
kemunduran kerajaan Turki Utsmani bisa dikategorikan dalam dua
unsur.
Nonmiliter
Faktor-faktor non militer yang menyebabkan kemunduran
adalah pertama dominasi sultanah atau harematas sultan. Kedua,
merajalelanya korupsi yang menjalar kesemua unsure pemerintahan dan
militer. Ketiga, adanya kompleksitas bangsa dan agama. Keempat,
kesulitan ekonomi dan keuangan.Kelima, karena masih bercokolnya
sistem pemerintahan yang absolute
Militer
Sebab langsung yang berasal dari hal-hal yang bersifat militer
yang membuat kerajaan Turki Utsmani mundul adalah munculnya
pemberontakan militer, baik dipusat dan didaerah. Adapula yang
berawal dari ketidakmampuan dalam menghadapi tekanan militer barat.
Pemberontakan lain yang juga mempengaruhi kekuatan kerajaan Turki
Utsmani adalah kemunculan pemberontakan yang berasal dari
tentaranya sendiri yaitu Yenisseri.6
D. PARA PEMIMPIN KERAJAAN TURKI UTSMANI

Raja-raja Turki Usmani bergelar Sultan dan Khalifah sekaligus. Sultan


menguasai kekuasaan duniawi dan khalifah berkuasa di bidang agama atau
spiritual. Mereka mendapatkan kekuasaan secara turun-temurun, tetapi tidak harus
putra pertama yang menjadi pengganti sultan terdahulu. Ada kalanya putra kedua
atau putra ketiga dan menggantikan sultan. Dalam perkembangan selanjutnya
pergantian kekuasaan itu juga diserahkan kepada saudara sultan bukan kepada
anaknya. Dengan sistem pergantian kekuasaan yang demikian itu sering timbul
perebutan kekuasaan yang tidak jarang menjadi ajang pertempuran antara satu
pangeran dengan pangeran yang lalinnya, yang mengakibatkan lemahnya
kekuasaa Usmaniyyah. sejak zaman Usman hingga Sulaiman yang agung dapat
dikatakan bahwa para sultannya terdiri dari orang-orang yang kuat, dapat
mengembangkan kerajaannya hingga ke Eropa dan ke Amerika.
6
.http://waldye.blogspot.co.id/2015/04/kemunduran-kehancuran-turki-usmani.html
No. Tahun pelantikan Nama-Nama Penguasa
1. 1281 Usman I (Osman)
2. 1324 Urhan
3. 1360 Murad I
4. 1389 Bayazid I
5. 1402 Masa peralihan kekuasaan
6. 1413 Muhammad I
7. 1421 Murad II
8. 1444 Muhammad II (Al-Fatih=Sang Penakluk
9. 1446 Murad II
10. 1451 Muhammad II Al-Fatih (masa jabatan ke-2)
11. 1481 Bayazid II
12. 1512 Salim I
13. 1520 Sulaiman I (Al-Qanuni)
14. 1566 Salim II
15. 1574 Murad III
16. 1594 Muhammad III
17. 1603 Ahmad I
18. 1617 Mustafa I (masa jabatan ke-1)
19. 1618 Usman II
20. 1622 Mustafa I (masa jabatan ke-2)
21. 1623 Murad IV
22. 1640 Ibrahim
23. 1648 Muhammad Iv
24. 1678 Sulaiman II
25. 1691 Ahmad II
26. 1695 Mustafa II
27. 1703 Ahmad III
28. 1730 Mahmud I
29. 1754 Usman III
30. 1757 Mustafa III
31. 1774 Abdul Hamid I
32. 1789 Salim III
33. 1807 Mustafa IV
34. 1808 Mahmud II
35. 1861 Abdul Majid I
36. 1861 Abdul Aziz
37. 1876 Murad V
38. 1876 Abdul Hamid II
39. 1909 Muhammad V (Al-Rasyid)
40. 1918 Muhammad VI (Wahid ad-din)
41. 1922-1924 Abdul Majid II (hanya sebagai khalifah)7

E. REVOLUSI KERAJAAN TURKI USMANI MENJADI NEGARA


SEKULER

Beberapa rujukan telah dibuat 8guna mengulas asal usul kelompok Turki
Ustmani di Mongolia, percampuran mereka dengan suku – suku Iran di Asia
Tengah dan pergerakannya ke Asia Kecil, tempat mereka secara berangsur-
angsur menggantikan dan menyingkirkan sepupu mereka, Bani Salju. Pada tahun
pertama abad ke-14 mereka mendirikan sebuah kerajaan yang kelak ditakdirkan
untuk menyaingi kebesaran imperium Bybizantium dan ke Khalifahan Arab.
Bhayazid I (1389-1402), cicict ustman(1299-1326) adalah pendiri utama Dinasti
ini.

