Anda di halaman 1dari 22

 ABOUT

 CONTACT US

 PRIVACY POLICY

 DISCLAIMER




 HOME
 BERITA ISLAM
 BELAJAR
 KHASANAH
 KAJIAN
 KABAR SURIAH
 DUNIA
 SEJARAH
Search... ?

Home » Uncategories » Istri Nabi, Maria Qibti dan wafatnya Ibrahim putra Nabi Muhammad SAW

Istri Nabi, Maria Qibti dan wafatnya Ibrahim putra


Nabi Muhammad SAW
Selasa, 17 Januari 2017

Istri Nabi, Maria Qibti dan wafatnya Ibrahim putra Nabi Muhammad
SAW - Hallo sahabat Kabar Islam 24 Jam, Pada Artikel yang anda baca kali
ini dengan judul Istri Nabi, Maria Qibti dan wafatnya Ibrahim putra Nabi
Muhammad SAW, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk
anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul : Istri Nabi, Maria Qibti dan wafatnya Ibrahim putra Nabi
Muhammad SAW
link : Istri Nabi, Maria Qibti dan wafatnya Ibrahim putra Nabi Muhammad
SAW
Baca juga

Istri Nabi, Maria Qibti dan wafatnya


Ibrahim putra Nabi Muhammad
SAW
Rasulullah mendapat hadiah dari Gubernur Mesir

Suatu saat Rasulullah menerima hadiah dari Gubernur Mesir, yakni Mariah
yang kemudian menjadi istri Rasulullah. Mariah adalah seorang wanita yang
beragama Ortodok Koptik.

Rasulullah berkata kepada Khalifah Umar, "Nanti Mesir akan berjaya melalui
tanganmu (kekuasaanmu), saya titipkan keluarga Mariah kepadamu."

Rasulullah menitipkan keluarga Mariah adalah untuk menjaga agama Mariah


sebelumnya yakni Ortodok Koptik.

"Dan akhirnya terbukti, ketika Perang Salib, tidak satupun orang Ortodok
Koptik yang diserang. Dan hingga saat ini Ortodok Koptik tetap eksis di
Alexandria".

*Diceritakan oleh Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj dalam Refleksi
Awal Tahun PBNU, Selasa, 4 Desember 2011. Soure: nu.or.id
MARIA, PEREMPUAN YAHUDI ISTERI
RASULULLAH
Muhammad Rasulullah mengirim surat kepada Raja Muqauqis melalui Hatib
bin Baltaah, rnenggugah raja agar memeluk Islam. Raja Muqauqis menerima
Hatib dengan ramah dan hangat, namun dengan ramah dia menolak memeluk
Islam. Lalu, sesuai tradisi politik dan budaya zaman itu, sebagai pernyataan
persaudaraan dia mengirimkan Maria dan Sirin, dua gadis cantik berdarah
Yahudi Mesir, dan seorang budak bernama Maburi, serta hadiah-hadiah hasil
kerajinan dari Mesir untuk Rasulullah.
Di tengah perjalanan Hatib rnerasakan kesedihan hati Mariyah karena harus
rneninggalkan kampung halamannya. Hatib rnenghibur mereka dengan
menceritakan Rasulullah dan Islam, kemudian mengajak mereka merneluk
Islam. Mereka pun menerirna ajakan tersebut.

Rasulullah menerima kabar penolakan Muqauqis dan hadiahnya tahun 7


H . dan betapa terkejutnya Rasulullah terhadap budak pemberian Muqauqis
itu. Beliau menikahi Maria dan menjodohkan Sirin kepada penyairnya, Hasan
bin Tsabit.

Istri-istri Nabi yang lain sangat cemburu atas kehadiran orang Mesir yang
cantik itu, sehingga Rasulullah harus menitipkan Maria di rumah Haritsah bin
Nu'man yang terletak di sebelah masjid.
Seperti halnya Sayyidah Raihanah binti Zaid, Mariyah al-Qibtiyah adalah
budak Rasulullah yang kemudian beliau bebaskan dan beliau nikahi.
Rasulullah memperlakukan Mariyah sebagaimana beliau memperlakukan
istri-istri beliau yang lainnya. Abu Bakar dan Umar pun memperlakukan
Mariyah layaknya seorang Ummul-Mukminin. Dia adalah istri Rasulullah
satu-satunya yang melahirkan seorang putra, Ibrahirn, setelah Khadijah. ]

Dari Mesir ke Yastrib (Madianh)


Tentang Maria, tidak banyak yang diketahui selain nama ayahnya. Nama
lengkapnya adalah Maria binti Syama'un dan dilahirkan di dataran tinggi
Mesir yang dikenal dengan nama Hafn. Ayahnya berasal dan Suku Qibti, dan
ibunya adalah penganut agarna Kristen Masehi Romawi. Setelah remaja,
bersarna saudara perempuannya, Sirin, Maria dipekerjakan pada Raja
Muqauqis.

Ibrahim bin Muhammad


Allah menghendaki Maria al-Qibtiyah melahirkan seorang putra Rasulullah
setelah Khadijah r.a. Betapa gembiranya Rasulullah mendengar berita
kehamilan Maria, terlebih setelah putra-putrinya, yaitu Abdullah, Qasim, dan
Ruqayah telah meninggal dunia anak dari Khadijah.

Maria mengandung setelah setahun tiba di Madinah. Kehamilannya membuat


istri-istri Rasul cemburu karena telah beberapa tahun mereka menikah,
namun tidak kunjung dikaruniai seorang anak pun. Rasulullah menjaga
kesehatan kandungan Maria dengan sangat hati-hati. Pada bulan Dzulhijjah
tahun kedelapan hijriyah, Maria melahirkan bayinya yang kemudian
Rasulullah memberinya nama Ibrahim seperti nama bapak para nabi, Ibrahim.
Kaum muslimin menyambut kelahiran putra Rasulullah dengan gembira.

