Anda di halaman 1dari 26

Laporan kasus

Kasus vertigo Susp Benign Positional


Paroksismal Vertigo (BPPV)

Di susun oleh : Puji Rahayu


NIM : H2A008030

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2012

1
HALAMAN PENGESAHAN

JUDUL : Vertigo Susp Benign Posisional Paroksismal Vertigo (BPPV)

Di susun oleh : Puji Rahayu

NIM : H2A08030

Telah diterima sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kepanitraan klinik di
bagian ilmu saraf Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang.

Semarang, Mei 2012

Pembimbing Pembimbing

Dr. Noorjanah Pujiastuti, Sp. S dr. Siti Istiqomah, Sp. S

Mahasiswa

Puji Rahayu

2
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Di dalam kamus bahasa inggris-indonesia, dizzines dan giddiness
diterjemahkan sama yaitu pusing, meskipun dalam literatur kedokteran masing-
masing mempunyai batasan yang agak berbeda. Batasan dizziness lebih
mencerminkan keluhan rasa gerakan umum, tidak spesifik, rasa goyah, kepala ringan,
dan perasaan yang sulit dilukiskan oleh penderitanya sendiri. Giddiness bisa diartikan
dizzines atau merupakan vertigo yang intensif namun berlangsung singkat.
Sedangkan vertigo merupakan sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau
lingkungan sekitarnya dengan gejala lain yang timbul terutama dari jaringan
otonomik yang disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh oleh berbagai
keadaan atau penyakit. 1, 2
Vertigo sebenarnya berasal dari bahasa yunani “Vertere” yang artinya
memutar atau sensasi gerakan berputar. Vertigo tidak hanya merupakan satu gejala
pusing saja, melainkan suatu kumpulan gejala atau satu sindroma yang terdiri dari
gejala sistem somatik (nistagmus), otonomik (pucat, keringat dingin, mual, muntah)
dan pusing. Vertigo ini akan timbul bila terdapat ketidakcocokan dalam informasi
yang oleh susunan aferen disampaikan pada pusat kesadaran. Susunan aferen yang
terpenting dalam sistem ini adalah susunan vestibuler atau keseimbangan yang secara
terus menerus menyampaikan impulsnya kepusat keseimbangan. Susunan lain yang
memegang peranan dalam vertigo ialah susunan saraf optik dan susunan
proprioseptik yang melibatkan jaras-jaras yang menghubungkan nuklei vestibularis
1,3
dengan nuklei N.VIII, IV, dan VI, susunan vestibuloretikularis, vestibulospinalis.
Vertigo diklasifikasikan menjadi dua yaitu vestibulogenik dan
nonvestibulogenik. Vestibulogenik dibagi menjadi dua yaitu primer (motion sickness,
benign paroxysmal postural vertigo, meniere disease, neuonitis vestibuler, drug-
induced) dan sekunder (migren vertebrobasiler, neuroma akustik). Adapun klasifikasi
lain yang membagi vertigo menjadi dua yaitu vertigo dengan tipe sentral (seperti pada

3
kasus stroke), dan tipe perifer (BPPV/benign positional paroxysmal vertigo).
Berdasarkan gejalanya yang menonjol / klinis. Vertigo dapat dibagi atas beberapa
kelompok penyakit yaitu vertigo yang paroksismal, vertigo kronis, dan vertigo yang
serangannya mendadak/akut, berangsur-angsur mengurang. Vertigo yang paroksismal
merupakan vertigo yang datang dengan serangan mendadak, berlangsung beberapa
menit atau hari, kemudian menghilang sempurna. Tetapi suatu ketika sernagan
tersebut muncul lagi. Diantara serangan-serangan tersebut penderita sama-sekali
bebas dari keluhan vertigo. Vertigo disebut kronis bila vertigo menetap lama,
keluhannya konstan tidak membentuk serangan-serangan akut. Sedangkan vertigo
yang serangannya mendadak atau akut, berangsur-angsur mengurang, penderitanya
tidak pernah bebas sama sekali dari keluhan. 1, 2, 3
Prevalensi angka kejadian vertigo cukup tinggi. Kejadian vertigo perifer
(BPPV) diamertika serikat sebanyak 64 orang ari 100.000 orang dengan
kecenderungan terjadi pada wanita (64%). BPPV diperkirakan sering terjadi pada usia
rata-rata 51-57,2 tahun dan jarang pada usia dibawah 35 tahun tanpa riwayat trauma
kepala. 3
Kriteria diagnosis vertigo terdiri dari kumpulan gejala sibjektif (symptoms)
yaitu pusing, rasa kepala ringan, rasa terapung, terayun, dan mual, dan kumpulan
gejala objektif (signs) dari gangguan alat keseimbangan yaitu keringat dingin, pucat,
muntah, sempoyongan waktu berdiri atau berjalan, nistagmus. Dapat juga disertai
gejala pada kelainan THT, kelainan mata, kelainan Saraf, kelainan cardiovaskular,
kelainan penyakit dalam, kelainan psikis, ataupun konsumsi obat-obat ototoksik. 2
Penatalaksanaan penyakit vertigo terdiri dari terapi kausal sesuai dengan
penyebab, terapi simptomatik, dan terapi rehabilitasi. Pengobatan simtomatik vertigo
antara lain : (1) Ca-entry blocker (untuk mengurangi aktifitas eksitatorik SSP dengan
menekan pelepasan glutamat, menekan aktifitas NMDA spesial channel, dan bekerja
langsung sebagai depresor labirin) : Flunarizin (sibelium) 3 x 5-10 mg/hari; (2)
antihistamin (antikolinergik dan merangsang inhibitory-monoaminergik dengan
akibat inhibisi N. Vestibularis) : Cinnarizine 3 x 25 mg/hari, Dimenhidrinat

4
(dramamine) 3 x 50 mg/hari; (3) histaminik (inhibisi neuron polisinaptik pada N.
Vestibularis lateralis) : betahistine (merislon) 3 x 8 mg/hari; (4) fenotiazine (bekerja
pada kemoreseptor triger zone dan pusat muntah di M. Oblongata) : Chlorpromazine
(largaktil) 3 x 25 25 mg/hari; (5) benzodiazepine (diazepam untuk menurunkan
resting activity neuron pada N. Vestibularis) : diazepam 3 x 2-5 mg/hari; (6) anti
epileptik : carbamazepine (tegretol) 3 x 200 mg/hari, fenitoin (dilantin) 3 x 100
mg/hari. Pengobatan simptomatik otonom (seperti muntah) dapat menggunakan obat
metoclopramide (primperan, raclonid) 3 x 10 mg/hari. Sedangkan terapi rehabilitasi
1, 2
berupa latihan visual-vestibular, metode brandt-darroff, dan gait exercise.

5
KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Umur : 62 tahun
Agama : Islam
Alamat : Wonosari RT 04/X Ngalian Semarang
Pekerjaan : Petani
Status : Menikah
No RM : 065951
Tgl masuk RS : 25 Mei 2012 jam 01.00 WIB

II. ANAMNESA
Anamnesa dilakukan secara Autoanamnesis pada tanggal 25 Mei 2012 ± jam
09.00

Keluhan utama : pusing berputar

RPS / Kronologis :
2 jam SMRS pasien mengeluh pusing berputar-putar timbul secara mendadak
setelah bangun tidur. Saat serangan tiba pasien merasa dirinya tidak bisa
seimbang ketika melihat lingkungan sekitar, dan pandangannya nampak ganda.
Saat serangan datang pasien sempat muntah sebanyak 3 kali dirumah disertai
dengan mual. Serangan bertambah berat ketika merubah posisi dari bangun tidur
langsung duduk, berjalan dan saat membuka mata. Keluhan sedikit berkurang
ketika berbaring ditempat tidur, memejamkan mata, dan setelah pasien minum
obat ”sakatonik liver”. Setelah keluar dari kamar mandi tiba-tiba pasien
merasakan serangan pusing berputar sudah tidak dapat ditahan lagi, mual (+),
muntah (+) sebanyak 3 kali, keringat dingin, nyeri perut didangkal, telinga
berdenging atau gembrebeg disangkal, kejang disangkal, kesemutan disangkal,

6
lemah anggota gerak disangkal, sesak nafas disangkal, nyeri dada disangkal.
Pasien juga mengeluh penglihatannya ganda ketika melihat orang
disekelilingnya. Sehingga keluarga memutuskan untuk membawa pasien ke IGD
RSUD Tugurejo Semarang. Saat diperjalanan menuju ke Rumah sakit pasien
sempat muntah sebanyak 2 kali dan ketika di UGD pasien muntah sebanyak 1
kali.

Riwayat Penyakit Dahulu :


- Pasien sebelumnya pernah mengalami sakit dengan keluhan yang sama dan
sempat dirawat di Rumah Sakit sebanyak 3 kali yaitu pada bulan Juli 2011
selama 3 hari, pada bulan Agustus 2011 selama 4 hari, dan pada bulan
November selama 14 hari.
- Riwayat trauma dikepala disangkal
- Riwayat sakit pada telinga, hidung, dan tenggorokan disangkal
- Riwayat sakit pada mata disangkal
- Riwayat penyakit hipertensi disangkal
- Riwayat penyakit stroke disangkal
- Riwayat penyakit diabetes mellitus disangkal
- Riwayat penyakit jantung disangkal
- Riwayat penyakit asma disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga :


- Riwayat menderita penyakit yang sama pada keluarga tidak tahu
- Riwayat penyakit hipertensi tidak tahu
- Riwayat penyakit diabetes mellitus tidak tahu
- Riwayat penyakit jantung tidak tahu
- Riwayat penyakit stroke tidak tahu
- Riwayat trauma dikepala tidak tahu
- Riwayat penyakit asma tidak tahu

7
Riwayat Pribadi :
- Riwayat merokok setiap hari ± 1-5 batang
- Riwayat minum alkohol disangkal

Riwayat sosial ekonomi :


Pasien bekerja sebagai petani, dan istri bekerja sebagai ibu rumah tangga. Pasien
mempunyai 3 orang anak yang masing-masing sudah bekerja dan sudah menikah.
Biaya pengobatan ditanggung oleh Jaminan Kesehatan Masyarakat Nasional.
Kesan : ekonomi kurang.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 25 Mei 2012 ± jam 09.00 WIB
Keadaan Umum : Tampak lemah (sakit sedang)
BB : 65 kg
TB : 170 cm
BMI : 22,49 kg/m2
Status Gizi : baik

Vital Sign
TD : 100/60 mmHg
Nadi : 76 x/menit, isi dan tegangan cukup
RR : 20 x/menit, reguler
T : 36,7 oC (axiler)

Status Internus
Thorax
Cor I : ictus cordis tidak tampak
Pa : ictus cordis teraba di ICS V linea midclavikularis sinistra,
tidak kuat angkat.

8
Pe : konfigurasi jantung dalam batas normal
A : suara tambahan (-)
Pulmo I : simetris statis dinamis
Pa : taktil fremitus kanan = kiri
Pe : sonor seluruh lapang paru
A : suara dasar vesikuler, suara tambahan (-)

Abdomen
I : permukaan dinding abdomen cembung, bentuk simetris,
warna kulit sesuai dengan sekitarnya
A : bising usus (+) normal
Pe : timpani pekak sisi (+), pekak alih (-)
Pa : nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, limpa tidak teraba

Status Neurologik
Kesadaran : composmentis
Kuantitatif : GCS E4M6V5 : 15
Kualitatif : tingkah laku : hipoaktif
Perasaan hati : eutimik
Orientasi : tempat : baik, waktu : baik, orang : baik, sekitar : baik.
Jalan pikiran : baik
kecerdasan : baik
Daya ingat baru : baik
daya ingat lama : baik
Kemampuan bicara : baik, tidak ada kelainan
sikap tubuh : baik
Cara berjalan : pasien mengalami kesulitan berjalan sendiri karena
sangat pusing berputar-putar.
Gerakan abnormal : tidak ada

9
Kepala : bentuk mesocephal
Mata : Ca (+/+) , SI (-/-) , reflek cahaya (+/+) , edem
palpebra (-/-) , pupil isokor ϴ ± 2,5 mm/2,5 mm, nistagmus (-)
Hidung : nafas cuping hidung (-) , deformitas (-) , secret (-),
pembesaran konka (-), konka hiperemis (-)
Telinga : serumen (-/+) , nyeri mastoid (-/-) , nyeri tragus (-/-),
membran tympani intag, gembrebeg (-/-)
Mulut : sianosis (-), gigi berlubang (+), karies gigi (-), lidah
kotor (-), tonsil T1-T1, hiperemis (-), kripte melebar (-), dinding faring
posterior : hiperemis (-), jaringan granulasi (-).

Leher : pembesaran kelenjar limfe (-), pembesaran kelenjar


tiroid (-), kaku kuduk (-)
Sikap : simetris
Gerakan : gerakan bebas (+), kaku (-)
kaku kuduk : (-)
Tes lhermite : tidak dilakukan
Tes nafsiger : tidak dilakukan
Tes Brudzinski : tidak dilakukan
Tes valsava : tidak dilakukan

Nervi Cranialis
N I. (OLFAKTORIUS)
Daya pembau kanan kiri
Baik baik

N II. (OPTIKUS)
Kanan Kiri Fundus okuli kanan kiri
Daya penglihatan baik baik Pupil PBI PBI

10
Pengenalan warna baik baik Perdarahan (-) (-)
Medan penglihatan baik baik

N III. (OKULOMOTORIUS)
Kanan kiri kanan kiri
Ptosis (-) (-) Reflek cahaya langsung (+) (+)
Gerak mata ke atas (+) N (+)N Reflek cahaya konsesuil (+) (+)
Gerak mata ke bawah (+) N (+) N Reflek akomodasi (+) (+)
Gerak mata media (+) N (+) N
Ukuran pupil ±2,5mm ±2,5mm Strabismus divergen (-) (-)
Bentuk pupil bulat bulat Diplopia (-) (-)

N IV. (TROKHLEARIS)
Kanan kiri
Gerak mata lateral bawah (+) N (+) N
Strabismus konvergen (-) (-)
Diplopia (-) (-)

N V. (TRIGEMINUS)
Kanan kiri kanan kiri
Menggigit (+) N (+) N Reflek kornea (+) N (+) N
Membuka mulut (+) N (+) N Reflek bersin (+) N (+) N
Sensibilitas muka atas (+) N (+) N Reflek masseter (+) N (+) N
Sensibilitas muka tengah (+) N (+) N Reflek zigomatikus (+) N (+) N
Sensibilitas muka bawah (+) N (+) N

N VI. (ABDUSEN)
Kanan kiri
Gerak mata ke lateral (+) N (+) N

11
Strabismus konvergen (-) (-)
Diplopia (-) (-)

N VII. (FASIALIS)
Kanan kiri kanan kiri
Kerutan kulit dahi (+) N (+) N Meringis (+) N (+) N
Menutup mata (+) N (+) N Tik fasial (-) (-)
Kedipan mata (+) N (+) N Lakrimasi (-) (-)
Lipatan naso-labial simetris simetris Daya kecap 2/3 depan dbn dbn
Sudut mulut simetris simetris Mengerutkan alis (+) N (+) N
Mengerutkan dahi (+) N (+) N

N VIII. (AKUSTIKUS)
Kanan kiri kanan kiri
Mendengar suara berbisik (+) N (+) N Tes Rinne tidak dilakukan
Mendengar detik arloji (+) N (+) N Tes Weber tidak dilakukan
Tes Swabach tidak dilakukan

N IX. (GLOSOFARINGEUS)
Kanan kiri kanan kiri
Arkus faring simetris simetris Sengau (-) (-)
Daya kecap 1/3 belakang tidak ada kelainan Tersedak (-) (-)
Reflek muntah (+) N (+) N

N X. (VAGUS)
Kanan kiri kanan kiri
Arkus faring (+) N (+) N Bersuara (+) N (+) N
Daya kecap 1/3 belakang tidak ada kelainan Menelan (+) N (+) N

12
N XI. (AKSESORIUS)
Kanan kiri Kanan kiri
Memalingkan kepala (+) N (+) N Mengangkan bahu simetris simetris
Sikap bahu simetris simetris Trofi otot bahu (-) (-)

N XII. (HIPOGLOSUS)
Kanan kiri kanan kiri
Sikap lidah simetris simetris Kekuatan lidah baik baik
Artikulasi jelas jelas Trofi otot lidah (-) (-)
Tremor lidah (-) (-) Fasikulasi lidah (-) (-)
Menjulurkan lidah simetris simetris

BADAN
Trofi otot punggung : (-) Trofi otot dada : (-)
Nyeri membungkukkan badan : (-) Palpasi dinding perut : defance muscular (-)
Vertebra : bentuk : simetris Nyeri tekan : (-)
Gerakan : dalam batas normal
Sensibilitas (tentukan batas yang jelas pada gambar)
Reflek dinding perut (kanan) : (+) N (kiri) : (+) N
Reflek kremaster

ANGGOTA GERAK ATAS


Kanan kiri kanan kiri
Inspeksi: Drop hand (-) (-) Claw hand (-) (-)
Pitcher’s hand (-) (-) Kontraktur (-) (-)
Warna kulit sesuai dengan warna kulit disekitarnya
Palpasi (sebut kelainannya) : Normal (tidak ada kelainan)

13
Lengan atas lengan bawah tangan
Kanan kiri kanan kiri kanan kiri
Gerakan bebas bebas bebas bebas bebas bebas
Kekuatan 5 5 5 5 5 5
Tonus (+) N (+) N (+) N (+) N (+) N (+) N
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Sensibilitas :
Nyeri normal normal normal normal normal normal
Termis normal normal normal normal normal normal
Taktil normal normal normal normal normal normal
Diskriminasi normal normal normal normal normal normal
Posisi normal normal normal normal normal normal
vibrasi normal normal normal normal normal normal

Bisep Trisep radius ulna


Kanan kiri kanan kiri kanan kiri kanan kiri
Reflek fisiologik (+) (+) (+) (+) (+) (+) (+) (+)
Perluasan reflek (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)
Reflek silang (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)

ANGGOTA GERAK BAWAH


Kanan kiri kanan kiri
Inspeksi: drop foot (-) (-) Kontraktur (-) (-)
Palpasi: udem (-) (-) Warna kulit sama seperti kulit disekitar

Tungkai atas Tungkai bawah Kaki


Kanan kiri kanan kiri kanan kiri
Gerakan bebas bebas bebas bebas bebas bebas
Kekuatan 5 5 5 5 5 5

14
Tonus (+) N (+) N (+) N (+) N (+) N (+) N
Trofi eutrofi eutrofi eutrofi eutrofi eutrofi eutrofi
Sensibilitas :
Nyeri normal normal normal normal normal normal
Termis normal normal normal normal normal normal
Taktil normal normal normal normal normal normal
Diskriminasi normal normal normal normal normal normal
Posisi normal normal normal normal normal normal
vibrasi normal normal normal normal normal normal

Patella Achiles
Kanan kiri kanan Kiri
Reflek fisiologis (+) (+) (+) (+)
Perluasan reflek (-) (-) (-) (-)
Reflek silang (-) (-) (-) (-)

Kanan Kiri Kanan Kiri


Reflek Patologis
Babinski (-) (-) Tes Homan tromer (-) (-)
Chaddock (-) (-) Gonda (-) (-)
Oppenheim (-) (-) Rossolimo (-) (-)
Gordon (-) (-) Mendel-Becterew (-) (-)
Tes Lasegue (-) (-) tes Brudzinski II (-) (-)
Tes Kernig (-) (-) Klonus kaki (-) (-)
Tes patrik (-) (-)
Tes kontra patrik (-) (-)

KOORDINASI LANGKAH DAN KESEIMBANGAN


Cara berjalan : tidak bisa jalan sendiri, harus dibantu

15
Tes Romberg : (+)
Disdiadokhokinesis : (-)
Robound fenomen : (-)
Nistagmus : (-)
Dismetri :
tes telunjuk –hidung : sedikit mengalami kesulitan karena pusing berputar
Tes telunjuk –telunjuk : sedikit mengalami kesulitan karena pusing berputar
Tes hidung –telunjuk –hidung : sedikit mengalami kesulitan karena pusing
berputar

FUNGSI VEGETATIF
Miksi : inkontinentia urin : (-) retensio urin : (-)
anuria : (-) poliuria : (-)
Defekasi : inkontinentia alvi : (-) retensio alvi : (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan hematologi dan kimia darah

Hasil Pemeriksaan pada tanggal 25 mei 2012 jam 10:54


Hematologi
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Leukosit 7,19 10 ^ 3/µl 3,8 – 10,6
Eritrosit 4,51 10 ^ 6/µl 44 – 5,9
Hemoglobin L 12,10 g/dl 13,2 – 17,3
Hematokrit L 35,30 % 40 – 52
MCV L 78,30 Fl 80 – 100
MCH 26,80 Pg 26 – 34
MCHC 34,30 g/dl 32 – 36

16
Trombosit 186 10 ^ 3/µl 150 – 440
RDW 14,30 % 11,5 – 14,5
Diff Count :
Eusinofil absolute 0,37 10 ^ 3/µl 0,045 – 0,44
Basofil absolut 0,04 10 ^ 3/µl 0 – 0,2
Netrofil absolut 4,62 10 ^ 3/µl 1,8 – 8
Limfosit absolut 1,59 10 ^ 3/µl 0,9 – 5,2
Monosit absolut 0,57 10 ^ 3/µl 0,16 – 1
Eusinofil H 4,10 % 2–4
Basofil 0,60 % 0–1
Netrofil 64,30 % 50 – 70
Limfosit L 22,10 % 25 – 40
Monosit 7,90 % 2-8

Hasil pemeriksaan Kimia Darah pada tanggal 28 mei 2012 jam 14:48
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Glukosa sewaktu 83 mg/dl < 125
Cholesterol total 158 mg/dl < 200 : desirabele
200 – 239 : boderline high
≥ 400 : high
Trigliserida H 256 µg/dl <150 : boderline high
200 – 499 : high
≥ 500 : very high
Asam urat H 8,0\ mg/dl 3,4 – 7,0
Ureum 31,0 mg/dl 10,0 – 50,0
Creatinin H 1,33 mg/dl 0,70 – 1,10
Kalium L 2,9 mmol/L 3,5 – 50
Natrium 141 mol.L 135 – 145

17
Kesan dari pemeriksaan laboratorium :
- Dislipidemia
- Hiperurisemia
- Hipokalemia

DIAGNOSIS BANDING
1. Vertigo
2. Cephalgia e.c Tension type headache

DIAGNOSIS AKHIR
Diagnosis Klinik : Vertigo
Diagnosis Topik : sistem vestibuler perifer
Diagnosis Etiologik : suspect BPPV

PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa
a. Infus RL 30 tetes permenit
b. Antivertigo : betahistine mesylat 3 x 6 mg per oral
c. Injeksi piracetam 3 x 1 gr IV
d. Injeksi ondansentron 1 x 1 ampul
e. Dimenhidrinat (Dramamine) 3 x 50 mg
2. Nonmedikamentosa
a. Mengurangi stres
b. Latihan untuk membuka mata, melirik keatas, kebawah, kesamping kiri-
kanan
c. Latihan menggerakkan kepala kekiri dan kekanan, kemudian miring
kanan-miring kiri
d. Latihan duduk, berdiri dan kemudian berjalan.

18
Terapi Rehabilitatif :
Tujuan terapi rehabilitatif adalah untuk menimbulkan dan meningkatkan
kompensasi sentral dan habituasi pada pasien dengan gangguan vestibuler.
Mekanisme kerja terapi ini adalah melalui : 1
1. Substansi sentral oleh sistem visual dan somatosensori untuk fungsi
vestibuler yang terganggu.
2. Mengaktifkan kendali pada tonus inti vestibuler oleh serebelum, sistem
visual, dan somatosensori.
3. Menimbulkan habituasi yaitu berkurangnya respon terhadap stimulasi
sensorik yang diberikan berulang-ulang.
Untuk terapi rehabilitasi ini kepada penderita vertigo diberikan latihan yang
disebut latihan vestibuler (vestibuler exercise). : 1
1. Metoda Brandt-Daroff 1
Latihan vestibular untuk pengobatan Benign Paroxysmal Positional
Vertigo (BPPV) adalah pasien duduk tegak ditepi tempat tidur dengan kaki
tergantung. Lalu tutup kedua mata dan berbaring dengan cepat pada salah
satu sisi tubuh selama 30 detik, kemudian duduk tegak kembali. Setelah 30
detik, baringkan tubuh kesisi lain dengan cara yang sama, tunggu selama 30
detik, setelah itu duduk tegak kembali. Latihan ini dilakukan sebanyak 5
kali pada pagi hari, dan 5 kali pada malam hari sampai 2 hari berturut-turut
tidak timbul vertigo lagi.
Pada penderita gangguan vestibular lain selain BPPV, setelah lewat
fase akut, dimana rasa mual dan muntahnya sudah menghilang, diberikan
latihan vestibular lain, diantaranya latihan visual-vestibular dan latihan
berjalan.
2. Latihan Visual-Vestibular 1
Bila pasien masih harus berbaring ditempat tidur, maka yang perlu
dilakukan adalah latihan untuk melirik keatas, kebawah, kesamping kanan
dan kiri, selanjutnya gerakan serupa sambil menatap jari yang digerakkan

19
pada jarak 30 cm, mula-mula gerakannya lambat, dan makin lama makin
cepat.
Bila pasien sudah bisa duduk, maka yang perlu dilakukan adalah
latihan untuk menggerakkan kepala dengan cepat keatas, dan ke bawah,
seperti sedang manggut sebanyak 5 kali, lalu tunggu 10 detik atau lebih lama
sampai vertigo menghilang. Ulangi latihan tersebut sebanyak 3 kali.
Selanjutnya latihan untuk menggerakkan kepala menatap kekiri atau
kekanan atas selama 30 detik, kembali keposisi biasa selama 30 detik,
kemudian menatap keatas sisi lain selama 30 detik dan seterusnya. Ulangi
latihan sebanyak 3 kali. Selanjutnya adalah latihan sambil duduk
membungkuk dan mengambil benda yang diletakkan dilantai.
Bila pasien sudah bisa berdiri atau berjalan, maka yang perlu
dilakukan adalah latihan menggerakkan mata dan kepala sambil berdiri
(seperti yang dilakukan pada pasien berbaring dan duduk). Selanjutnya
latihan duduk dikursi lalu berdiri dengan mata dalam keadaan terbuka dan
tertutup.
3. Latihan berjalan (Gait Exercise) 1
Yang perlu dilakukan adalah latihan :
a. Latihan jalan menyeberang ruangan dengan mata terbuka dan tertutup
secara bergantian.
b. Latihan berjalan tandem dengan mata terbuka dan tertutup secara
bergantian. Lalu jalan tandem dengan kepala menghadap keatas.
c. Latihan jalan naik-turun tangga pada lantai miring atau undakan dengan
mata terbuka dan tertutup secara bergantian.
d. Latihan jalan mengelilingi seseorang sambil saling melempar bola
dengannya.
e. Physical conditioning dengan melakukan olahraga bowling, basket,
jogging, dan rowing.

20
PROGNOSIS
Death : ad bonam
Disease : ad bonam
Disability : ad bonam
Discomfort : ad bonam
Dissatisfaction : ad bonam

21
PEMBAHASAN

Vertigo sebenarnya berasal dari bahasa yunani “Vertere” yang artinya memutar
atau sensasi gerakan berputar. Vertigo tidak hanya merupakan satu gejala pusing
saja, melainkan suatu kumpulan gejala atau satu sindroma yang terdiri dari gejala
sistem somatik (nistagmus), otonomik (pucat, keringat dingin, mual, muntah) dan
pusing. 1,3
Kriteria diagnosis vertigo terdiri dari kumpulan gejala subjektif (symptoms)
yaitu pusing, rasa kepala ringan, rasa terapung, terayun, dan mual, dan kumpulan
gejala objektif (signs) dari gangguan alat keseimbangan yaitu keringat dingin, pucat,
muntah, sempoyongan waktu berdiri atau berjalan, nistagmus. Dapat juga disertai
gejala pada kelainan THT, kelainan mata, kelainan Saraf, kelainan cardiovaskular,
kelainan penyakit dalam, kelainan psikis, ataupun konsumsi obat-obat ototoksik. 2
Berdasarkan anamnesis didapatkan hasil bahwa pasien mengeluh pusing
berputar yang dirasakan sejak 2 jam SMRS yang timbul secara mendadak setelah
bangun tidur. Saat serangan tiba pasien merasa dirinya tidak bisa seimbang ketika
melihat lingkungan sekitar, dan pandangannya nampak ganda. Saat serangan datang
pasien sempat muntah sebanyak 3 kali dirumah disertai dengan mual. Serangan
bertambah berat ketika merubah posisi dari bangun tidur langsung duduk, berjalan
dan saat membuka mata. Keluhan sedikit berkurang ketika berbaring ditempat tidur,
memejamkan mata, dan setelah pasien minum obat ”sakatonik liver”. Setelah keluar
dari kamar mandi tiba-tiba pasien merasakan serangan pusing berputar sudah tidak
dapat ditahan lagi, mual (+), muntah (+) sebanyak 3 kali, keringat dingin, nyeri perut
didangkal, telinga berdenging atau gembrebeg disangkal, kejang disangkal,
kesemutan disangkal, lemah anggota gerak disangkal, sesak nafas disangkal, nyeri
dada disangkal. Pasien juga mengeluh penglihatannya ganda ketika melihat orang
disekelilingnya. Sehingga keluarga memutuskan untuk membawa pasien ke IGD
RSUD Tugurejo Semarang. Saat diperjalanan menuju ke Rumah sakit pasien sempat
muntah sebanyak 2 kali dan ketika di UGD pasien muntah sebanyak 1 kali.

22
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan bahwa keadaan umum pasien
tampak lemah (sakit sedang), kesadaran composmentis GCS E4M6V5 : 15 dengan
Vital Sign yaitu tensi 100/60 mmHg, nadi 76 x/menit, isi dan tegangan cukup,
respiratory rate 20 x/menit, reguler, dan suhu 36,7 oC (axiler). Pemeriksaan status
internus dalam batas normal. Pemeriksaan neurologis didapatkan hasil pemeriksaan
mata Conjungtiva anemis (+/+), Sklera Ikterik (-/-), reflek cahaya (+/+), pupil bulat
isokor ϴ ± 2,5 mm/2,5 mm, nistagmus (-), pemeriksaan telinga ditemukan serumen
(-/+) , nyeri mastoid (-/-) , nyeri tragus (-/-), membran tympani intag, gembrebeg (-/-
), pemeriksaan leher tidak ada kelainan, pemeriksaan N. Cranialis tidak ada kelainan,
pemeriksaan motorik dan sensorik tidak ada kelainan, pemeriksaan langkah dan
keseimbangan ditemukan bahwa pasien mengalami kesulitan berjalan sendiri karena
sangat pusing berputar-putar, test romberg (+), pada tes dismetri pasien sedikit
mengalami kesulitan karena pusing berputar, pemeriksaan fungsi vegetatif tidak
ditemukan kelainan.
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien ini sudah memenuhi
kriteria diagnosis vertigo. Penatalaksanaan pada kasus ini meliputi medikamentosan
dan non medikamentosa. Terapi medikamentosa meliputi Infus RL 30 tetes permenit,
obat Antivertigo (betahistine mesylat 3 x 6 mg per oral), Injeksi piracetam 3 x 1 gr
IV, Injeksi ondansentron 1 x 1 ampul, Dimenhidrinat (Dramamine) 3 x 50 mg. Terapi
nonmedikamentosa meliputi edukasi tentang perlunya mengurangi stres, anjuran
latihan untuk membuka mata, melirik keatas, kebawah, kesamping kiri-kanan,
anjuran latihan menggerakkan kepala kekiri dan kekanan, kemudian miring kanan-
miring kiri, serta latihan duduk, berdiri dan kemudian berjalan.

23
RANGKUMAN

Serang laki-laki berumur 62 tahun datang ke RSUD Tugurejo Semarang pada


tangal 25 mei 2012 jam 01.00 dengan keluhan pusing berputar. 2 jam SMRS pasien
mengeluh pusing berputar-putar timbul secara mendadak setelah bangun tidur. Saat
serangan tiba pasien merasa dirinya tidak bisa seimbang ketika melihat lingkungan
sekitar, dan pandangannya nampak ganda. Saat serangan datang pasien sempat
muntah sebanyak 3 kali dirumah disertai dengan mual. Serangan bertambah berat
ketika merubah posisi dari bangun tidur langsung duduk, berjalan dan saat membuka
mata. Keluhan sedikit berkurang ketika berbaring ditempat tidur, memejamkan mata,
dan setelah pasien minum obat ”sakatonik liver”. Setelah keluar dari kamar mandi
tiba-tiba pasien merasakan serangan pusing berputar sudah tidak dapat ditahan lagi,
mual (+), muntah (+) sebanyak 3 kali, keringat dingin, nyeri perut didangkal, telinga
berdenging atau gembrebeg disangkal, kejang disangkal, kesemutan disangkal, lemah
anggota gerak disangkal, sesak nafas disangkal, nyeri dada disangkal. Pasien juga
mengeluh penglihatannya ganda ketika melihat orang disekelilingnya. Sehingga
keluarga memutuskan untuk membawa pasien ke IGD RSUD Tugurejo Semarang.
Saat diperjalanan menuju ke Rumah sakit pasien sempat muntah sebanyak 2 kali dan
ketika di UGD pasien muntah sebanyak 1 kali.
Riwayat Penyakit Dahulu Pasien sebelumnya pernah mengalami sakit dengan
keluhan yang sama dan sempat dirawat di Rumah Sakit sebanyak 3 kali yaitu pada
bulan Juli 2011 selama 3 hari, pada bulan Agustus 2011 selama 4 hari, dan pada
bulan November selama 14 hari. Riwayat trauma kepala, sakit pada telinga, hidung
tenggorokan, dan sakit pada mata disangkal.
Riwayat Pribadi pasien yaitu merokok setiap hari ± 1-5 batang dan Riwayat
minum alkohol disangkal.
Riwayat sosial ekonomi pasien bekerja sebagai petani, dan istri bekerja sebagai
ibu rumah tangga. Pasien mempunyai 3 orang anak yang masing-masing sudah

24
bekerja dan sudah menikah. Biaya pengobatan ditanggung oleh Jaminan Kesehatan
Masyarakat Nasional. Kesan : ekonomi kurang.
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan bahwa keadaan umum pasien
tampak lemah (sakit sedang), kesadaran composmentis GCS E4M6V5 : 15 dengan
Vital Sign yaitu tensi 100/60 mmHg, nadi 76 x/menit, isi dan tegangan cukup,
respiratory rate 20 x/menit, reguler, dan suhu 36,7 oC (axiler). Pemeriksaan status
internus dalam batas normal. Pemeriksaan neurologis didapatkan hasil pemeriksaan
mata Conjungtiva anemis (+/+), Sklera Ikterik (-/-), reflek cahaya (+/+), pupil bulat
isokor ϴ ± 2,5 mm/2,5 mm, nistagmus (-), pemeriksaan telinga ditemukan serumen
(-/+) , nyeri mastoid (-/-) , nyeri tragus (-/-), membran tympani intag, gembrebeg (-/-
), pemeriksaan leher tidak ada kelainan, pemeriksaan N. Cranialis tidak ada kelainan,
pemeriksaan motorik dan sensorik tidak ada kelainan, pemeriksaan langkah dan
keseimbangan ditemukan bahwa pasien mengalami kesulitan berjalan sendiri karena
sangat pusing berputar-putar, test romberg (+), pada tes dismetri pasien sedikit
mengalami kesulitan karena pusing berputar, pemeriksaan fungsi vegetatif tidak
ditemukan kelainan.
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien ini sudah memenuhi
kriteria diagnosis vertigo. Penatalaksanaan pada kasus ini meliputi medikamentosan
dan non medikamentosa. Terapi medikamentosa meliputi Infus RL 30 tetes permenit,
obat Antivertigo (betahistine mesylat 3 x 6 mg per oral), Injeksi piracetam 3 x 1 gr
IV, Injeksi ondansentron 1 x 1 ampul, Dimenhidrinat (Dramamine) 3 x 50 mg. Terapi
nonmedikamentosa meliputi edukasi tentang perlunya mengurangi stres, anjuran
latihan untuk membuka mata, melirik keatas, kebawah, kesamping kiri-kanan,
anjuran latihan menggerakkan kepala kekiri dan kekanan, kemudian miring kanan-
miring kiri, serta latihan duduk, berdiri dan kemudian berjalan.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. PERDOSSI. Vertigo patofisiologi, diagnosis dan terapi.


2. Misbach, Jusuf; Abdul, Bar Hamid; Adre, Mayza; M. Kurniawan, Saleh. 2006.
Buku Pedoman Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar prosedur
Operasional (SOP) Neurologi. PERDOSSI.
3. Dewanto, George; Wita, J. Suwono; Budi, Riyanto; Yuda, Turana. 2009.
Panduan Praktis Diagnosis dan Tata Laksana Penyakit Saraf. Jakarta : EGC.

26

Anda mungkin juga menyukai