Sebelum negara itu beralih menjadi negara sekuler, Turki memiliki beberapa
babak yang dilaluinya. Babak itu diawali dengan pembaruan di tubuh Turki oleh
Sadrazam atau Wazir Agung. Wazir agung merupakan figur kunci dalam
pembaruan di Turki. Mereka berpendapat bahwa kelemahan dan kekalahan Turki
menyangkut persoalan teknis dan militer. Transfer ilmu pengetahuan dan
teknologi dari Eropa, terutama dari Prancis, merupakan jalan keluar dari
keterbelakangan Turki. Para pemuda berbakat akhirnya dikirim belajar ke Eropa

7
Drs. Samsul Munir Amin, M.A, Sejarah Peradaban Islam,Jakarta: Hamzah,2010,hlm 204.
8
Philip K.Hitti, History of The Arabs, Jakarta: Zulkaidah, 2008, Hal 898.
untuk menutupi kelemahan dan kekurangan tersebut. Selain itu, para ahli Eropa
juga diundang ke Turki guna mempercepat pembaruan. Kebijakan ini dapat dilihat
pada masa pemerintahan Wazir Agung seperti Husein Koprulu (1644-1702),
Damad Ibrahim (1719-1730) dan Mahmud Ragib pada pertengahan abad.
Bagaimanapun, usaha-usaha pembaruan tersebut berjalan tidak mudah.
Kelompok-kelompok konservatif dan versted-interest yang pada awalnya
mendukung pembaruan, ternyata bekerjasama untuk kepentingan mereka sendiri-
sendiri. Interaksi kelompok pembaruan dan konservatif dapat diilustrasikan dalam
dua siklus peristiwa. Pertama, adalah peristiwa Edirne tahun 1703, yang disebut
puncak pengaruh ulama terhadap kerajaan. Peristiwa kedua, dihubungkan dengan
dengan periode Tulip. Pada babak selanjutnya dikenal dengan periode Nijam-i-
Jedid (Orde Baru). Pada periode ini pembaruan dilakukan oleh Sultan Salim III,
yang memerintah antara tahun 1789-1807. Salim berusaha melampaui inovasi
militer dan teknik-teknik modern dengan pembaruan yang lebih fundamental di
bidang politik, sosial, ekonomi dan hukum. Meskipun pembaruan salim gagal
dalam banyak hal, usaha-usaha pembaruannya menimbulkan periode Nijami-jedid
(Orde baru) dan meletakkan dasar pembaruan Turki Modern. Program pembaruan
Salim yang paling serius adalah bidang militer. Ia berusaha meningkatkan
kemampuan Jenissery dengan mengharuskan mereka mengikuti pendidikan dan
latihan terprogram di bawah instruktur Prancis. Hak istimewa menjadi Jenissery
secara turun-temurun dihapuskan dan diganti dengan kewajiban mengikuti proses
seleksi profesional. Selain dituntut menguasai strategi dan teknologi militer
modern, Jenissery dilarang terlibat dalam kegiatan-kegiatan non-militer seperti
masa lalu.

Reaksi terhadap program Nijam-i-jedid muncul dalam bentuk konservatif,


fundamentalis dan individualis. Yang berakibat pada penggulingan Salim tahun
1807 oleh kombinasi kekuatan-kekuatan anti pembaruan. Berkhirnya program
pembaruan Salim menunjukkan berlanjutnya kekuatan konservatif dalam
pemerintahan Turki. Mahmud II dinobatkan menjadi sultan yang baru
menggantikan Salim. Mahmud berusaha mengakomodasi kekuatan-kekuatan yang
beraneka ragam sambil perlahan-lahan merekrut orang yang sepaham dengannya
dari elit golongan ulama dan Jenissery. Kemudian ia menempatkan mereka pada
posisi penting dalam lembaga-lembaga keagamaan dan militer, seperti Syekh al-
Islam, Kadi-asker, Kadi Istanbul dan para perwira militer.