Akan tetapi, di kalangan istri Rasul lainnya api cemburu tengah membakar,
suatu perasaan yang Allah ciptakan dominan pada kaum wanita. Rasa
cemburu semakin tampak bersamaan dengan rahasia pertemuan Rasulullah
dengan Maria di rumah Hafshah saat Hafshah tidak berada di rumahnya. Hal
ini menyebabkan Hafshah marah. Atas kemarahan Hafshah itu Rasulullah
rnengharamkan Maria atas diri beliau. Allah pun menegur Rasulullah lewat
firman-Nya:

"Hai Muhammad, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah


menghalalkannya bagimu; kamu mencari kesenangan hati istri-istrimu? Dan
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. At-Tahriim:1)

Aisyah mengungkapkan rasa cemburunya, "Aku tidak pernah cemburu


kepada wanita kecuali kepada Maria karena dia berparas cantik dan
Rasulullah sangat sayang kepadanya. Ketika pertama kali datang, Rasulullah
menitipkannya di rumah Haritsah bin Nu'man al-Anshari, lalu dia menjadi
tetangga kami. Akan tetapi, beliau sering kali di sana siang dan malam. Aku
merasa sedih. Oleh karena itu, Rasulullah memindahkannya ke kamar atas,
tetapi beliau tetap mendatangi tempat itu. Sungguh itu lebih menyakitkan
bagi kami." Di dalam riwayat lain dikatakan bahwa Aisyah berkata, "Allah
memberinya anak, sementara kami tidak dikaruni anak seorang pun."

Beberapa orang Munafiqun bergunjing, menuduh Maria telah melahirkan


anak hasil perbuatannya dengan Maburi, budak yang menemaninya dari
Mesir dan kemudian menjadi pelayan Maria. Akan tetapi, Allah membukakan
kebenaran untuk diri Maria setelah Ali menemui Maburi dengan pedang
terhunus. Maburi menuturkan bahwa dirinya adalah laki-laki yang telah
dikebiri oleh raja.

Pada usianya yang kesembilan belas bulan, Ibrahim jatuh sakit sehingga
meresahkan kedua orang tuanya. Maria bersama Sirin senantiasa menunggui
Ibrahim. Suatu malam, ketika sakit Ibrahim bertambah parah, dengan
perasaan sedih Nabi bersama Abdurrahman bin Auf pergi ke rumah Maria.
Ketika Ibrahim dalam keadaan sekarat, Rasulullah bersabda, "Kami tidak
dapat menolongmu dari kehendak Allah, wahai anakku Ibrahim."
Tanpa beliau sadari, air mata telah bercucuran. Ketika Ibrahim meninggal
dunia, beliau kembali bersabda, "Wahai Ibrahim, seandainya ini bukan
perintah yang haq, janji yang benar, dan masa akhir kita yang menyusuli
masa awal kita, niscaya kami akan merasa sedih atas kematianmu lebih dari
ini. Kami semua merasa sedih, wahai Ibrahim… Mata kami menangis, hati
kami bersedih, dan kami tidak akan mengucapkan sesuatu yang
menyebabkan murka Allah."

Demikianlah keadaan Nabi ketika menghadapi kematian putranya. Walaupun


tengah berada dalam kesedihan, beliau tetap berada dalam sikap yang tegar
sehingga tetap menjadi contoh ketika menghadapi cobaan besar. Rasulullah
mengurus sendiri jenazah Ibrahim kemudian beliau menguburkannya di
Baqi'.

Setelah Rasulullah wafat, Maria hidup menyendiri dan menjalani hidupnya


hanya untuk beribadah kepada Allah. Dia wafat lima tahun setelah wafatnya
Rasulullah, yaitu pada tahun ke-46 hijrah, pada masa pemerintahan Khalifah
Umar bin Khattab. Khalifah sendiri yang menyalati jenazah Maria, kemudian
dikebumikan di Baqi'.
Semoga Allah menempatkannya pada kedudukan yang mulia dan penuh
berkah. Amin.
------------------------------------------------------------------------

‫َّللاُ لَ ُك ْم‬
‫ض ه‬ َ ‫) قَ ْد فَ َر‬١( ‫ور َر ِحي ٌم‬ ٌ ُ ‫غف‬ ‫اج َك َو ه‬
َ ُ‫َّللا‬ ِ ‫ضاة َ أ َ ْز َو‬ ‫ي ِل َم ت ُ َح ِ ِّر ُم َما أ َ َح هل ه‬
َ ‫َّللاُ لَ َك ت َ ْبت َ ِغي َم ْر‬ ُّ ِ‫يَا أَيُّ َها النهب‬
‫اج ِه َحدِيثًا فَلَ هما‬ ِ ‫ض أ َ ْز َو‬ ِ ‫ي إِلَى بَ ْع‬ ُّ ِ‫س هر النهب‬َ َ ‫) َوإِ ْذ أ‬٢( ‫َّللاُ َم ْوال ُك ْم َو ُه َو ْالعَ ِلي ُم ْال َح ِكي ُم‬ ‫ت َِحلهةَ أ َ ْي َمانِ ُك ْم َو ه‬
‫ت َم ْن أ َ ْن َبأ َ َك َهذَا قَا َل‬ ْ َ‫ض فَلَ هما نَبهأَهَا ِب ِه قَال‬ ٍ ‫ع ْن َب ْع‬ َ ‫ض‬ َ ‫ضهُ َوأَع َْر‬ َ ‫ف َب ْع‬ َ ‫ع هر‬ َ ‫علَ ْي ِه‬ ‫ظ َه َرهُ ه‬
َ ُ‫َّللا‬ ْ َ ‫ت ِب ِه َوأ‬ ْ َ ‫نَبهأ‬
ُ‫َّللاَ ُه َو َم ْواله‬ ‫علَ ْي ِه فَإ ِ هن ه‬ َ ‫ظاه ََرا‬ َ َ ‫َت قُلُوبُ ُك َما َو ِإ ْن ت‬ ْ ‫صغ‬ ‫)إِ ْن تَتُوبَا ِإلَى ه‬٣( ‫ير‬
َ ‫َّللاِ فَقَ ْد‬ ُ ِ‫ي ْال َع ِلي ُم ْال َخب‬ َ ِ‫نَبهأَن‬
‫طلهقَ ُك هن أ َ ْن يُ ْب ِدلَهُ أ َ ْز َوا ًجا َخي ًْرا‬ َ ‫سى َربُّهُ ِإ ْن‬ َ ‫ع‬َ )٤( ‫ير‬ ٌ ‫ظ ِه‬ َ ‫صا ِل ُح ْال ُمؤْ ِمنِينَ َو ْال َمالئِ َكةُ بَ ْعدَ ذَ ِل َك‬ َ ‫َو ِجب ِْري ُل َو‬
)٥( ‫ارا‬ ً ‫ت َوأ َ ْب َك‬ ٍ ‫ت ثَيِِّبَا‬ ٍ ‫سائِ َحا‬ َ ‫ت‬ ٍ ‫عابِدَا‬َ ٍ ‫ت ت َائِبَا‬
‫ت‬ ٍ ‫ت قَانِت َا‬ ٍ ‫ُمؤْ ِمنَا‬ ٍ ‫ُم ْس ِل َما‬
‫ت‬ ‫ِم ْن ُك هن‬

Terjemah Surat At Tahrim Ayat 1-5

1. [1] [2]Wahai Nabi![3] Mengapa engkau mengharamkan apa yang


dihalalkan Allah bagimu[4]? Engkau ingin menyenangkan hati istri-istrimu?
Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang[5].

2. Sungguh, Allah telah mewajibkan kepadamu membebaskan diri dari


sumpahmu[6]; dan Allah adalah Pelindungmu[7] dan Dia Maha Mengetahui
lagi Mahabijaksana[8].

3. Dan ingatlah ketika secara rahasia Nabi membicarakan suatu peristiwa


kepada salah seorang istrinya (Hafsah)[9]. Lalu dia (Hafshah) menceritakan
peristiwa itu (kepada Aisyah)[10] dan Allah memberitahukan peristiwa itu
(pembicaraan Hafsah dan Aisyah) kepadanya (Nabi), lalu (Nabi)
memberitahukan (kepada Hafsah) sebagian dan menyembunyikan sebagian
yang lain[11]. Maka ketika dia (Nabi) memberitahukan pembicaraan itu
kepadanya (Hafsah), dia bertanya, "Siapa yang telah memberitahukan hal ini
kepadamu?" Nabi menjawab, "Yang memberitahukan kepadaku adalah Allah
Yang Maha Mengetahui lagi Mahateliti."

4. Jika kamu berdua bertobat kepada Allah, maka sungguh, hati kamu berdua
telah condong (untuk menerima kebaikan)[12]; dan jika kamu berdua bantu-
membantu menyusahkan Nabi, Maka sesungguhnya Allah menjadi
Pelindungnya dan (juga) Jibril dan orang-orang mukmin yang baik; dan
selain itu malaikat-malaikat adalah penolongnya[13].

5. [14]Jika dia (Nabi) menceraikan kamu, boleh Jadi Tuhan akan memberi
ganti kepadanya dengan istri-istri yang lebih baik dari kamu, perempuan-
perempuan yang patuh[15], yang beriman[16], yang taat[17], yang
bertobat[18], yang beribadah, yang berpuasa, yang janda dan yang
perawan[19
َ ‫اج َك َو‬
‫ّللاه‬ ِ ‫ضاةَ أَ ْز َو‬
َ ‫ّللاه لَ َك ت َ ْبت َ ِغي َم ْر‬ َ ‫يَا أَي َها النَ ِبي ِل َم ت ه َح ِ ِّر هم َما أَ َح َل‬
َ ‫ّللاه لَ هك ْم تَ ِحلَةَ أَ ْي َما ِن هك ْم َو‬
‫ّللاه َم ْوال هك ْم َو هه َو‬ َ ‫ض‬ َ ‫) قَ ْد فَ َر‬١( ‫غفهور َر ِحيم‬ َ
‫اج ِه َحدِيثًا فَلَ َما‬ِ ‫ض أَ ْز َو‬ ِ ‫س َر النَ ِبي ِإلَى بَ ْع‬ َ َ‫) َو ِإ ْذ أ‬٢( ‫ْالعَ ِلي هم ْال َح ِكي هم‬
‫ع ْن بَ ْعض فَلَ َما‬ َ ‫ض‬ َ ‫ضهه َوأَع َْر‬ َ ‫ف بَ ْع‬ َ ‫ع َر‬َ ‫علَ ْي ِه‬
َ ‫ّللاه‬َ ‫ظ َه َرهه‬ ْ َ ‫ت ِب ِه َوأ‬
ْ َ ‫نَبَأ‬
‫) ِإ ْن تَتهوبَا‬٣( ‫ير‬ ‫ي ْالعَ ِلي هم ْال َخ ِب ه‬
َ ِ‫ت َم ْن أ َ ْنبَأ َ َك َهذَا قَا َل نَبَأَن‬ ْ َ‫نَبَأ َ َها ِب ِه قَال‬
َ ‫علَ ْي ِه فَإِ َن‬
‫ّللاَ هه َو َم ْوالهه‬ َ ‫ظا َه َرا‬ َ َ ‫َت قهلهوبه هك َما َو ِإ ْن ت‬ ْ ‫صغ‬ َ ‫ّللاِ فَقَ ْد‬َ ‫ِإلَى‬
‫سى‬ َ ‫ع‬َ )٤( ‫ظ ِهير‬ َ ‫صا ِل هح ْال همؤْ ِمنِينَ َو ْال َمالئِ َكةه بَ ْعدَ ذَ ِل َك‬ َ ‫َو ِجب ِْري هل َو‬
‫طلَقَ هك َن أَ ْن يه ْب ِدلَهه أ َ ْز َوا ًجا َخي ًْرا ِم ْن هك َن هم ْس ِل َمات همؤْ ِمنَات‬ َ ‫َربهه ِإ ْن‬
)٥( ‫ارا‬ ً ‫سائِ َحات ث َ ِيِّبَات َوأَ ْب َك‬ َ ‫عا ِبدَات‬ َ ‫قَانِتَات تَائِبَات‬
Terjemah Surat At Tahrim Ayat 1-5
1. [1] [2]Wahai Nabi![3] Mengapa engkau mengharamkan apa yang
dihalalkan Allah bagimu[4]? Engkau ingin menyenangkan hati istri-istrimu?
Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang[5].
2. Sungguh, Allah telah mewajibkan kepadamu membebaskan diri dari
sumpahmu[6]; dan Allah adalah Pelindungmu[7] dan Dia Maha Mengetahui
lagi Mahabijaksana[8].
3. Dan ingatlah ketika secara rahasia Nabi membicarakan suatu peristiwa
kepada salah seorang istrinya (Hafsah)[9]. Lalu dia (Hafshah) menceritakan
peristiwa itu (kepada Aisyah)[10] dan Allah memberitahukan peristiwa itu
(pembicaraan Hafsah dan Aisyah) kepadanya (Nabi), lalu (Nabi)
memberitahukan (kepada Hafsah) sebagian dan menyembunyikan sebagian
yang lain[11]. Maka ketika dia (Nabi) memberitahukan pembicaraan itu
kepadanya (Hafsah), dia bertanya, "Siapa yang telah memberitahukan hal ini
kepadamu?" Nabi menjawab, "Yang memberitahukan kepadaku adalah Allah
Yang Maha Mengetahui lagi Mahateliti."
4. Jika kamu berdua bertobat kepada Allah, maka sungguh, hati kamu berdua
telah condong (untuk menerima kebaikan)[12]; dan jika kamu berdua bantu-
membantu menyusahkan Nabi, Maka sesungguhnya Allah menjadi
Pelindungnya dan (juga) Jibril dan orang-orang mukmin yang baik; dan
selain itu malaikat-malaikat adalah penolongnya[13].
5. [14]Jika dia (Nabi) menceraikan kamu, boleh Jadi Tuhan akan memberi
ganti kepadanya dengan istri-istri yang lebih baik dari kamu, perempuan-
perempuan yang patuh[15], yang beriman[16], yang taat[17], yang
bertobat[18], yang beribadah, yang berpuasa, yang janda dan yang
perawan[19].
- See more at: http://ift.tt/2k0rSGF
--------------------------------------------------------------------------

Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah menghalalkannya


bagimu, kamu mencari kesenangan hati istri-istrimu? Dan Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyanyang. Sesungguhnya Allah telah mewajibkan
kepada kamu sekalian membebaskan diri dari sumpahmu; dan Allah adalah
Pelindungmu dan Dia Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana (QS. At-
Tahrim [66]: 1-2)
Dengan usainya Perang Tabuk, maka selesailah amanat Allah diajarkan ke
seluruh Jazirah Arab. Dan Rasulullah sudah merasa aman dari setiap
permusuhan yang akan ditujukan kepada agama Islam.

Utusan-utusan dari pelbagai daerah datang menghadap beliau dengan


menyatakan kesetiaan serta mengumumkan keislaman mereka. Perang Tabuk
bagi Rasulullah merupakan ekspedisi terakhir. Sesudah itu, beliau menetap di
Madinah.
Perjanjian Hudaibiyah tidak dapat disangkal merupakan satu kemenangan
umat Islam yang tidak disadari oleh kaum Musyrikin. Sebab lewat perjanjian
damai itu, Islam kemudian mampu menyebar luas hingga keluar kota Makkah
dan Madinah, bahkan sampai ke pelosok negeri lain. Perjanjian perdamaian
itu juga menjadi satu bukti bahwa penyebarluasan agama Islam bukan akibat
dari sebilah pedang atau peperangan. Sebaliknya, Islam menyebar dengan
jiwa kasih sayang, rasa damai dan yang lebih penting lagi; teladan dari
kehidupan nabi yang menebarkan pesona dan ketakjuban bagi siapa pun.
Tidak salah, jika dalam waktu singkat -–pada masa perjanjian Hudaibiyah
itu—Islam diam-diam merambah ke berbagai wilayah dan pengikut
Muhammad menjadi bertambah.

Kenyataan itu menegaskan bahwa Islam adalah agama untuk semua umat
manusia yang menghuni bumi ini dan bukan hanya bagi penduduk Madinah
dan Makkah. Karena itu, setelah berjuang dengan penuh penderitaan di
Makkah dan Madinah, nabi Muhammad menyeru Islam ke beberapa negara
tetangga. Sepulang dari Hudaibiyah, rasul segera mengumpulkan semua
pengikutnya dan mengumumkan bahwa pada saat itu adalah moment yang
tepat menyebarkan pesan-pesan Islam hingga ke mancanegara. Dan para
sahabat menerima misi itu dengan suka cita. Maka, mulailah nabi
Muhammad mengirimkan utusan untuk menyampaikan surat ajakan kepada
beberapa raja negara tetangga.

Dari sekian raja di negeri tetangga, salah satu penguasa yang mendapatkan
surat dari nabi itu adalah Raja al-Muqauqis, penguasa kaum Koptik di Mesir.
Dan yang membawa surat nabi itu adalah Khatib bin Abi Balta`ah. Raja
menyambut Khatib serta menerima pesan nabi itu dengan penuh
penghargaan. Raja al-Muqauqis juga mau membaca surat nabi, dan setelah
membaca dengan seksama, sang raja meletakkan surat itu kemudian meminta
kepada Khatib untuk menjelaskan sifat dan perangai rasulullah.

Khatib lalu bercerita tentang diri nabi. Dan ternyata perangai nabi yang
diceritakan Khatib itu tidak melenceng dari sifat seorang nabi yang akan
datang yang sudah raja ketahui dari kitab suci terdahulu. Seketika itu, raja
tidak ragu untuk mengakui kenabian Muhammad. Akan tetapi, yang menjadi
persoalan adalah, raja takut kalau bangsa Koptik Mesir tidak mau menerima
pesan tersebut. Di samping itu, juga ada kekhawatiran mengenai posisinya
kalau rakyat kemudian melakukan pemberontakan. Akhirnya, raja menerima
pesan nabi itu secara pribadi dan saat Khatib pulang, raja menitipkan pesan
lewat surat kepada nabi, juga mengirim hadiah buat nabi. Di antara hadiah itu
adalah seekor keledai putih dan dua budak perempuan, Mariyah al-Qibthiyah
dan saudara perempuannya bernama Sirin. Rasulullah memilih Mariyah dan
memberikan Sirin kepada Hasan bin Tsabit.

Mariyah memang seorang budak, tetapi ia sebenarnya memiliki kedudukan


yang tinggi di kalangan orang Koptik. Ia adalah putri dari Syam`un. Setelah
dijadikan sebagai hadiah buat nabi, Mariyah pun memeluk Islam. Rasul
kemudian menempatkan Mariyah di Al-Aliyah (sebuah kebun yang
kemudian dikenal dengan sebutan Masyrabah Ummu Ibrahim) dan rasulullah
kerap mondar-mandir di kebun tersebut menemui Mariyah.

***

Pada suatu hari, Hafshah (anaknya sohabat Umar, seorang istri nabi) pergi
keluar rumah. Padahal di hari itu, adalah jadwal rasulullah mendatangi rumah
Hafshah. Entah kenapa, Hafshah justru pergi ke rumah ayahnya, Umar bin
Khattab dan bercengkrama dengan sang ayah. Di saat Hafshah sedang pergi
itulah, rasul mendatangi budak wanita beliau, Mariyah dan kemudian
mengajak pergi ke rumah Hafshah.

Tak lama kemudian Hafshah pulang ke rumah. Betapa terkejutnya Hafshah


mendapati budak wanita itu dan rasulullah berada di rumahnya. Ia kaget. Tapi
ia menunggu budak wanita itu keluar, meski dengan rasa cemburu yang
meledak-ledak. Mengetahui jika Hafshah datang, rasulullah pun menyuruh
budak wanita itu keluar dan masuklah Hafshah ke dalam. Seketika itu juga,
Hafshah langsung berkata pada Rasulullah, "Sungguh aku tahu orang yang
ada di sampingmu tadi. Demi Allah, sungguh engkau telah menyakitiku."

Rasul menjawab, "Demi Allah, aku pasti meminta keridhaanmu. Aku akan
merahasiakan sebuah rahasia kepadamu, oleh karena itu, jagalah rahasia
tersebut."

Hafshah sedikit tenang, dan penasaran sehingga bertanya, "Rahasia apa itu?"

Rasul berkata, "Aku bersaksi kepadamu bahwa budak wanitaku (Mariyah) ini
haram bagiku demi mendapatkan keridhaanku."

Dari raut muka Hafshah, Rasul mendapatkan kesan tertentu dari perkataan
Hafshah yang tersakiti. Karenanya, rasul ingin menghibur sehingga secara
rahasia beliau membisikkan kepada Hafsah bahwa Mariyah haram bagi
beliau, seraya meminta Hafshah menyembunyikan rahasia itu untuk tidak
memberitahukan kepada seorang pun dari istri-istri beliau yang lain.
Tetapi Hafshah ternyata tidak menyembunyikan rahasia itu. Di hari esok,
Hafshah bahkan mendatangi rumah Aisyah dan menceritakan rahasia
tersebut, "Berbahagialah engkau, sesungguhnya rasulullah telah
mengharamkan budak wanita beliau bagi beliau."

Rahasia yang semula hanya diketahui oleh Hafshah itupun terkuak dan
Aisyah jadi tahu sehingga berita (rahasia) itu tersebar kepada istri-istri beliau
yang lain pula. Lebih dari itu, Aisyah minta pula agar Mariyah tidak tinggal
sekota dengan Rasulullah. Jelas, peristiwa itu membuat rasulullah marah dan
bersumpah tidak akan mendekati istri-istrinya selama satu bulan.

Kemarahan Rasul itu, karena Rasul diberitahu oleh Allah jika rahasia itu
sudah tak lagi menjadi rahasia lagi. Ketika Hafshah menceritakan rahasia itu
pada Aisyah, Allah telah memperlihatkan kejadian itu kepada Rasulullah
lewat wahyu dengan turunnya ayat suci, yakni ayat-ayat pertama surat al-
Tahrim. "Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah
menghalalkannya bagimu; kamu mencari kesenangan hati istri-istrimu? Dan
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang. Sesungguhnya Allah telah
mewajibkan kepada kamu sekalian membebaskan diri dari sumpahmu; dan
Allah adalah Pelindungmu dan Dia Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
(QS. At-Tahrim 1-2).

Menurut M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbah, para ulama berbeda


pendapat menyangkut ucapan nabi yang dikemukakan dalam sebab turun
surat ini. Ada yang menilainya kalau ucapan nabi itu sebagai sumpah karena
komitmen nabi kepada Hafshah itu dinilai serupa sumpah. Ada juga yang
tidak menilainya sebagai sumpah. Yang menilainya sumpah, berbeda
pendapat; apakah beliau membatalkan sumpahnya atau tidak. Alasan yang
berpendapat bahwa beliau tidak membatalkan adalah ayat di atas yang
menyatakan bahwa Allah Maha Pengampun, yakni Allah telah mengampuni
beliau sehingga tidak perlu membatalkannya dengan kaffarat.
Ada juga yang berpendapat bahwa beliau menebus sumpah itu dengan
memerdekakan hamba, berdasar QS. al-Maidah [5]: 89 yang menegaskan
bahwa, "Maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan
sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada
keluarga kamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan
seorang budak. Barangsiapa tidak sanggup melakukan yang demikian, maka
kffarat-nya puasa selama tiga hari. Yang demikian itu adalah kaffarat
sumpah-sumpah kamu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar).

Dalam ayat berikutnya, al-Quran menjelaskan asal mula peristiwa yang


mengundang turunnya teguran itu, "Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan
secara rahasia kepada salah seorang dari istri-istrinya (Hafshah) suatu
peristiwa. Maka tatkala (Hafshah) menceritakan peristiwa itu (kepada
Aisyah), dan Allah memberitahukan hal itu (semua pembicaraan antara
Hafshah dengan Aisyah) kepada Muhammad lalu Muhammad
memberitahukan sebagian (yang diberitahukan Allah kepadanya) dan
menyembunyikan sebagian yang lain (kepada Hafshah).

Maka tatkala (Muhammmad) memberitahukan pembicaraan (antara Hafshah


dan Aisyah) lalu Hafshah bertanya, 'Siapakah yang telah memberitahukan hal
ini kepadamu?' Nabi menjawab, 'Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah
Yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.' Jika kamu berdua bertobat
kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk
menerima kebaikan) dan jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan
Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril
dan orang-orang mu'min yang baik; dan selain dari itu malaikat-malaikat
adalah penolongnya pula. Jika Nabi menceraikan kamu, boleh jadi Tuhannya
akan memberi ganti kepadanya dengan istri-istri yang lebih baik daripada
kamu, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertaubat, yang
mengerjakan ibadah, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan (QS. At-
Tahrim [66]: 3-5).

Lebih lanjut, Quraish Shihab menjelaskan bahwa setelah turunnya ayat-ayat


di atas, hati nabi kembali menjadi tenang. Meski demikian, ayat-ayat di atas
secara tidak langsung menggambarkan satu sisi dari kehidupan nabi
Muhammad, seorang nabi yang memiliki tugas suci dalam menyampaikan
risalah Ilahi dan pada saat yang sama juga tidak bisa keluar dari sifat
kemanusaannya. Di sana digambarkan satu upaya nabi merayu dan
membujuk pasangan, ada rahasia pribadi yang dibisikkan, diminta untuk
merahasiakan, ada dorongan seksual, ada rasa marah, ada juga perasaan
cemburu dan bersamaan dengan itu semua ada bimbingan dan pengarahan
Allah, karena tuntunan risalah Islamiyah bukannya mencabut potensi dan
bawaan manusia tetapi ia adalah ajaran yang sesuai dengan fitrah sehingga ia
mengukuhkan dan mengarahkannya ke arah yang benar.

***

Setelah Rasulullah tahu, Hafshah merasa bersalah atas apa yang


diperbuatnya, yakni menyebarkan rahasia Rasulullah berkenaan dengan
Mariyah itu kepada Aisyah. Hafshah pun kemudian memberitakan bahwa
nabi Muhammad telah menceraikannya. Umar mengetahui hal itu. Ia lalu
menaburkan tanah di atas kepada putrinya, Hafshah sebagai tanda
penyesalan, seraya berkata, "Allah tidak peduli dengan Umar dan putrinya".

Pada hari esoknya, malaikat Jibril datang kepada Nabi, dan berkata,
"Sesungguhnya Allah memerintahkan kepadamu untuk kembali kepada
Hafshah sebagai rahmat bagi Umar."

Ketika itu, Rasul sedang berada di masjid untuk menjauhkan diri dari istri-
istrinya. Sebagian orang berkata bahwa Rasulullah telah menceraikan istri-
istrinya. Umar berusaha menemui Nabi dan ia berkata kepada salah seorang
budak, bernama Rabah untuk memintakan izin kepada rasulullah baginya
untuk bertemu.

"Hai Rabah, mintakan izin bagiku untuk bertemu Rasulullah. Sesungguhnya


aku datang karena Hafshah. Demi Allah, apabila beliau menyuruhku mendera
batang leher Hafshah, niscaya akan aku dera."

Rasulullah mendengar hal itu dan beliau memberikan izin kepada Umar
untuk masuk. Betapa sedihnya hati Umar ketika melihat keadaan Rasulullah
ketika itu, sehingga membuat Umar kemudian berkata, ""Ya, Rasulullah,
apakah yang menyusahkan Anda tentang hal wanita? Jika Anda menceraikan
mereka, maka sesungguhnya Allah bersamamu, begitu pula malaikat-Nya
dan Jibril; sedang aku, Abu Bakar dan kaum mu`minin, bersama Anda."

Lalu Rasulullah memberitahukan kepada Umar bin Khattab bahwa beliau


sesungguhnya tidak menceraikan mereka, tetapi sedang menjauhkan diri
selama sebulan sebagai pelajaran bagi mereka. Maka, keluarlah Umar dari
tempat Rasulullah untuk menerangkan kepada kaum muslimin bahwa nabi
tidak menceraikan istri-istrinya dan terjadinya peristiwa itu, tidak ada maksud
lain, kecuali sebagai pelajaran bagi istri-istri nabi.

***
Dengan usainya Perang Tabuk, maka selesailah amanat Allah diajarkan ke
seluruh Jazirah Arab. Dan Rasulullah sudah merasa aman dari setiap
permusuhan yang akan ditujukan kepada agama Islam.

Hari-hari berlalu dengan beberapa peristiwa yang terjadi bersamanya, di


antaranya kelahiran Ibrahim dari kandungan Mariyah. Allah memberikan
anugrah kepada Rasul dengan kelahiran seorang anak lelaki dari Mariyah,
Ibrahim, yang kelahirannya menjadi kebanggaan tersendiri. Madinah al-
Munawwarah beserta seluruh kaum muslimin merasa beruntung dengan
lahirnya Ibrahim, sehingga Mariyah sendiri semakin mendapatkan tempat di
hati rasulullah yang mulia.

Apabila beliau selesai menerima para utusan, mengurus masalah-masalah kaum


Muslimin, menunaikan kewajiban kepada Allah serta hak kewajiban seluruh
keluarganya, beliau selalu melihat Ibrahim dan mengawasi pertumbuhannya. Cinta
kasih Rasulullah kepada Ibrahim semakin dalam. Dan sepanjang bulan itu, yang
menjadi pengasuh Ibrahim adalah Ummu Saif, yang menyusuinya.

Cinta kasih Rasulullah kepada Ibrahim bukan karena suatu maksud pribadi yang
ada hubungannya dengan risalah yang beliau bawa, atau nanti Ibrahim disiapkan
menjadi penggantinya. Rasulullah tidak memikirkan anak atau siapa yang akan
mewarisinya. Bahkan beliau bersabda, "Kami para Nabi, tidak dapat diwarisi. Apa
yang kami tinggalkan untuk sedekah."

Dan cinta kasih kepada Ibrahim ini kian mendalam, karena sebelumnya beliau
telah kehilangan kedua puteranya—Qasim dan Tahir—saat keduanya masih bayi
dalam pangkuan Khadijah Al-Kubra. Setelah Khadijah wafat, Rasulullah
kehilangan putri satu demi satu, setelah mereka bersuami dan menjadi ibu.
Sekarang tak ada lagi yang masih hidup selain Fatimah.

Tanggal 18 Rajab tahun 10 Hijrah


Ibrahim menderita sakit setelah mencapai usia dua tahun(19 bulan), Dengan
penuh kasih, Mariyah (ibunya) merawat anak itu dibantu oleh bibinya, Sirin
yang juga saudara perempuan ibunya. Melihat putranya yang masih kecil itu
merintih dengan pedih karena sakitnya yang keras, Rasulullah menyandarkan
diri dan berkata, "Sesungguhnya kami, wahai Ibrahim, tidak kuasa
melepaskan kamu sidikit pun dari (takdir) Allah."

Akhirnya, beliau mengucapkan salam bagi ruh Ibrahim, membungkuk dan


menciumnya. Dengan air mata yang mengalir dari kelopak mata dan hati
yang sedih, beliau berkata, "Namun kami tidak berkata selain apa yang
direlai Allah. Dan sesungguhnya kami, wahai Ibrahim, sedih berpisah
denganmu. Sesungguhnya kita adalah makhluk Allah dan kepada-Nya kita
semua akan kembali…"

Jenazah Ibrahim putra Rasulullah, dipersiapkan untuk dimakamkan. Rasul


bersama kaum muslimin kemudian pergi mengantarkannya. Rasulullah yang
mulai melakukan shalat atas jenazah putranya dan memasukkannya ke dalam
makamnya, kemudian bersama orang-orang yang mengantarkan, kembali
pulang dengan perasaan teramat sedih. Akan tetapi, sewaktu dalam
perjalanan pulang itu, orang-orang melihat gerhana matahari. Entah kenapa,
beberapa orang berkata, "Gerhana itu terjadi karena wafatnya Ibrahim."

Tatkala mendengar apa yang diucapkan orang-orang, Rasul bersabda,


"Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda
kekuasaan Allah. Gerhana itu bukan karena mati atau hidupnya seseorang."

‫عوا ه‬
َ‫َّللا‬ ُ ‫صلُّوا َوا ْد‬
َ َ‫ت أ َ َح ٍد َوالَ ِل َحيَاتِ ِه فَإِذَا َرأ َ ْيت ُ ْم ف‬ ِ َ‫س َو ْالقَ َم َر الَ يَ ْن َك ِسف‬
ِ ‫ان ِل َم ْو‬ َ ‫ش ْم‬‫إِ هن ال ه‬.( ‫ات إِب َْرا ِهي ُم‬
َ ‫يَ ْو َم َم‬
‫سو ُل ه‬
ِ‫َّللا‬ ُ ‫ فَقَا َل َر‬،‫يم‬
َ ‫ت إِب َْرا ِه‬ ِ ‫س ِل َم ْو‬ ُ ‫ش ْم‬‫ت ال ه‬ ْ َ‫سف‬ َ ‫ َك‬:‫اس‬ُ ‫ فَقَا َل النه‬ ‫س‬ ُ ‫ش ْم‬‫ت ال ه‬ َ ‫ َك‬:‫ش ْعبَةَ قَا َل‬
ْ َ‫سف‬ َ ‫ع ْن ْال ُم ِغ‬
ُ ‫يرةِ ب ِْن‬ َ
‫ه‬
ِ‫َّللا‬ ‫سو ِل‬ ُ ‫َر‬ ‫ع ْه ِد‬
َ ‫علَى‬ َ

Dari Al-Mughirah bn Syu'bah, ia berkata,"Telah terjadi gerhana matahari


pada zaman Rasulullah saw. (yaitu) pada hari wafatnya Ibrahim (putra Nabi).
Kemudian orang-orang berkata,'Terjadinya gerhana matahari itu karena
wafatnya Ibrahim. Kemudian Rasulullah saw. bersabda,'Sesungguhnya
matahari dan bulan itu tidak gerhana karena wafat seseorang dan tidak karena
hidupnya seseorang. Maka apabila kalian melihat (kejadian gerhana), maka
shalatlah dan berdoalah kepada Allah.
(Shahih Al-Bukhari,I:228 no.1043)

Mariyah al-Qibtiyah sendiri, ibu Ibrahim akhirnya wafat pada bulan


Muharram pada tahun 16 H. Meski demikian, sebutan wanita ini tetap hidup
di dalam al-Qur`an (surat at-Tahrim). Ia disebut-sebut orang sebagai putri
Mesir yang lahir di tepi sungai Nil, sebelah timur Negeri Shiffin, di daratan
tinggi Mesir. (n. mursidi)

-----------------

Putra - putri Nabi


Al-Qasim, seorang laki-laki, anak pertama Rasulullah saw. yang dilahirkan
dan meninggal sebelum masuk masa kenabian (masa mulai turunnya wahyu
kepada Nabi Muhammad saw.), ketika meninggal ia masih berusia dua tahun.
Abdullah, putra Nabi saw. yang disebut juga at-Thayyib dan at-Thahir, ada
pula yang berpendapat bahwa nama lainnya adalah at-Thayyib bukan at-
Thahir. Mengenai kelahirannya ada yang berpendapat bahwa ia lahir ketika
telah masuk masa kenabian, tetapi ada pula yang mengatakan kalau ia tak
pernah menemui masa kenabian.
Zainab, anak perempuan Rasulullah saw. yang tertua. Melahirkan anak
yang bernama 'Aliy dan Yahya yang keduanya meninggal waktu masih kecil.
Ruqayyah, putri Rasulullah saw. yang diperistri oleh Utsman bin Affan.
Beliau melahirkan seorang anak yang bernama Abdullah. Putri Rasulullah
saw. ini wafat pada hari ketika Zaid bin Haritsah menyampaikan berita
gembira tentang kemenangan kaum muslimin dalam pertempuran Badar.
Ummu Kultsum, putri Nabi saw. yang dinikahi Utsman bin Affan setelah
saudarinya (Ruqayyah) wafat. Ummu Kultsum wafat pada bulan Sya'ban
tahun 9 Hijriyah tanpa memiliki anak.
Fathimah (Fatimah), putri Nabi saw. yang diperistri oleh 'Ali bin Abi
Thalib. Beliau melahirkan anak yang bernama Hasan, Husain, Muhsin,
Ruqayyah, Zainab dan Ummu Kultsum. Adapun Muhsin dan Ummu Kultsum
meninggal waktu masih kecil.
Ibrahim, putra Rasulullah yang meninggal saat berumur tujuh puluh
malam, ada pula yang mengatakan saat berusia tujuh bulan dan yang lain
berpendapat berumur delapan bulan.

Putra-putri Nabi Muhammad saw. yang bernama al-Qasim, Abdullah,


Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum dan Fatimah dilahirkan di Makkah oleh
istri Nabi saw. yang pertama, yaitu Khadijah r.a. Semua putri Rasulullah saw.
pernah mengalami masa kenabian, masuk Islam dan turut berhijrah ke
Madinah.

Adapun Ibrahim dilahirkan di Madinah oleh istri Nabi saw. yang bernama
Maria al-Qibthiyyah (orang Mesir).
Semua anak-anak Nabi saw. meninggal saat beliau masih hidup, kecuali
Fathimah yang wafat paling akhir, yakni tujuh bulan setelah wafatnya
Rasulullah saw.

Mengapa Semua Putra Nabi Diwafatkan Masih Kecil?

Sebagaimana yang telah diterangkan di atas, putra-putra Rasulullah saw. (al-


Qasim, Abdullah dan Ibrahim) semuanya meninggal ketika masih kecil,
sehingga keturunan Rasulullah saw. diteruskan lewat anak perempuan beliau.
Mengapa bukan dari anak laki-lakinya dan mengapa pula mereka diwafatkan
sewaktu masih kecil?

Ini karena Nabi Muhammad saw. telah ditetapkan sebagai nabi terakhir
sebagaimana yang dinyatakan oleh Allah SWT. dalam al-Qur'an Surah al-
Ahzab ayat 40 yang artinya:

"…tetapi dia adalah Rasul Allah dan penutup para Nabi. Dan adalah Allah
Maha Mengetahui segala sesuatu."

Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !

Demikianlah Artikel Istri Nabi, Maria


Qibti dan wafatnya Ibrahim putra Nabi
Muhammad SAW
Sekianlah artikel Istri Nabi, Maria Qibti dan wafatnya Ibrahim putra Nabi
Muhammad SAW kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk
anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Istri Nabi, Maria Qibti dan wafatnya
Ibrahim putra Nabi Muhammad SAW dengan alamat
link https://kabarislam24jam.blogspot.co.id/2017/01/istri-nabi-maria-
qibti-dan-wafatnya.html
0
inShare

Subscribe to receive free email updates:

Subscribe

Related Posts :

 Mata Najwa Ditantang Undang Jokowi-JK Evaluasi 3


Tahun Pemerintahan, Berani Garang atau Mlempem?… Read More...

 Orang Ini Sebut Sholat Jum'at Isinya Laki-laki Karena


Tuhan Dukung L6BT Temukan Pasangannya… Read More...

 Lagi lagi gara gara Gubernur ANIES - SANDI !... Ada


Yang "Hilang" Dari Jakarta… Read More...

 Baru Selesai 14,5 Km (dari 140,9 Km) Tol Diresmikan,


Akibatnya Kejadian Seperti Ini… Read More...

 Mayoritas Dipersekusi Juga Terjadi di InggrisIndonesian


Free Press -- Agenda penting bagi para pengikut dajjal adalah melemahkan
semua entitas agama, bangsa dan negara, agar kelak tid… Read More...
0 Response to "Istri Nabi, Maria Qibti dan wafatnya Ibrahim putra Nabi
Muhammad SAW"
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda

 ISLAM UPDATE
 LIST

 100 Hari Kerja Anies-Sandi Mengecewakan Kaum Pesimis,
Mereka Terpaksa Menelan Pil Pahit
 Gus Mus: Ada yang mengaku ULAMA tapi akhlaknya tidak
terpuji, maka itu bukan ajaran kanjeng Nabi
 Sa’d Bin Abi Waqash, Sahabat Nabi Yang Do’anya Sangat
Mustajab
 Tak Punya Hati! Tokoh NU Jawa Barat Dianiaya Di Dalam Masjid
Saat Sedang Dzikir
 Ini Hitungan Segmen Bicara Mata Najwa dengan Anies-Sandi: 96
x Interupsi, WOW !
 Trump Ancam Tak Akan Berikan Bantuan Ratusan Juta Dolar
Bila Palestina Tidak Mau.....
 Mayoritas Dipersekusi Juga Terjadi di Inggris
 "Make America Great Again"? Donald Trump Malah Jatuhkan
Amerika ke Peringkat 8 Negara Terbaik Dunia....
 Tanda Akhir Zaman, Seorang Suami Takut Dengan Istri dan
Durhaka pada Ibu
 Tak Banyak yang Tahu 4 Perawatan Kecantikan yang Dilarang
Islam, Nomor 2 Malah Sering Dilakukan
KABAR ISLAM HARI INI

 Terharu! Kyai Umar Basri Memaafkan Pelaku Yang


Memukulinya Hingga Babak Belur
 BANGGA nya.. ini Video Abu Janda Kecyduk Pakai Kaos Berlogo
Militer Zionis Israel
 Inilah 5 Da’i Yang Dicintai Umat namun Mendapat Perlakuan Tak
Mengenakan
 Jokowi, Pemimpin Asia Pertama yang Mengunjungi Pengungsi
Rohingya di Rakhine State, Myanmar
 Muhasabah Kebangsaan; BAHAYA LATEN INTOLERANSI,
Tragedi Pemukulan Ajeungan Emon Cicalengka
 Kisah Gadis Cilik Suriah dan Ayahnya yang Buta Terkena Bom,
"Take My Eyes"
 Halaqah Perempuan untuk Perdamaian; di gelar di Jakarta oleh
Wahid Foundation
 Hidup Tidak Pernah Tertukar
 Ust. Felix Siauw: Islam Itu Bukan Arab, Apalagi Barat
 Kasus Korupsi Rp 35 Triliun, Tersangka Honggo Sudah di Luar
Negeri, Bareskrim Baru Terbitkan DPO
 Amien Rais: Yang Bilang Tak Ada Komunisme Itu Cebong
Kurang Ajar!
 Panglima TNI Dorong Kader Muda Pagar Nusa Masuk Akmil dan
Akpol
 PEMILU SUDAH DEKAT
Copyright 2016 Kabar Islam 24 Jam
Powered by Blogger.com

Anda mungkin juga menyukai