Anda di halaman 1dari 4

RESUME MATA KULIAH SKI

NAMA: Abd rohman

NIM: 1991014089

KELAS: Hk. 3 C

1. Bagaimana Sejarah Kelahiran Bani Umayyah?

Nama Dinasti Umayyah dinisbatkan kepada Umayyah bin Abd Syams bin Abdu
manaf. Ia adalah salah seorang tokoh penting ditengah Quraisy pada masa
jahiliah.Ia dan pamannya Hasyim bin Abdu manaf selalu bertarung dalam
memperebutkan kekuasaan dan kedudukan. Dinasti Umayyah didirakan oleh
Muawiyah bin Abu sufyan bin Harb.Muawiyah disamping sebagai pendiri daulah
Bani Abbasiyah juga sekaligus menjadi khalifah pertama.Ia memindahkan ibu kota
kekuasaan islam dari kufah ke Damaskus. Muawiyah dipandang sebagai
pembangun dinasti yang oleh sebagian besar sejarawan awalnya dipandang
negatif.Keberhasilannya memperoleh legalitas atas kekuasannya dalam perang
saudara di siffin dicapai melalui cara yang curang.Lebih dari itu Muawaiyah juga
dituduh sebagai penghianat prinsip-prinsip demokrasi yang diajarkan islam,karena
dialah yang mula-mula mengubah pimpinan negara dari seorang yang dipilih oleh
rakyat menjadi kekuasaan raja yang diwariskan turun temurun (monarchy
heredity).Masa pemerintahan Bani Umayyah terkenal sebagai suatu era
agresif,dimana perhatian tertumpu pada usaha perluasan wilayah dan
penaklukan,yang terhenti sejak zaman kedua khulafaur rasyidin terakhir.

2. Bagaimana sejarah Lahirnya Dinasti Abbasiyah ?

Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn
Abdullah ibn al-Abbas. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang
panjang, dari tahun 132 H. (750 M.) s. d. 656 H. (1258 M.). Selama dinasti ini
berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan
perubahan politik, sosial, dan budaya.¹ Pada masa pemerintahan Dinasti
Umayyah, Bani Abbas telah melakukan usaha perebutan kekuasaan, Bani Abbas
telah mulai melakukan upaya perebutan kekuasaan sejak masa khalifah Umar bin
Abdul Aziz (717-720 M) berkuasa. Khalifah itu dikenal liberal dan memberikan
toleransi kepada kegiatan keluarga Syi’ah. Bani Abbasiyah merasa lebih berhak
daripada Bani Umayyah atas kekhalifahan Islam, sebab mereka adalah dari
cabang Bani Hasyim yang secara nasab lebih dekat dengan Nabi saw.. Menurut
mereka, orang Bani Umayyah secara paksa menguasai khalifah melalui tragedi
perang siffin. Oleh karena itu, untuk mendirikan Dinasti Abbasiyah mereka
mengadakan gerakan yang luar biasa, melakukan pemberontakan terhadap Bani
Umayyah.

3. Bagaimana sejarah berdirinya Turki Utsmani?

Pendiri kerajaan ini adalah bangsa Turki dari kabilah Oghus, yang mendiami
daerah Mongol dan daerah Utara negeri Cina, yang dipimpin Suleiman. Ia
mengajak sukunya untuk menghindari serbuan bangsa Mongol yang menyerang
dunia Islam pada Tahun 1219-1220 M. Setelah penyerangan Mongol mereda,
Suleiman menyeberang sungai Eufrat untuk kembali ke tanah airnya, namun ia
tenggelam. Ia memiliki empat putra yang bernama Shunkur, Gundogdur,
Erthugrul, dan Dundar. Dua putranya yang pertama kembali ke tanah airnya,
sementara dua yang terakhir menetap di Asia kecil. Kelompok kedua ini berjumlah
400 keluarga yang dipimpin oleh Erthgrul bin Suleiman. Mereka mengabdikan
dirinya kepada sultan Alauddin II dari dinasti Saljuk. Peran Erthugrul sangat besar
dalam membantu sultan Alauddin II ketika peperangan menghadapi bangsa
Romawi yang berkuasa di Romawi Timur (Byzantium), hingga mencapai
kemenangan. Sebagai ucapan terima kasih, sultan Alauddin menghadiahkan
sebidang tanah yang berbatasan dangan Byzantium. Sejak saat itu, Erthugrul terus
membina wilayah barunya dan berusaha memperluas wilayahnya dengan
merebut wilayah Byzantium. Setelah Erthugrul wafat, kepemimpinanya ini
diteruskan oleh anak pertamanya Utsman, yang diperkirakan lahir pada 1258 M.
Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol melakukan penyerangan ke wilayah dinasti
Saljuk, menyebabkan terbunuhnya sultan Saljuk tanpa meninggalkan pewaris
tahta. Dalam kekosongan itulah, Utsman memerdekakan wilayahnya dan
bertahan dari serangan Mongol. Utsman memproklamirkan kemerdekaan
wilayahnya dengan nama Turki Utsmani. Pada awalnya kerajaan Turki Utsmani
hanya memiliki wilayah yang kecil, namun dengan adanya dukungan militer, tak
lama kemudian Utsmani menjadi kerajaan yang sangat besar dan bertahan dalam
kurun waktu yang cukup lama.