Pada tahun 1826, Mahmud membentuk satu korp tentara baru di luar
Yenissery. Ia memerintahkan tentara baru itu memadamkan pemberontakan dan
menyatakan Yenissery bubar. Mahmud juga menganjurkan kepada para pejabat
untuk mengganti pakaian kebesaran tradisional dengan stelan Barat. Selain itu
Mahmud mengalihkan kekusaan yudikatif yang selama ini dipegang Wazir Agung
kepada Syekh al-Islam. Sedang dalam pendidikan, Mahmud memperkenalkan ide-
ide modern Barat dan filsafat ke dalam sekolah-sekolah di Turki. Pembaruan yang
dilakukan Mahmud semakin memperjelas arah pembaruan Turki selanjutnya.

Periode selanjutnya adalah periode Tanzimat atau reorganisasi. Dalam


pengertian umum, Tanzimat berarti usaha-usaha untuk memperbaiki struktur
kehidupan umum dan menciptakan sentralisasi pemerintahan yang efektif. Era
Tanzimat berlangsung pada saat Eropa semakin terlibat dalam persoalan-persoalan
di Turki.

Abdul majid dilantik menjadi Sultan Turki menggantikan Mahmud II tahun


1839. Abdul Majid menghapus sistem Millet tradisional. Sebagai gantinya
dibentuk sistem perwakilan provinsi yang berkesempatan memberi pendapat
dalam soal kerajaan dan administrasi. Pembaruan pada masa ini dipimpin oleh
perdana menteri Rosyid Pasha. Abdul Majid mengumumkan piagam Hatt-i
SherifGulhane (Character of Liberties) tahun 1939, sebagai dasar pembaruan.
Yang kemudian mendapat reaksi keras dari masyarakat dan diganti menjadi Hatt-
i-Humayun, yang lebih mementingkan pada kepentingan kaum minoritas. Masa
transisi tersebut kemudian dilanjutkan oleh Usmani Muda yang menentang corak
pembaruan sebelumnya dan lebih menekankan untuk kembali ke Islam yang awal.
Akan tetapi mereka mendapat pertentangan yang keras dari pemerintah setempat
sehingga membuat mereka lari ke Prancis. Tujuan utama Usmani Muda adalah
mendirikan pemerintahan konstitusional dan memperbaiki hukum Islam.
Pembaruan setelah Usmani Muda terus berlanjut hingga sampai pada pembaruan
di tangan Mustafa Kemal Atatürk, yang secara terang-terang ingin mensekulerkan
Turki.
Berbagai upaya dilakukan para Sultan yang sedang berkuasa untuk
mengembalikan kondisi kerajaan seperti semula. Misalnya di masa sultan Selim
III mengadakan program nizami cedid (orde baru), sultan Abdul Hamid II yang
merombak lembaga-lembaga pemerintahan dan berupaya memperbaiki kondisi
ekonomi, serta membuat Pan Islamisme yang dimotori oleh Jamaludin Al-Afghani
sebagai tandingan Turki Muda. Namun upaya tersebut terkalahkan oleh ambisi
revolusi Turki Muda yang termotivasi oleh konstelasi Internasional dengan
memunculkan keberhasilan Eropa sebagai kawasan adidaya yang baru.
Revolusi sistem pemerintahan Turki tidak terelakkan. Turki Muda dibawah
pimpinan Mustafa Kemal Pasha berhasil memproklamirkan kemerdekaan Turki
sebagai negara sekuler di tahun 1924. Modernisasi dan sekularisasi menjadi
sebuah trend di masa tersebut, tak terkecuali bagi Turki.
Sekularisi yang menjadi fokus utama gerakan kemalisme mendorong
terciptanya kebijakan-kebijakan pemerintahan dengan mengarah gaya barat.
Penghapusan khilafah Turki Ustmani, mengganti tulisan Arab ke dalam tulisan
latin, mengharuskan masyarakat Turki untuk mengganti pakaian tradisonal
dengan pakaian modern ala barat yang berdampak pada pelarangan penggunaan
jilbab, menutup madrasah dan digantikan dengan sekolah formal modern
menggunakan kurikulum pendidikan prancis, mengganti kalender hijriah dengan
masehi yang berujung menetapkan hari minggu sebagai hari libur menggantikan
hari Jum’at menjadi fokus utama dalam merubah wajah Turki ke bentuk negara
Republik demokratik.
Dari uraian diatas, penulis kemudian menyimpulkan bahwa adanya
revolusi sistem pemerintahan Turki dari khilafah Islamiyah menuju negara sekuler
disebabkan karena adanya beberapa faktor, terutama ditinjau dari perspektif
sekularisme yang dikemukakan oleh Ali Abd al-Raziq. Faktor-faktor tersebut
yang kemudian menjawab pertanyaan mengapa Turki melakukan revolusi sistem
pemerintahan dari khilafah Islamiyah menuju negara sekuler adalah :
1. Karena kegagalan khilafah dalam menjalankan pemerintahan pada tahun
1800-an sehingga memunculkan delegitimasi dari rakyat yang berakibat
perubahan sistem pemerintahan menjadi Negara sekuler.
2. Konstelasi Internasional pada abad ke 18 – 19 M yang memunculkan
Eropa sebagai kawasan adidaya. 9

9
https://www.google.co.id/search?q=REVOLUSI+KERAJAAN+TURKI+USMANI+MENJADI+NEGARA+SEKULER
BAB. IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada penyusunan makalah ini yaitu:
1. Dinasti Usmani di Turki merupakan kerajaan Islam yang berkuasa
cukup lama hampir 7 abad lamanya (1290-1924 M) dan merupakan
kerajaan besar, kerajaan Usmani didirikan oleh Usman I Putra Ertohul
bangsa Turki dari kabilah Oghus yang mula-mula mendiami daerah
Mongol dan daerah utara Cina
2. Dalam sekian lama kekuasaannya sekitar 165 tahun berkuasa tidak
kurang dari empat puluh sultan, yang sejarah kekuasaan mereka bisa
di bagi menjadi lima periode.
3. Dinasti Turki mengalami kemajuan dalam berbagai bidang, terutama
dalam bidang ekspansi atau perluasan agama islam, dalam bidang
kemiliteran dan pemerintahan, dalam segi budaya, sastra dan arsitek
bangunan, dalam bidang keagamaan, sedangkan dalam bidang ilmu
pengetahuan tidak mengalami kemajuan
4. Turki Usmani mengalami masa kemunduran yang disebabkan oleh
beberapa faktor, yaitu wilayah kekuasaan yang sangat luas,
heterogenitas penduduk, kelemahan para penguasa, budaya pungli
(korupsi), pemberontakan tentara jenissari, merosotnya ekonomi, dan
terjadinya stagnasi dalam lapanagan ilmu dan teknologi.
5. Revolusi sistem pemerintahan Turki tidak terelakkan. Turki Muda
dibawah pimpinan Mustafa Kemal Pasha berhasil memproklamirkan
kemerdekaan Turki sebagai negara sekuler di tahun 1924. Modernisasi
dan sekularisasi menjadi sebuah trend di masa tersebut, tak terkecuali
bagi Turki.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun merasa masih banyak
kekurangan-kekurangan baik pada teknik penulisan maupun materi, mengingat
akan kemampuan yang dimiliki penyusun. Penyusun menerima saran dan kritik
yang bersifat membangun dan dapat lebih menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

https://fenilianasari.files.wordpress.com/2017/05/sejarah-berdirinya-
kerajaan-turki-utsmani.pdf

Drs. Samsul Munir Amin, M.A, Sejarah Peradaban Islam,Jakarta:


Hamzah,2010,hlm 201.
Drs. Samsul Munir Amin, M.A, Sejarah Peradaban Islam,Jakarta:
Hamzah,2010,hlm 202.
Drs. Samsul Munir Amin, M.A, Sejarah Peradaban Islam,Jakarta:
Hamzah,2010,hlm 203.
Drs. Samsul Munir Amin, M.A, Sejarah Peradaban Islam,Jakarta:
Hamzah,2010,hlm 204.
http://waldye.blogspot.co.id/2015/04/kemunduran-kehancuran-turki-
usmani.html
Philip K.Hitti, History of The Arabs, Jakarta: Zulkaidah, 2008, Hal 898.
https://www.google.co.id/search?q=REVOLUSI+KERAJAAN+TURKI+
USMANI+MENJADI+NEGARA+SEKULER

Anda mungkin juga menyukai