Astrocytoma
Astrocytoma
ASTROCYTOMA
PEMBIMBING :
DISEDIAKAN OLEH :
KAVITHA KANDASAMY 070100286
KUGAN KANDASAMY 070100281
SYAFEEFAH AMALEEN 070100308
GEETHAMALAR PONNIAH 070100263
NOR AMIRA KAMARUZAMAN 070100290
DEPARTEMEN NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
MEDAN
2010
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan kurnia-
Nya, penulisan Laporan Kasus : Astrocytoma, dapat diselesaikan. Makalah ini diajukan untuk
melengkapi tugas pada Kepaniteraan Klinik Senior Departemen Neurologi, Fakultas
Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.
Meskipun penulisan makalah ini banyak mengalami hambatan, kesulitan dan kendala,
namun karena adanya bimbingan, petunjuk, nasihat dan motivasi dari berbagai pihak,
penulisan makalah ini dapat diselesaikan. Di sini kami mengambil kesempatan untuk
mengucapkan jutaan terima kasih kepada pembimbing kami, .
Akhir kata, meskipun berbagai usaha telah dilakukan semaksimal mungkin dalam
menyelesaikan penulisan laporan kasus ini, namun karena keterbatasan pengalaman,
pengetahuan, kepustakaan dan waktu, laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk
ini, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk menyempurnakan makalah
ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
BAB 1 : PENDAHULUAN
2.1 ANAMNESIS 7
2.6 DIAGNOSA 19
2.7 PENATALAKSANAAN 19
2.8 FOLLOW UP 20
3.1 DEFINISI 33
3.2 INSIDENS 33
3.3 ETIOLOGI 33
3.4 PATOGENESE 34
3.5 KLASIFIKASI 35
3
3.10 PENATALAKSANAAN 40
3.11 PROGNOSIS 42
BAB 5 : PERMASALAHAN 46
BAB 6 : KESIMPULAN 47
BAB 7 : SARAN 47
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
4
PENDAHULUAN
Tumor sistem saraf pusat (SSP) yang primer diklasifikasikan dengan asal dari sel
yang terlibat. Insidens dari tumor intrakranial yang primer adalah antara 2 hingga 19 per
100,000 orang dan tergantung pada umur. Pada dewasa, tumor supratentorial lebih umum
terjadi sedangkan mayoritas dari tumor intrakranial yang primer pada masa anak-anak adalah
yang terjadi pada fossa posterior. Tumor otak primer yang paling umum terjadi adalah yang
berasal dari glial dan ini termasuk astrocytoma, oligodendrogliomas dan ependymomas.
Tumor glial yang paling umum adalah astrocytoma yang pada pewarnaan adalah positif untuk
protein glial fibrillari asidik dan adalah diklasifikasikan atau dilakukan pertahapan (grading)
menurut karakteristik histologik yang mencerminkan sifat agresif dan kelangsungan hidup
(survival).
Dalam suatu pendekatan untuk memperbaiki korelasi antara prognosis dan ‘grade’
dari tumor, World Health Organization (WHO) pada tahun 1993 mencadangkan satu sistem
yang bertingkat tiga yang termasuk astrocytoma yang berdifferensiasi dengan baik,
astrocytoma anaplastik dan glioblastoma multiforme. Sistem ini lebih menekankan
pleomorfism seluler dan vaskular proliferasi. Astrocytoma pilosistik yang sering terlokasi
pada serebellum merupakan satu neoplasma tingkat rendah yang sering terjadi pada populasi
dewasa muda. Mayoritas dari astrocytoma adalah yang tipe fibrillari.
Faktor yang sangat penting dalam menentukan prognosa dari seorang pasien dengan
astrocytoma adalah termasuk histologik, umur pasien dan Karnofsky Perfomance Status
(KPS) pasien tersebut. Pasien dengan astrocytoma anaplastik mempunyai prognosa lebih baik
yang signifikan dari pasien dengan glioblastoma. Faktor resiko untuk berkembangnya satu
astrocytoma adalah kurang jelas. Tumor ini selalunya sering terjadi secara sporadikal. Pada
masa yang akan datang, marker genetik dapat membuka jalan untuk penemuan dimensi baru
dari klasifikasi sistem dari tumor otak.
1.2 TUJUAN
5
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi persyaratan untuk
mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Neurologi, Fakultas Kedokteran,
Universitas Sumatera Utara.
1.3 MANFAAT
Makalah ini adalah bermanfaat untuk para pembaca khususnya yang terlibat dalam
bidang medis dan masyarakat secara umumnya dapat lebih mengetahui dan memahami
lebih mendalam mengenai Astrocytoma.
BAB 2
LAPORAN KASUS
6
2.1 ANAMNESIS
Nama : Suwani
Usia : 28 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : -
2.1.2 ANAMNESA
Telaah :
Hal ini dialami oleh os lebih kurang dua minggu yang lalu. Sakit kepala dirasakan
perlahan-lahan dan gejala semakin memberat saat pagi hari. Os juga mengeluh lemah
lengan dan tungkai kanan. Riwayat muntah projektil (-). Riwayat kejang (+). Os
mengalami kejang lebih dari dua kali sejak sakit ini. Demam (-), BAK normal, BAB
tidak teratur.
7
Traktus sirkulatorius : Kelainan jantung bawaan
Penyakit terdahulu & kecelakaan : Terbentur kepala pada beca dua bulan
sebelum timbul gejala dan sakit
kepalanya timbul sebulan selepas
benturan.
Lain-lain : (-)
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : -
Tekanan darah :
Nadi :
Frekuensi nafas :
Temperatur :
8
Kelenjar & getah bening : DBN
Persendian : DBN
Pergerakan : Bebas
Desah : -
2.2.4 GENITALIA
9
2.3.2 KRANIUM
Bentuk : Bulat
Fontanella : Tertutup
Kaku Kuduk : -
Tanda Kerniq : -
Tanda Laseque : -
Muntah : -
Sakit kepala : +
Kejang : -
10
NERVUS II Okuli Dextra Okuli Sinistra
Lapangan pandang
Fundus okuli
Pupil
Motorik
11
Palpasi otot masseter & temporalis : DBN DBN
Kekuatan gigitan : DBN DBN
Sensorik
Refleks kornea
Motorik
Mimik :
Kerut kening : (+) (+)
Menutup mata : (+) (+)
Meniup sekuatnya : (+) (+)
Memperlihatkan gigi : (+) (+)
Tertawa : (+) (+)
Sensorik
Auditorius
Vestibularis
12
Reaksi kalori : TDP TDP
Vertigo : (-) (-)
Tinnitus : (-) (-)
NERVUS IX,X
Uvula : Medial
Disfagia : (-)
Disartria : (-)
Disfonia : (-)
NERVUS XII
Lidah
Tremor : (-)
Atropi : (-)
Fasikulasi : (-)
Tropi : Eutropi
33333 55555
13
EID : 33333 EIS : 55555
33333 55555
Tremor : (-)
Khorea : (-)
Ballismus : (-)
Mipklonus : (-)
Atetosis : (-)
Distonia : (-)
Spasme : (-)
Tic : (-)
2.3.9 REFLEKS
Kanan Kiri
14
Oppenheim : (-) (-)
Chaddock : (-) (-)
Gordon : (-) (-)
Schaefer : (-) (-)
Hoffman-trommer : (+) (+)
Klonus lutut : (-) (-)
Klonus kaki : (-) (-)
2.3.10 KOORDINASI
2.3.11 VEGETATIF
2.3.12 VERTEBRA
BENTUK
Normal : (+)
Scoliosis : (-)
Hiperlordosis : (-)
PERGERAKAN
15
Leher : Dalam batas normal
Pinggang : Dalam batas normal
Laseque : (-)
Disartria : (-)
Tremor : (-)
Nistagmus : (-)
Vertigo : (-)
Tremor : (-)
Rigiditas : (-)
Bradikinesia : (-)
16
Ingatan baru : Baik
Orientasi
Diri : Baik
Tempat : Baik
Waktu : Baik
Situasi : Baik
Afasia
Ekspresif : (-)
Represif : (-)
Apraksia : (-)
Agnosia
STATUS PRESENS
Sensorium Compos Mentis
17
Tekanan Darah
Heart Rate
Respiratory Rate
Temperatur
STATUS NEUROLOGIS
Sensorium Compos mentis
Muntah (-)
Peningkatan TIK Kejang (-)
Sakit kepala (+)
Kaku kuduk (-)
Perangsangan meningeal Kernig sign (-)
Brudzinski i/ii (-/-)
NERVUS KRANIALIS
NI Normosmia
N II, III RC +/+, pupil isokor ø 3mm
N III, IV, VI Gerakan bola mata (+)
NV Buka tutup mulut (+)
N VII Sudut mulut tertarik ke kiri
N VIII Pendengaran (+)
N IX, X Uvula medial
N XI Angkat bahu (+)
N XII Lidah dijulurkan ke medial
REFLEKS FISIOLOGIS
Kanan Kiri
Biceps / Triceps
+/+ +/+
Kanan Kiri
KPR / APR
+/+ +/+
REFLEKS PATOLOGIS
Kanan Kiri
Babinsky
- -
Kanan Kiri
Hoffman / Tromner
-/- -/-
KEKUATAN MOTORIK
ESD : 33333 ESS : 55555
33333 55555
EID : 33333 EIS : 55555
33333 55555
2.5 DIAGNOSA
Astrocytoma
18
Diagnosa Etiologik : Space Occupying Lesion (SOL)
2.6 PENATALAKSANAAN
STATUS PRESENS
TANGGAL 20-01-2011 21-01-2011 22-01-2011
Sensorium Compos mentis Compos mentis Compos mentis
Tek. Darah 100/60 mmhg 120/80 mmhg 120/80 mmhg
Heart rate 54 x/i 60 x/i 56 x/i
Res. Rate 24 x/i 23 x/i 20 x/i
0
Temperatur 37.1 c 36.30c 35,10c
STATUS NEUROLOGIS
Sensorium Compos mentis Compos mentis Compos mentis
Muntah (-) Muntah (-) Muntah (-)
Peningkatan TIK Kejang (+) Kejang (-) Kejang (-)
Sakit kepala (+) Sakit kepala (+) Sakit kepala (+)
Kaku kuduk (-) Kaku kuduk (-) Kaku kuduk (-)
Perangsangan
Kernig sign (-) Kernig sign (-) Kernig sign (-)
meningeal
Brudzinski i/ii (-/-) Brudzinski i/ii (-/-) Brudzinski i/ii (-/-)
NERVUS KRANIALIS
NI Normosmia Normosmia Normosmia
Rc +/+ Rc +/+ Rc +/+
N II, III Pupil isokor Pupil isokor Pupil isokor
Ø 3mm Ø 3mm Ø 3mm
N III, IV, VI Gerakan bola mata (+) Gerakan bola mata (+) Gerakan bola mata (+)
NV Buka tutup mulut (+) Buka tutup mulut (+) Buka tutup mulut (+)
Sudut mulut tertarik ke Sudut mulut tertarik ke
N VII Sudut mulut simetris
kiri kiri
N VIII Pendengaran (+) Pendengaran (+) Pendengaran (+)
N IX, X Uvula medial Uvula medial Uvula medial
N XI Angkat bahu (+) Angkat bahu (+) Angkat bahu (+)
N XII Lidah dijulurkan medial Lidah dijulurkan medial Lidah dijulurkan medial
19
REFLEKS FISIOLOGIS
KANAN KIRI
Biceps / Triceps
+/+ +/+ +/+ +/+ +/+ +/+
KANAN KIRI
KPR / APR
+/+ +/+ +/+ +/+ +/+ +/+
REFLEKS PATOLOGIS
KANAN KIRI
Babinski
- - - - - -
Hoffman / KANAN KIRI
Trommer -/- -/- -/- -/- -/- -/-
20
STATUS PRESENS
TANGGAL 23-01-2011 24-01-2011 25-01-2011
Sensorium Compos mentis Compos mentis Compos mentis
Tek. Darah 110/70 mmhg 110/70 mmhg 120/90 mmhg
Heart rate 58 x/i 64 x/i 48 x/i
Resp. Rate 28 x/i 22 x/i 24 x/i
Temperatur 36.00c 36.50c 35.80c
STATUS NEUROLOGIS
Sensorium Compos mentis Compos mentis Compos mentis
Muntah (-) Muntah (-) Muntah (-)
Peningkatan TIK Kejang (-) Kejang (-) Kejang (-)
Sakit kepala (+) Sakit kepala (+) Sakit kepala (-)
Kaku kuduk (-) Kaku kuduk (-) Kaku kuduk (-)
Perangsangan
Kernig sign (-) Kernig sign (-) Kernig sign (-)
meningeal
Brudzinski i/ii (-/-) Brudzinski i/ii (-/-) Brudzinski i/ii (-/-)
NERVUS KRANIALIS
NI Normosmia Normosmia Normosmia
Rc +/+ Rc +/+ Rc +/+
N II, III Pupil isokor Pupil isokor Pupil isokor
Ø 3mm Ø 3mm Ø 3mm
N III, IV, VI Gerakan bola mata (+) Gerakan bola mata (+) Gerakan bola mata (+)
NV Buka tutup mulut (+) Buka tutup mulut (+) Buka tutup mulut (+)
Sudut mulut tertarik ke Sudut mulut tertarik ke Sudut mulut tertarik ke
N VII
kiri kiri kiri
N VIII Pendengaran (+) Pendengaran (+) Pendengaran (+)
N IX, X Uvula medial Uvula medial Uvula medial
N XI Angkat bahu (+) Angkat bahu (+) Angkat bahu (+)
Lidah istirahat ke Lidah istirahat ke
N XII Lidah istirahat ke medial
medial medial
REFLEKS FISIOLOGIS
Kanan Kiri
Biceps / Triceps
+/+ +/+ +/+ +/+ +/+ +/+
Kanan Kiri
KPR / APR
+/+ +/+ +/+ +/+ +/+ +/+
REFLEKS PATOLOGIS
Babinsky Kanan Kiri
21
- - - - - -
Hoffman / Kanan Kiri
Tromner -/- -/- -/- -/- -/- -/-
22
STATUS PRESENS
TANGGAL 26-01-2011 27-01-2010 28-01-2010
Sensorium Compos mentis Compos mentis Compos mentis
Tek. Darah 120/80 mmhg 120/79 mmhg 130/80 mmhg
Heart rate 60 x/i 68 x/i 68 x/i
Resp. Rate 24 x/i 25 x/i 32 x/i
Temperatur 36.20c 36.50c 36.10c
STATUS NEUROLOGIS
Sensorium Compos mentis Compos mentis Compos mentis
Muntah (-) Muntah (-) Muntah (-)
Peningkatan tik Kejang (-) Kejang (-) Kejang (-)
Sakit kepala (-) Sakit kepala (-) Sakit kepala (-)
Kaku kuduk (-) Kaku kuduk (-) Kaku kuduk (-)
Perangsangan
Kernig sign (-) Kernig sign (-) Kernig sign (-)
meningeal
Brudzinski i/ii (-/-) Brudzinski i/ii (-/-) Brudzinski i/ii (-/-)
NERVUS KRANIALIS
NI Normosmia Normosmia Normosmia
RC +/+ RC +/+ RC +/+
N II, III Pupil isokor Pupil isokor Pupil isokor
ø 3mm ø 3mm ø 3mm
Gerakan bola mata (+)
N III, IV, VI Gerakan bola mata (+) Gerakan bola mata (+)
NV Buka tutup mulut (+) Buka tutup mulut (+) Buka tutup mulut (+)
Sudut mulut tertarik ke Sudut mulut tertarik ke Sudut mulut tertarik ke
N VII
kiri kiri kiri
N VIII Pendengaran (+) Pendengaran (+) Pendengaran (+)
N IX, X Uvula medial Uvula medial Uvula medial
N XI Angkat bahu (+) Angkat bahu (+) Angkat bahu (+)
Lidah istirahat ke Lidah istirahat ke Lidah istirahat ke
N XII
medial medial medial
REFLEKS FISIOLOGIS
Kanan Kiri
Biceps / Triceps
+/+ +/+ +/+ +/+ +/+ +/+
Kanan Kiri
KPR / APR
+/+ +/+ +/+ +/+ +/+ +/+
REFLEKS PATOLOGIS
Kanan Kiri
Babinsky
- - - - - -
Hoffman / Kanan Kiri
Trommer -/- -/- -/- -/- -/- -/-
23
TANGGAL 26-01-2011 27-01-2010 28-01-2010
ESD : ESD : ESD : ESS : ESS : ESS :
33333 33333 33333 55555 55555 55555
Kekuatan 33333 33333 33333 55555 55555 55555
Motorik EID : EID : EID : EIS : EIS : EIS :
33333 33333 33333 55555 55555 55555
33333 33333 33333 55555 55555 55555
Diagnosis Kerja Hemiparese Dextra+ Parese Hemiparese Dextra+ Hemiparese Dextra+
N.Vll Dextra Parese N.Vll Dextra Parese N.Vll Dextra
UMN+Secondary UMN+Secondary UMN+Secondary
Headache+ec DD abses Headache+ec DD Headache+ec DD abses
otak. Astrocytoma abses otak. otak. Astrocytoma +
Astrocytoma + TOF TOF
Terapi - IVFD RSol 20gtt/i. - IVFD RSol 20gtt/i. - O2 2l/,menit
- Inj. Dexamethason 1amp - Inj. Dexamethason (nasal kanul)
IV/8jam 1amp IV/8jam - IVFD RSol 20gtt/i.
-Inj Ranitidin 1amp/12jam -Inj Ranitidin - Inj. Dexamethason
-Inj ceftriaxon 2gr/12jam 1amp/12jam 1amp IV/8jam
- B Comp 3x1. -Inj ceftriaxon -Inj Ranitidin
-Inj Metronidazole 2gr/12jam 1amp/12jam
500mg/8jam IV - B Comp 3x1. -Inj ceftriaxon
-Asam Mefenamat 3x500mg -Inj Metronidazole 2gr/12jam
-Inj Diazepam 1amp/IV 500mg/8jam IV - B Comp 3x1.
(k/p) -Asam Mefenamat -Inj Metronidazole
K/T dulcolax Supp 1x1 3x500mg 500mg/8jam IV
(malam) -Inj Diazepam -Asam Mefenamat
1amp/IV 3x500mg
-Inj Diazepam 1amp/IV
24
STATUS PRESENS
TANGGAL 29 hingga 01-01-2011 02,03-02-2011 04-02-2011
Sensorium Compos mentis Compos mentis Compos mentis
Tek. Darah 130/90 mmhg 124/84 mmhg 130/80 mmhg
Heart rate 61 x/i 65x/i 65 x/i
Resp. Rate 27 x/i 28 x/i 26 x/i
Temperatur 36.30c 36.00c 36.40c
STATUS NEUROLOGIS
Sensorium Compos mentis Compos mentis Compos mentis
Muntah (-) Muntah (-) Muntah (-)
Peningkatan tik Kejang (-) Kejang (-) Kejang (-)
Sakit kepala (+) Sakit kepala (+) Sakit kepala (+)
Kaku kuduk (-) Kaku kuduk (-) Kaku kuduk (-)
Perangsangan
Kernig sign (-) Kernig sign (-) Kernig sign (-)
meningeal
Brudzinski i/ii (-/-) Brudzinski i/ii (-/-) Brudzinski i/ii (-/-)
NERVUS KRANIALIS
NI Normosmia Normosmia Normosmia
RC +/+, PUPIL RC +/+, PUPIL RC +/+, PUPIL
N II, III
ISOKOR ø 3mm ISOKOR ø 3mm ISOKOR ø 3mm
Gerakan bola mata (+) Gerakan bola mata (+) Gerakan bola mata (+)
N III, IV, VI
NV Buka tutup mulut (+) Buka tutup mulut (+) Buka tutup mulut (+)
Sudut mulut tertarik ke Sudut mulut tertarik ke Sudut mulut jatuh ke
N VII
kiri kiri kiri
N VIII Pendengaran (+) Pendengaran (+) Pendengaran (+)
N IX, X Uvula medial Uvula medial Uvula medial
N XI Angkat bahu (+) Angkat bahu (+) Angkat bahu (+)
Lidah istirahat ke Lidah istirahat ke Lidah istirahat ke
N XII
medial medial medial
REFLEKS FISIOLOGIS
Kanan Kiri
Biceps / Triceps
+/+ +/+ +/+ +/+ +/+ +/+
Kanan Kiri
KPR / APR
+/+ +/+ +/+ +/+ +/+ +/+
REFLEKS PATOLOGIS
Kanan Kiri
Babinsky
- - - - - -
Hoffman / Kanan Kiri
Trommer +/- +/- +/- -/- -/- -/-
25
ESD : ESD : ESD : ESS : ESS : ESS :
33333 33333 33333 55555 55555 55555
33333 33333 33333 55555 55555 55555
Kekuatan motorik
EID : EID : EID : EIS : EIS : EIS :
33333 33333 33333 55555 55555 55555
33333 33333 33333 55555 55555 55555
Diagnosis kerja Hemiparese Dextra+ Hemiparese Dextra+ Hemiparese Dextra+
Parese N.Vll Dextra Parese N.Vll Dextra Parese N.Vll Dextra
UMN+Secondary UMN+Secondary UMN+Secondary
Headache+ec DD abses Headache+ec DD abses Headache+ec DD abses
otak. Astrocytoma + otak. Astrocytoma + otak. Astrocytoma +
TOF TOF TOF
Terapi - IVFD RSol 20gtt/i. - IVFD RSol 20gtt/i. - IVFD RSol 20gtt/i.
- Inj. Dexamethason - Inj. Dexamethason - Inj. Dexamethason
1amp IV/8jam 1amp IV/8jam 1amp IV/8jam
-Inj Ranitidin -Inj Ranitidin -Ranitidin 2x1 tab
1amp/12jam 1amp/12jam -Inj ceftriaxon
-Inj ceftriaxon -Inj ceftriaxon 2gr/12jam
2gr/12jam 2gr/12jam - B Comp 3x1.
- B Comp 3x1. - B Comp 3x1. -Inj Metronidazole
-Inj Metronidazole -Inj Metronidazole 500mg/8jam IV
500mg/8jam IV 500mg/8jam IV -Asam Mefenamat
-Asam Mefenamat -Asam Mefenamat 3x500mg
3x500mg 3x500mg
-Inj Diazepam 1amp/IV *Tanggal 03 diberikan
Ranitidin 2x1 tab
26
PEMERIKSAAN LAB HASIL LAB
Hasil lab patologi klinik HEMATOLOGI
(RSUPHAM) Darah lengkap (CBC)
19 Jan 2011 Hemoglobin (HGB) 18.2g% (11.7-15.5)
Eritrosit (RBC) 6.86x 106/mm3 (4.2-4.87)
Leukosit (WBC) 20.20x103/mm3 (4.5-11)
Hematokrit 58.10% (38-44)
Trombosit (PLT) 267x103/mm3 (150-450)
MCV 84.8fL (85-95)
MCH 26.5pg (28-32)
MCHC 31.2g% (33-35)
RDW 15.8% (11.6-14.8)
MPV 9.68 Fl (7-10.2)
PCT 0.259%
PDW 018.9 fL
Hitung jenis :
Netrofil 76.9% (37-80)
Limfosit 15.6% (20-40)
Monosit 6.52% (2-8)
Eosinofil 0.01% (1-6)
Basofil 0.964% (0-1)
Netrofil Absolut 015.5x103/uL (2.7-6.5)
Limfosit Absolut 03.15 x103/uL (1.5-3.7)
Monosit Absolut 01.31 x103/uL (0.2-0.4)
Eosinofil Absolut 0.003 x103/uL (0-0.10)
Basofil Absolut 0.194x103/uL (0-0.1)
CT scan kepala Dilakukan CT scan kepala tanpa dengan kontras IV,
(RSU Rantau Prapat) potongan aksial, tebal irisan 5 dan 10mm dengan hasil:
16 Jan 2011 SOL ( Astrositoma kistik) dengan ukuran +/- 5 X 5 X
6.5cm pada lobus frontoperiatal kiri denagn edema luas
disekitarnya yang menekan basal ganglia, thalamus dan
mesensefalon dan mendorong midline anterior ke kanan
serta menyempitkan ventrikel lateral kiri dan III+Brain
swelling diffuse terutama sisi kiri. Os klavaria dan basis
kranii intak.
Hasil laboratorium patologi KIMIA KLINIK
klinik HATI
(RSUPHAM) AST/SGOT 27U/L (<32)
19 Jan 2011 ALT/SGPT 39U/L (<31)
METABOLISME KARBOHIDRAT
Glukosa Sewaktu
-Glukosa Darah 88.00md/dL (<200)
GINJAL
Ureum 38mg/dl (<50)
27
Kreatinin 0.80mg/dl (0.5-0.9)
ELEKTROLIT
ELEKTROLIT SERUM
Natrium(Na) 135mEq/L (135-155)
Kalium (K) 3.6mEq/L (3.6-5.5)
Klorida (Cl) 105mEq/L (96-106)
EKG Interpretation :
(RSUPHAM) Marked sinus bradycardia with sinus arrhythmia
19 Jan 2011 Rightward ais
ST&Marked T wave abnormality, consider anterolateral
ischemia
Abnormal ECG
Measurement Results :
QRS : 82ms
QT/QTC : 528/425 ms
PR : 130 ms
P : 70 ms
RR/PP : 1424/1535 ms
P/QRS/T : 24 / 98/ 147 Degrees
Laporan ekokardiografi Aorta
(RSUPHAM) -root diameter 30.7mm (20-37)
21 Jan 2011 Atrium Kiri
-dimension 20.0mm (15-40)
-LA/VAo rasio 0.65mm (<1.3)
Ventrikel Kiri
-EDD 30.8mm (35-52)
-ESD 22mm (26-36)
-IVS Diastole 11.5mm (7-11)
-IVS Systole 9.5mm (7-11)
-EF 56.8% (53-77)
-PW Diastole 9.5mm (7-11)
-PW Systole 9.2mm (7-11)
-FS 28.7%
Atrial situs solitus AV-VA corcandance
IAS intact. Terlihat IVS ada defek dengan 25.2mm
Muara-muara vena pada tempatnya
Katup mitral : baik
Katup aorta : overriding aorta
Katup tricuspid : TR mild
Katup pulmonal : PS infundibular severe (vel:3.98m/s ,
PG : 32.32mnt)
DImensi ruang-ruang jantung
-RA-RV dilatasi
-Tek RV > Tek LV
28
SEC (-), thrombus (-), efusi pericard (-)
Wall motion : global normokinetik
Fungsi sistolik LV baik, LVEF : 56.8%
Kesan : RA-RV dilatasi + VSD + PS severe + overriding
aorta = TOF
Hasil laboratorium patologi HEMATOLOGI
klinik Darah lengkap (CBC)
(RSUPHAM) Hemoglobin (HGB) 18.8g% (11.7-15.5)
27 Jan 2011 Eritrosit (RBC) 6.7x 106/mm3 (4.2-4.87)
Leukosit (WBC) 20.50x103/mm3 (4.5-11)
Hematokrit 56.5% (38-44)
Trombosit (PLT) 226x103/mm3 (150-450)
MCV 84.4fL (85-95)
MCH 28pg (28-32)
MCHC 33.2g% (33-35)
RDW 17.6% (11.6-14.8)
LED 2mm/jam (<20)
Hitung jenis :
Netrofil 85% (37-80)
Limfosit 6.83% (20-40)
Monosit 7.8% (2-8)
Eosinofil 0.05% (1-6)
Basofil 0.332% (0-1)
Netrofil Absolut 017.4x103/uL (2.7-6.5)
Limfosit Absolut 01.40 x103/uL (1.5-3.7)
Monosit Absolut 01.60 x103/uL (0.2-0.4)
Eosinofil Absolut 0.010 x103/uL (0-0.10)
Basofil Absolut 0.068 x103/uL (0-0.1)
Morfologi eritrofil, leukosit, trombosit dalam batas normal
Kesan : limfositopenia + leukositosis
Hasil lab patologi klinik FAAL HEMOSTASIS
(RSUPHAM) PT+INR
27 Jan 2011 WAKTU PROTROMBIN
-kontrol : 13 dtk
-pasien : 20.60 dtk
INR
APTT
-kontrol : 29.8 dtk
-pasien: 42.7 dtk
WAKTU TROMBIN
-kontrol:12.5 dtk
-pasien: 15.3 dtk
KIMIA KLINIK
HATI
29
Bilirubin total 0.51mg/dl (<1)
Bilirubin direk 0.15mg/dl (0-0.2)
Fosfastase alkali (ALP) 49U/L (35-104)
AST/SGOT 33U/L (<32)
ALT/SGPT 47U/L (<31)
GINJAL
Ureum 23.10mg/dl (<50)
Kreatinin 0.51mg/dl (0.5-0.9)
Asam urat 4.2mg/dl (<5.7)
ELEKTROLIT
ELEKTROLIT SERUM
Natrium(Na) 136mEq/L (135-155)
Kalium (K) 3.8mEq/L (3.6-5.5)
Klorida (Cl) 108mEq/L (96-106)
Foto toraks PA (RSUPHAM) Kedua sinus costophrenikus lancip, kedua diafragma licin.
31 Jan 2011 Tidak tampak infiltrate pada kedua lapangan paru. Jantung
ukuran normal CTR <50%. Trakea di tengah. Tulang-
tulang dan soft tissue baik.
Kesimpulan : tidak tampak kelainan pada cord an pulmo
CT scan report (RSUPHAM) Dilakukan CT Scan kepala dengan kontras IV
01 Feb 2011 CECT : infratentorial cerebellum dan ventricle IV tampak
normal. Supratentorial tampak lesi hypodens di daerah
lobus frontal-temporalis kiri. Lesi tampak mendesak
ventrikel lateral kiri ke arah kanan. Pada pemeriksaan zat
contrast, tampak ring enhance pada lesi tersebut.
Kesan : Abcess otak (cerebral abcess)
30
- SB, QRS rate, 30 x/i, QRS axis RAD, P wave (+) N, PR int 0,16”,
QRS dur 0,08”, nonspecific T inv V1-V6, LVH (-), VES (-).
Kesan : Sinus Bradycardi + RAD
- WD/ : Cyanotic CHD ec. TOF
Anjuran : Echocardiography
Diagnosis : Bradikardi +
P wave (-)
LVH (-)
Diagnosis :
Penemuan : Dari hasil CT, dijumpai massa hipodens di daerah fronto-parietal kiri.
Diagnosis : Serebri abscess
Anjuran : Pasien diambil alih rawat di Departemen Bedah Saraf untuk
pemeriksaan selanjutnya dan rencana operasi
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
31
3.1 DEFINISI
Astrocytoma merupakan satu tumor yang berawal dari dalam otak atau batang
otak dari proliferasi sel-sel kecil yang berbentuk seperti bintang yang dikenali sebagai
astrosit dimana astrosit merupakan satu tipe sel glial atau sel pendukung. Lokasi dari
tumor ini tergantung pada usia pasien. Astrocytoma sering terjadi pada serebrum pada
dewasa sedangkan pada anak-anak tumor ini berawal dari batang otak, serebrum dan
serebellum.
3.2 INSIDENS
3.3 ETIOLOGI
a) Etiologi dari astrocytoma yang difus telah menjadi bahan untuk penelitian
epidemiologic yang analitik dan yang dimana menunjukkan adanya hubungan
terjadi astrocytoma dengan beberapa gangguan dan pemaparan. Tanpa melibatkan
irradiasi terapeutik dan mungkin bahan-bahan nitroso contohnya nitrosurea,
identifikasi dari pemaparan lingkungan yang kausal secara spesifik atau agen-agen
tidak berhasil. Walaupun ada beberapa penelitian yang mencadangkan bahwa
penggunaan telepon selular sebagai faktor resiko untuk perkembangan dari glioma
namun penelitian yang besar tidak mendukung hal ini.
b) Anak-anak yang menerima irradiasi profilaksis untuk leukemia limfatik yang akut
sebagai contoh memiliki 22 kali lipat peningkatan resiko untuk mendapat
neoplasma sistem saraf pusat(SSP) seperti astrocytoma tingkat II,III dan IV
32
menurut WHO dengan satu interval untuk onset dari 5 hingga 10 tahun. Serta
irradiasi dari adenoma pituitari telah mendemonstrasikan bahwa terjadi
peningkatan resiko sebanyak 16 kali lipat untuk pembentukan glioma.
c) Terbukti bahwa adanya susceptibilitas genetik untuk perkembangan glioma.
Sebagai contoh klustering familial dari astrocytoma sangat jelas dideskripsikan
dalam sindroma neoplastik yang diturunkan seperti sindroma Turcot, sindroma
neurofibromatosis tipe 1(NF1) dan mutasi ‘ p53 germ line’ contohnya seperti
sindroma Li-Fraumeni.
d) Penelitian biologik telah mengimplikasikan bahwa mutasi dalam pathway
molekular yang spesifik seperti pathway p53-MDM2-p21 dan p16-p15-CDK6-RB
berkaitan dengan perkembangan dari astrocytoma.
3.4 PATOGENESA
Astrocytoma baik dari tipenya maupun dari kelompok umur yang terjadi
merupakan tumor infiltratif yang bertindak sebagai satu massa yang menyebabkan
terjadinya lesi dimana-mana tempat yang dijumpai tumor ini dan menyebabkan gejala
yang berkaitan dengan daerah yang diinfiltrat. Jika tidak diobati dan walaupun diobati
( kecuali pada astrocytoma pilositik ), astrocytoma merupakan penyebab dari
kematian yang sangat penting. Kematian adalah karena herniasi transtentorial dari lesi
massa yang berkembang luas.
3.5 KLASIFIKASI
33
c) WHO astrocytoma tingkat IV – Glioblastoma
i) Glioblastoma giant cell
ii) Gliosarkoma
d) WHO astrocytoma tingkat II – Xanthoastrocytoma pleomorfik
e) WHO astrocytoma tingkat II – Glioma koroid
f) Astrocytoma pilositik
g) Astrocytoma giant cell subependymal
Terdapat empat varian histologik dari astrocytoma tingkat rendah yang dikenali yaitu
protoplasmik, gemistositik, fibrillari dan kombinasi.
34
Low-grade fibrillary astrocytoma and low cellularity with minimal nuclear atypia.
c) Astrocytoma fibrillari yaitu varian histologik yang paling sering tampak seperti
sel-sel dari substansia alba serebral dan terdiri dari sel-sel yang kecil dan
berbentuk bulat serta sel-sel yang berdiferensiasi dengan baik. Tumor-tumor
diidentifikasi oleh satu peningkatan yang ringan dalam selularitas dan fibrillari.
Marker untuk protein fibrillari glial asidik (GFAP) digunakan untuk
mengidentifikasi astrocytoma fibrillari.
35
adanya mitosis, variabilitas sitoplasmik yang meningkat dan juga meningkatnya
proliferasi sel endothelial.
Gejala yang tampak termasuk nyeri kepala, kejang, deficit neurologi yang
fokal dan perubahan perilaku. Perubahan yang sama dapat merupakan hasil dari invasi
tumoral yang secara langsung. Availibilitas yang meningkat dari penelitian
‘neuroimaging’ dengan resolusi yang dipertingkatkan telah menghasilkan dalam
penemuan awal dari tumor otak. Oleh karena tumor terlokasi dalam suatu ruang yang
tertutup dan dengan parenkim yang lunak, otak terutamanya sangat terpapar terhadap
efek massa dan edema dari satu proses neoplastik. Peningkatan tekanan intrakranial
yang berhubungan dengan satu masa intrakranial adalah satu penyebab penting dari
herniasi otak dan berkaitan dengan morbiditas dan mortalitas.
Satu prosedur lumbal pungsi pada pasien dengan astrocytoma serebellar harus
dilakukan dengan sangat berhati-hati karena resiko dari herniasi sekunder serebral
yang ‘downward’ berbanding elevasi tekanan intrakranial. Walaupun penelitian cairan
serebrospinal tidak digunakan untuk diagnosa astrocytoma namun prosedur ini dapat
digunakan untuk mengeliminasi diagnosa lain seperti metastasis, limfoma atau
medulablastoma.
37
Coronal postcontrast T1-weighted MRI menunjukkan satu astrocytoma tingkat rendah
pada lobus frontal inferior kanan di atas fissura sylvian. Tidak ada ‘enhancement’
yang tampak pada administrasi post gadolinium.
Axial T2-weighted MRI menunjukkan satu astrocytoma tingkat rendah pada lobus frontal
inferior dengan efek massa yang ringan dan tidak dijumpai adanya edema di
lingkungan.
38
3.9 DIAGNOSA DIFERENSIAL
Arteriovenous malformation
Brainstem gliomas
Cavernous angioma
Cavernous malformation
Cerebral abscess
CNS lymphoma
Encephalitis
Ependymoma
Epidural abscess
Glioblastoma multiforme
Hamartoma
Intracranial hemorrhage
Meningioma
Metastasis
Multiple sclerosis
Oligodendroglioma
Radiation necrosis
Subdural empyema
Stroke or infarct
Toxoplasmosis
3.10 PENATALAKSANAAN
Terapi standar pada glioma malignan ( WHO derajat III dan IV) adalah reseksi
tumor, radioterapi dan kemoterapi, tetapi terutama efektif pada pasien usia muda dan
39
dengan skor performace/karnofsky baik, tetapi pada pasien diatas usia > 65 tahun dan
pasien dengan skor karnofsky buruk, terapi tidak dapat ditoleransi dengan baik.
a)Pembedahan
Bila memungkinkan, pembedahan merupakan penatalaksanaan yang utama untuk
perawatan astrositoma,terutamanya astrositoma anaplastik. Tujuan dari operasi ini
adalah untuk mengurangkan massa tumor, dengan itu mengurangkan tekanan
intracranial, mengambil sampel tisu untuk pemeriksaan histological dan
memperpanjangkan kadar survival. Pembedahan tergantung pada ukuran dan posisi
dari tumor, mungkin/tidak mungkin untuk menghapusnya lengkap dan perawatan
lebih lanjut dapat diberikan setelah operasi. Beberapa tumor tidak dapat dijangkau
oleh pasien, atau resiko kerusakan pada bagian otak mungkin terlalu tinggi.
b)Radioterapi
Radioterapi adalah penggunaan energi tinggi sinar untuk menghancurkan sel kanker
dan sering digunakan setelah operasi. Tujuan radioterapi adalah untuk memusnahkan
semua sisa sel ganas. Hal itu dapat digunakan sendiri untuk merawat astrositoma jika
operasi tidak mungkin. Radioterapi biasanya diberikan sebagai pengobatan eksternal,
tetapi kadang-kadang dapat diberikan dalam bentuk implant radioaktif.
c)Kemoterapi
Kemoterapi adalah penggunaan anti kanker (sitotoksik) narkoba menghancurkan sel
kanker. Hal itu dapat diberikan sendiri atau bersama-sama dengan operasi dan / atau
radioterapi untuk merawat astrositoma.
d) Corticosteroid
40
Penggunaan kortikosteroid, seperti deksametason, menghasilkan perbaikan cepat pada
kebanyakan pasien dengan mengurangkan ukuran massa tumor dan pembengkakan
sekitar massa. Penggunaan corticosteroid didapati mengurangkan simptom
peningkatan tekanan intracranial dan memperbaiki kondisi pasien.
f) Anticonvulsant
Oleh karena pasien astrositoma didapati mengalami kejang epileptic, anticonvulsant
diberikan sebagai terapi suportif.
3.11 PROGNOSIS
Prognosis untuk survival setelah operasi intervensi dan terapi radiasi baik bagi
astrositoma kelas rendah. Bagi pasien yang menjalani bedah reseksi, prognosis
tergantung pada sifat neoplasma samada berkembang menjadi lesi kelas yang lebih
tinggi. Untuk lesi tingkat rendah, survival setelah menjalani bedah adalah sekitar 6-8
tahun. Bagi kasus astrositoma anaplastik, perbaikan simptom atau stabilisasi
merupakan kemestian setelah bedah reseksi dan iradiasi. Didapati kadar survival
adalah amat baik , sekitar 60-80%. Faktor-faktor seperti usia muda, status fungsional,
luas reseksi, dan iradiasi yang adekuat mempengaruhi survival pasca bedah.
Laporan terbaru menunjukkan bahwa iradiasi pada tumor reseksi yang tidak
sempurna meningkatkan kadar survival pasca operasi sebanyak 5 tahun, sekitar 0-
25% untuk tingkat rendah astrositoma dan 2-16% untuk astrositoma anaplastik. Selain
itu, pada pasien astrositoma anaplastik yang dibedah serta menjalani irradiasi didapati
kadar survivalnya dua kali lebih baik daripada pasien yang hanya dibedah.
41
BAB 4
DISKUSI KASUS
42
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada OS adalah Head CT Scan dan
ekokardiografi. Hasil CT scan didapati SOL ( Astrositoma kistik) dengan ukuran +/-
5x5x6.5cm pada lobus frontoperiatal kiri denagn edema luas disekitarnya yang menekan
basal ganglia, thalamus dan mesensefalon dan mendorong midline anterior ke kanan serta
menyempitkan ventrikel lateral kiri dan III+Brain swelling diffuse terutama sisi kiri. Os
klavaria dan basis kranii intak. Dari laporan ekokardiografi didapati RA-RV dilatasi + VSD +
PS severe + overriding aorta = TOF.
Os telah menerima pengobatan diet makanan biasa, IVFD RSol 20gtt/i, Inj.
Dexamethason 1amp IV/8jam, Inj Ranitidin 1amp/12jam, Inj ceftriaxon 2gr/12jam, B Comp
3x1, Inj Metronidazole 500mg/8jam IV, dan Asam Mefenamat 3x500mg.
Teori Kasus
Astrocytoma sering terjadi pada serebrum Pada kasus ini SOL ( Astrositoma kistik)
pada dewasa dengan ukuran +/- 5x5x6.5cm pada lobus
frontoperiatal kiri.
Gejala yang tampak termasuk nyeri kepala, Os mengalami sakit kepala lebih kurang 2
kejang, deficit neurologi yang fokal dan minggu yang lalu. Sakit kepala dirasakan
perubahan perilaku. perlahan-lahan dan semakin memberat saat
pagi hari. Riwayat kejang (+); lamanya lebih
kurang 10 menit, terjadi pada 2 minggu dan 3
hari yang lalu. Os juga mengeluh lemah
lengan dan tungkai kanan. Os juga
mengalami kelumpuhan N.Vll dextra.
Head CT-Scan merupakan Gold Standard Pada os sudah dilakukan pemeriksaan Head
dalam menegakkan diagnosa SOL CT-Scan dan hasilnya didapati SOL
43
Intracranial. ( Astrositoma kistik) dengan ukuran +/-
5x5x6.5cm pada lobus frontoperiatal kiri
dengan edema luas disekitarnya yang
menekan basal ganglia, thalamus dan
mesensefalon dan mendorong midline
anterior ke kanan serta menyempitkan
ventrikel lateral kiri dan III+Brain swelling
diffuse terutama sisi kiri. Os klavaria dan
basis kranii intak.
BAB 5
PERMASALAHAN
44
2. Apakah penatalaksanaan pada kasus ini sudah benar?
Dari gejala klinis dan pemeriksaan penunjang, diagnosis pasien ini mengarah ke
Hemiparese Dextra+ Parese N.Vll Dextra UMN+Secondary Headache+ec DD abses
otak. Astrocytoma + TOF. Penatalaksanaan awal bagi pasien ini sudah tepat.
Penatalaksanaan ini bertujuan menjaga fungsi vital otak dan saraf ; dan
mengurangkan tekanan intrakranial.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN
Astrocytoma merupakan salah satu jenis tumor otak yang pertumbuhannya cepat dan
diawali dalam sel disebut astrosit, astrosit melakukan berbagai fungsi,termasuk dukungan
biokimia sel endotel yang membentuk blood brain barrier,pemberian nutrisi ke jarigan
saraf,pemberian keseimbangan ion ekstraseluler,dan peran utama dalam proses perbaikan
jarigan parut pada otak dan sumsum tulang akibat kecelakaan . Etiologi penyakit ini masih
belum dikenal pasti.
Diagnosa astrositoma ini ditegakkan berdasarkan anamnesa, gejala klinis,
pemeriksaan umum, pemeriksaan neurologis, dan pemeriksaan penunjang. Gejala klinis yang
sering ditemukan pada astrositoma adalah sakit kepala serta kejang apabila tekanan
intrakranial menigkat. Pemeriksaan penunjang yang dapat menegakkan diagnosa adalah CT
Scan dan MRI.
45
6.2 SARAN
46