4. Bagaimana sejarah Kerajaan Samudra Pasai?

Pasai didirikan pada abad ke-11 oleh Meurah Khair. Kerajaan ini terletak dipesisir
Timur Laut Aceh. Kerajaan ini merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia.
Pendiri dan raja pertam Kerajaan Samudra Pasai adalah Meurah Khair. Ia bergelar
Maharaja Mahmud Syah. Penggantinya adalah Maharaja Ghiyasyuddin Syah dari
tahun 1133-1166. Raja Kerajaan Samudra Pasai berikutnya adalah Meurah noe
yang bergelar Maharaja Nuruddin berkuasa dari Mesir yang ditugaskan sebagai
laksamana untuk merebut Pelabuhan di Gujarat. Raja ini tidak memiliki keturunan
sehingga sempat terjadi kekacauan saat beliau wafat di Samudra Pasai karna
perebutan kekuasaan. Meurah Silu bergelar Sultan Malik Al-Soleh (1285-1297).
Beliau keturunan Raja Perlak yang bis akita kenal yaitu negara Malaisya yang
mendirikan dinasti kedua kerajaan Samudra Pasai. Kerajaan mengalami
kemakmuran, terutama setelah Pelabuhan Pasai dibuka. Hubungan Kerajaan
Samudra Pasai dan Perlak berjalan harmonis. Meura Silu memperkokoh hubungan
ini dengan menikahi putri Ganggang Sari. Anak raja Perlak, Meura silu berhasil
memperkuat kerajaan Samudra Pasai di pantai Timur Aceh dan berkembang
menjadi kerajaan perdangan yang kuat di Selat Malaka.

5. Bagaimana respon Islam Terhadap Peradaban Barat Modern?

Apapun motif, model, dan pihak yang terlibat konflik, realitas dunia yang penuh
konflik menimbulkan bencana kemanusiaan yang dahsyat, dimana negara-negara
berkembang – termasuk Muslim – adalah korbannya. Konflik yang dipicu oleh
semangat imperialisme telah membuat jurang yang semakin lebar antara kelompok
dominan dan yang didominasi. Dunia tentu tidak boleh terlalu lama dibiarkan
terpolarisasi atas dua kelompok itu, di mana kelompok dominan sebagai the first
class, bisa berbuat sewenang-wenang atas kelompok yang didominasi. Jalan keluar
dari kemelut ini ada dua yang ditawarkan beberapa kalangan, dialog atau melawan
hegemoni. Orang yang mengidealkan cara dialog untuk menyelesaikan konflik
peradaban atau kepentingan mungkin lupa bahwa Barat adalah sesuatu yang sudah
laten dalam tradisi relasi Barat – non-Barat. Keinginan untuk mengajak Barat
bersikap lebih adil. Sudah saatnya kaum Muslim di negara-negara berkembang
bersikap kritis untuk melawan wacana global yang diproduksi Barat. Termasuk
wacana globalisasi yang selama ini diterima sebagai sesuatu yang niscaya, harus
dikritisi karena tersembunyi sebuah ideologi yakni non-liberalisme yang
dampaknya terhadap pembunuhan ekoniomi rakyat sangat luar biasa. Memang
patut untuk disayangkan sikap beberapa kuam Muslim yang mengaku berfikir
liberal tetapi sesunggunya mereka telah menjadi terbaratkan. Misalnya saat mereka
ramai-ramai menolak penerapan syari’at Islam di Indonesia, yang mereka tawarkan
tidak lain dan tidak bukan adalah syari’at liberal yang jauh lebih menghancurkan
bangsa ini. Karena syariat liberal pada dasarnya adalah pembuka dan sekaligus
legitimasi rasional atas berbagai bentuk mutakhir penjajahan Barat atas negara
berkembang, termasuk Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai